MANAJEMEN OPERASI II
(MRP II)
Disusun Oleh
Kelompok 4
KELAS MANAJEMEN S1 S2
SEMARANG
2015
Perencanaan Kebutuhan Bahan II ( Material Requirement Planning II-MRP II) adalah teknik
yang benar-benar ampuh. Sekali perusahaan menggunakan MRP, data persediaan dapat
ditambahkan dengan jam kerja, biaya bahan (bukan jumlah bahan), biaya modal, dan sumber daya
apapun. Bila MRP digunakan dengan cara ini maka hal tersebut biasanya dikenal sebagai MRP II dan
kata resource (sumber daya) menggantikan kata requirement(kebutuhan). Dengan demikian, MRP
menjadi singkatan dari material resource planning (perencanaan sumber daya bahan).
Sebagai contoh, dalam pembahasan MRP, unit (jumlah) sejauh ini sudah dijadwalkan. Namun
setiap unit ini memerlukan sumber daya sebagai tambahan komponennya. Sumber daya tambahan
ini termasuk jam kerja, jam kerja mesin, dan utang dagang (tunai). Setiap sumber daya ini dapat
digunakan dalam sebuah format MRP, sama halnya dengan menggunakan jumlah. Tabel 14.4
menunjukan bagaimana cara menentukan jam kerja, jam kerja mesin, dan uang tunai yang
dibutuhkam oleh sebuah jadwal produksi induk pada setiap periode. Kemudian, kebutuhan ini
dibandingkan dengan kapasitas yang sesuai (yaitu: jam kerja, jem kerja mesin, uang tunai,dan lain-
lain) sehingga para manajer operasi dapat membuat jadwal yang dapat dilaksanakan.
Untuk menunjang pelaksanaan MRP II, sebagian besar program komputer MRP II
digabungkan dengan file komputer lain yang menyediakan data ke sistem MRP atau menerima data
dari sistem MRP. Pembelian, penjadwalan, produksi, perencanaan, kapasitas, dan manajemen
gudang adalah bebrapa contoh dari integrasi data ini.
Tabel 14.4
Dengan mengutilisasi logika MRP, sumber daya seperti tenaga kerja, jam mesin, dan biaya
dapat ditentukan secara akurat dan dijadwalkan. Permintaan mingguan akan tenaga kerja, jam
mesin, dan pembayaran untuk 100 unit ditunjukan disini.
Minggu
5 6 7 8
Pembayaran : masing-
$0
masing $ 0
Banyak perusahaan yang menemukan bahwa Material Requirements Planning akan dapat
meningkatkan operasinya melalui perencanaan yang lebih baik. MRP juga mendorong perusahaan
untuk mengkoordinasi aktivitas operasi, marketing, dan pembelian yang lebih baik. Tetapi
bagaimana dengan area fungsional perusahaan yang lainnya? Tentunya jadwal utama akan memiliki
implikasi untuk keuangan dan SDM dari ketentuan persyaratan tenaga kerja dan pembelian material.
Bagaimana perusahaan dapat yakin bahwa rencana operasi tersebut bisa sesuai dengan business
plan atau rencana.
Manufacturing Resource Planning atau MRP II, sebagaimana juga disebut untuk
membedakannya dari Material Requirements Planning (MRP), adalah cara mencoba semua bagian
perusahaan dengan aktivitas operasi untuk membangun rencana stratejik. Rencana stratejik adalah
blueprint keseluruhan yang menspesifikasikan tujuan perusahaan dan rencana untuk mencapainya.
Operasi fungsional akan mengembangkan tujuan dan rencana untuk membantu mencapai
tujuan korporat, juga marketing, keuangan, dan semua bagian lain dari perusahaan. Meski begitu,
keputusan yang dijalankan sebuah area fungsional akan berdampak kepada area-area lain.
Contohnya, jika pada bagian marketing terdapat rencana untuk lebih mengupayakan promosi
marketing yang akan meningkatkan penjualan, departemen operasi harus bersiap dan
menyanggupkan diri untuk menghasilkan produk yang cukup untuk memenuhi permintaan yang
meningkat. Merekrut karyawan atau membeli peralatan tambahan, mungkin diperlukan meski
memiliki dampak besar pada departemen keuangan. Karena aktivitas operasi adalah suatu bagian
yang penting dari suatu perusahaan, keputusan-keputusan operasi yang diambil departemen operasi
dapat berdampak banyak pada departemen-departemen lain dalam perusahaan.
Cost Control
Pemesanan terencana (planned order) yang dihasilkan MRP juga dapat menyediakan
informasi mengenai asumsi pengeluaran suatu perusahaan. Rilis pesanan pembelian terencana
(planned purchase order releases) dapat digunakan untuk mengestimasi seberapa banyak yang
harus dibayarkan kepada supplier di masa mendatang. Rilis shop order (shop order releases) akan
menghasilkan kebutuhan untuk mengetahui waktu mesin dan tenaga kerja, juga untuk mengestimasi
biaya di masa depan.
Sebelum pengembangan MRP II, sebuah perusahaan akan menggunakan akuntansi biaya
untuk menjaga nilai setelah fakta (keeping score after the fact). Itu adalah sebuah cara untuk
mengetahui berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk hal-hal yang sudah terjadi. Tetapi dengan
adanya MRP II, dengan menciptakan Cost Projections, perusahaan dapat terlebih dahulu menyusun
rencana untuk biaya produksi baru dibandingkan dengan biaya aktualnya. Hal-hal yang janggal dapat
dikenali dan segera di investigasi.
Satu lagi keunggulan MRP II adalah MRP II dapat digunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan ‘jika’. Dengan MRP II, perusahaan dapat mengestimasi dampak dari sebuah kenaikan
biaya supplier (supplier cost increase) dan mengembangkan strategi untuk menghadapinya. Dengan
MRP II, asumsi akan berbagai kemungkinan dapat dilakukan.
Simulasi
Simulasi adalah penggunaan sebuah model realita (model of reality) untuk memprediksi
dampak dari beberapa perubahan. Dengan MRP II, simulasi dapat digunakan untuk menjawan
pertanyaan-pertanyaan ‘jika’ yang sebelumnya disebutkan di Cost Control. Karena MRP II
menghasilkan angka biaya (cost figure), sebuah perusahaan dapat langsung melihat dampak
perubahan yang diproyeksikan dalam simulasi terhadap kesehatan finansial perusahaan. Contohnya,
departemen marketing mungkin ingin tahu apa yang akan terjadi jika penjulan dinaikkan 10%. MRP II
dapat digunakan untuk melihat bagaimana perubahan tersebut dapat berdampak pada pengaturan
penggunaan kapasitas (capacity utilization), biaya tenaga kerja (labor costs), dan arus kas (cash flow);
atau departemen operasi ingin tahu bagaimana suatu perubahan dalam rencana produksi dapat
berdampak pada biaya materialnya. Dalam setiap situasi tersebut, MRP II dapat digunakan untuk
memproyeksikan dampak dari suatu perkiraan perubahan.
Seperti terlihat di Gambar 30, perencanaan manajemen tingkat puncak terdiri dari
tigaperencanaan, yaitu perencanaan bisnis, perencanaan penjualan, dan perencanaan produksi,
seperti diperlihatkan lagi di Gambar 31.
1. Perencanaan Bisnis
Elemen dari MRP II di mana manajemen puncak mencantumkan tujuan umum perusahaan ialah
’perencanaan bisnis’. Perencanaan bisnis meliputi misi perusahaan, arah, nilai, tujuan utama secara
umum, dan keharusan bisnis perusahaan. Tanpa pernyataan kohesif mengenai arah dan tujuan,
maka perjalanan perusahaan dapat menyimpang dari misi dan perencanaan semula. Misi
perusahaan adalah suatu pernyataan yang jelas dari tujuan perusahaan yang terfokus. Misalnya
pernyataan misi perusahaan Taco Bell pada suatu saat ialah : ’Menjadi restoran makanan Meksiko
terbesar dan terbaik di negara bagian California’. Misi ini merupakan fokus usaha dan fokus
manajemen. Pernyataan misi di atas sebetulnya sekaligus juga pernyataan visi yaitu pandangan ke
depan mengenai kondisi perusahaan. Jadi, dalam contoh di atas:
Demikian juga, ’terbaik’ merupakan suatu pernyataan nilai. Jadi misi perusahaan mengandung
sekaligus visi dan nilai. Sesudah misi ditentukan, maka perlu dilanjutkan dengan penyusunan taktik
dan strategi untuk menjalankan misi dan mencapai visi tersebut. Taktik dan strategi inilah yang
dinamakan ’keharusan bisnis’. Misalnya suatu perusahaan merumuskan keharusan bisnis atas dasar
beberapa taktik dan strategi yaitu: mutu, biaya, fleksibilitas, kehandalan, dan inovasi.
2. Perencanaan Penjualan
Sesudah Perencanaan Bisnis, langkah selanjutnya dalam MRP II, adalah pembuatan Perencanaan
Penjualan. Perencanaan Penjualan adalah suatu pernyataan atau perencanaan mengenai apa dan
berapa yang akan dijual oleh perusahaan dalam satu satuan waktu tertentu, biasanya dalam satu
tahun. Perencanaan ini dilakukan untuk setiap jenis barang, atau setiap kelompok barang, dan untuk
keseluruhan produk, yang dicantumkan dalam nilai uang dan dalam satuan barang. Perencanaan
Penjualan biasanya didasarkan atas permintaan pasar, yang diperkirakan dari perhitungan atas
beberapa masukan data tertentu, seperti :
3. Perencanaan Produksi
Sesudah dan berdasarkan Perencanaan Bisnis dan Perencanaan Penjualan, kini perusahaandapat
melanjutkan dengan Perencanaan Produksi, yang merupakan perencanaan untukmemproduksi atau
menghasilkan produk yang sesuai dengan perencanaan penjualan.Untuk itu diperlukan
perencanaan sumber daya yang meliputi sumber daya:
Posisi tengah pada model bisnis MRP II adalah Perencanaan Manajemen Operasi, yaitu
perencanaan yang mengembangkan secara terinci kebutuhan material dan kapasitas.
Perencanaan terinci ini dikembangkan berdasarkan Jadwal Produksi Induk, dan dengan
menggunakan informasi yang tersedia dalam database. Informasi ini termasuk status persediaan
material, daftar kebutuhan barang, dan ruting, seperti terlihat di Gambar 32.
- Ramalan
Ramalan di sini adalah ramalan penjualan yang dalam tiap minggu yang akan datang.
- Permintaan
Permintaan di sini adalah angka permintaan nyata yang dipesan oleh atau diterima dari pelanggan.
- Proyeksi SisaProyeksi sisa adalah proyeksi sisa persediaan barang, yang dihitung
dari persediaan di tangan + MPS – ramalan – permintaan.
- Tersedia untuk JanjiAngka ini adalah jumlah yang dapat ditawarkan atau
dijanjikan pada pelanggan untuk setiap minggunya, dihitung dari MPS – permintaan
- MPS
adalah Perencanaan Produksi yang dilakukan per minggu.
2. Perencanaan Material
D=AxB–C
Agar perhitungan MRP ini benar-benar akurat, maka data persediaan dan BOM haruslah juga cukup
akurat.
3. Perencanaan Kapasitas
Tahap eksekusi MRP II biasanya terdiri dari pembelian barang dari pemasok luar dan
pelaksanaan produksi di dalam pabrik. Eksekusi ini dilakukan harian, bahkan pengawasannya
dilakukan jam demi jam. Gambar 34, yang merupakan kutipan dariGambar 30, menunjukkan bagan
Eksekusi Manajemen Operasi ini.
1. Pengawasan Pembelian
Keluaran dari sistem MRP menghasilkan perencanaan terinci mengenai kebutuhan pembelian.
Pengawasan pembelian dilakukan untuk jumlah yang dibeli, waktu pembelian yang tepat,
dan waktu penerimaan barang yang tepat waktu juga. Oleh karena itu prinsip-prinsip pembelian
yaitu tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tempat penyerahan, tempat harga, dan
sebagainya perlu dilakukan. Sering kali untuk mengoptimalkan sinkronisasi antara kebutuhan barang
dan kedatangan barang, ditempuh metodapembelian-tepat-waktu.
Pengawasan Lantai Produksi berarti pengawasan atas kelancaran kapasitas setiap lantai produksi
atau pusat pembuatan barang dan proses produksi. Proses produksi menyangkut efi siensi dalam
waktu tunggu, waktu antrean, waktu pembuatan, pengawasan mutu, serta waktu
pemindahan barang jadi. Proses kelancaran kapasitas termasuk kelancaran kerja peralatan produksi,
pemeliharaan, kebersihan, pengurangan waktu kerusakan, ketrampilan operator perlengkapan,
pelatihan karyawan produksi dan operator perlengkapan, dan sebagainya. Pengawasan dilakukan
untuk menjaga agar pelaksanaan kerja sesuai dengan perencanaan. Apabila ti dak, maka
perlu dicari sebab-sebabnya, dan dilakukan pembetulan seperlunya.
3. Pengukuran Kinerja.
Pengukuran Kinerja tidak hanya dari kinerja segi finansial belaka, tetapi juga dari kinerja segi
produksi, penyediaan barang, pembelian, pengawasan mutu, dan sebagainya. Pengukuran kinerja
dari segi finansial umumnya sudah banyak dikembangkan, namun dari segi lain belum banyak
dikembangkan orang. Oleh karena itu, dalam MRP II, perlu dikembangkan seperangkat pengukuran
kinerja yang dapat digunakan untuk hal-hal diatas sebagai bagian dari implementasi manajemen
operasi.
Pengukuran kinerja adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses manajemen. Tanpa
pengukuran kinerja yang bersifat kuantitatif, sulit dapat diketahui secara obyektif dan
dipertanggung-jawabkan mengenai keberhasilan suatu perencanaan. Kinerja harus dapat diukur,
oleh karena itu di samping ukuran kualitatif, dibutuhkan ukuran kuantitatif juga. Ukuran kinerja
biasanya perlu dikembangkan untuk dua hal yaitu ukuran efisiensi dan ukuran efekti vitas.
Dari Perencanaan Bisnis sampai pada Pengawasan Lantai Produksi merupakan fokus keseluruhan
dari model bisnis MRP II, yang pada hakekatnya adalah perencanaan dan pelaksanaan untuk
melayani pasar. Penyerahan kepada dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan adalah
ukuran utama dari proses bisnis dan kinerja perusahaan. Penyerahan seperti yang dikehendaki
pelanggan, atas dasar harian bahkan jam-jaman, merupakan hasil dari proses MRP II.
Sistem MRP Closed-Loop adalah sebuah sistem yang memberikan umpan balik pada
perencanaan kapasitas (capacity plan), jadwal produksi utama (master production schedule), dan
perencanaan produksi (production plan) agar perencanaan dapat terus berlaku dari waktu ke waktu.
Berkaitan dengan definisi MRP loop-tertutup , umpan balik beban kerja diperoleh dari setiap
pusat kerja.Laporan beban (load report) memperlihatkan kebutuhan sumber daya dalam sebuah
pusat kerja untuk semua pekerjaan yang dibebankan pada pusat kerja tersebut, semua pekerjaan
yang direncanakan, dan pesanan yang diharapkan . figure 14.9 (a) menunjukan beban awal pusat
penggilingan melebihi kapasitas pada minggu ke-4 dan ke-6. Sistem MRP loop-tertutup
memungkinkan perencanaan produks untuk memindahkan pekerjaan di antara periode-periode
waktu guna meringankan beban atau paling tidak sesuai dengan kapasitasnya. ( ini adalah
“perencanaan kapasitas” dari figure 14.8 ) kemudian, sistem MRP loop-tertutup dapat
menjadwalkan kembali semua barng yang ada dalam rencana kebutuhan neto (lihat figure 14.9 [b]).
Berikut kiat untuk mengurangi beban dan memperkecil dampak waktu tunggu yang diubah.
1. Tumpang tindih yang mengurangi waktu tunggu, mengirimkan bagian-bagian barang ke operasi
kedua sebelum keseluruhan lot diselesaikan pada operasi pertama.
2. Pemilahan operasi mengirimkan lot kedua mesin berbeda untuk operasi yang sama. Hal ini
membutuhkan suatu penyetelan tambahan, tetapi mengakibatkan waktu produksi yang lebih
pendek sebab hanya sebagian lot yang diproses pada setiap mesin.
3. Pemilahan lot atau pesanan , yaitu memecah pesanan dan menjalankan sebagian pesanan sebelum
waktunya.
Kevin Watson, perencanaan produksi di Witz Products, perlu mengembangkan sebuah rencana
kapasitas untuk sel kerja, direct numeric control ( DNC, control numeris langsung). Ia telah memiliki
permintaan produksi seperti diperlihatkan di bawah untuk 5 hari ke depan dan tersedia 440 menit di
pusat kerja setiap harinya. Bagian yang diproduksi membutuhkan waktu masing-masing 20 menit.
Hari 1 2 3 4 5
Pesan
an 20 24 23 20 24
DAFTAR PUSTAKA
Barry Render. 2010. “Manajemen Operasi, Buku 2, Edisi 9”. Jakarta: Salemba Empat.
jokopranoto. (2011, November 22). “Dari MRP Material Requirement Planning Menuju ERP Enterprise Resource
Planning”. 2 Juni 2015. https://www.scribd.com/doc/73457609/55/A-PENGERTIAN-
MANUFACTURING-RESOURCE-PLANNING.
ory P. White. 2003. “OPERATIONS MANAGEMENT: Concepts, Methods, and Strategies”. Hoboken, New Jersey: Wiley.
0
Tambahkan komentar
2.
SEP
https://drive.google.com/open?id=0BwI0f9QN_zt6dHR6TzlIVkpodGM
https://drive.google.com/open?id=0BwI0f9QN_zt6V0RhYXg2aEdlMTg
[PPT] WORK MEASUREMENT [EN]https://drive.google.com/open?
id=0BwI0f9QN_zt6OFN2OUFsNF9lQTQ
0
Tambahkan komentar
3.
SEP
Lingkungan kerja adalah kondisi sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh
secara langsung maupun tidak langsung terhadap seorang pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kondisi lingkungan kerja berpengaruh kepada kinerja pekerja. Suatu lingkungan kerja
dapat dikatakan baik jika lingkungan tersebut dapat membuat seseorang melakukan pekerjaan
secara sehat, aman, nyaman dan optimal.
Menurut Sedarmayanti, lingkungan kerja dibagi menjadi 2 tipe, yaitu fisik dan non-fisik.
Lingkungan kerja fisik adalah hal-hal berbentuk fisik di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
seorang pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi 2,
yaitu lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti pusat kerja, kursi, meja,
dan sebagainya; dan lingkungan perantara atau hal-hal pada lingkungan kerja yang mempengaruhi
kondisi manusia seperti temparatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanik, bau tidak sedap, warna dan lain-lain.
Lingkungan kerja non fisik adalah seluruh hubungan yang terjadi yang terjadi dalam lingkungan kerja,
baik hubungan dengan atasan, sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan. Menurut
Nitisemito, kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,
dan pengendalian diri, zemua demi kerja sama yang baik.
Untuk dapat menyesuaikan lingkungan kerja yang optimal bagi pekerja maka seseorang harus
terlebih dulu mempelajari tentang manusia, baik mengenal fisik dan tingkah lakunya, sebagai dasar
pengetahuan untuk membangun lingkungan kerja yang baik.
Menurut Ishak dan Tanjung, lingkungan kerja yang baik dapat menciptakan gairah kerja untuk
mendukung produktivitas dan prestasi bekerja. Selain itu, melalui kerjasama dengan orang-orang
yang termotivasi dapat membuat pekerjaan selesai dengan cepat dan tepat. yang artinya pekerjaan
diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Dalam lingkungan
kerja yang optimal, prestasi kerjan akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan
menimbulkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
Sikap kerja 5s merupakan sekumpulan tahapan etika kerja bersumber dari Jepang yang tercipta
untuk membantu memunculkan dan menuntaskan masalah yang terdapat di sebuah organisasi. 5s
adalah sesuatu yang membantu sebuah perusahaan supaya terorganisir dengan baik supaya
perusahaan dapat tumbuh dan bersaing dengan lebih baik lagi.
1. Seiri (Pemilihan)
Seiri merupakan aksi pemilihan pada sebuah pekerjaan. Inti dari Seiri adalah (barang) yang berguna
disimpan sedangkan yang tidak berguna dibuang. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan
efisiensi pekerjaan.
2. Seiton (Penataan)
Setelah tinggal barang-barang penting yang tersisa, sekarang masuk tahapan seiton, yaitu penataan.
Barang-barang yang tersisa ditata rapi sesuai dengan keseringan penggunaan (yang lebih sering
digunakan ditaruh lebih dekat) untuk meningkatkan efisiensi kerja. Peta tata letak barang-barang.
3. Seiso (Pembersihan)
Seiso adalah aksi melakukan bersih-bersih atas tempat, alat-alat dan mesin-mesin secara
menyeluruh untuk mempertahankan keawetan. Seiso memudahkan untuk mendeteksi error-error
yang terjadi dalam lapangan kerja seperti kebocoran dan membantu dalam pencegahan awal
masalah (feedforward). Lingkungan kerja yang bersih juga membantu meningkatkan motivasi dalam
bekerja.
4. Seiketsu (Standarisasi)
Seiketsu atau standarisasi merupakan proses untuk memastikan bahwa 3 tahapan pertama dari 5s
telah menjadi standar proses kerja dalam perusahaan. Seiketsu harus diimplementasikan oleh
seluruh anggota perusahaan.
5. Shitsuke (mempertahankan)
Shitsuke adalah yang terakhir dari tahapan kerja 5s ini, yaitu adalah untuk mempertahankan
perusahaan supaya berkembang dengan tetap mengimplementasikan tahapan 5s. Shitsuke adalah
penerapan budaya 5s ini ke dalam organisasi.
Daftar Pustaka
· About 5s. http://www.kaizen.com/knowledge-center/what-is-5s.html.
· What is 5s. http://leanmanufacturingtools.org/192/what-is-5s-seiri-seiton-seiso-seiketsu-shitsuke/.