Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PERSPECTIVE 2 : FUNGSIONAL STRUKTURAL (AUTOPOESIS)

Nama Regilia Faura


Nim 165120207113003
Fakultas/Prodi Fisip/Ilmu Komunikasi
Tugas Mata Kuliah Sistem Komunikasi Indonesia
Dosen Pengampu Bayu Indra Pratama M.A
Universitas Brawijaya Kampus III Kediri

Teori sistem mempunyai sejarah yang bervariasi dalam sosiologi (Baecker, 2001). Jerman
Nilas Luhmann merupakan salah satu pemikir sosial dari penemuan ini. Meskipun tidak
terlalu terkenal dan berpengaruh, Kenneth Bailey (1990, 1994, 1997) juga pantas dicatat
sebagai kontributor perkembangan teori ini.) 

1.1 Sosiologi dan Teori Sistem Modern


1.1.1 Hal-hal yang Dapat Diperoleh dari Teori Sistem
Isu utama yang dibahas oleh Buckley adalah : Apa yang didapatkan sosiologi dari teori
sistem.
1. Pertama, karena teori sistem diturunkan dari ilmu pasti (hard sciences) dan karena
teori ini, setidaknya di mata pendukungnya, dapat diaplikasikan ke semua ilmu sosial
dan behavioral, maka ia mengandung harapan bisa menyatukan ilmu-ilmu itu.
2. Kedua, teori sistem mengandung banyak tingkatan dan dapat juga diaplikasikan pada
aspek dunia sosial berskala terbesar dan terkecil, ke aspek yang paling subjektif dan
objektif.
3. Ketiga, teori sistem tertarik dengan keragaman hubungan dari berbagai aspek dunia
sosial dan karena beroperasi terhadap berbagai analisis dunia sosial.
Teori sistem berfokus pada hubungan dari proses-proses pada tingkat yang bervariasi
di dalam sistem sosial. Richard A. Ball memberikan konsepsi yang jelas terhadap
orientasi relasional dari teori sistem, atau yang dia namakan Teori Sistem Umum
(TSU).
4. Keempat, pendekatan sistem cenderung menganggap melihat semua aspek sistem
sosiokultural dari segi proses, khususnya sebagai jaringan informasi komunikasi.
5. Kelima, dan mungkin yang terpenting, teori sistem secara inheren bersifat integratif.

1.1.2 Beberapa Prinsip Umum


Buckley mendiskusikan hubungan antarsistem sosiokultural, sistem mekanis, dan
sistem organis. Buckley memfokuskan pada penjelasan perbedaan esensial antara
sistem-sistem tersebut. Dalam sistem mekanis, kesalinghubungan dari bagian-bagian
tersebut didasarkan pada transfer energi. Dalam sistem organik, kesalinghubungan
dari bagian-bagian tersebut lebih didasarkan pada pertukaran informasi ketimbang
pertukaran energi. Dalam sistem sosiokultural, kesalinghubungan itu bahkan lebih
banvak didasarkan pada pertukaran informasi. Tiga tipe sistem itu juga berbeda dalam
derajat keterbukaan dan ketertutupannya yakni, dalam derajat pertukaran
(interchange) dengan aspek dari lingkungan yang lebih besar. Sistem tertutup
cenderung bersifat entropik, sedangkan sistem terbuka cenderung bersifat
negentropik.

1.1.3 Aplikasi untuk Dunia Sosial


Buckley (1967) berpindah dari diskusi prinsip umum ke aspek khusus dari dunia
sosial untuk menunjukkan aplikasi teori sistem. Dia mulai pada tingkat individual, di
mana dia sangat terkesan dengan karya Mead, di mana kesadaran dan tindakan saling
berkaitan. Dalam kenyataannya, Buckley menyusun ulang problematik Meadian dari
sudut pandang teori sistem. Tindakan (action) dimulai dengan sinyal dari lingkungan,
yang ditransmisikan ke aktor. Akan tetapi, transisi mungkin diperumit oleh kekacauan
(noise) dalam lingkungan. Saat ia bergerak, sinyal memberi informasi kepada aktor.
Berdasarkan informasi ini, aktor bisa memilih respon. Kuncinya di sini adalah
mekanisme mediasi yang dimiliki aktor yakni kesadaran diri (self-consciousness).
Buckley menarik kesimpulan dengan mendiskusikan beberapa prinsip umum dari
teori sistem sebagaimana diaplikasikan pada domain sosiokultural.
a. Pertama, teoritisi sistem menerima ide bahwa ketegangan adalah normal,
senantiasa hadir, dan merupakan realitas yang diperlukan sistem sosial.
b. Kedua, ada fokus pada sifat dan sumber dari variasi dalam sistem sosial.
Penekanan pada ketegangan dan variasi membuat perspektif sistem menjadi
dinamis.
c. Ketiga, ada perhatian pada proses seleksi di tingkat individual maupun
interpersonal di mana beragam alternatif yang terbuka untuk sistem akan disortir
dan disaring. Ini memperbesar dinamismenya.
d. Keempat, level interpersonal dipandang sebagai basis pengembangan dari struktur
yang lebih besar. Proses transaksional dari pertukaran, negosiasi, dan tawar-
menawar (bargaining) adalah proses-proses yang memunculkan struktur sosial
dan kultural yang relatif stabil.
e. Terakhir, kendati ada dinamisme di dalam pendekatan sistem, ada pengakuan
terhadap proses pengekalan (perpetuation) dan transmisi.
Ada sejumlah kesamaan yang agak mencolok antara teori sistem dan pendekatan
dialektika, meski mereka diturunkan dari sumber yang sangat berbeda (yang satu
ilmiah, yang satunya lagi filosofis) dan mempunyai perbendaharaan yang sangat
berbeda (Ball, 1978). Kesamaan-kesamaan antara keduanya itu adalah fokusnya pada
relasi, proses, kreativitas, dan ketegangan.
1.2 Teori Sistem Umum Niklas Luhmann
Luhmann mengembangkan suatu pendekatan sosiologis yang mengombinasikan elemen
dari fungsionalisme struktural Talcott Parsons dengan teori sistem umum dan
memperkenalkan konsep dari biologi kognitif, sibernetika dan fenomenologi (Paul, 2001).
Luhmann memandang ide-ide Parsons yang belakangan sebagai satu-satunya teori umum
yang cukup kompleks untuk membentuk basis bagi pendekatan sosiologi baru yang
merefleksikan temuan terakhir dalam sistem biologi dan sibernetik. Akan tetapi, dia
memandang dua problem dengan pendekatan Parsons. 
a. Pertama, pendekatan Parsons tak punya tempat untuk referensi diri
(self reference), sementara menurut Luhmann, kemampuan masyarakat
untuk merujuk pada dirinya sendiri adalah penting untuk
memahaminya sebagai sebuah sistem.
b. Kedua, Parsons tak mengakui kontingensi (contingency). Akibatnya,
Parsons tidak dapat secara memadai menganalisa masyarakat modern
karena dia tidak melihat ada kemungkinan lainnya. Jadi, dengan
mengambil contoh dari karya Parsons, skema AGIL tidak boleh dilihat
sebagai fakta, tetapi sebagai model kemungkinan.
Kunci untuk memahami apa yang dimaksud oleh Luhmann dengan sistem dapat
ditemukan dalam perbedaan antara sistem dengan lingkungannya. Pada perbedaan
antara keduanya adalah pada kompleksitas (complexity). Suatu sistem selalu kurang
kompleks ketimbang lingkungannya. Kunci untuk memahami apa yang dimaksud
oleh Luhmann dengan sistem dapat ditemukan dalam perbedaan antara sistem dengan
lingkungannya. Pada perbedaan antara keduanya adalah pada kompleksitas
(complexity). Suatu sistem selalu kurang kompleks ketimbang lingkungannya.
1.2.1 Sistem-sistem Autopoietic
Konsep autopoietic ini merujuk kepada diversitas sistem-sistem dari sel biologis
sampai ke seluruh masyarakat dunia. Luhmann menggunakan istilah itu untuk
menunjuk pada sistem-sistem seperti, antara lain, ekonomi, politik, hukum, saintifik,
dan birokrasi. Sistem autopoietic memiliki empat karakteristik sebagai berikut :
a. Sebuah sistem autopoietic menghasilkan elemen-elemen dasar yang menyusun
sistem itu sendiri.
b. Sistem-sistem autopoietic mengorganisasikan diri (self-organizing) dalam dua
cara, mereka mengorganisasikan batas-batasnya sendiri, dan mengorganisasikan
struktur intemalnya.
c. Sistem autopoietic adalah self-referential (Esposito, 1996).
d. Sebuah sistem autopoietic adalah sistem tertutup.

1.2.2 Masyarakat dan Sistem-sistem Psikis


Luhmann berargumen bahwa masyarakat adalah sistem antopoietic. Ia memenuhi
empat karakteristik yang dikemukakan di atas, masyarakat menghasilkan elemen-
elemen dasarnya sendiri, membangun struktur dan batas-batasnva sendiri, self-
referential, dan tertutup. Elemen dasar dari masyarakat adalah komunikasi, dan
komunikasi dihasilkan oleh masyarakat. Partisipan dalam masyarakat mengacu
kepada masyarakat melalui komunikasi.
Menurut konsepsi Luhmann, apa pun yang bukan komunikasi adalah bagian dari
lingkungan. Ini mencakup sistem biologis manusia dan bahkan sistem psikisnya.
Individu sebagai organisme biologis dan individu sebagai kesadaran bukanlah bagian
dari masyarakat, tetapi bagian luar dari masyarakat. Ini menimbulkan ide aneh yakni
individu adalah bukan bagian dari masyarakat.
Yang dimaksud sistem psikis oleh Luhmann adalah kesadaran indiyidu. Sistem
psikis dan masyarakat, sistem semua komunikasi mempunyai properti sama.
Keduanya bersandar pada makna (meaning). Makna terkait erat dengan pilihan yang
dibuat sistem. Makna tindakan (atau objek) tertentu adalah perbedaannya dengan
tindakan (atau objek) lainnya. Makna hanya muncul terhadap latar belakang dari
kontingensi (contingency). Jika tidak ada kemungkinan menjadi berbeda, maka tidak
akan ada makna. Tindakan hanya bermakna sejauh pemilihannya dibuat dari
rangkaian kemungkinan tindakan. Sistem seperti sistem psikis dan sosial yang
mengandalkan pada makna adalah tertutup, karena
1. Makna selalu mengacu kepada makna yang lain,
2. Hanya makna yang dapat mengubah makna,
3. Makna biasanya menghasilkan lebih banyak makna. Makna membentuk
batas-batas untuk masing-masing sistem.
Dalam sistem sosial, makna adalah perbedaan antara komunikasi di dalam sistem
dan gangguan dari luar sistem. Sistem psikis dan sistem sosial berevolusi bersama.
Masing-masing adalah lingkungan yang diperlukan untuk masing-masing sistem.
Elemen-elemen dari sistem makna psikis adalah representasi konseptual, elemen-
elemen dari sistem makna sosial adalah komunikasi.
1.2.3 Kontingensi Ganda (Double Contingency)
Kontingensi ganda mengacu pada fakta bahwa setiap komunikasi harus
mempertimbangkan cara komunikasi itu diterima. Tetapi, kita juga tahu bahwa cara ia
diterima akan tergantung kepada estimasi penerima terhadap komunikator. Ini
membentuk lingkaran yang mustahil: penerima tergantung kepada komunikator, dan
komunikator tergantung kepada penerima. karena masing-masing dari kita memiliki
seperangkat norma yang berbeda sehingga komunikasi menjadi diperlukan, dan
karena komunikasi ini memiliki problem kontingensi ganda maka kita
mengembangkan seperangkat norma. Ini menunjukkan bagaimana masyarakat sebagai
sistem autopoietic bekerja: struktur (peran, norma institusional dan tradisional) dari
masyarakat menciptakan elemen-elemen (komunikasi) masyarakat dan elemen-
elemen itu menciptakan struktur, sehingga, sebagaimana dalam sistem autopoietic
lainnya, sistem tersebut menyusun elemennya sendiri.
Karena kontingensi ganda, setiap komunikasi tertentu (given) adalah mustahil.
Pertama, adalah mustahil bahwa kita akan mempunyai sesuatu yang ingin kita
komunikasikan kepada orang tertentu. Kedua, karena informasi dapat
dikomunikasikan dengan sejumlah cara, maka tidak mungkin kita akan memilih cara
khusus saja. Ketiga, adalah mustahil bahwa orang yang kita ajak berbicara akan
memahami kita dengan tepat. Struktur sosial berkembang untuk menjadikan
komunikasi yang mustahil (improbable) menjadi lebih mungkin (probable).
1.2.4 Evolusi Sistem Sosial
Evolusi secara sederhana adalah sebuah proses trial-and-error. Evolusi bukan
teleologis. Hasilnya tidak diatur oleh tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Salah satu
implikasinya adalah bahwa, dalam teori Luhmann, ide kemajuan menjadi tidak ada
artinya. Ini membedakannya dari ide evolusioner universal masyarakt modern dari
Parsons. Mengasumsikan satu jalan pasti dari perkembangan kemasyarakatan adalah
teleologis dan mengabaikan fakta bahwa ada variasi jalan untuk menghadapi masalah
tertentu.
Pada tingkat umum, evolusi membuat kemustahilan menjadi lebih mungkin.
Secara ketat, dapat dikatakan bahwa evolusi bukan sebuah proses, tetapi seperangkat
proses yang dapat dideskripsikan sebagai pelaksanaan tiga fungsi: varian, seleksi, dan
stabilisasi karakteristik yang dapat direproduksi. Fungsi-fungsi ini merepresentasikan
mekanisme konkret yang dengannya evolusi itu beroperasi. Variasi adalah proses
trial-and-error.

1.2.5 Diferensiasi
Dari sudut pandang teori sistem Luhmann, ciri utama dari masyarakat modern
adalah meningkatnya proses diferensiasi sistem sebagai cara menghadapi
kompleksitas lingkungannya (Rasch, 2000). Diferensiasi adalah “Replikasi, di dalam
sistem, dari perbedaan antara sebuah sistem dan lingkungannya” (1982:230). Ini
berarti bahwa dalam sistem diferensial ada dua jenis lingkungan yang lazim untuk
semua subsistem dan sebuah lingkungan internal yang berbeda untuk masing-masing
subsistem.
Diferensiasi di dalam sistem adalah cara penanganan perubahan dalam
lingkungan. Seperti yang sudah kita lihat, masing-masing sistem harus menjaga batas-
batasnya dalam hubungannya dengan lingkungan. Jika tidak ia akan dikuasai oleh
kompleksitas lingkungannya, ambruk dan berhenti eksis. Untuk bertahan hidup,
sistem harus mampu menghadapi variasi lingkungannya. Proses diferensiasi ini berarti
meningkatkan kompleksitas sistem, karena subsistem dapat membuat hubungan yang
berbeda-beda dengan sistem lainnya. Ia menghasilkan lebih banyak variasi di dalam
sistem untuk merespon variasi di lingkungan.
Luhmann menyatakan bahwa hanya sedikit bentuk diferensiasi internal yang
telah berkembang. Dia menyebut ini segmentasi, stratifikasi, pusat-pinggiran, dan
diferensiasi fungsional. Diferensisasi-diferensiasi ini meningkatkan kompleksitas dari
sistem melalui repetisi diferensiasi antara sistem dan lingkungan di dalam sitem. Dari
segi potensi evolusionernya, bentuk-bentuk diferensiasi ini mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda untuk menghasilkan keragaman dan karena itu menyediakan lebih
banyak pilihan untuk proses evolusi. Semakin kompleks bentuk diferensiasi akan
berpotensi mempercepat evolusi sistem.

1.2.6 Sosiologi Pengetahuan Luhmann


Menurut Luhmann, pertanyaan prinsip untuk sosiologi adalah: Apakah
masyarakat itu? Ini adalah titik awal dari usaha Luhmann untuk mengembangkan
sebuah teori sistem (1987). Sosiologi, sebagai ilmu tentang masyarakat, hanya
mungkin terwujud apabila ada konsep tentang masyarakat yang didefinisikan dengan
jelas. Teori sistem Luhmann mendefinisikan masyarakat sebagai “Semua yang
mencakup sistem sosial termasuk semua sistem kemasyarakatan lainnya” (1997:78;
diterjemahkan oleh salah seorang penulis).
 Studi Luhmann merekonstruksi penggunaan historis dan makna istilah itu
dalam kaitannya dengan perubahan struktur sosial, mengambil semantik sebagai
sebuah ekspresi dari interpretasi struktur sosial. Jadi, cara yang tepat untuk
mengamati masyarakat secara sosiologis adalah investigasi perubahan semantik dalam
relasinya dengan struktur sosial yang berubah. Luhmann telah berusaha keras
menjelaskan perkembangan, misalnya, semantik moralitas, individualitas, hukum,
pengetahuan (1980/1981/1989/1995), puisi (2001), dan cinta (1982/1986). Metode ini
adalah bagian dari sosiologi pengetahuan dan dapat dipakai dalam tugas umum
pengembangan teori tentang masyarakat.

1.2.7 Kritik
Ada sejumlah kritik terhadap teori sistem Luhmann (Bliihdom, 2000), tetapi
hanya akan meninjau empat kritik secara ringkas. Pertama, banyak teoritisi, termasuk
Jurgen Habermas, mengatakan bahwa yang dilihat Luhmann sebagai keniscayaan
perkembangan evolusioner sesungguhnya adalah bersifat regresif dan tidak mesti
(unnecessary). Kedua, dalam teori Luhmann, diferensiasi adalah kunci untuk
mendeskripsikan perkembangan masyarakat dan meningkatnya kompleksitas sistem
sosial dalam menghadapi lingkungannya (Rasch, 2000). Tetapi, kita juga dapat
menemukan dua proses yang berbeda dalam masyarakat kontemporer. Yang satu
adalah de-dirensiasi (Lash, 1988), yaitu, proses pembubaran batas-batas antarsistem ,
misalnya antara kultur tinggi dan kultur populer. Yang satunya lagi adalah letrasi (R.
Miinch, 1987), yaitu, proses pembentukan institusi untuk memperantarai sistem-
sistem sosial. Ketiga, teori sistem Luhmann tampaknya terbatas kemampuannya untuk
mendeskripsikan relasi antarsistem. Tidak semua sistem tampak tertutup dan seperti
yang diasumsikan Luhmann. Bukan hanya beberapa sistem tampaknya bisa
menerjemahkan kode masing-masing pihak, tetapi terkadang mereka menggabungkan
sistem lain dengan elemen mereka sendiri. Terakhir, teori sistem Luhmann
mengasumsikan variasi pandangan terhadap masyarakat yang semuanya valid tanpa
kemungkinan memberi priority pada satu pandangan. (Ini menyerupai pandangan
yang dianut oleh teoritisi sosial post-modern Lyotard (1984)). Meski demikian,
Luhmann mengklaim bahwa kita mampu untuk mengembangkan pengetahuan yang
pasti tentang masyarakat yang mengamati semantik dari deksripsi diri masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai