Anda di halaman 1dari 13

Monike Lanina

175130101111007

2017A

RESUME PART I

Cairan Tubuh dan Feses

Cairan tubuh terbagi menjadi

1) Pleural Fluid

2) Pericardial Fluid

Pleural dan pericardial fluid menjadi satu kesatuan di rongga pleura

3) Peritoneal Fluid  cairan yang ada di rongga perut

4) Cerebrospinal Fluid (CSF)  cairan yang ada di otak

5) Synovial Fluid  cairan yang ada di persendian

6) Amniotic Fluid

7) Miscellaneous Fluids

*Beberapa cairan yang masuk ke dalam rongga tubuh

Cairan tubuh

Jumlah total cairan dalam tubuh makhluk hidup mencapai 60% berat badan. Perubahan

komposisi cairan tubuh akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh.

Cairan tubuh terdiri dari:

1. Cairan Intra Seluler  cairan yang ada di dalam sel

2. Cairan Ekstra seluler (CES)  cairan yang ada di luar sel


3. Cairan Intravaskuler  cairan yang ada di dalam pembuluh darah

Masing-masing cairan akan berfungsi sesuai dengan tempatnya

*Kucing dengan BB 6kg memiliki cairan tubuh 60% dari BB jadi sekitar ada 3,6 L. Dibagi

menjadi dua.

- 60% ada di intra seluler  2,4 L

- 33% ada di ekstra seluler  1,2 L

Ekstraseluler dibagi lagi menjadi:

1. cairan interstitial  20-24% cairan tubuh artinya sekitar 15% dari BB  0,9L

2. cairan transceluler  sedikit volume

3. cairan bone  15% cairan tubuh

4. cairan intravaskuler  8-10% cairan tubuh artinya sekitar 5% dari BB  0,3 L

Masing-masing ini punya jumlah yang berbeda-beda, yang paling dominan adalah cairan

interstitial.

Gangguan Keseimbangan Cairan

Dehidrasi

 hipertonik  karena retensi atau tertinggalnya jumlah natrium berlebihan dalam darah

 hipotonik  natrium turun di dalam darah

Overhidrasi  terlalu banyak cairan yang ada di dalam tubuh, bisa ada hormone ADH

yang di sekresikan terlalu tinggi, sehingga hewan merasa selalu haus  banyak minum,

bisa juga karena cairan di dalam sel berlebihan,


Hipovolemik  dehidrasi yang disebabkan karena kehilangan darah yang berlebihan atau

dalam kondisi dehidrasi

 DEHIDRASI : Kehilangan cairan tubuh dari sel dan darah

 HIPOVOLEMIA: Penurunanan volume plasma darah

- Kondisi hipovolemik sering dikaitkan dengan kondisi kehilangan darah, missal

terjadi kecelakaan atau trauma dimana darah banyak sekali keluar  bisa

menyebabkan hipovolemik atau shock, biasanya ditandai dengan hypoxia atau bisa

juga karena kondisi kebiruan atau pucat mukosa.

- Vomit bisa memicu kondisi dehidrasi dan hipovolemik/shock  karena cairan yang

keluar berlebihan

- Diare bisa memicu kondisi dehidrasi dan hypovolemic

- Sepsis/ vasodilatasi, hypoadrenocorticism bisa memicu hypovolemic

- polyuria  kondisi dimana urin yang keluar dari dalam tubuh itu berlebihan,

sehingga bisa memicu kondisi dehidrasi dan hipovolemik, misalnya jika

mengkonsumsi obat-obat diuretika (furosemide) dalam jumlah yang banyak  bisa

memicu polyuria sehingga bisa memicu dehidrasi dan hypovolemic

Keseimbangan Asam-Basa

Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh 3 sistem

◦ Sistem penyangga (buffer)

◦ Sistem pernafasan

◦ Ginjal

Dimana jika ada gangguan di 3 sistem tersebut akan mengalami :


- Asidosis : peningkatan konsentrasi H+ di atas normal atau penurunan konsentrasi

HCO3- di bawah normal yang menyebabkan penurunan pH cairan tubuh sampai

7,35 (normal 7,4). Contohnya pada Diabetes, muntaber, gangguan hati dan ginjal

bisa juga memicu dehidrasi dengan kondisi asidosis.

- Alkalosis : penurunan konsentrasi H+ cairan tubuh atau kelebihan HCO3 - sehingga

meningkatkan pH cairan tubuh sampai di atas 7,4. Contohnya pada penyakit paru

dan cedera ginjal

Kepentingan mengevaluasi asidosis dan alkalosis, terkait dengan terapi cairan. Jangan

sampai pada kondisi asidosis ditambahkan cairan acid dimana akan menambahkan keasaman

 sehingga akan fatal sekali dalam tubuh dan dapat memicu kematian

Evaluasi Cairan Tubuh

Ketentuan umum untuk evaluasi:

- Pemeriksaan laboratorium harus disertai dengan pemeriksaan gejala klinik dan

anamnesa. Apakah ada riwayat gagal ginjal atau jantung atau hal lain seperti gejala

muntah dan diare, bisa mengindikasikan ke salah satu ketentuan cairan tubuh.

- Tanda-tanda klinik dan anamnesa menunjukkan besarnya kebutuhan cairan.

Mengevaluasi kondisi dehidrasi dengan CRT dan turgor kulit.

- Tanda klinik hewan yang mengalami dehidrasi 7%, membutuhkan cairan sebanyak +

7% dari berat badan.

- Diare akut menunjukkan adanya metabolic asidosis, mengindikasikan adanya

gangguan keseimbangan asam basa

- Gangguan respirasi yang ditandai dengan sesak nafas menunjukkan adanya metabolic

alkalosis

- Kelemahan berat menunjukkan adanya kekurangan K+ atau Ca+


- Gangguan fungsi jantung menunjukkan adanya perubahan-perubahan K+

- Pemeriksaan laboratorium memperkuat gejala klinik yang terlihat, sehingga dapat

digunakan untuk menentukan terapi cairan:

◦ Jika hewan mengalami asidosis: perlu diberi cairan alkalis, pemberian cairan asam

dapat membahayakan hidup

◦ Jika hewan mengalami hiperkalemia: perlu diberi cairan bebas K+ , pemberian cairan

kaya K+ dapat menyebabkan tekanan jantung.

Pemeriksaan laboratorik selama terapi cairan dapat memberikan gambaran yang lebih

nyata status dehidrasi pada hewan dibandingkan pemeriksaan klinik. Perubahan-perubahan

nilai pada hasil pemeriksaan di bawah ini memberikan evaluasi lebih cepat pada status

dehidrasi dengan peningkatan PCV, TPP, BUN  mengindikasi dehidrasi.

Sampel Cairan Tubuh

Sampel berupa Cairan pleural di rongga thorax, peritoneal di rongga perut, synovial,

cerebrospinal digunakan untuk pemeriksaan efusi cairan tubuh (body cavity effusions),

penyakit persendian (joint diseases) dan gangguan sistem saraf pusat

Uji Cairan Tubuh

- Physical examination

- RBC and WBC counts  melihat secara cytologi atau dengan kombinasi hematologi

- WBC differential

- Cytology  mengidentifikasi sel-sel yang ada di apus darah

- Crystal examination*  periksa kristal-kristal yang ada di dalam cairan tubuh tersebut,

related dengan beberapa kondisi seperti persendian ada cairan.


Cytology adalah teknik diagnosa cepat, mudah dan ekonomis dengan minimal resiko bagi

pasien. jadi dengan mengambil cairan  lakukan apus darah  warnai. Tantangannya adalah

perlu waktu untuk analisa sel, karena ada kemiripan antara radang dan neoplasia. Informasi

berdasarkan pemeriksaan sitologi berguna untuk menentukan perbedaan penyebab penyakit

misal radang vs neoplasia, dan berguna untuk menentukan uji lanjutan (misal: kultur atau

histopatologi).

Efusi adalah akumulasi cairan di rongga tubuh. Dan cairan efusi adalah cairan yang

terakumulasi. Akumulasi cairan bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis. Efusi pleura

di rongga thorax. Efusi abdomen Namanya ascites. Sampel berasal dari situ  lakukan cytologi

 analisa  interpretasi

Pleura dan Peritoneum dibatasi oleh lapisan sel mesothelial, normalnya terdapat cairan

serous jernih dalam jumlah sedikit yang berfungsi sebagai lubrikan dan media transport

elektrolit dan substansi lain.

Transudat adalah efusi yang dihasilkan dari perubahan karena faktor mekanis seperti

perubahan tekanan osmosis dalam kapiler. Perubahan tersebut mempengaruhi resorbsi cairan.

Eksudat adalah cairan efusi yang dihasilkan dengan meningkatnya permeabilitas vaskuler

terhadap plasma protein karena proses radang.

Kalo ada inflamasi dan infeksi sering menemukan cairan yang bentuknya eksudat

Patologi Cairan Efusi

1) Transudat (krn peningkatan tekanan osmosis pd sinus hepar, kapiler alveoli)

2) Exudates (krn peningkatan permeabilitas vaskuler dan mesotel)  bisa terjadi di area

rongga dan jaringan

3) Efusi hemoragis karena kerusakan pembuluh darah  karena trauma


4) Efusi dari saluran limfatik

5) Kerusakan viscera, menyebabkan isi organ viscera masuk ke rongga tubuh, misalnya

inisiasi proses radang dan eksudasi

Parameter Evaluasi Cairan Tubuh

Sifat-sifat fisik dan kimia

◦ Volume

◦ Warna

◦ Transparansi

◦ Kadar protein  diukur menggunakan refraktometer

◦ Kadar zat-zat lain yang dapat digunakan untuk mendukung diagnosis misalnya

bilirubin, ureum (BUN), globulin, dsb.

Sifat sel dalam cairan tubuh

◦ Jumlah total sel yang berinti

- Teknik penghitungan seperti pada penghitungan leukosit

- Penghitungan bisa terjadi kesalahan kerena adanya sel-sel yang menggumpal dan

terfragmentasi (sering terdapat dalam cairan efusi)

◦ Morfologi dan diferensiasi sel

- Digunakan preparat apus langsung

- Preparat apus menggunakan sedimen setelah cairan disentrifuse

◦ Pengecatan Gram atau membuat pembenihan untuk deteksi adanya bakteri


Sel-Sel yang sering dijumpai

- Sel Mesotelial

- Makrofag (merupakan sel limfosit)

- Neutrofil

- Sel-sel lain dalam cairan tubuh/efusi

- Eosinofil

- Limfosit

- Sel-sel Plasma

- Mast Cell

- Eritrosit, dapat diamati pada cairan hemothoraks atau hemoperitoneum

- Sel-sel Tumor

Pleocytosis  terjadi peningkatan jumlah sel dalam cairan

Membedakan sel neoplasia dengan sel leukosit ukurannya berbeda. Sel neoplasia

memiliki ukuran yang lebih besar dari sel leukosit. Contohnya ada sel epitel yang menyatu, sel

mesenkimal yang terdapat inti, sel yang bulat, sel yang telanjang artinya tidak punya

sitoplasma.

Neoplasia benigna dan maligna. Benigna memiliki sel yang seragam artinya tumor

jinak. Sel malignan adalah tumor ganas dengan ukuran sel yang beragam, proliferasinya cepat,

selnya besar-besar.

Cara membedakan transudate dan eksudat. Transudate jernih serous, kekuningan

sedangkan eksudat jernih atau keruh tergantung viskositas dan spontan menjendal. Eksudat

biasanya terdapat bakteri dengan sel neutrofil, limfosit, eritrosit, makrofag.


Cytology non efusi dengan respiratory tract wash dengan mengambil cairan melalui trakea

atau nasal. Ini semua dengan perlakuan anestesi.

Tahapan evaluasi wash fluid adalah dengan evaluasi mikrobiologi, perubahan fisik, jumlah

sel, konsentrasi cairan, apus darah dan mikroskopik review.

Analisa CSF (Cerebrospinal Fluid)

Analisa CSF dikombinasikan dengan pemeriksaan neurologis merupakan metode

diagnose yang berguna pada penyakit-penyakit sistema saraf pusat.

Sample CSF adalah dengan menganalisa CSF harus dilakukan segera setelah koleksi

sample (30-60 menit) karena kadar protein rendah menyebabkan selsel mengalami degenerasi

dan lisis dengan cepat.

Bila specimen belum bisa diproses dalam 1 jam, sample bisa ditambah pengawet 40%

ethanol 1:1. Penambahan 1 tetes serum autolog/0,25 mL CSF disimpan dalam 4 0C selama 48

jam.

Sifat Fisik CSF

- Warna

◦ Normal : jernih, tidak berwarna dan tidak mengalami clotting. Cairan jernih harus

tetap di uji cytolgi karena, cairan jernih belum tentu tidak ada sel-sel.

◦ CSF berwarna merah cerah menunjukkan adanya darah segar karena tusukan, perlu

dilakukan sentrifugasi sampel agar cairan jernih tidak berwarna. Perlu dilakukan

sentifugasi.

◦ CSF berwarna merah kecoklatan menunjukkan adanya perdarahan diluar yang

masuk kedalam CSF, setelah sentrifugasi supernatan berwarna kuning


(Xantokromia) mengindikasikan adanya bilirubin yang terbentuk 1-2 hari sesudah

perdarahan.

◦ Hewan yang ikterik, dapat menyebabkan conjugated bilirubin masuk ke CSF

- Turbiditas CSF atau derajat kekentalan

◦ Turbiditas CSF disebabkan oleh suspensi partikel dalam cairan.

◦ Sel sel dalam CSF biasanya > 500 sel/l menyebabkan CSF jadi keruh

◦ Kadang-kadang diperlukan antikoagulansia untuk pemeriksaan CSF

Uji-Uji CSF

Susunan Kimia CSF

Protein

1. Kualitatif, Pandy test untuk globulin

 Cara: 1 tetes CSF + 1 tetes larutan phenol jenuh, akan menghasilkan warna putih

keruh. Cairan normal warna tetap jernih

2. Kuantitatif

◦ Colorimetric

◦ Turbidometri

◦ Kadar normal protein 12-40 mg/dl  bila melebihi mengindikasi keradangan

Protein meningkat

◦ Radang  jumlah sel meningkat

◦ Non radang : perdarahan, tumor, enchephalomalacia Perdarahan waktu sampling

menyebabkan peningkatan protein CSF

Glukose

1. Normal : terdapat 60-80% glukosa darah dalam CSF


2. Glukosa CSF turun :

 Infeksi pyogenic (glucose darah turun)

 Hypoglycemic

 Hyperglycemic

Sodium

- Normal: Na+ dalam CSF sedikit lebih tinggi dari Na+ darah. CSF Na+ meningkat

sampai lebih dari 160-200 mEg/l pada babi akibat dehidrasi

Pemeriksaan Sitologis CSF

CSF harus diperiksa dalam waktu 30 menit untuk menghindari lisis. Sel diawetkan dengan

etanol 1:1

Total sel berinti

- Penghitungan sel seperti menghitung leukosit

- Normal: kurang dari 25 sel/l

- Sel meningkat (terjadi pleocytosis) pada radang selaput otak

◦ Radang bernanah  terjadi pleocytosis berat

◦ Virus, jamur, tumor, degeneratis – pleocytosis ringan

Diferensial Sel

- Limfosit : dominan pada CSF normal

- Neutrofil : Dominan pada kasus meningitis, encephalitis, abses dan perdarahan

- Limfosit juga dominan pada infeksi viral, jamur, toxic, penyakit degenerative, dan

perdarahan

- Monosit : dominan pada Feline Infectious Peritonitis (FIP)


- Sel-sel tumor, jika selaput otak terkena tumor.

Synovial Fluid adalah cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat dalam sendi.

Ultrafiltrat plasma yg mengandung asam hialuronat yang disekresikan oleh lapisan synovial.

Indikasi uji : peningkatan volume, sample cairan synovial dengan penambahan heparin untuk

berbagai pemeriksaan

Pemeriksaan Cairan Synovial

- Makroskopi

◦ Volume (bandingkan dengan volume normal)

◦ Warna, normal tidak berwarna, atau kuning bening

◦ Kejernihan, normal jernih

◦ Viskositas

◦ Adanya bekuan (sample tanpa koagulan, normal tidak akan ada bekuan)

- Mikroskopi

1. Menghitung jumlah sel, total sel radang

2. Menghitung jenis sel

3. Kristal-kristal tanpa antikoagulan, 1-2 tetes cairan sendi ditaruh pada kaca objek dan

ditutup dengan cover glass, periksa di bawah mikroskop akan adanya kristal urat yang

bentuknya memanjang seperti jarum, kristal pyrophosphate, kristal cholesterol

- Kimia

◦ Tes bekuan mucin (complex protein-hyalurinic acid)

◦ Uji dilakukan dengan penambahan asam acetat

◦ Normal : terjadi bekuan kenyal dalam cairan jernih

- Bakteriologi ◦ Pemeriksaan terhadap kuman penyebab radang/ infeksi


Pemeriksaan Feses  Sample dari defekasi spontan atau diambil secara langsung dari rectum.

Pemeriksaan terhadap parasit, telur cacing, darah.

- Makroskopi dengan mengevaluasi 1. Warna 2. Bau 3. Konsistensi 4. Lendir 5. Darah

6. Parasit.

- Pada mikroskopis dengan mengevaluasi 1. Sel epitel 2. Makrofag 3. Leukosit 4.

Eritrosit 5. Kristal-kristal 6. Sisa makanan 7. Sisa Ragi 8. Telur dan larva cacing.

- Pemeriksaan darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang

tidak dapat dinyatakan melalui uji makroskopi atau mikroskopi.

- Uji Benzidine Hasil :

*negatif (tidak ada perubahan warna)

*Positif + hijau ++ biru bercampur hijau +++ biru ++++ biru tua.

- Urobilin

*Normalnya terdapat urobilin dalam tinja

*Hasil test positif berwarna merah

*Pada kondisi ikterus obstruktif, jumlah urobilin berkurang sehingga hasil test negatif

Anda mungkin juga menyukai