Anda di halaman 1dari 9

PERANCANGAN PABRIK:

IPAL
Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS.
Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya
Email : susinggihwijana@gmail.com

1. PENDAHULUAN
2. PENGELOLAAN AIR LIMBAH
MODUL
- Pengantar

11
- Tujuan 3. DESAIN IPAL
- Definisi

1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar Minggu 11
Dalam proses produksi agroindustri diperlukan berbagai
bahan, air dan energi untuk menghasilkan suatu produk. Namun
demikian, dalam proses produksi tidak ada efisiensi yang

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik padat, cair ataupun
gas.

Limbah dapat didefinisikan sebagai sisa hasil proses


produksi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola
agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas
lingkungan. Sedangkan air limbah didefinisikan sebagai sisa hasil
proses produksi yang bebentuk cair yang tidak dimanfaatkan lagi
dan harus dikelola. Air limbah ini perlu dilakukan pengolahan agar
tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas
lingkungan. Dengan demikian, setiap limbah cair yang dihasilkan
harus dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya agar
dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung
(SPEED)
didalamnya dan aman di buang ke lingkungan.

Dengan karakteristik seperti itu maka pengelolaan dan


pengolahan limbah yang dilakukan juga perlu dirancang secara
khusus meliputi upaya minimasi limbah dan pengolahan air limbah
di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Untuk itu dalam bab ini
akan dibahas mengenai konsep pengelolaan air limbah melalui
rancangan IPAL.

1.2 Tujuan
a. Memberikan informasi mengenai konsep pengelolaan dan
pengolahan air limbah
b. Memberikan informasi mengenai cara merancang Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012

2. PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Pada prinsipnya pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam
tahapan pengolahan. Namun hal ini juga bergantung kepada jenis air limbah dan tujuan
pengolahan tersebut.

Dari setiap fase di atas terdapat berbagai jenis pengolahan yang dapat
diterapkan. Dari beberapa jenis pengolahan tersebut dapat dipilih gabungan pengolahan
yang efektif untuk mengolah air limbah yang ada. Selain itu, untuk mengolah air
limbah tidak selalu harus mengikuti tahapan-tahapan seperti di atas, akan tetapi perlu
dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian setiap
unit bangunan/instalasi pengolahan air limbah akan ada perbeda tahapan dan jenis
proses yang dipilih.

Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)

Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan


mengendapkan benda yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir.
Tahap selanjutnya adalah melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization)
yang meliputi debit dan keasaman air limbah.

Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi


melalui pengendapan (sedimentatio) atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan
tahap pertama ini masih sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan
cara gravitasi. Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan
tersebut. Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang
secara periodik dibersihkan endapannya.

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik


dalam air limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling
filter, anaerobic digester, biogas, dll. Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah
penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
Page 2 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan kedua


masih banyak bahan polutan yang terdapat dalam air limbah. Pengolahan ini
dilakukan secara khusus tergantung jenis bahan polutan yang ada. Beberapa alat
yang biasa digunakan untuk pengolahan tersier adalah saringan pasir, saringan
multimedia, vacum filter, penyerapan, dll.

Pembunuhan Kuman (Desinfektion)

Pembuhunah bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme


patogen yang ada dalam air limbah. Bahan kimia biasanya digunakan dalam proses ini
seperti clorin.

Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal)

Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur tersebut perlu
diolah lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat
dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur
adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan air, dan pengeringan.

3. DESAIN IPAL
3.1 Pengumpulan Data

Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait proses produksi atau
pengolahan yang dilakukan, karakteristik air limbah yang dihasilkan dan baku mutu
air limbah yang menjadi acuan penaatan.

http://indonetwork.co.id www.koranjuri.com

1) Proses Produksi

Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang dihasilkan. Dengan


bahan baku yang sama, nakun proses produksi yang berlainan, maka akan
dihasilkan limbah yang berlainan pula. Dengan demikian, proses produksi menjadi
informasi awal mengenai potensi limbah yang dihasilkan.

Secara prinsip proses produksi menggunakan bahan baku, bahan tambahan,


dan air yang diproses menggunakan teknik dan peralatan tertentu. Pada proses produksi
terdapat bagan-bagian proses tertentu yang juga memungkinkan dihasilkannya limbah.
Informasi mengenai potensi dan jenis limbah dari masing-masing tahapan proses
selanjutnya perlu dianalisa untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia atau biologinya.

Pengetahuan mengenai sifat-sifat limbah akan sangat membantu dalam penetapan


metode penanganan dan atau pembuangan limbah yang efektif. Penanganan
biologik misalnya cocok dilakukan pada limbah cair yang mengandung bahan padatan
Page 3 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012
organik terlarut. Limbah padat dengan kadar organik tinggi cocok untuk pembakaran atau
pemupukan.

2) Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah yang diperlukan untuk mendesain IPAL meliputi
karakterisitik fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan debit.

Karakteristik Fisik

Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari
bahan-bahan padat dan suspensi. Karakterisitik fisik dalam air limbah yang diperlukan
untuk pengelolaan dan pengolahan air limbah meliputi suhu, pH, padatan tersusupensi,
padatan terlarut, dan warna.

Karakteristik Biologis dan Bakteriologis

Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air limbah


tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses
pengolahan air limbah. Mikroorganisme dan bakteri pada air limbah dapat berupa
eucaryotes (tanaman biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria. Yang
paling berbahaya adalah bakteri colli (E-colli dan Streptococci). Baktericolli berasal
dari usus manusia dan makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada
air limbah juga ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan
memanfaatkan nutrien serta jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa
karbon.

Karakteristik Kimiawi

Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan kimia yang
membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut, sedangkan dalam limbah
peternakan sebagian besar terdapat dalam bentuk partikulat. Bahan kimia penting
dalam air limbah yang berguna untuk mendesain dan menentukan teknik pengolahan
air limbah meliputi:

 Bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,


midetergen/surfactant, nyak dan gemuk serta fenol. Substansi organik dalam
air limbah terdiri dari 2 gabungan, yakni: pertama, gabungan yang mengandung
nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino; dan kedua, gabungan
yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk
selulosa.
 Bahan anorganik yang terdiri dari pH, klorida, sulfur, zat beracun, logam berat, dll.
3) Debit

Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air limbah adalah


debit atau jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan waktu dalam penghitungan aliran
air yang digunakan dapat dalam hitungan detik, menit, atau jam, atau juga dapat berupa
debit sesaat, harian atau mingguan. Informasi mengenai debit dan mutu limbah yang
dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang diperlukan untuk mengelola
pengeluaran yang konstan atau sewaktu-waktu, yang disebabkan karena sifat
musiman dari pengolahan buah dan sayuran, serta sifat limbah peternakan.

3.2 Teknik dan Metode Pengujian Sampel

Teknik dan pengujian sampel untuk beberapa parameter penting dalam menentukan
teknik pengolahan dan desain IPAL adalah sebagai berikut:
Page 4 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012
1) Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand = BOD)

Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam
penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan
kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan
oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam air limbah.
Uji BOD distandarisasi pada periode 5 hari, suhu 200 C. Sampel disimpan
dalam botol yang kedap udara. Stabilisasi yang sempurna dapat membutuhkan waktu
lebih dari 100 hari pada suhu 200C. Periode inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk
penentuan rutin.

Oleh karena itu prosedur yang disarankan oleh AOAC (Association of Official
Analytical Chemists) adalah periode inkubasi 5 hari dan disebut BOD5. Nilai ini
hanya merupakan indeks jumlah bahan organik yang dapat dipecah secara biologik
bukan ukuran sebenarnya dari limbah organik. Air limbah domestik yang tidak
mengandung limbah industri mempunyai BOD kira-kira 200 ppm. Limbah
pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali lebih dari 1000 ppm.

Walaupun BOD5 merupakan pengukuran umum untuk polusi air, uji BOD
memakan waktu dan reprodusibilitasnya rendah. Uji-uji seperti kebutuhan
oksigen secara kimia (COD) dan karbon organik total (TOC) lebih cepat, lebih andal,
dan lebih reprodusibel.

2) Kebutuhan oksigen secara kimia (Chemical Oxygen Demand=COD)

Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik
dalam sampel. Larutan asam dikromat (K2Cr2O7) digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan
waktu reaksi dari 5 menit sampai 2 jam dapat digunakan. Metode ini dapat
dilakukan lebih cepat dari uji BOD. Oleh karena uji COD merupakan analisis kimia, uji
ini juga mengukur senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah seperti
pelarut pembersih dan bahan yang dapat dipecah secara biologik seperti yang
diukur dalam uji BOD.

Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan masing-
masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi
senyawa-senyawa organik kuat menjadi teroksidasi. Limbah hewan dan limbah
pengolahan pangan seperti pengolahan saurkraut, pikel dan zaitun dapat
mengandung konsentrasi klorida yang tinggi dan akan membutuhkan merkuri
sulfat dalam analisis COD atau factor koreksi klorida. Senyawa-senyawa benzena dan
ammonia tidak diukur oleh uji ini. Prosedur COD tidak mengoksidasi ammonia
walaupun mengoksidasi nitrit.

3) Karbon organik total (Total Organik Carbon = TOC)

Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang bersifat organik.
TOC diukur dengan konversi karbon organik dalam air limbah secara oksidasi katalitik
pada suhu 9000 C menjadi karbon dioksida. Metode pengukuran polusi ini cepat
(5-10 menit) dan dapat diulang, memberikan perkiraan kadar karbon organik dari
air limbah secara cepat. Nilai TOC sangat berkorelasi dengan uji-uji BOD5 standar
dan COD, bila limbah relatif seragam. Uji BOD dan COD menggunakan
pendekatan oksigen, TOC menggunakan pendekatan karbon. Senyawa-senyawa
yang dianalisis dalam uji TOC, seperti selulosa, hanya memecah secara lambat
dalam lingkungan alamiah. Nilai TOC akan berubah bila limbah diberi
penanganan dengan berbagai metode.

Page 5 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012

www.labman.co.uk www. anuaenv.ie

4) Kebutuhan oksigen total (Total Oxygen Demand = TOD)

Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan didefinisikan sebagai jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua bahan pada suhu 9000C
menggunakan katalis Platinum. Proses mengoksidasi semua bahan organik dan
bahan anorganik yang tidak teroksidasi sempurna. Kebutuhan oksigen dari karbon,
hydrogen, nitrogen, dan sulfur dalam suatu contoh air limbah diukur dengan metode
ini.

5) Residu dalam limbah cair

Residu dalam air limbah dapat berupa padatan terendapkan dan padatan
tersuspensi total. Padatan terendapkan adalah padatan dalam limbah cair yang
mengendap pada dasar dalam limbah cair yang mengendap pada dasar dalam
waktu 1 jam. Padatan ini biasanya diukur dalam kerucut Imhoff berskala dan
dilaporkan sebagai ml padatan terendap per liter. Padatan terendap merupakan
indikator jumlah padatan limbah yang akan mengendap dalam alat penjernih dan
kolam pengendapan. Penetapan endapan ini mudah dilakukan dan berguna bila akan
merancang sistem penanganan pengendapan. Padatan tersuspensi total kadang-
kadang disebut residu yang tidak dapat disaring, ditetapkan dengan cara
menyaring sejumlah volume air limbah melalui filter membran. (tikar gelas fiber)
dalam cawan gouch. Berat kering dari padatan tersuspensi total diperoleh setelah satu
jam pada suhu 103-1050C.

6) Padatan terlarut total

Padatan terlarut total ditetapkan dalam berat contoh yang telah disaring dan
dievaporasi atau sebagai perbedaan antara berat residu setelah evaporasi dan
berat padatan tersuspensi total. Oleh karena larutan ini sulit dihilangkan dari air
limbah, maka pengetahuan mengenai padatan terlarut total adalah penting bila
menangani air limbah.

3.3 Penentuan Desain IPAL

Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

Page 6 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012

1) Debit Air Limbah

Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena debit
digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah. Bila debitnya
besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat
menampung air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan
yang membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit pengolahannya
dikalikan dengan waktu tinggalnya.

2) Aliran Air Limbah

Industri yang beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air


limbah yang terus menerus. Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam
jumlah yang beragam. Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak pengatur
aliran dan keseragaman kualitas air limbah sebelum masuk ke unit pengolahan
utama. Bak ini disebut bak equalisasi yang dapat pula dilengkapi dengan pembubuh
bahan kimia untuk mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan.

Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan
air limbah hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya sesaat
namun dalam jumlah yang besar. Industri yang aliran limbahnya seperti ini
misalnya adalah industri pembuatan tempe, tahu, rumah pemotongan hewan (RPH) dan
rumah pemotongan unggas (RPU).Untuk industri seperti ini maka desain IPALnya
dipilih yang dapat menerima aliran sesaat atau shock loading seperti pengolahan
fisik (penyaringan dan pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dan
pengolahan biologi (anaerobic digester).

3) Parameter Pencemar (Karakteristik) Air Limbah

Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan hal ini terkait
dengan penggunaan bahan baku dan proses produksi yang juga berlainan. Bahkan,
industri sejenispun dapat memiliki karakteristik air limbah yang tidak sama karena
penanganan bahan dan penggunaan air yang tidak serupa.

Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah ditentukan oleh
jenis bahan baku yang digunakan dan proses yang dilakukan. Bila bahan baku
yang digunakan adalah bahan organik maka limbah yang digunakan akan memiliki

Page 7 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012
kandungan bahan organik, demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan
kimia dalam proses produksinya, amaka dalam air limbahnya akan ditemui
kandungan bahan kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia
lainnya.

Dengan bahan yang sama namun proses berbeda maka akan dihasilkan
karakteristik air limbah yang berbeda. Dengan bahan baku kedelai, industri tahu
dan tempe menghasilkan karakteristik air limbah yang berlainan. Kandungan bahan
organik dan padatan dalam limbah tahu lebih banyak karena ada proses penghancuran
kedelai dan penyaringan bubur tahu.

Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan organik, bahan
an-organik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme, warna dan bahan padatan. Untuk
masing-masing jenis parameter pencemar tersebut dapat digunakan unit pengolahan
tertentu agar dapat dikurangi konsentrasinya atau tingkat bahayanya. Unit-unit
pengolahan air limbah tersebut ada yang secara khusus untuk mengolah pencemar
tertentu, namun ada juga yang berfungsi untuk mengolah secara bersama-sama
beberapa jenis bahan pencemar.

4) Baku Mutu Air Limbah

Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan Pada
baku mutu air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan pencemar,
kuantitas dan beban pencemaran daam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan.

Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan berupa penyaringan,


pengendapan, pengolahan biologi dan pemanfaatan lumpur (sludge) serta pemanfaatan
gas/energi dapat dijadikan pilihan untuk instalasi pengolahan air limbah kegiatan
agroindustri.

5) Ketersediaan Lahan atau Ruang

Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah ditentukan
oleh beberapa faktor sebagai berikut: volume limbah yang dihasilkan, kadar dan
keragaman bahan pencemaran air limbah dan pilihan jenis unit pengolahan air limbah.

Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan


gula memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat perkebunannya.
Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai, rumah potong hewan, dll
karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan memiliki lahan yang minim
untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.

6) Ketersediaan Biaya

Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan


pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang
terbuat dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak
pengering lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan
terbuat dari plastik atau fiber (biogas).

Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuhkan peralatan


penunjang, namun ada pula yang membutuhkan peralatan penunjang mekanik dan
elektrik. Peralatan penunjang ini membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan,
operasional dan perawatannya. Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli
bahan yang diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar

Page 8 of 9
Perancangan Pabrik / IPAL Brawijaya University 2012
biaya energi (listrik atau energi lainnya), membayar tenaga kerja dan biaya uji
laboratorium.

Instalasi pengolahan air limbah perlu dirawat agar beroperasi secara


optimal. Banyak dari IPAL kegiatan agroindustri yang tidak lagi beroperasi atau
berfungsi optimal karena tidak menganggarkan pembiayaan perawatan IPAL.
Perawatan IPAL terdiri dari kegiatan pengecekan fungsi alat dan bangunan serta
perbaikan alat dan bangunan.

Alat pengolahan biologi yang relatif rendah biaya konstruksi, operasional dan
perawatannya adalah biogas. Alat ini dapat digunakan untuk mengolah limbah dengan
bahan organik yang tinggi, dan mengandung padatan tersuspensi. Biogas juga
menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk menjalankan generator listrik,
menyalakan kompor, patromax, alat pemanas, dll, sehingga dapat menghemat biaya
pembelian/pembayaran energi yang lain.

REFERENSI
Potter, Clitton, M. Suparwadi dan Aulia Gani, 1994, Limbah Cair Berbagai
Industri Di Indonesia: Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu, Kementerian
Negara Lingkungan

Siregar, Sakti A, 2005, Instalasi Pengolahan Air Limbah: Menuntaskan


Pengenalan Ala-Alat dan Sistem Pengolahan Air Limbah, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta

Hidup dan Dalhousie University Canada, Jakarta Wong, Lawrence K., et. al. (Ed),
2004, Handbook of Industrial and Hazardous WastesTreatment, 2nd edition,
Marcel Dekker Inc., New York

PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)

1. Bandingkan pengolahan air limbah untuk industri skala kecil dan besar?

2. Beri contoh-contoh cara pengolahan air limbah yang Anda ketahui!

B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)

1. Bagaimana tahapan pengolahan air limbah?

2. Sebutkan data apa saja yang perlu diketahui untuk membangun IPAL?

3. Bagaimanakah Teknik Pengujian Sampel pada IPAL?

4. Sebutkan dan Jelaskan komponen yang harus diperhatikan dalam mendesain

IPAL!

Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai