Analisis Debu Tambang PDF
Analisis Debu Tambang PDF
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyusunan Tugas Akhir Pada
Fakultas Teknik Jurusan TekPnik Pertambangan Universitas Cenderawasih
Oleh :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................6
iii
2.2.5 Analisis Konsentrasi Debu ...........................................................13
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel
debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi
kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit
karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang
relatif berbeda-beda.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan dari
penelitian adalah menganalisis debu yang timbul akibat aktifitas penambangan
pada area DMLZ demi menunjang keselamatan dan kenyamanan kerja sehingga
produksi pun dapat berjalan dengan lancar.
1.3.2 Manfaat
1. Manfaat dari penelitian ini agar meminimalisir debu di dalam area
DMLZ (Deep Mill Level Zone) agar pasokan udara bersih bagi pekerja
tetap tercukupi sehingga menimbulkan kenyaman kerja
2
1.4 Keadaan Lingkungan
Secara garis besar area kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi
menjadi dua daerah (Gambar 1), yaitu: Daerah dataran rendah (lowland) dan
daerah dataran tinggi (highland).
Daerah Dataran Rendah (lowland)merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian antara 10 mdpl sampai 2000 mdpal dandaerah dataran tinggi
(highland) merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 mdpl
sampai 4200 mdpal yang terdiri dari wilayah pabrik pengolahan bijih (mil74), Mil
Level Adit (MLA) portal, Ali Budihardjo Tunnel (level 2510), Kasuang Portal
(level 2860), ARD Portal (level 2950), Amole Portal (level 3020), dan Agawagon
Portal (level 3046), tambang DOZ, tambang IOZ, tambang Big Gossan, tambang
Gunung bijih Timur (GBT) dan lokasi tambang terbuka Grasberg.
3
Wilayah kerja PT. Freeport Indonesia mempunyai iklim tropis. Tetapi
kenyataannya, kondisi iklim sebenarnya berubah secara bervariasi sesuai dengan
perubahan terhadap ketinggian. Secara umum daerah dataran rendah (lowland)dan
memiliki iklim yang panas, basah dan lembab, sedangkan daerah dataran tinggi
(highland) memiliki iklim yang basah, dan dingin.
Temperatur udara rata –rata bervariasi antara 70C pada daerah pemantauan
alat meteorologi tertinggi sampai sekitar 260C pada pelabuhan Amamapare.
Temperatur bulanan rata-rata hampir selalu konstan, yang merupakan karakteristik
dari iklim tropis. Curah hujan di daerah penambangan yang dipantau dari stasiun
GBT berkisar antara (16 – 816 mm/bulan) dan hari hujan berkisar antara (9 – 31
hari hujan/bulan).
Topografi pada daerah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia sangat
bervariasi mulai dari daerah pantai dan rawa sampai dengan daerah yang
berketinggian 4200 mdpal.
Pada area penambangan merupakan daerah yang tidak rata dan bergunung-
gunung, karena terletak di daerah pegunungan Sudirman atau Highland dengan
ketinggian antara 2000 m sampai 4200 mdpal. Daerah dataran rendah atau
Lowland mempunyai ketinggian antara 10 m sampai 2000 mdpal yang meliputi
pelabuhan Amamapare, Timika dan Kuala Kencana dan merupakan daerah yang
relatif datar dan rata.
4
hutan bakau. Meninggalkan daerah pelabuhan ketinggian semakin besar dan rawa
bakau sedikit demi sedikit menjadi rawa nipa atau sagu. Pada jarak sekitar 40 km
memasuki area pedalaman terdapat dataran dengan ketinggian 350-500 mdpal
yang ditumbuhi oleh hutan lebat. Pada daerah ini mulai timbul pegunungan
dengan bentuk jurang yang terjal.
Mendekati daerah Tembagapura dengan ketinggian sekitar 2000 mdpal
terdapat banyak jurang dan dinding batuan yang terjal, bentuk air tejun yang besar
maupun yang kecil dan lembah-lembah yang curam. Jika memasuki daerah
penambangan dengan ketinggian sekitar 2800 m sampai 4000 m dari permukaan
air laut, pada permukaannya hampir tidak ditemui adanya pohon namun hanya
tanaman perdu, rumput dan lumut. Hal ini di sebabkan karena cuaca yang sangat
dingin dan terkadang diselimuti salju.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Debu
Dalam tambang bawah tanah, fungsi ventilasi sangatlah penting yakni
menyediakan udara yang cukup dalam hal kuantitas dan kualitas guna mendilusi
kontaminan / pengotor udara pada konsentrasi yang aman di semua fasilitas
tambang bawah tanah dimana pekerja bekerja maupun melintas atau dengan kata
6
lain mengganti oksigen yang telah digunakan dan untuk membuang gas, asap dan
debu.
Debu adalah partikel zat halus yang berdiameter 0.1 – 50 mikron atau lebih
yang dihasilkan oleh proses mekanis. Proses mekanis ini dapat menimbulkan debu
yang halus yang melayang di udara dan debu yang kasar mengandap di
permukaan. Partikel-partikel debu yang dapat dilihat oleh mata adalah yang
berukuran lebih dari 50 mikron, sedangkan yang berukuran kurang dari 10 mikron
sulit atau tidak dapat untuk dideteksi oleh mata, dan hanya dideteksi oleh mata
apabila terdapat pantulan cahaya yang kuat dari partikel-partikel debu tersebut
atau dengan menggunakan mikroskop (Siswanto, 1998). Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003) debu adalah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh
proses mekanis sedangkan menurut The Mine Safety and Health Administration
(MSHA) debu adalah zat padat yang terbagi secara halus dimana dapat naik ke
udara dari keadaan semula tanpa adanya bahan kimia dan perubahan fisik lainnya.
Dari segi kesehatan, berdasarkan ukurannya debu digolongkan sebagai
berikut :
a. Respirable Dust
Respirable dust yaitu partikel-partikel debu kecil yang dapat
menembus hidung dan sistem pernafasan dan masuk ke dalam paru-paru.
b. Inhalable Dust
Inhalable Dust yaitu debu yang memasuki tubuh tetapi
terperangkap dalam hidung, tenggorokan dan sistem pernafasan atas.
Rata-rata diameter dari debu ini adalah 10 µm.
c. Total Dust
Total Dust termasuk seluruh partikel-partikel yang naik ke udara
dengan mengabaikan ukuran atau susunannya.hartman)
7
peledakan, pemuatan, pengangkutan dan penumpahan bijih. Berikut ini klasifikasi
debu berdasarkan tingkat bahayanya, yaitu :
a) Debu fibrogenik
Merupakan debu yang berbahaya terhadap pernafasan, seperti silika
(kuarsa dan chert), silikat (asbestos, talk, mika dan silimanit), meal fumes
(asap logam), bijih timah, bijih besi, karborondum dan batubara (anthrasit,
bitumineous).
b) Debu karsiogenik
Contohnya kelompok radon, asbestos dan arsenik.
c) Debu beracun
Merupakan debu yang mengandung racun yang berbahaya terhadap
organ dan jaringan tubuh, seperti bijih berilium, arsenik, timah hitam,
uranium, radium, thorium, khromium, vanadium, air raksa, kadmium,
antimoni, selenium, mangan, tungsten, nikel dan perak (khususnya oksida
dan karbonat).
d) Debu radioaktif
Merupakan debu yang berbahaya karena radiasi sinar alpha dan sinar
beta, seperti bijih uranium, radium dan thorium.
e) Debu yang dapat meledak (terbakar di udara)
Contohnya debu logam (magnesium, alumunium, seng, timah dan
besi), batubara (bituminous dan lignit), bijih sulfida dan debu organic.
f) Debu pengganggu
Contohnya gypsum, gamping dan kaolin.
2.2.2 Faktor-Faktor yang menentukan bahaya Debu Kepada Manusia
Tingkat bahaya debu pada kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, komposisi debu, konsentrasi, ukuran partikel, lamanya waktu terpapar
dan kemampuan individual.
a) Komposisi Debu
Ditinjau dari tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan komposisi
mineralogi debu lebih penting dibandingkan komposisi kimiawi atau sifat
fisiknya. Sebagai contoh silika bebas memiliki aktifitas kimia yang lebih
8
besar di dalam paru-paru dibandingkan silika campuran. Namun pada
kasus asbestos, efek mekanik lebih penting sedangkan untuk debu beracun,
kelarutan merupakan faktor penting.
b) Konsentrasi
Penurunan konsentrasi rata-rata debu berarti menurunkan peluang untuk
terjadinya penyakit paru-paru, sehingga perlu dilakukan usaha untuk
menurunkan konsentrasi debu pada daerah kerja tambang bawah tanah.
Konsentrasi debu di udara dapat dinyatakan dengan 2 cara, yaitu :
Atas dasar jumlah = mppcf (million of particles per cubic foot)
Atas dasar berat = mg/m3
Faktor konsentrasi merupakan faktor terpenting kedua setelah komposisi.
Secara umum debu dapat membahayakan paru-paru jika konsentrasinya lebih
besar dari 0,5 mg/m3. Untuk debu-debu beracun radioaktif konsentrasi yang lebih
kecilpun dapat membahayakan.
c) Ukuran Partikel
Debu berukuran halus (< 5 µm) merupakan debu yang paling berbahaya
karena luas permukaannya besar dengan demikian aktifitas kimianya pun besar.
Selain itu debu halus tergolong debu yang dapat dihirup (resiprable dust) karena
mungkin tersuspensi di udara.
Debu yang berbahaya, respirable dust, tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Meskipun begitu, kita dapat mengasumsikan bahwa pada daerah yang
mempunyai kensentrasi debu yang ringgi dan dapat dilihat oleh mata telanjang
memiliki konsentrasi respirable yang tinggi pula. Aspek lain yang kurang
menguntungkan dari respirable dust adalah kecilnya settling velocity yang
mengakibatkan partikel tersebut dapat tersuspensi diudara dalam waktu yang tidak
dapat ditentukan. Range ukuran aerosol yang umum berada dialam dapat dilihat
pada tabel
9
Tabel 1-1 Range Ukuran Aerosol
10
2. Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit
Pneumokoniosis. Penyebabnya adalah silica bebas ( ) yang terdapat
dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru
dengan masa inkubasi 2 - 4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit ini
umumnya yang bekerja di perusahaan seperti tambang timah putih,
tambang besi, tambang batu bara, dan lain-lain. Gejalanya penyakitnya
dibedakan pada tingkat ringan dan berat. Gejala tingkat ringan misalnya
seperti: batuk ringan dan pengembangan paru-paru. Pada tingkat berat
terjadi sesak nafas yang mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung
kanan, kegagalan jantung kanan.
3. Antrakosilikosis adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh silika bebas
bersama debu arang batu. Penyakit ini mungkin ditemukan pada tambang
batu bara atau karayawan industri yang menggunakan bahan batu bara
jenis lain. Gejalanya berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan
dahak hitam (Melanophtys).
4. Absestosis adalah jenis pneumokniosis yang disebabkan oleh debu asbes
dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai
silikat. Yang terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja yang
umumnya terkena penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan,
pemintalan asbes dana reparasi tekstil yang terbuat dari asbes. Gejala yang
timbul berupa sesak nafas, batuk berdahak/riak dengan rhonchi di basis
paru, cyanosis terlihat bibir biru.
5. Berryliosis, penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium,
terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatan
tabung radio, dan lain-lain.
6. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan:
"Monday Morning Sydroma "atau" Monday Fightnesi" sebagai gejala
timbul setelah hari kerja sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak
nafas, batuk-batuk, "Vital Caoacity" jelas menurun setelah 5-10 tahun
bekerja dengan debu.
7. Stannosis disebabkan debu bijih timah putih (SnO).
11
8. Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung .
Cyclone adalah alat pemisah antara respirable partikel dengan yang tidak
dapat terhisap oleh pernafasan manusia, berbentuk kerucut terbalik.
Filter adalah membaran tipis dari bahan polyvinyl clorida untuk Dust
sampling sebagai bagian terpenting dari sampling yang akan dianalisa untuk
mendapatkan konsentrasi Debu.
Kaset (Cassette) adalah tempat filter diletakan, harus dalam kondisi tertutup
dari kemungkinan kebocoran angin.
12
Pompa adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan dust yang ada di
area kerja, sehingga partikel-partikel tersebut tersaring pada filter, yang kemudian
akan dianalisa selanjutnya. Hisapan pompa akan di set sesuai dengan yang dihisap
manusia secara normal per menitnya.
S.W.A = DE x RT (2.2)
480
Dimana :
DE = Dust Exposure (mg/m³)
DW = Berat Debu (gram)
SV = Sample Volume (mg)
S.W.A = Shift Weight Average (mg/m³)
RT = Run Time (menit)
480 = Ketetapan per Shift Kerja
13
MSHA : 10
(% Silica + 2)
DOM : 10,345
(% Silica + 3,448)
C = Wq , mg/m³
%S = Wq
x 100
Ws
14
dapat dilihat pada tabel 3.7. Metode yang ada ditulis berdasarkan biaya dan
efisiensi.
Tabel 3.5
Metoda dan Strategi Dasar Pengotrolan Debu
a. Prevention
Modifikasi Operasi/penambangan.
Pemeliharaan Peralatan.
b. Removal
15
Pembersihan Tempat Kerja
Pembersihan Udara dengan Dust Collector
c. Suppression
Infusion with water or steam
Allaying with water or foam
Penanganan debu yang mengendap
Rock dusting
d. Isolation
Restricted Blasting
Enclosure of Operation
Local – Exhaust System
Separate Split of Air
e. Dilution
Local Dilution by Aux Ventilation
Dilution by Main Ventilation
16
Water spray digunakan untuk debu yang telah berada di udara. Apabila debu
telah berada di udara, penggunaan air menjadi kurang efisien karena partikel debu
menjadi lebih sukar untuk dibasahi. Jenis water spray yang lazim digunakan
adalah:
- Solid Stream
- Hollow Cone
- Flat Spray
- Atomizing Spray
- Full cone
- Ventury spray.
b. Dust collectors
Alat ini semakin umum digunakan dalam dunia industri, termasuk
pertambangan dan mineral processing, selama beberapa dekade karena alasan
kesehatan dan masalah debu yang semakin meningkat. Wet scrubber dan filter
digunakan untuk tambang bawah tanah sementara cyclone digunakan untuk
tambang terbuka. (Divers dan janosik, 1978; Organishak et al., 1983; Divers dan
Cecala, 1990).
c. Kontrol umum dan lokal
Pada banyak situasi, pemakaian air dan dust collector dalam tambang adalah
sangat sulit atau tidak mungkin. Dalam kondisi ini kontrol umum dan local dapat
digunakan.
Contoh penggunaannya antara lain:
Pembuatan dan penggunaan alat yang menghasilkan debu yang rendah.
Penggunaan tabir udara dan cabs.
Penggunaan system exhaust untuk menghilangkan debu dari udara
kerja tambang.
Penggunaan saat kimia pengikat untuk menghindarkan debu yang
berada diudara.
d. Dilusi oleh ventilasi.
17
Dilusi oleh sistem ventilasi saat ini masih dianggap sebagai metoda utama
yang digunakan untuk mengontrol debu tambang yang ada. Dalam metode ini,
kecepatan aliran udara lebih berperan daripada kuantitas udara. Pada setiap lubang
bukaan yang menghasilkan debu, jarak partikel yang terbawa oleh aliran udara
bergantung pada kecepatan udara dan kecepatan pengendapan dari partikel
tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
N
Kegiatan Keterangan Hasil
o.
1 Persiapan Mencari, mengumpulkan pustaka dan Proposal
. studi literatur Surat bukti bimbingan
Konsultasi dan ujian proposal Surat ijin penelitian
Konsultasi sebelum melakukan
18
penelitian
Surat bukti bimbingan skripsi yang
dikeluarkan oleh pengelola program
studi
Surat ijin penelitian yang dikeluarkan
oleh fakultas yang ditunjukkan kepada
instansi di lokasi penelitian
2 Studi Membaca dan memahami buku-buku Photo copy buku dan
. Kepustakaan kepustakaan dan jurnal maupun jurnal jurnal ilmiah sebagai
ilmiah yang berisi teori, pendapat dari referensi
peneliti buku yang akan dijadikan
referensi sebagai landasan teori yang
merupakan hasil analisis penelitian
3 Metode Observasi : pengamatan langsung Memahami metode
. Penelitian dilapangan yang digunakan
Dokumentasi : mengumpulkan
dokumen-dokumen terkait penelitian
dan mengambil atau memotret gambar
lokasi penelitian
1. yang Diteliti Data primer adalah data yang diambil Data-data yang didapat
Data
dan diolah sendiri oleh peneliti dilapangan
Data sekunder adalah data yang di
ambil dari laporan perusahaan.
5 Pengolahan Data Dengan melakukan serangkaian
. perhitungan dari :
6 Penyusunan Halaman Judul
. Laporan Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
19
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4. Keadaan Lingkungan
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Vrentilasi Tambang
2.2. Debu
2.2.1 Klasifikasi Debu
2.2.2 Faktor-Faktor bahaya
debu pada manusia
2.2.3 Jenis-jenis penyakit
yang timbul akibat
debu
Bab III Metodologi Penelitian
3.1. Rencana Penelitian
3.2. Bahan dan Peralatan
3.3. Tahapan, Metode dan Teknik
Penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Bab V Penutup
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
7 Pelaksanaan Pembimbingan Nilai dan pengesahan
. Ujian Seminar Hasil hasil Tugas Akhir
20
Kolekium
Ujian Sidang
Persiapan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
21
3.3.3 Metode dan teknik penelitian
a. Diagram alir penelitian
Persiapan
Studi Literatur
Pengambilan data
Sampling1 Sampling2 Sampling3
Pengolahan data
C %S DE
SWA
Hasil
Kandungan Dust
Silica Exposure
22
b. Studi pustaka
Langkah selanjutnya yang peneliti ambil adalah studi pustaka yaitu
peneliti terlebih dahulu mencari, mengumpulkan, dan mempersiapkan beberapa
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini yaitu terkait dengan sistem penyangga tambang bawah tanah.
c. Pengambilan data
Dimana peneliti melakukan Penelitian. pengumpulan data dan
mengelompokan data untuk mempermudah proses perhitugan.
d. Pengolahan data
Tahap Pengolahan data ini merupakan tahap terpenting dari suatu
penelitian, karena hasil dari penelitian ini akan dijadikan sebagai solusi untuk
permasalahan yang akan dibahas. Hasil
e. Analisa Dan Pembahasan
Pada tahap ini, semua hasil-hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data
yang berupa perhitungan dari metode RMR pada lokasi penelitian dianalisis dan
dibahas untuk mengidentifikasi kebutuhan penyangga pada lokasi penelitian.
23
Daftar Pustaka
Tentang PTFI. (t.thn.). Diambil kembali dari Pt. Freeport Indonesia:
http://www.ptfi
Ventilasi tambang (2012, 04) Diambil kembali dari Lingkup Ventilasi Tambang
http://bigminer.blogspot.com/2012/04/.html