Makalah Perancangan Pabrik Gula
Makalah Perancangan Pabrik Gula
DISUSUN OLEH
BIMO TITO RASUNA (125100201111008)
DOSEN PENGAMPU
RETNO DAMAYANTI
Gula aren adalah salah satu jenis produk pangan yang dikenal secara
internasional yang selama ini merupakan produk tradisional Indonesia. Gula aren
atau palm sugar, selain digemari sebagai bahan pelengkap dalam konsumsi
makanan sehari-hari, seringkali juga digunakan sebagai campuran obat pada
jamu tradisional, sehingga tak jarang produk yang terkenal sebagai healthy sugar
ini menjadi produk kegemaran masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas
di negara maju seperti Jepang. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 180.200 unit
usaha yang berjalan dibidang pembuatan gula merah, dengan nilai produksi
sekitar 4 milyar rupiah. Satu unit usaha penting yang menggunakan gula merah
adalah industri pembuatan kecap yang merupakan produk lokal yang cukup
banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Gula merah atau gula aren merupakan produk olahan dari cairan nira aren
yang diperoleh dari pohon aren. Sebagai negara yang beriklim tropis, tanaman
aren dapat dijumpai di beberapa daerah. Perkembangan perkebunan aren di
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 1992
luas area dari perkebunan tanaman aren mencapai 28.612 ha dan terus
meningkat hingga 60.761 ha pada tahun 2005. Peningkatan luas area ini diikuti
pula oleh peningkatan kuantitas di bagian produksi, dari 17.437 ton pada tahun
1992 hingga mencapai 35.899 ton pada tahun 2005. Data peningkatan luas
perkebunan aren di Indonesia dapat dilihat di Tabel 1.1
Tabel 1.1 Perkembangan perkebunan aren nasional Indonesia
Produksi gula merah tidak dapat dipungkiri memiliki potensi yang sangat
besar bagi perkembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia. Akan tetapi
dalam memproduksi gula aren masih dalam bentuk bongkaha yang diproduksi
secara tradisional sehingga dalam pemanfaatannya masih sulit. Tingginya
permintaan akan gula aren yang memiliki kemudahan untuk dikonsumasi maka
diperlukan suatu teknologi pembuatan gula aren yang praktis untuk dikonsumsi
seperti mengubah bongkahan gula aren menjadi gula aren dalam bentuk butiran
kristal gula aren yang kenampakannya sama seperti gula putih pada umumnya.
Kristalisasi merupakan metode yang digunakan dalam proses pengolahan
yang memiliki prinsip mengubah bahan olahan berupa cairan menjadi bentuk
butiran kristal dengan menggunakan aliran udara panas dengan suhu tinggi
hingga mencapai titik jenuh dan menghasilkan butiran kristal kecil. Dengan
metode kristalisasi tersebut, permintaan akan gula aren yang praktis
penggunaannya dapat tercapai. Oleh sebab itu, kami ingin membuat pabrik
pengolahan gula aren menjadi pengolahan kristalin gula aren dari nira aren.
Untuk memenuhi kebutuhan nira gula aren yang digunakan sebagai
bahan baku utama dalam pabrik maka pemilihan lokasi pabrik tertelak di daerah
kota Tuban Jawa Timur. Kota tuban merupakan salah satu kota yang banyak
ditumbuhi oleh tanaman Aren di Indonesia. Sehubungan dengan hal itu, maka
kota tuban sangat cocok untuk menjadi lokasi yang tepat dalam pemilihan lokasi
pabrik kami ini. Pabrik Kristalin Gula Aren ini kami namakan “PT. Gula Cinta
Abadi”
Menurut Atih 1987, Aren adalah tanaman berkeping satu (Monocotiledon) dan
anggota dari suku Arecaceae atau suku Palmae. Aren memiliki nama ilmiah
Arenga pinnata (Wurmb.) Merrill. Pohon aren tumbuh di daerah Asia Tenggara,
Kepulauan Ryukyu di Jepang, Vietnam hingga Himalaya timur, daerah Afrika dan
Kepulauan Pasifik. Aren tumbuh di ladang, pinggir desa, hutan primer dan
sekunder.
Menurut Maman, 2002 nira adalah cairan yang keluar dari pembuluh tapis
sebagai hasil dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan
maupun betina. Adapun tandan bunga jantan lebih sering disadap daripada
bunga betina karena dapat menghasilkan jumlah nira lebih banyak dan kualitas
yang lebih baik. Nira aren memiliki kandungan gula sekitar 10-15 %, Nira aren
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Nira aren memiliki nilai kalori hampir 400
kkal yang didominasi oleh karbohidrat (98,76%). Selain mengandung nilai kalori
yang tinggi, nira aren juga mengandung banyak komponen mikronutrien seperti
kalsium, fosfor, besi dan riboflavin walaupun dalam jumlah terbatas.
Menurut sardjono 1988, Gula aren merupakan gula yang diperoleh
melalui proses pemekatan nira aren sehingga memiliki kandungan air yang
rendah dan pendinginan sehingga mengeras. Nira aren yang didapat memiliki
nilai perolehan gula yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh musim. Pada saat
musim kemarau nilai perolehan gula lebih tinggi dibandingkan pada musim
penghujan. Gula aren sangat mudah mengalami kerusakan karena sifatnya yang
higroskopis. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pengemasan yang baik agar
gula aren tetap bermutu baik pada saat penyimpanan.
2.2 Proses Pengolahan Gula Aren
Menurut Sardjono Basrah, 1987 pengolahan gula aren secara
tradisional digunakan peralatan yang sederhana seperti: wajan besar, tungku,
pengaduk kayu, pisau sadap, bumbung bambu, cetakan, kaleng, timbangan,
serok, kain penyaring, dan plastik. Proses pembuatan gula aren secara umum
dibagi beberapa tahap yaitu:
1. Penyaringan: Nira hasil sadapan disaring dengan kain penyaring menjadi nira
bersih.
2. Pemasakan:
a) Nira ditambah dengan kapur sirih sebanyak 1% dari volume nira (setiap
1 liter nira ditambah 10 gram kapur sirih), kemudian dididihkan dalam
wajan sambil diaduk. Busa dan kotoran yang mengambang selama
pendidihan dibuang.
b) Setelah volume nira 1/5 volume awal, nira disaring kembali dan
didinginkan selama semalam. Endapan yang terbentuk dibuang.
c) Ni
ra yang telah diendapkan tersebut kembali dipanaskan sambil diaduk
hingga menjadi 8% volume awal sehingga menjadi sirup kental. d. Api
dimatikan. Sirup kental didiamkan selama 5 menit.
Bahan baku utama dalam proses produksi kristalin gula aren adalah
air nira yang berasal dari cairan yang keluar dari pembuluh tapis sebagai
hasil dari penyadapan tongkol (tandan) atau bunga pada pohon aren.
Bahan baku tersebut didapatkan dari petani penyadap dan warga sekitar.
c. Alat pengemas
Alat pengemas yang digunakan merupakan mesin pengemas
langsung tipe linier yang searah dengan keluaran produk dari mesin
kristalisasi dimana isi disesuaikan dengan bungkus yang bervariasi sesuai
massanya dan terdapat bungkus ziplock.
d. Saringan
Saringan yang digunakan merupakan saringan beberapa level
untuk menyaring dan memastikan nira yang akan dimasukan ke mesin
pemanas tanpa kotoran atau bersih. Sehingga mudah di proses.
e. Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengukur massa nira yang masuk
kedalam ruang pengadaan bahan baku. Spesifikasi timbangan memiliki berat
maksimum 300kg dan hanya menggunakan 1 timbangan..
3.2.2 Alat penunjang produksi
a. Tong
Merupakan wadah penampungan nira mentah sebelum prosuksi.
b. Troli
Merupakan alat pembantu untuk memindahkan bahan baku seperti nira
mentah dari tong yang akan dimasukan ke proses pemasakan.serta
memindahkan barang jadi yang sudah di packing ke gudang
penyimpanan.
Diagram alir proses dalam pabrik kristalin gula aren dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Nira aren
Cair
Penyaringan
Menghilangkan kontaminan
Pemanasan selain Nira Gula Aren
Kristalisasi
Pengemasan
Kristal Gula
Aren
Pembuatan gula aren di pabrik kristalin gula aren mengalami beberapa tahapan
Penimbangan, Penyaringan, penggilingan, pemurian, penguapan, kristalisasi,
pemisahan kristal, dan pengeringan.
Cairan nira diperoleh dari warga sekitar kota tuban yang kemudian
dikirimkan ke stasiun pengadaan bahan baku. Pengadaan ini bertujuan untuk
mendapatkan nira aren sebagai bahan utama dalam proses produksi kristalin
gula aren.
2. Penimbangan
Nira aren yang telah melewati stasiun pengadaan bahan baku kemudian
dikirim ke stasiun penimbangan terlebih dahulu. Penimbangan ini bertujuan untuk
mengetahui massa awal dari cairan nira sehingga dapat menghitung rendemen
hasil akhir kristalin gula aren yang didapatkan.
3. Penyaringan
5. Kristalisasi
Kristal gula aren yang sudah jadi dilakukan proses pengemasan yang
bertujuan untuk tetap menjaga kualitas produk gula yang dihasilkan. Selain itu
juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi kerusakan pada produk
akibat kontaminasi, memudahkan barang dalam penyimpanan, memudahkan
perhitungan persediaan dalam gudang.
3.4 Layout Pabrik
3.5
Tata Letak Kantor
3.6 Manajemen/Organisasi Perusahaan
P.T. GCA (Gula Cinta Abadi) memiliki berbagai bagian bidang untuk
menjalankan tugas dari pendirian perusahaan, diantaranya adalah:
General Manager
b. Pekerja produksi
Pekerja produksi merupakan pekerja yang berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi. Jam kerja pekerja produksi sebagai berikut
- Senin-Kamis : Pukul 07.00 – 15.00 WIB
- Jumat : Pukul 07.00 – 15.30 WIB
- Sabtu : Pukul 07.00 – 12.00 WIB
- Minggu Libur
3.10 Pemasaran
Salah satu dari strategi pemasaran yang sering dilakukan oleh suatu
perusahaan adalah dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu
sendiri,atau lebih sering dikenal dengan istilah bauran pemasaran.
Bauran pemasaran itu sendiri didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilakukan
oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi menentukan master plan dan
mengetahui serta menghasilkan pelayanan (penyajian) produk yang memuaskan
pada suatu segmen pasar tertentu yang mana segmen pasar tersebut telah
dijadikan sasaran pasar untuk produk yang telah diluncurkan untuk menarik
konsumen sehingga terjadi pembelian.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemasakan dan
Kristalisasi
Pengadukan
(371,25 L) (11,1375 L)
Dalam 1 hari produksi menghasilkan 112,6125 Kg Kristal Gula Semut dan dikemas
dengan berat bersih 500gr(112 pck) dan 1000gr(56 pck)
Secara umum, proses pembuatan kristalin gula semut dimulai dari stasiun
pengadaan bahan baku yang menampung sebanyak 500 liter air nira lalu
ditimbang per 300 liter, kemudian masuk ke stasiun penyaringan yang
menghasilkan kehilangan massa sebesar 5% dari total bahan yaitu sebanyak 5
liter. Selanjutnya hasil penyaringan tersebut dilanjutkan ke stasiun pemasakan,
dimana pada proses ini bahan yang masuk sebesar 495 liter serta dillakukan
proses pengadukan agar air nira yang bertujuan untuk meratakan suhu
pemasakan ke semua bagian dan menghindari terjadinya kegosokan. Proses
pemasakan ini mengalami penyusutan keluaran yakni sebesar 25 % dari bahan
total yang masuk sebanyak 123,75 Liter dan menghasilkan kehilangan massa
sebesar 371,25 liter atau sekitar 75% dari bahan total. Nira cair yang telah kental
selama proses pemasakan, kemudian masuk ke stasiun kristalisasi. Pada tahap
ini kehilangan massa yang dihasilkan hanya sebesar 9 % dari total bahan atau
sekitar 11,1375 liter dan keluaran yang dihasilkan sebesar 112,6125 Kg dalam
bentuk butiran kristal gula semut. Selanjutnya dillakukan tahap pengemasa pada
stasiun pengemasan dan penggudangan. Pada tahap pengemasan terdiri dari 2
proses pengemasan, yaitu dengan berat bersih 500gr/kemasan menghasilkan
sebanyak 112 pack dan berat bersih 1000gr/kemasan atau 1kg/kemasan
menghasilkan sebanyak 56 pack.
371,25 Liter
Proses Kristalisasi
Pengemasan
112,6125 Kg
PEMASAKAN DAN
650 Kg PENGADUKAN 585 Kg
Mesin Kristalisasi
Mesin Kristalisasi
1428 Watt 1356,6 Watt
Mesin Pengemasan
Mesin Pengemasan
1400 Watt 1330 Watt
Keuntungan
Keuntungan adalah besarnya omzet / hasil usaha yang didapatkan setiap
bulan yang telah dikurangi oleh pajak penghasilan sebesar 1,5%
(penghasilan kurang dari 1 milyar)
Pajak PPh = 1,5% x Rp 86.800.000, -
= Rp 1.302.000, -
Keuntungan = Hasil Usaha - Biaya Produksi – Pajak PPh
= Rp 86.800.000,00 - Rp 67.007.800,00 - Rp 1.302.000,00
= Rp 18.490.200,- (per bulan)
= Rp 34.562.800
1- Rp 32.445.000/ Rp 85.498.000
= Rp 34.562.800/0,62
= Rp. 55.699.965,59
Pengembalian Modal
a. Tingkat pengembalian modal pertahun (Return on Asset – ROE)
= Keuntungan bersih pertahun x 100 %
Modal awal
= 12 x Rp 18.490.200 x 100 % = 71,81 %
Rp 308.981.000
Air limbah proses dialirkan menuju AML ( Air Masuk Limbah ), kemudian
ditambahkan dengan susu kapur hingga ph > 7,0 agar suasana air menjadi basa
sehingga kotoran yang ada dapat lebih mudah mengendap dan untuk
mengurangi bau pada air limbah. Setelah itu air akan masuk kedalam bak
pengendapan lumpur dan minyak untuk memisahkan air limbah dari minyak dan
lumpur dari air limbah. Dalam bak tersebut, minyak yang terkandung dalam air
limbah akan mengapung, sedangkan lumpur yang terkandung dalam air limbah
akan mengendap. Kemudian dilakukan analisa COD/BOD/TSS serta mengamati
suhu, PH, warna air, dan kandungan minyak. Kemudian air limbah akan dialirkan
menuju equalisasi.
2. Equalisasi
Equalisasi berfungsi untuk kehidupan bakteri dan menjaga bakteri dan
menjaga air yang masuk bak equalisasi agar bebas dari kotoran, PH diatas 7,
suhu dibawah 400c dan tidak mengandung minyak. Kemudian air akan dipompa
menuju bak aerasi 1 dengan pengendalian yang tidak melebihi kapasitas
(120m/jam).
3.Aerasi
Penanganan limbah cair menggunakan sistem aerasi lanjut dengan
menggunakan lumpur aktif. Kemudian dilakukan penambahan nutrisi untuk
kehidupan bakteri dengan larutan pupuk urea 4kg/jam dan SP 0,8 kg/jam secara
continue. Mengamati perubahan warna air agar tidak menjadi hitam dengan
mengendalikan debit air masuk dan penambahan waktu tunggu di masing-
masing bak aerasi. Terjadi overflow bak air, masuk ke dalam bak aerasi 2, dan
seterusnya hingga bak aerasi 4. Kemudian overflow dari bak aerasi 4 ke clerifier,
melakukan analisa endapan, suhu, PH, serta warna air.
4.Clarifier
Berfungsi membersihkan kotoran yang mengapung pada clarifier dan
menjaga air agar tidak mengandung kotoran, daun, plastik, dll. Lalu memompa
balik endapan yang berupa lumpur aktif ke bak aerasi 1 secara kootinou ( jika
endapan lumpur di atas 30% makan dilakukan pemindahan ke bak stabilisasi ),
kemudian diamati kelancaran air jernih yang mengalir pada talang clarifier.
5.Outlet
Air jernih dari clarifier keluar sebagai outlet menuju sungai. Air limbah
dianalisis berdasarkan PH, warna, suhu, bau, debit air, BOD, COD dan TSS
(Total Soluble Solid). Analisa yang dilakukan pada pengolahan limbah untuk
memastikan bahwa limbah yang akan dibuang ke lingkungan sekitar telah aman
bagi lingkungan. Dengan nilai COD maksimal 100 ppm dan BOD maksimal 60
ppm. Setelah dinyatakan aman maka air limbah akan dialirkan ke sungai
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Lepang , Mody. 2012. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Balai Penelitian
Kehutanan Makassar. Vol.9 No.1, Oktober 2012 : 37-54.Makasar.
Suryati, Atih Herman dan M.Yunus. 1987. Kandungan Mineral Nira dan Gula
Semut Asal Aren. J. Of Agro-based Industry, Vol. 4, No. 2, pp. 48-51.
Maman Rohaman, Edna W.Fasya, dan Ign Suharto. 2002. Pengaruh Suhu,
Kelembaban Relatif dan Jenis Pengemas Terhadap Mutu dan Umur Masa
Simpan Gula Semut. J.Agro-Based Industry. vol.19, no.1-2, hal.12-18.
Sardjono, A.Basrah Enie, dan Oyok Sukardi. 1987. Penelitian Pengemasan Gula
Merah Cetak. J. of Agro-based Industry, Vol. 4, No. 1, pp 13-16.