- Definisi
- Epidemiologi
- Pola penurunan
- Manifestasi klinis
- Tata Laksana
- Permasalahan Talasemia
www.khanacemy.org/science/biology/macromolecules/prots-and-amino-acids/a/orders-of-protein-structure
Thalassemia (Talasemia)
Kelainan sel darah merah bawaan akibat produksi rantai
globin (protein) pembentuk hemoglobin berkurang
bahkan tidak diproduksi.
Hemoglobinopati
• Perubahan pada urutan asam amino rantai globin
sehingga terbentuk globin abnormal
Orkin SH, Nathan DG, et al. Hematology of Infancy and Childhood. Wetheral. William Hematology 9th ed, 2016.
Patogenesis dan Patofisiologi
Hemosiderosis organ:
- Morbiditas
- Mortalitas
Nienhuis AW, Nathan DG. Pathophysiology and clinical manifestations of the β-thalassemias. Cold Spring Harb
Perspect Med. 2012; 2(12)
TIF 3rd ed, 2014
Strachan T, Read A. Human Molecular Genetics 4th Ed. UK: Taylor & Francis Group; 2010.
Epidemiologi
Masalah kesehatan global
Setiap tahun lahir >300.000 bayi lahir dg kelainan thalassemia & hemoglobinopati
>70.000 di antaranya: talasemia mayor (berat)
Indonesia:
Thal
Talasemia -trait: 3–10%*
HbS
Talasemia- trait: 2,6–11%
HbC
HbE trait: 1,5–36%
HbE
(10.555 penyandang)
JAWA BARAT
40,3%
YTI/POPTI 2020
375
125
121 38*
380* 15
39*
Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, 120
Bandung Barat, Cimahi: 902
(RSHS: 588 (407+181)
27* 118
131 150
117
260 220 83
Pola Penurunan
Penyakit talasemia diturunkan menurut
kaidah Mendel secara autosomal resessive
25% sehat
25% talasemia mayor
50% pembawa sifat
Higgs, Thalassemia Syndrome, 2001
Rund D, Rachmilewitz E. N Eng J Med,2005, Orkin SH, Nathan DG, 2015
Klasifikasi Talasemia
Thalassemia Thalassemia
Thalassemia Talasemia bergantung
Mayor
,, Homozigot transfusi (Dependent
(Berat) Transfusion Thalassemia = TDT)
Thalassemia Talasemia mayor
Thalassemia Thalassemia Intermedia
, Heterozigot (Sedang)
Talasemia tidak bergantung
Thalassemia transfusi (Non Dependent
Minor/Trait Transfusion Thalassemia = NTDT)
(Ringan) Talasemia intermedia
Diagnosis 1.
Anamnesis
Pucat lama
1.
2.
Anemia
Ikterus
2. Mata kuning 3. Facies cooley
3. Perut buncit 4. Hepatosplenomegali
4. Tumbuh kembang terlambat 5. Gizi kurang/buruk
5. Riwayat keluarga thalassemia 6. Perawakan pendek
6. Riwayat transfusi berulang 7. Hiperpigmentasi kulit
8. Pubertas terlambat
Laboratorium
Darah tepi lengkap :
Hb
Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Retikulosit
Sediaan apus darah tepi
Mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilositosis,
sel eritrosit muda (normoblas), fragmentosit, sel target
Kliegman RM, Stanton BMD, Geme JS, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20 ed. Philadelphia: Elsevier Health Sciences; 2016.
Orkin SH, Nathan DG. Hematology of Infancy and Childhood,2015
Tata Laksana
Medis
Terapi psikososial
Tim multidisiplin:
Keadaaan Khusus#:
Hb ≥7 g/dL Transfusi
Dengan klinis infeksi, tetapi TANPA Hb <7 g/dL darah*
disertai: Obati infeksi
•Perubahan muka (max 2 minggu)
•Gangguan tumbuh kembang Hb ≥7 g/dL Tunda
•Fraktur tulang transfusi
•Hematopoesis ekstra medular observasi
*Bila tersedia, darah diberikan dalam bentuk PRC rendah leukosit (Leucodepleted), skrining NAT
# PHTDI 2015
Pada Thalassemia β-HbE atau penyakit HbH PNPK Talasemia 2018
PANDUAN PENATALAKSANAAN
THALASSEMIA MAYOR PHTDI 2015
1. Feritin ≥1000 ng/mL 1. Dewasa & anak ≥3 tahun : 30- DEFERASIROX (Exjade®):
60 mg/kgBB/hari, 5 kali 20-40 mg/kg/hari, 1 kali/hari
ATAU seminggu subkutan (SK) selama Tidak patuh /
atau
2. Bila pemeriksaan feritin pasien menolak
8-12 jam dengan syringe pumph DEFERIPRONE (Ferriprox®):
tidak tersedia, dapat 75-100 mg/kg/hari, 3 kali/hari
2. Anak <3 tahun : 15-25
digantikan dengan mg/kgBB/hari dengan
pemeriksaan saturasi monitoring ketat (ES : gangguan
transferin ≥70% pertumbuhan)
ATAU 3. Pasien dengan gangguan Patuh
Deferoksamin
3. Bila tidak memungkinkan fungsi jantung : 60-100 (5 kali per minggu) diteruskan
dilakukannya pemeriksaan mg/kgBB/hari IV
4. Pasien hamil : Hentikan
laboratorium, maka
kecuali gangguan jantung berat ,
digunakan kriteria sudah berikan kembali pada trimester
menerima 3-5 liter atau akhir dengan dosis 20-30
10-20 kali transfusi mg/kgBB/hari
Sumsum
tulang Kelenjar
0.1% 1.0%
Kulit
Limpa 0.2%
3.7%
Otot
12.8% Hati
Ginjal 79%
0.9% Liver iron concentration (LIC)
dapat memperkirakan total
Otot jantung penyimpanan besi
Keluaran 1.4%
(tinja, urin)
1 mg/hari Pankreas
1.1%
Modell B. Br Med Bull 1976;32:270
Angelucci E, et al. N Engl J Med. 2000;343:327-31
TIF Guidelines 2014
Komplikasi Akibat Kelebihan Besi
120
Kematian
Gagal jantung
100
Hipoparatiroidisme
80
Hipotiroidisme
Besi (gr)
60
Diabetes
40 Hipogonadisme
20 Aritmia jantung
Fibrosis hati Sirosis hati
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Butuh beberapa
waktu untuk menjadi
Cadangan besi
iron overload
normal
Batas aman
penumpukan besi tiap
organ berbeda LPI, labile plasma iron
NTBI, non-transferrin-bound iron
Metabolisme lambat
Mudah diekskresi
Toksisitas rendah
Efektivitas tinggi
Biaya murah
Jenis Kelasi Besi
Efek samping utama Reaksi lokal, gangguan Gangguan pencernaan, Gangguan pencernaan,
penglihatan dan agranulositosis, kulit kemerahan,
pendengaran, neutropenia, artralgia, peningkatan kadar
pertumbuhan peningkatan enzim hati kreatinin, peningkatan
terhambat, alergi enzim hati, gangguan
penglihatan dan
pendengaran
Status Terlisensi Terlisensi Terlisensi
TIF 2014.
Haematologica 2008;93:741-2
Monitoring Efek Samping Kelasi Besi
DFP + DFX
Kepatuhan lebih baik
Blood stream
Renal
Liver iron
= DFO
Gall blader
= L1
= Iron
Shuttle effect
R. Grady, dkk; Cornell University
Pengobatan Tambahan
• Asam folat : 2x1 mg/hari
• Vitamin E : 2x200 IU/hari
• Vitamin C : 2-3 mg/kg/hari
Medikamentosa •
•
Hanya diberikan pada saat pemakaian DFO (kelasi besi).
Maksimal 50 mg/hari pada anak <10 tahun.
• Maksimal 100 mg/hari pada anak 10 tahun.
• Tidak melebihi 200mg/hari.
• TIDAK diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi jantung.
POPTI
(Perhimpunan
Orangtua Penderita
Thalassemia)
https://www.thalassaemia-yti.org
Dampak Terapi Kelasi Besi
Penyakit K
Katastropik U
A
L
I
Komplikasi
T
Kelebihan Besi (penyebab morbiditas dan mortalitas) A
S
• Talasemia- mayor/intermedia
• Talasemia-/HBE
• Talasemia-
Tata laksana transfusi
Tata laksana kelasi besi
Kelompok risiko A, B, C: Protokol kesehatan
Kadar rerata Hb ptratransfusi
Ada tidaknya komorbid
Kepatuhan konsumsi kelasi besi
Kadar feritin serum https://thalassaemia.org.cy/publications/tif-publications/
Asplenia
Adakah Perubahan Protokol Transfusi?
Rekomendasi TIF
protokol transfusi seperti biasa.
TIF The COVID-19 Pandemic and Haemoglobin Disorders VIII (Updated). 2020. https://thalassaemia.org.cy/publications/tif-publications/
https://www.hematology.org/covid-19/covid-19-and-thalassemia
Permasalahan Talasemia
Bila:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Thalassemia pada Fasilitas Tingkat Pertama. Jakarta: 2017.
PNPK Thalassemia 2018.
Permasalahan Talasemia
• 2014 – sekarang:
3
JKN/BPJS Kesehatan
• Tarif INA CBG’s + Top Up
(obat kelasi besi) 5
1
• Talasemia merupakan urutan ke-
5 penyakit dengan pembiayaan
4
BPJS terbesar
Permasalahan Talasemia
100
1. Edukasi dan sosialisasi tentang
penyakit talasemia dan masalahnya
80
20
4. Kebijakan pemerintah
Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran
Health Technology Tatalaksana Thalasemia
Pedoman Pengendalian 2018
Assessment (HTA) Indonesia
Penyakit Thalassemia di
Kementerian Kesehatan
Fasilitas Kesehatan Pertama
Republik Indonesia 2010
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2017
Upaya Pencegahan: Skrining
Hb pattern A + A2 <3% A + F (0.1-7%) + A1 > 3,5% A + A2 <3,5% A + F (2-16%) + A2 > 3% A + abnormal band + A2
HbF quantitatif
ZnPP or iron studies / DNA Sickling Test
Normal Thalassemia carrier
analysis
ZnPP + -
Screening for common Normal ZnPP
mutations by DNA iron
Thalassemia
analysis Or Further
Globin chain HPFH HbS investigation
Iron
Characterization of Deficiency synthesis or-
undefined mutations globin gene analysis
by DGGE and direct
sequencing and genes
-Thalassemia
Carrier analysis
+
Thalassemia
OR
Thalassemia
OR
Normal HbA2
Thalassemia
Frekuensi
Skrining Pembawa Sifat
Mahasiswa FK Unpad (Nadjwa, dkk.) 7%
Skrining Skrining
NO YEAR Ring 1 Persentase Umum Persentase
Total Carrier Total Carrier
1 2008 - - - 33 3 9,1 %
2 2009 62 49 79% 60 8 13,33 %
3 2010 414 155 43,60 % - - -
4 2011 97 43 44,33 % 30 2 6,67 %
5 2012 473 198 41,86 % 105 10 9,53 %
6 2013 99 27 27,27 % 9,389 542 5,77 %
7 2014 898 169 18,81 % 1,960 109 5,56 %
8 2015 418 80 19,13% 63 3 4,76 %
9 2016 400 161 26,25% 200 11 5,5%
10 2017 1.276 302 23,66 % 198 11 5,55 %
JUMLAH 4.137 1.184 28,61 % 12,038 699 5.80 %
Laboratorium yg bekerjasama:
Patologi Klinik RSHS/FKUP, UPK FKUP, Prodia, PMC
YTI-POPTI/INDS/2017
Pola Penurunan
Biaya
1000 x lipat
Tata laksana talasemia meliputi terapi medis (transfusi darah, kelator besi,
obat lain), dan terapi psikososial.
Fasilitas tata laksaana suportif utama talasemia mayor, yaitu transfusi darah
dan kelasi besi sudah tersedia di PPK 2 Jawa Barat.
Talasemia adalah penyakit genetik yang saat ini belum dapat diobati tetapi dapat
dicegah perlu dimulai upaya pencegahan.
Upaya Menjaga Kesehatan Thaller
di Masa Pandemik COVID-19
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pencegahan COVID-19
1,5 – 2 meter
Penyandang Penyandang
(talasemia mayor) (talasemia mayor)