Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN

LABORATORIUM KOMPUTER DAN


SUMULASI RESERVOIR

NAMA PRAKTIKAN
MUHAMMAD ALIEF YA MORIZ

NIM
071001700088

HARI / TANGGAL UJIAN


JUMAT/16 OKTOBER 2020

JUDUL
HASIL PENGERJAAN SIMULASI PIPESIM SLB

HARI / TANGGAL PENYERAHAN


SENIN/19 OKTOBER 2020

NILAI

LABORATORIUM KOMPUTER DAN SIMULASI RESERVOIR


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Minyak bumi adalah salah satu energi fosil yang menjadi energi utama
dalah penggunaan sehari-hari. Akan tetapi minyak bumi semakin lama akan
semakin berkurang dan tidak dapat diperbaharui, oleh karena itu saat ini
banyak energi alternatif yang mulai banyak digunakan seperti energi surya,
gas bumi ataupung angin. Akan tetapi untuk saat ini energi tersebut masih sulit
untuk menggantikan minyak bumi sebagai energi utama.
Minyak bumi yang kita gunakan berasal dari dalam bumi dimana telah
melalui proses-proses dari mulai batuan induk kemudia bermigrasi hingga
terperangkap dibatuan di dalam bumi. Dalam proses pengambilan minyak
bumi dilakukan ekplorasi terlebih dahulu untuk mencari letak dimana minyak
bumi tersebut berada, setelah ditentukan keberadaannya kemudian dilakukan
proses operasi eksploitasi untuk pengambilan minyak bumi tersebut.
Proses eksplorasi dan eksploitasi sudah dilakukan dalam pencarian gas
bumi. Pekerjaan kegiatan dimulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir
produksi gas bumi. Seiring dengan berproduksinya suatu reservoir gas, tentu
mengalami penurunan tekanan. Kehilangan tekanan pada sistem produksi
dapat terjadi pada berbagai posisi, dimulai dari reservoir hingga separator yang
digunakan untuk mengolah gas tersebut yang selanjutnya nanti akan siap
untuk dipasarkan. Kehilangan tekanan menjadi hal yang mutlak pada media
berpori yang dapat terjadi karena kerusakan formasi (formation damage) dan
pengaruh petrofisik batuan. Pekerjaan setelah pengeboran dilakukan komplesi
untuk penyelesaian sebelum produksi dapat dilakukan. Pada komplesi, terjadi
kehilangan tekanan karena turbulensi dari aliran pada formasi, akibat damage
atau kerusakan pada formasi akibat over balance perforation. Kehilangan
tekanan juga dapat terjadi pada pipa produksi bawah permukaan (tubing) atau
pipa di surface (flowline). Kehilangan tekanan pada pipa ini diakibatkan oleh
friksi dari fluidanya. Selain itu faktor yang sangat menentukan adalah nilai
dari faktor deviasi gas nya(z).Dilakukan identifikasi perlu dilakukan optimasi
produksi dengan menggunakan analisa nodal. Analisa nodal sekarang ini
sudah dapat diaplikasikan dalam sebuah perangkat lunak. Dalam dunia migas
dikenal dengan software Pipesim. Dengan menggunakan berbagai macam
metode perhitungan seperti penentuan nilai Pseudo – critical
Pressure/Temperature dan Pseudo-reduced pressure/Temperature, penentuan
dari deviasi gas (z), dan penentuan konstanta alirannya turbulen atau laminer.
Hasil dari perhitungan tersebut setelah diketahui, akan digunakan dalam well
setting tergantung dari jenis well completionnya. Kemudian sensitivity yang
digunakan adalah dari laju alir serta ukuran chokenya. Guna mendapatkan nilai
yang lebih tepat, dilakukan beberapa kali pengujian pada beberapa nilai
outlet pressurenya yang dapat di setting pada choke manifold. Setelah
beberapa kali melakukan pengujian sensitivity ini, maka akan didapatkan nilai
dari IPR (Inflow Performance Relationship) dan OPR (Outflow Performance
Relationship) titik potong dari keduaanya akan didapatkan laju alir optimum.
Perhitungan optimasi produksi gas ini penting dilakukan untuk mendapatkan
nilai produksi sehingga dapat maksimal dalam memproduksikan gas pada
cadangan yang tersedia serta memperhitungkan nilai ekonomi yang akan
didapatkan karena sudah dapat diketahui nilai optimasi yang didapatkan
BAB II
PEMBAHASAN

Software yang digunakan pada percobaan kali ini adalah software


PIPESIM. Dimana software tersebut kali ini digunakan untuk membuat desain
dari sebuah sumur, dari mulai mendesain casing, tubing, packer, dan juga
membuat desain artificial lift pada sumur.
Pada ujian tengah semester kali ini diberikan tugas untuk membuat
sebauh network yang dimana berisikan empat jenis sumur yaitu, sumur sembur
alam, Sumur Artifical Lift (ESP), Sumur Horizontal dan Sumur Horizontal
dengan Artifical Lift (ESP).
Data yang digunakan kali ini dimana kedalaman total yang digunakan
(MD) adalah 4688 ft yang terdiri atas empat buah casing, GOR sebesar 450
SCF/STB, water cut 25%. Sedangkan untuk sumur yang menggunakan artificial
lift digunakan jenis artificial lift Electrical Submersible Pump (ESP). Untuk
sumur horizontal data yang digunakan tetap sama akan tetapi sumur tersebut
harus membentuk sudut 90o
Setelah dibuat desain dari tiap sumur kemudian keempat sumur tersebut
dihubungkan dengan cara membuat Network dimana sumur tersebut akan
dihubungkan dengan menggunakan flowline berukuran 4in. Dan 5 in., juction 2
in., choke 2 in., separator 3 fasa 170 psi, dan sink 40 psi.

2.1 Sumur Sembur Alam


Sumur pertama yang akan didesain adalah sumur sembur alam,
kedalaman dari sumur ini adalah 4688. Sumur ini memiliki 4 buah casing
yang dipasang yaitu conductor casing dengan OD 13,38” Dan ID
12,527”, yang dipasang hingga kedalaman 500 ft. Kemudian dipasang
surface casing dengan OD 11,77” dan ID 10,606”, dipasang hingga
kedalaman 1200 ft. Casing yang ketiga adalah intermediate casing
dimana digunakan OD 9,64” dan ID 8,77”, dipasang hingga kedalaman
3800 ft. Casing keeempat adalah production casing dengan OD 7,63” dan
ID 6,63”, casing dipasang hingga kedalaman 4688 ft. Serta dipasang juga
Tubing pada kedalaman 3850 ft dengan OD 5” dan ID 4,276”.

Gambar 2.1.1 Desain Casing Sumur Sembur Alam

Setelah itu dilakukan perforasi pada kedalaman 4200 ft dengan


reservoir pressure 1717 psia dan temperature 217 oF, water cut 25% dan
GOR 450 SCF/STB. Serta dipasang packer pada kedalaman 3600 ft.

Gambar 2.1.2 Perforasi Sumur Sembur Alam


Setelah sumur didesain dilakukan nodal analysis (gambar 2.1.3),
pada nodal analysis digunakan inflow sensitifity berupa (cpl) dengan
pressure 1500 psia dan 2500 psia serta outflow sensitifity tubing dengan
ID 2” dan 3”, agar didapat data perbandingan nilai flowrate/stock-tank
liquid (ST Liquid) seperti gambar 2.1.3. dapat dilihat bahwa dengan
pressure 1500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar 447,3929
STB/d pada tekanan 940,7589 psia dan jika tubing yang digunakan adalah
3” didapat data flowrate 543,069 STB/d pada tekanan 821,163 psia. Jika
pressure 2500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar 797,7545
STB/d pada tekanan 1002,807 psia dan jika tubing yang digunakan
adalah 3” didapat data flowrate 935,0303STB/d pada tekanan 831,2121
psia.

Gambar 2.1.3 Nodal Analysis Sumur Sembur Alam

2.2 Sumur Aritificial Lift (ESP)

Sumur Kedua yang akan didesain adalah Artificial lift dengan


menggunakan ESP, kedalaman dari sumur ini adalah 4688. Sumur ini
memiliki 4 buah casing yang dipasang yaitu conductor casing dengan OD
13,38” Dan ID 12,527”, yang dipasang hingga kedalaman 500 ft.
Kemudian dipasang surface casing dengan OD 11,77” dan ID 10,606”,
dipasang hingga kedalaman 1200 ft. Casing yang ketiga adalah
intermediate casing dimana digunakan OD 9,64” dan ID 8,77”, dipasang
hingga kedalaman 3800 ft. Casing keeempat adalah production casing
dengan OD 7,63” dan ID 6,63”, casing dipasang hingga kedalaman 4688
ft. Serta dipasang juga Tubing pada kedalaman 3850 ft dengan OD 5” dan
ID 4,276”.

Gambar 2.2.1 Desain Casing Sumur Artificial Lift

Setelah itu dilakukan perforasi pada kedalaman 4200 ft dengan


reservoir pressure 1717 psia dan temperature 217 oF, water cut 25% dan
GOR 450 SCF/STB. Serta dipasang packer pada kedalaman 3600 ft.
Kemudian ditambahkan Artificial lift berupa ESP dengan minimal
flowrate 650 bbl/d dan maximum flowrate 1400 bbl/d. Minimal flowrate
ini digunakan karena sebelum digunakan artifial lift flowrate yang didapat
adalah 797,754 STB/d.
Gambar 2.2.2 ESP Sumur Artificial Lift

Setelah sumur didesain dilakukan nodal analysis (gambar 2.2.3),


pada nodal analysis digunakan inflow sensitifity berupa (cpl) dengan
pressure 1500 psia dan 2500 psia serta outflow sensitifity tubing dengan
ID 2” dan 3”, agar didapat data perbandingan nilai flowrate/stock-tank
liquid (ST Liquid) seperti gambar 2.2.3. dapat dilihat bahwa dengan
pressure 1500 psi 770,8798 psia dan jika tubing yang digunakan adalah 3”
didapat data flowrate 611,3174 STB/d pada tekanan 735,8532 psia. Jika
pressure 2500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar 807,8991
STB/d pada tekanan 990,1261 psia dan jika tubing yang digunakan
adalah 3” didapat data flowrate 935,0412 STB/d pada tekanan 831,1985
psia. Setelah menggunakan ESP dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
flowrate yang cukup besar terjadi.
Gambar 2.2.3 Nodal Analysis Sumur Artificial Lift (ESP)

2.3 Sumur Horizontal

Sumur Ketiga yang akan didesain adalah sumur horizontal ,


kedalaman dari sumur ini adalah 4688. Sumur ini memiliki 4 buah casing
yang dipasang yaitu conductor casing dengan OD 13,38” Dan ID
12,354”, yang dipasang hingga kedalaman 1500 ft. Kemudian dipasang
surface casing dengan OD 10,748” dan ID 10,04724”, dipasang hingga
kedalaman 2500 ft. Casing yang ketiga adalah intermediate casing
dimana digunakan OD 8,625” dan ID 8,097”, dipasang hingga kedalaman
3500 ft. Casing keeempat adalah production casing dengan OD 7” dan ID
6,276”, casing dipasang hingga kedalaman 4688 ft. Serta dipasang juga
Tubing pada kedalaman 4500 ft dengan OD 5” dan ID 4,276”.

Perforasi dilakukan pada kedalaman 4529,926 ft – 4692,926 ft,


dengan reservoir presesure 1800 psia dan temperature 150 oF. Kemudian
pada delevation survey dibuat desain agar sumur menjadi berarah atau
horizontal dengan sudut 90o , Dengan memilih kedalaman (MD) dan juga
TVD serta mengatur angle atau sudut saat berbelok dimana pada
kedalaman 1500 ft di belokkan dengan sudut 60 o, pada kedalaman 2000 ft
dengan sudut 75o, dan pada kedalaman 2500 ft,3500 ft, 4688 ft dengan
sudut 90o.

Gambar 2.3.1 Casing Sumur Horizontal

Gambar 2.3.2 Delevation Sumur Horizontal

Setelah sumur didesain dilakukan nodal analysis (gambar 2.3.3),


pada nodal analysis digunakan inflow sensitifity berupa (cpl) dengan
pressure 1500 psia dan 2500 psia serta outflow sensitifity tubing dengan
ID 2” dan 3”, agar didapat data perbandingan nilai flowrate/stock-tank
liquid (ST Liquid) seperti gambar 2.3.3. dapat dilihat bahwa dengan
pressure 1500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar 3562,833
STB/d pada tekanan 1455,439 psia dan jika tubing yang digunakan
adalah 3” didapat data flowrate 9494,364 STB/d pada tekanan 1381,16
psia. Jika pressure 2500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar
5996,507 STB/d pada tekanan 2425,004 psia dan jika tubing yang
digunakan adalah 3” didapat data flowrate 15761,28 STB/d pada tekanan
2302,743 psia.

Gambar 2.3.3 Nodal Analysis Sumur Horizontal

2.4 Sumur Horizontal Artificial lift (ESP)

Sumur Keempat yang akan didesain adalah sumur horizontal


dengan menggunakan ESP, kedalaman dari sumur ini adalah 4688. Sumur
ini memiliki 4 buah casing yang dipasang yaitu conductor casing dengan
OD 13,38” Dan ID 12,354”, yang dipasang hingga kedalaman 1500 ft.
Kemudian dipasang surface casing dengan OD 10,748” dan ID
10,04724”, dipasang hingga kedalaman 2500 ft. Casing yang ketiga
adalah intermediate casing dimana digunakan OD 8,625” dan ID 8,097”,
dipasang hingga kedalaman 3500 ft. Casing keeempat adalah production
casing dengan OD 7” dan ID 6,276”, casing dipasang hingga kedalaman
4688 ft. Serta dipasang juga Tubing pada kedalaman 4500 ft dengan OD
5” dan ID 4,276”.
Gambar 2.4.1 Casing Sumur Horizontal Artificial lift (ESP)

Perforasi dilakukan pada kedalaman 4529,926 ft – 4692,926 ft,


dengan reservoir presesure 1800 psia dan temperature 150 oF. Kemudian
pada delevation survey dibuat desain agar sumur menjadi berarah atau
horizontal dengan sudut 90o , Dengan memilih kedalaman (MD) dan juga
TVD serta mengatur angle atau sudut saat berbelok dimana pada
kedalaman 1500 ft di belokkan dengan sudut 60 o, pada kedalaman 2000 ft
dengan sudut 75o, dan pada kedalaman 2500 ft,3500 ft, 4688 ft dengan
sudut 90o.
Gambar 2.4.2 Delevation Sumur Horizontal Artificial lift (ESP)
Ditambahkan ESP dengan model ESP TG700 yang memiliki
minimum flowrate 5000 bbl/d dan maximum flowrate 9000 bbl/d. Jenis ini
dipakai karena sebelum ditambahkan ESP flowrate yang di dapat adalah
5996,507 STB/d.

Gambar 2.4.3 ESP Sumur Horizontal Artificial lift (ESP)

Setelah sumur didesain dilakukan nodal analysis (gambar 2.4.4),


pada nodal analysis digunakan inflow sensitifity berupa (cpl) dengan
pressure 1500 psia dan 2500 psia serta outflow sensitifity tubing dengan
ID 2” dan 3”, agar didapat data perbandingan nilai flowrate/stock-tank
liquid (ST Liquid) seperti gambar 2.4.4. dapat dilihat bahwa dengan
pressure 1500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar 50007,251
STB/d pada tekanan 1437,361 psia dan jika tubing yang digunakan
adalah 3” didapat data flowrate 9495,782 STB/d pada tekanan 1381,146
psia. Jika pressure 2500 psi dan tubing 2” didapat data flowrate sebesar
7385,439 STB/d pada tekanan 2407,624 psia dan jika tubing yang
digunakan adalah 3” didapat data flowrate 15761,28 STB/d pada tekanan
2302,742 psia.
Gambar 2.4.4 Nodal Analysis Sumur Horizontal Artificial lift (ESP)

2.5 Network Design


Setelah dilakukan desain pada 4 sumur sebelumnya, kemudian
sumur tersebut digabungkan dengan menggunakan network desain.
Dimana keempat sumur tersebut dihubungkan ke masing-masing choke (2
in.) dengan menngunakan flowline dengan diameter 4 in dan horizontal
distance 60 ft. Setelah dihubungkan ke choke kemudian keempatnya
dihubungkan ke junction dengan flowline yang memiliki dengan diameter
4 in dan horizontal distance 50 ft. Kemudian dari junction dihubungkan
dengan satu flowline dengan diameter 15 in dan horizontal distance 80 ft
menuju ke 3 phase separator (170 psia) dan kemudian dipisahkandengan
flowline 4 in. Ke masing-masing sink (40 psia) yaitu gas (merah), oil
(hijau), water (biru).
Gambar 2.1.9 Network Design

Setelah itu dilakukan simulasi dari hasil desain yang telah dibuat
tadi, berikut adalah hasil dari simulasi tersebut :

Gambar 2.10 Network Simulation


BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari keempat sumur percobaan kali ini,
dapat disimpukan sebagai berikut:
1. Sumur Sembur Alam memiliki tekanan 821,163 psia. Jika pressure
2500 psi dan tubing 2” didapat data Flowrate sebesar 797,7545
STB/d pada tekanan 1002,807 psia.
2. Sumur Artificial lift (ESP) memiliki Flowrate sebesar 807,8991
STB/d pada tekanan 990,1261 psia
3. Sumur Horizontal memiliki Flowrate 5996,507 STB/d pada tekanan
2425,004 psia.
4. Sumur Horizontal Artificial lift (ESP) memiliki Flowrate sebesar
7385,439 STB/d pada tekanan 2407,624 psia.
5. Artificial lift mampu meningkatkan lau alir pada sumur dimana
flowrate meningkat cukup signifikan dengan tekanan yang lebih
kecil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bendiksen, KH, Malnes, D, Moe, R and Nuland, S: “The Dynamic


Two-Fluid Model OLGA: Theory and Application,” paper
SPE 19451, SPE Production Engineering, 6, no. 2 (May
1991), 171–180.

2. Ellul, I, Sæther, G and Shippen, ME: “The Modeling of Multiphase


Systems Under Steady State and Transient Conditions,”
Proc ., Pipeline Simulation Interest Group 36th Annual Meeting,
Palm Springs, California, USA, October 20–22, 2004 .

3. Umam, Sayed Chairul. Optimasi Massa Laju Alir Gas Pada


Multi Gas Wells System Menggunakan Simulasi Pipesim.
Diss. Institut Teknologi Sepuluh November, 2016.

4. Umam, S. C. (2016). Optimasi Massa Laju Alir Gas Pada Multi


Gas Wells System Menggunakan Simulasi Pipesim
(Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh
November).

Anda mungkin juga menyukai