Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

KASUS
4.1 Deskripsi Kasus
i. Identitas Pasien
Nama : Suparman
Umur : 42 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Penyelam
Tgl. Pemeriksaan : 10 November 2020

ii. Anamnesis
Pasien merupakan penyelam tradisional yang menyelam menggunakan kompresor
pada tanggal 27 Oktober 2020 (2 minggu yang lalu) datang ke KKP II dengan keluhan tidak
dapat berjalan, kedua kaki terasa kram dan kesemutan serta pusing. Pasien datang dengan
terpasang kateter.
Pasien menyelam sebanyak 3x dari pukul 18.00 sampai 19.30 dengan kedalaman
sekitar 20 meter.
 Dive profile : Pada kasus ini tidak dapat dijabarkan karena terkait anamnesis yang kurang
lengkap
 List of symptoms
- Paralisis kedua kaki
- Kesemutan di kedua kaki
- Kram kaki
- BAK sulit
- Pusing
 Faktor Risiko
- Kedalaman menyelam lebih dari 18 meter.
- Tidak melakukan deco stop.

iii. Pemeriksaan fisik


 Status generalis

1
KU : lemah
Kesadaran : Letargi
TD : 130/80 mmhg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,7 0C
 Status lokalis
- Kepala leher
Mata : ikterik (-), miosis (+/+), reflek cahaya tak langsung (+/+), reflek cahaya langsung
(+/+)
Bibir : sianosis (–), massa (-)
Telinga : barotrauma (-)
No Pemeriksaan Telinga Telinga Kanan Telinga Kiri
.
1 Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2 Daun Telinga Bentuk dan ukuran Bentuk dan ukuran
hematoma (-), nyeri tarik hematoma (-), nyeri tarik
aurikula (-) aurikula (-)
3 Liang Telinga Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
furunkel (-), edema (-), furunkel (-), edema (-),
sekret (- sekret (-
4 Membran Timpani Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
hiperemi (-), edema (-), hiperemi (-), edema (-),

- Thoraks
Pulmo : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur -/-, gallop -/-

- Abdomen : Barotrauma (-), bising usus (+) menurun, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak
teraba, CVA (+/+)

- Ekstremitas : kesemutan (+), kram (+)


Superior Inferior
Paralisis - +
Parastesia - -

2
- Pemeriksaan refleks patologis : Tidak ada data
- Pemeriksaan refleks fisiologis : Tidak ada data

iv. Diagnosis : Decompression Sickness (DCS) tipe II

v. Tatalaksana : Terapi Oksigen Hiperbarik (Terapi Tabel 5 US NAUY)

4.2 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien


Pada kasus ini indikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik adalah karena pasien
mengalami penyakit dekompresi tipe 2 akibat menyelam

4.3 Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien


1. Pasien mendaftar di loket registrasi.
2. Dokter HBOT memberikan penjelasan terkait rencana tindakan HBOT, mencakup
tujuan tindakan, manfaat, risiko dan efek samping.
3. Pasien menandatangani persetujuan pada form informed consent yang sudah disediakan.
4. Dokter HBOT melakukan pengkajian pada pasien, mencakup :
a) Anamnesis.
b) Pemeriksaan fisik, berupa keadaan umum, tanda vital, status generalis, status
neurologi dan status lokalis.
c) Pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kontraindikasi HBOT yaitu,
laboratorium.
d) Menentukan tabel terapi rekompresi: pasien di KKP menggunakan tabel 5A US
NAVY
5. Pasien diminta menggunakan pakaian yang nyaman dan longgarserta melepas semua
aksesoris yang terbuat dari logam seperti jam tangan, ikat pinggang, perhiasan, dan lain-
lain. KIE pasien mengenai tata cara terapi hiperbarik dan hal yang perlu dilakukan saat
berada di dalam chamber.
6. Pasien dimasukkan kedalam ruang chamber dengan bantuan tender.
a) Pintu chamber ditutup rapat
b) Operator mulai memberikan tekanan menggunakan udara tekan sedikit demi sedikit
sambil memperhatikan keadaan umum pasien dan tender melalui celah kaca atau dengan

3
berkomunikasi melalui radio sampai tekanan mencapai kedalaman 60 feet pada skala
manometer.

4.4 Perkembangan Pasien Setelah Terapi Oksigen Hiperbarik


Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas yang pernah menangani kasus tersebut,
Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai sedikit membaik setelah mendapatkan 3 kali terapi
oksigen hiperbarik. Diagnosis akhir pada pasien yaitu DCS tipe 1.

4
5

Anda mungkin juga menyukai