1
1. Stockham, S.L., and
Scott, M.A., 2008,
Fundamentals of
Veterinary Clinical
Pathology, Blackwell
Publishing
2. Cowell, R.L.,2004,
Veterinary Clinical
Pathology Secrets,
Elsevier Mosby
3. Rosenfeld, A.J., and
Dial, S.M., 2010,
Clinical Pathology for
the Veterinary Team,
Blackwell Publising
Jumlah total cairan dalam tubuh makhluk hidup
mencapai 60% berat badan
Perubahan komposisi cairan tubuh akan
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh.
Cairan tubuh terdiri dari:
1. Cairan Intra Seluler
2. Cairan Ekstra seluler (CES)
3
4
1) Pleural Fluid
2) Pericardial Fluid
3) Peritoneal Fluid
4) Cerebrospinal Fluid (CSF)
5) Synovial Fluid
6) Amniotic Fluid
7) Miscellaneous Fluids
5
Dehydration
◦ Hypertonic dehydration (Na↑)
◦ Hypotonic dehydration (Na↓)
Over hydration
◦ Natrium retention, lots of drink, >ADH secretion
Hypovolemic
◦ Hypovolemic shock due to blood loss or dehydration
6
Condition Dehydration Hypovolemia
Blood loss V
Vomiting V V (if severe)
Diarrhea V V (if severe)
Sepsis/vasodilatation V
Hypoadrenocorticism V
Polyuria V V
7
Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh 3
sistem
◦ Sistem penyangga (buffer)
◦ Sistem pernafasan
◦ Ginjal
Asidosis : peningkatan konsentrasi H+ di atas normal
atau penurunan konsentrasi HCO3- di bawah normal
yang menyebabkan penurunan pH cairan tubuh
sampai 7,35 (normal 7,4)
Alkalosis : penurunan konsentrasi H+ cairan tubuh
atau kelebihan HCO3- sehingga meningkatkan pH
cairan tubuh sampai di atas 7,4
8
Ketentuan umum untuk evaluasi:
Pemeriksaan laboratorium harus disertai dengan
pemeriksaan gejala klinik dan anamnesa
Tanda-tanda klinik dan anamnesa menunjukkan
besarnya kebutuhan cairan.
Tanda klinik hewan yang mengalami dehidrasi 7%,
membutuhkan cairan sebanyak + 7% dari berat
badan.
Diare akut menunjukkan adanya metabolic asidosis,
mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan
asam basa
Gangguan respirasi yang ditandai dengan sesak
nafas menunjukkan adanya metabolic alkalosis
9
Kelemahan berat menunjukkan adanya kekurangan
K+ atau Ca+
Gangguan fungsi jantung menunjukkan adanya
perubahan-perubahan K+
Pemeriksaan laboratorium memperkuat gejala
klinik yang terlihat, sehingga dapat digunakan
untuk menentukan terapi cairan:
◦ Jika hewan mengalami asidosis: perlu diberi cairan alkalis,
pemberian cairan asam dapat membahayakan hidup
◦ Jika hewan mengalami hiperkalemia: perlu diberi cairan
bebas K+, pemberian cairan kaya K+ dapat menyebabkan
tekanan jantung.
10
Tingkat dehidrasi Gejala klinis
5% Elastisitas kulit menurun tapi kembali normal setelah 15 detik
Sapi- 7% Retraksi mata kearah orbital
Kuda 10-12 % Elastisitas kulit sangat menurun dan kembali ke posisi normal
setelah 30 detik
Retraksi mata ke orbital lebih kuat
Estimated Percentage
Physical Examination Findings
Dehydration
Anjing
- <5 History of fluid loss but no findings on physical examination
kucing
Dry oral mucous membranes but no panting or pathological
5
tachycardia
12
Cairan pleural,
peritoneal,
synovial,
Cerebrospinal,
feses
13
Physical examination
RBC and WBC counts
WBC differential
Crystal examination*
14
15
Adalah teknik diagnosa cepat, mudah dan
ekonomis dengan minimal resiko bagi pasien.
Informasi berdasarkan pemeriksaan sitologi
berguna untuk menentukan perbedaan penyebab
penyakit misal radang vs neoplasia, dan berguna
untuk menentukan uji lanjutan (misal: kultur atau
histopatologi)
Efusi adalah akumulasi cairan di rongga tubuh.
Dan cairan efusi adalah cairan yang terakumulasi.
Akumulasi cairan bisa disebabkan proses
fisiologis atau patologis
16
Pleura dan Peritoneum dibatasi oleh lapisan sel
mesothelial, normalnya terdapat cairan serous jernih
dalam jumlah sedikit yang berfungsi sebagai lubrikan
dan media transport elektrolit dan substansi lain.
Transudat adalah efusi yang dihasilkan dari
perubahan karena faktor mekanis seperti perubahan
tekanan osmosis dalam kapiler. Perubahan tersebut
mempengaruhi resorbsi cairan
Eksudat adalah cairan efusi yang dihasilkan dengan
meningkatnya permeabilitas vaskuler terhadap
plasma protein karena proses radang
17
1. Transudat (krn peningkatan tekanan hidrostatik pd sinus hepar,
kapiler alveoli)
2. Exudates (krn peningkatan permeabilitas vaskuler dan mesotel)
3. Efusi hemoragis karena kerusakan pembuluh darah
4. Efusi dari saluran limfatik
5. Kerusakan viscera, menyebabkan isi organ viscera masuk ke rongga
tubuh → inisiasi proses radang → eksudasi
18
Sifat-sifat fisik dan kimia
◦ Volume
◦ Warna
◦ Transparansi
◦ Kadar protein
◦ Kadar zat-zat lain yang dapat digunakan untuk
mendukung diagnosis misalnya bilirubin, ureum
(BUN), globulin, dsb.
19
Sifat sel dalam cairan tubuh
◦ Jumlah total sel yang berinti
Teknik penghitungan seperti pada penghitungan leukosit
Penghitungan bisa terjadi kesalahan kerena adanya sel-sel
yang menggumpal dan terfragmentasi (sering terdapat
dalam cairan efusi)
◦ Morfologi dan diferensiasi sel
Digunakan preparat apus langsung
Preparat apus menggunakan sedimen setelah cairan
disentrifuse
Pengecatan Gram atau membuat pembenihan untuk
deteksi adanya bakteri
20
Sel Mesotelial
Makrofag
Neutrofil
Sel-sel lain dalam cairan tubuh/efusi
◦ Eosinofil
◦ Limfosit
◦ Sel-sel Plasma
◦ Mast Cell
◦ Eritrosit, dapat diamati pada cairan hemothoraks atau
hemoperitoneum
◦ Sel-sel Tumor
21
Cytomorphologic Categories of
Neoplasia
▪ Epithelial
– tightly adherent clusters, sheets
▪ Mesenchymal
– individualized, loosely arranged
▪ Round cell
– individualized, distinct borders
▪ Naked nuclei
– loosely attached, indistinct borders
Neoplasia
• Benign
– uniform size
– lacks many malignant
features
• Malignant
– variable size
– 3 or more nuclear
changes present
Characteristics of Malignancy
• Pleomorphism
• Anisokaryosis
• High or variable N:C ratio
• Coarse, clumped
chromatin
• Large or variable nucleoli
• Abnormal mitotic activity
• Multinucleation
• Nuclear molding
Drawings by Dr. Perry Bain
Round Cell Neoplasia
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
RESPIRATORY TRACT WASHES
Nasal wash Endotracheal wash
Taylor, Susan Meric. Small Animal Clinical Techniques. W.B. Saunders Company, 2009.
TRANSTRACHEAL
WASH
BRONCHOALVEOLAR LAVAGE
Taylor, Susan Meric. SmallAnimal Clinical Techniques. W.B. Saunders Company, 2009.
STEPS IN WASH FLUID EVALUATION
Microbiology
Fluid Sample
Physical Features
Microscopic Review
CURSCHMANN’S SPIRALS
RESIDENT CELL POPULATION
Upper respiratory
45
Examined to determine the presence of
meningitis or intracranial hemorrhage.
Multiple tubes drawn
Differentiate between traumatic tap and
intracranial hemorrhage.
Xanthochromia is indicative of intracranial
hemorrhage
46
Warna
◦ Normal : jernih, tidak berwarna dan tidak mengalami
clotting
◦ CSF berwarna merah cerah menunjukkan adanya darah
segar karena tusukan, perlu dilakukan sentrifugasi
sampel agar cairan jernih tidak berwarna
◦ CSF berwarna merah kecoklatan menunjukkan adanya
perdarahan diluar yang masuk kedalam CSF, setelah
sentrifugasi supernatan berwarna kuning (Xantokromia)
mengindikasikan adanya bilirubin yang terbentuk 1-2
hari sesudah perdarahan.
◦ Hewan yang ikterik, dapat menyebabkan conjugated
bilirubin masuk ke CSF
47
Turbiditas CSF
◦ Turbiditas CSF disebabkan oleh suspensi partikel dalam
cairan.
◦ Sel sel dalam CSF biasanya > 500 sel/l menyebabkan
CSF jadi keruh
◦ Kadang-kadang diperlukan antikoagulansia untuk
pemeriksaan CSF
48
Susunan Kimia CSF
Protein
1. Kualitatif, Pandy test untuk globulin
→ Cara: 1 tetes CSF + 1 tetes larutan phenol jenuh, akan
menghasilkan warna putih keruh. Cairan normal warna tetap
jernih
2. Kuantitatif
◦ Colorimetric
◦ Turbidometri
◦ Kadar normal protein 12-40 mg/dl
Protein meningkat
◦ Radang → jumlah sel meningkat
◦ Non radang : perdarahan, tumor, enchephalomalacia
Perdarahan waktu sampling menyebabkan peningkatan protein
CSF
49
Glukose
1. Normal : terdapat 60-80% glukosa darah dalam CSF
2. Glukosa CSF turun :
Infeksi pyogenic (glucose darah turun)
Hypoglycemic
Hyperglycemic
Sodium
Normal: Na+ dalam CSF sedikit lebih tinggi dari Na+ darah
CSF Na+ meningkat sampai lebih dari 160-200 mEg/l pada babi
akibat dehidrasi
50
CSF harus diperiksa dalam waktu 30 menit untuk
menghindari lisis
Sel diawetkan dengan etanol 1:1
51
Diferensial Sel
Limfosit : dominan pada CSF normal
Neutrofil : Dominan pada kasus meningitis,
encephalitis, abses dan perdarahan
Limfosit juga dominan pada infeksi viral, jamur,
toxic, penyakit degenerative, dan perdarahan
Monosit : dominan pada Feline Infectious
Peritonitis (FIP)
Sel-sel tumor, jika selaput otak terkena tumor.
52
53
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat
dalam sendi.
Ultrafiltrat plasma yg mengandung asam
hialuronat yang disekresikan oleh lapisan
synovial
Indikasi uji : peningkatan volume
Sample cairan synovial dengan penambahan
heparin untuk berbagai pemeriksaan
54
Makroskopi
◦ Volume (bandingkan dengan volume normal)
◦ Warna, normal tidak berwarna, atau kuning bening
◦ Kejernihan, normal jernih
◦ Viskositas
◦ Adanya bekuan (sample tanpa koagulan, normal tidak
akan ada bekuan)
55
Mikroskopi
1. Menghitung jumlah sel, total sel radang
2. Menghitung jenis sel
3. Kristal-kristal
tanpa antikoagulan, 1-2 tetes cairan sendi ditaruh pada
kaca objek dan ditutup dengan cover glass, periksa di
bawah mikroskop akan adanya kristal urat yang
bentuknya memanjang seperti jarum, kristal
pyrophosphate, kristal cholesterol
56
Kimia
◦ Tes bekuan mucin (complex protein-hyalurinic acid)
◦ Uji dilakukan dengan penambahan asam acetat
◦ Normal : terjadi bekuan kenyal dalam cairan jernih
Bakteriologi
◦ Pemeriksaan terhadap kuman penyebab radang/ infeksi
57
58
Sample dari defekasi spontan atau diambil secara
langsung dari rectum
Pemeriksaan terhadap parasit, telur cacing, darah
Pilihlah bagian yang kemungkinan besar terdapat
kelainan (berlendir, bercampur darah, dll)
Hasil dalam derajat kepositifan
◦ (-) negatif
◦ (+) positif satu
◦ (++) positif dua
◦ (+++) positif tiga
59
Makroskopi
1. Warna
2. Bau
3. Konsistensi
4. Lendir
5. Darah
6. Parasit
60
Mikroskopis
1. Sel epitel
2. Makrofag
3. Leukosit
4. Eritrosit
5. Kristal-kristal
6. Sisa makanan
7. Sisa Ragi
8. Telur dan larva cacing
61
Pemeriksaan darah samar
dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan
kecil yang tidak dapat dinyatakan melalui uji
makroskopi atau mikroskopi
Uji Benzidine
Hasil : negatif (tidak ada perubahan warna)
Positif + hijau
++ biru bercampur hijau
+++ biru
++++ biru tua
62
Urobilin
Normal terdapat urobilin dalam tinja, hasil test positif
berwarna merah
Pada kondisi ikterus obstruktif, jumlah urobilin berkurang
sehingga hasil test negatif
63
64
SEBUTKAN 5 PATOLOGI EFUSI
BERDASARKAN GAMBAR DI ATAS INI!!!
65