Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNIK TEROWONGAN

“REAKSI PENYANGGA PADA METODE KLASIK DAN METODE

NEW AUSTRIAN TUNNELING METHOD”

Oleh :

NAMA : FERNANDO P SITUMEANG


NIM : 1309055059

S1 TEKNIK PARTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Pembuatan Terowongan Metode New
Austrian Tunneling Method ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada bapak Tommy Trides ST.MT selaku dosen pengampu mata kuliah teknik
terowongan yang telah memberikan arahan, dorongan serta masukan kepada penulis.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 9 November 2017

Penulis

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1Latar belakang........................................................................................................1

1.2 Tujuan .............................................................................................................2

BAB II ISI............................................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................14

3.2 Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang bawah tanah terus meningkat diciptakan untuk menemui kebutuhan struktur
bawah tanah yang bergelombang di dalam kedua area yaitu pedesaan dan berkenaan
dengan kota. Dalam menciptakan suatu ruang bawah tanah, merupakan salah satu
ukuran paling utama untuk mengembangkan kapasitas yang memuat perlindungan
maksimum menyangkut dinding untuk menyediakan stabilitas ruang yang digali itu.
prinsip atau Filosofi ini adalah inti dari New Metoda Pembangunan Terowong Dari
Austria ( NATM).

Dalam rangka membuat filosofi ini ke dalam pemakaian praktek, semua tersedia yang
memungkinkan untuk digunakan ( Sauer, 1990), terutama di dalam landasan yang kuat,
untuk membuat penekanan di dalam batu yang baik serta seimbang dapat ditinjau
kembali di sekitar area yang digali seperti diuraikan oleh Müller dan Fecher ( 1978)
( Sauer dan Gold 1989). Praktek ini tersiratkan dengan kemampuan aplikasi NATM
yang bisa menyediakan fleksibilitas terhadap penggalian struktur bawah tanah yang
efektif (Sauer, 1990), terutama untuk struktur bawah tanah dengan potongan melintang
berbeda atau struktur yang digali oleh bor untuk diledakkan. Di Cina, bor dan peledakan
memiliki suatu peran dominan di konstruksi terowongan. Sebagai negara sedang
berkembang, dengan tingkat tarif yang tinggi dan terus meningkat yang ekonomis,
situasi ini akan cukup untuk suatu periode lama dalam kaitan dengan tenaga kerja yang
sangat besar tetapi juga kondisi-kondisi hubungan geologi yang berbeda di Negeri
China. Umumnya konstruksi terowongan yang diterima itu tergantung pada kooperasi
efektif antar pekerjaan dilibatkan. Pemakaian NATM merupakan prinsip efektif yang
mungkin menyediakan basis yang umum, pada pekerja yang dilibatkan bekerja sama
secara efektif di dalam konstruksi terowongan.

Oleh karena itu, makalah tentang konsep pembuatan terowongan dengan metode new
austrian tunneling method ini dibuat agar dapat memudahkan mahasiswa dan orang-
orang yang sedang dan akan menekuni, mempelajari dan mengkaji bidang teknik
terowongan, yang nantinya dapat menambah pengetahuan mengenai terowongan dan
dapat di terapkan pada pada suatu tambang bawah tanah, terowongan kereta api, dan
sebagainya.

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui system penyangga metode klasik

- Untuk mengetahui sistem new Austrian tunneling method

- Untuk mengetahui tahapan dalam new Austrian tunneling method

- Untuk mengetahui prinsip penting dalam new Austrian tunneling method

 
BAB II
ISI

Penyangga Pada Pembuatan Tunnel Dengan Cara Klasik dan Dengan Cara NATM

Tunneling dengan metoda klasik :

- Pemasangan penyangga sementara (temporary support) membutuhkan waktu


lama.

- Kontak antara penyangga sementara dan batuan tidak kontinu.

- Penyangga sementara membutuhkan tempat dan dapat mengurangi penampang


terowongan sampai 30 %.

- Karena pemasangan penyangga tetap (permanent support) lama maka batuan disekitar
tunnel kehilangan tegangan dan mengalami deformasi yang besar akan terjadi
"overbreak".

Gambar 1.3 menunjukkan penyangga pada metoda kiasik dan NATM.

Kurva Intrinsic Untuk Metoda Klasik

Kurva interinsic dari karakteristik batuan sebelum penggalian kurva intrinsic ini
berubah secara tidak menguntungkan dari segi kestabilan selama penggalian dan
sesudah lubang buka terbentuk , kurva ini menjadi kurva 1 (Kurva 1’ jika panggalian
secara mekanis, kurva 1” jika menggunakan bahan peledak).

Disini tidak diperhatikan cara operasi dan rencana oenggalian yang merupakan faktor
penting juga.

Jika terjadi kehilangan tegangan, maka kekuatan batuan turun secara drastis (kurva 2
atau 3) sehingga dengan mudan kekuatan batuan dapat dilampaui oleh stress yang

bekerja (digambarkan oleh lingkaran Mohr).


Fenomena ini dapat menyebabkan gangguan pada massa (seperti kelakuan
batuan menjadi plastik, deformasi yang besar, terjadi hancuran dan retakan batuan
setempat, dll).

Menurut Prof. Muller (1964) pengembangan volumik sekitar 2 sampai 3 % dapat


menyebabkan menurunnya kekuatan batuan sampai 80 - 90 %.

Pada NATM degradasi batuan tidak akan terjadi karena :

1. Cara penggalian tidak "full face".

2. Penyangga sementara dengan shotcrete dilaksanakan secepatnya, sehingga kurva


1 menjadi kurva 2.

Keuntungan ini ada hubungannya dengan terisinya crack dan bagian kosong pada
batuan oleh semen sehingga, blok-blok batu saling terikat satu samalain.

Lapisan semen hasil shotcrete juga menimbulkan tekanan ‘confining’ (radial) yang
dinyatakan dengan lingkaran Mohn dari stress yang bekerja bergerak kesebelah kanan
sehingga menjadi kurva intrinsic (gambar kurva interinsic untuk NATM).

Tekanan confinins pt merupakan aksi bersama antara rock deformasi bat.uanyang


ditahan oleh semen hasil shotcrete.

Tekanan confining pt kecil sekali tetapi memainkan peranan penting untuk kestabilan,
terutama untuk batuan yang retak-retak.

Masa batuan yang sebenarnya adalah diskontinu, sering tidak isotrop dan heterogen,
mempunyai kelakuan mekanik yang sangat kompleks, berbeda sekali dengan
kelakuan massa batuan yang homogen, kontinu dan isotrop.

Oleh karena itu untuk batuan yang banyak mengandung rekahan tidak dapat
digambarkan hanya dengan satu kurva intrinsic. Karakteristik mekanik sangat erat
hubungannya dengan struktur dan cara pembebanannya (orientasi dari tensor stress
terhadap struktur). Akibat kestabilan tergantung juga pada struktur dan keadaan
'confining' pada suatu daerah yang diselidiki.
Struktur (crack) mempunyai pengaruh lebih besar jika keadaan stress mendekati
kondisi uniaxial. Untuk menghilangkan peranan dari crack yang merugikan maka
kita harus menjauhi keadaan stress uniaxial.
Penyangga Pada Metoda Klasik dan NATM

New Austrian Pada dasarnya pembuatan terowongan dapat dilaksanakan dengan


berbagai cara tergantung dari kondisi dan situasi lapangan (kondisi batuan, geologi
struktur, kedalaman dari permukaan tanah, dsb.). Salah satu cara pembuatan
terowongan yang terbaru telah ditemukan di Austria dan dikenal dengan New Austrian
Tunneling Method (NATM).

1. NATM

New Austrian Tunneling Method adalah  suatu sistem pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete dan rock bolt sebagai penyangga sementara tunnel sebelum
lining concrete. Pada masa lalu digunakan kayu atau baja sebagai konstruksi penyangga
sementara.

Menurut Prof.L.V.Rabcewlkcz dalam bukunya(N.A.T.M), akibat merenggangnya batuan


sering kali terjadi penurunan bagian atas terowongan, kayu khususnya dalam keadaan
lembab akan sangat mudah mengalami keruntuhan.

Meskipun baja memiliki sifat fisik yang lebih baik, effisiensi kerja busur baja sangat
tergantung dari kualitas pengganjalan(kontakbajadanbatuan).

 2.    Pengaruh Tekanan Akibat Stress Re-arrangement

Menurut Prof. L.V. Rabcewikc apabila sebuah rongga digali, maka pola distribusi
tegangan akan berubah. Pada suatu saat, suatu tatanan tegangan yang baru akan terjadi
disekitar rongga dan keseimbangan akan tercapai dengan atau tanpa bantuan lapisan
(tergantung dari kekuatan geser batuan, terlampaui atau tidak). Stress Re-arrangement
ini umumnya terjadi dalam 3 (tiga) tahap :

1. Wedge Shape Bodies

 Wedge shape bodies pada kedua sisi bergeser pada permukaan lingkaran MOHR ke
arah rongga. Arah pergerakan tegak lurus terhadap main pressure.

2. K onvergensi
Pada pertambahan bentang (span), selanjutnya menyebabkan atap dan lantai mulai
mengalami konvergensi.

Pada tahap berikutnya gerakan bertambah batuan menekuk dibawah pengaruh tekanan
lateral dan tersembul (heave) ke arah rongga.

Metode “tunneling” konvensional, efek tekanan akibat stress re-arrangement tidak


diketahui dengan baik, sehingga seringkali terjadi terowongan runtuh sebelum “lining
concrete”.

C.    Shotcrete Sebagai Penyangga Sementara

Suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah lepasan


(“loosening”) haruslah dapat memikul beban yang relatif besar dalam tempo yang relatif
singkat, cukup kaku dan tidak runtuh.

Selama beberapa dekade, telah diperkenalkan “rock bolting” dan “shotcreting” dalam
pembuatan terowongan, Melihat hasil—hasil yang terjadi, pengenalan metode
penyangga dan perlindungan permukaan (“support” dan “surface protection”) tersebut
diatas dianggap sebagai peristiwa penting, khususnya pada batuan lunak dan tanah.
Kelebihan metode ini dapat ditunjukkan dengan membandingkan mekanika batuan yang
dilapisi dengan “shocrete”.

Penyangga sementara yang lain (kayu dan baja), cenderung mengakibatkan “loosening”
dan “voids” yang timbul karena kerusakan bagian-bagian tertentu. Akan tetapi suatu
lapisan tipis “shotcrete” yang bekerja sama dengan sitem “rockbolt” yang dipasang
segera setelah penggalian, sepenuhnya menceegah “loosening” dan mengubah batuan
sekeliling/sekitar menjadi serupa dengan “self support arch”.

Menurut pengamatan suatu lapisan “shocrete” setebal 15 cm yang dipakai pada


terowongan Ф10 m dapat dengan aman menahan beban sampai 45 ton/m2, sedang
apabila dipakai baja tipe WF-200 yang dipasang pada jarak 1 m hanya mamppu
menahan 65% dari kekuatan “shotcrete” tersebut.

Kelebihan lain dari “shotcrete” adalah interaksinya denan batuan sekeliling. Suatu
lapisan “shotcrete yang diberikan pada permukaan batuan yang baru saja digali akan
membentuk permukaan keras dan dengan demikian batuan yang keras
ditransformasikan menjadi suatu permukaan yang stabil dan keras.

“Shotcrete” menyerap tegangan-tegangan tangensial yang terjadi dan mempunyai nilai


maksimum dipermukaan terowongan setelah proses penggalian. Dalam hal ini tegangan
tarik akibat kelenturan mengecil dan tegangan tekan diserap oleh batuan sekelililing.

Kemampuan “shocrete” memperoleh kekuatannya dalam tempo yang singkat sangat


menguntungkan, terutama karena kekuatan tarik lenturnya/regangan akan mencapau
kira-kira 30-50% dari “compressive strength” setelah 1-2 hari.

URUTAN PEKERJAAN PEMBUATAN TEROWONGAN

Sebagaimana diketahui bahwa pekerjaan terowongan dilaksanakan tahap demi tahap


pekerjaan, adapun penentuan tahapan ditentukan antara lain sebagai berikut :
1.   Jenis tanah/batuan,
2.   Jenis alat yang digunakan,
3.   Fungsi terowongan,
4.   Gaya-gaya yang mempengaruhi terowongan,
5.   Terowongan berbelok-belok atau lurus.

Tahapan pembuatan terowongan secara umum adalah sebagai berikut :

1.    Pekerjaan Persiapan

Penentuan dan perhitungan “temporary facility” yang akan dipakai, meliputi :

a.     “Water Supply”


Air yang diperlukan oleh peralatan-peralatan yang digunakan dalam pemboran
terowongan.
b.     “Air Supply”
Udara yang diperlukan untuk kompressor yang dipergunakan untuk untuk
pemboran dan “shotcreting”.
c.     “Electric Supply”
Instalasi dan besarnya daya yang diperlukan untuk peralatan yang memerlukan
listrik.
d.     “Ventilating”
  Suplai udara bersih yang diperlukan bagi pernapasan, dan mendilusi gas maupun
debu akibat pekerjaaan terowongan, sehingga menjaga kesehatan kerja.
e.     “Drainage System”
Penirisan terowongan agar tidak mengganggu pekerjaan “tunneling” terciptanya
kesehatan kerja.

2.     Surveying

Adalah pekerjaan penentuan titik pusat terowongan dan arah relatif terhadap titik ikat di
permukaan, sekaligus menjaga besarnya diameter terowongan.
3.     Konstruksi Portal

Adalah pekerjaan awal dari penggalian terowongan yang letaknya di awal penggalian
dan harus dipastikan kokoh untuk menjaga keselamatan pekerjaan penggalian
terowongan.

4.     Pemboran

Adalah pekerjaan pemboran dengan menggunakan alat mekanis jumbo drill dan atau
jack leg, sesuai dengan kondisi batuan.

5.     “Charging”

Adalah pekerjaan pengisian bahan peledak, baik dengan “priming” dan isian utama
dengan pola dan teknik peledakan yang telah ditentukan.

6.     “Blasting”

Adalah peledakan yang dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditentukan dengan
menggunakan pola delay dan metode peledakan yang telah disesuaikan dengan kondisi
batuan dan geometri terowongan.

 7.     “Mucking”

Adalah pengambilan batuan hasil penggalian dengan menggunakan loader dan


dilanjutkan dengan alat angkut belt conveyor, lori, atau truk.

 8.     “Scalling”

Adalah pembersihan batuan menggantung (“hanging rock”) sebelum dilakukan


pekerjaan selanjutnya.

 9.     “Shotcreting” Sebagai Penyangga Sementara

Adalah suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah


lepasan (“loosening”) dengan penyemprotan campuran semen dan air (slurry) ke
permukaan dinding terowongan dengan atau tanpa ditambahkan dengan “wiremesh”.

 10.“Rockbolting”
Adalah pemasangan penyanggaan atau perkuatan aktif, dimana batuan diusahakan untuk
menyangga dirinya sendiri.

 11.“Lining Concrete”

Adalah pengecoran permukaan “tunnel” dengan beton, sehingga permukaan licin dan
kuat.

12.“Grouting”

Adalah pengisian rongga batuan dengan menggunakan fluida “cemented” yang sifatnya
sebagai penyangga aktif sama dengan “rocbolting”.

The new austria tunneling method (NATM) adalah suatu metode dengan cara
pendekatan atau filsafat yang mengintegrasikan prinsip-prinsip perilaku massa batu dan
pemantauan perilaku penggalian bawah tanah selama konstruksi. Metode ini
menggunakan kombinasi banyak cara untuk melakukan pemantauan terhadap gerakan
dari batuan, terowongan, dan lain-lain pada saat penggalian maupun tidak. Pada
dasarnya metode ini digunakan untuk mendapatkan kondisi stabil dan ekonomis.

NATM ini dikembangkan pada tahun1957 sampai 1965 di Austria. Ditahun 1962 ada
sebuah nama untuk NATM yaitu unsalzburg, yang digunakan agar dapat membedakan
antara NATM dengan Austria Tunneling method yang masih tradisional atau lama oleh
Szechy. Kontributor utama dalam pengembangan NATM adalah Ladislaus Von
Rabcewicz, Leopold Muller dan Franz Pacher. Pada dasarnya NATM adalah
pendekatan empiris ilmiah, yang berkembang dari pengalaman Rabcewicz (1964).
Dalam teorinya Rabcewicz (1964) mengemukakan mengenai NATM berhubungan
dengan stres dan deformasi di sekitar terowongan (lebih baik knov.'n sebagai konsep
tanah-reaksi kurva). Sedangkan menurut Fenner dan Kastner NATM adalah suatu
metode yang digunakan dalam membuat instrumentasi canggih, pemantauan, dan
menafsirkan pengukuran ini secara ilmiah.

Dalam menciptakan suatu ruang bawah tanah, merupakan salah satu ukuran paling
utama untuk mengembangkan kapasitas yang memuat perlindungan maksimum
menyangkut dinding untuk menyediakan stabilitas menyangkut ruang yang digali itu.
prinsip atau Filosofi ini adalah inti dari New Metoda Pembangunan Terowong Dari
Austria ( NATM). Dalam rangka membuat filosofi ini ke dalam pemakaian praktek,
semua tersedia yang memungkinkan untuk digunakan ( Sauer, 1990), terutama di dalam
landasan yang kuat, untuk membuat penakanan di dalam batu yang baik serta seimbang
dapat ditinjau kembali di sekitar area yang digali seperti diuraikan oleh Müller dan
Fecher ( 1978) ( Sauer dan Gold 1989). Praktek ini tersiratkan dengan kemampuan
aplikasi NATM yang bisa menyediakan fleksibilitas terhadap penggalian struktur bawah
tanah yang efektif (Sauer, 1990), terutama untuk struktur bawah tanah dengan potongan
melintang berbeda atau struktur yang digali oleh bor untuk diledakkan. Di Cina, bor dan
peledakan memiliki suatu peran dominan di konstruksi terowongan. Kemampuan
aplikasi NATM memberikan prinsip pemboran dan peledakan memberikan suatu
kesempatan baik menjadi berharga dan konstruksi memeriksa prosedur efektif. Sebagai
negara sedang berkembang, dengan tingkat tarif yang tinggi dan terus meningkat yang
ekonomis, situasi ini akan cukup untuk suatu periode lama dalam kaitan dengan tenaga
kerja yang sangat besar tetapi juga kondisi-kondisi berhubungan geologi berbeda di
Negeri China. Umumnya konstruksi terowongan yang diterima itu tergantung pada
kooperasi efektif antar pekerjaan dilibatkan. Pemakaian NATM merupakan prinsip
efektif yang mungkin menyediakan basis yang umum, pada pekerja yang dilibatkan
bekerja sama secara efektif di dalam konstruksi terowongan.

Konsep NATM telah secara luas diterima dalam bidang struktur bawah tanah dan
terowongan yang didesain dan konstruksi di Negeri China sejak 1980. Dengan cara
yang sama di dunia, ada beberapa penjelasan dan definisi di dalam pasar konstruksi dan
akademi. Dalam Praktek, ada pada umumnya suatu gap besar antar pekerja dilibatkan
dalam pemahaman arti dari NATM. Dalam kontribusi ini, konsep NATM di Negeri
China adalah pertama ditinjau. Pengaruh menyangkut konsep NATM pada analisa
kuantitaif pada desain terowongan dan konstruksi dengan singkat diuraikan dalam
kaitan dengan FEM. yang didasarkan pada Situasi praktis di Negeri China, diskusi
memusat pada kerugian NATM aplikasi. Yang menjadi penyebab utama adalah dalam
kaitan dengan maksud/arti berbeda dalam prakteknya. Usul diusulkan kepada pendidik
yang sedang menghamburkan konsep NATM.

Dalam industri pertambangan konsep ini tentu sangat berguna khususnya pada tambang
bawah tanah (underground mining). Karena pada konsep ini sudah dijelaskan metode-
metode tentang bagaimana hubungan antara kekuatan batuan pendukung terhadap
terowongan yang akan dibuat sehingga terowonganpada tambang bawah tanah nantinya
akan lebih kuat untuk menopang tanah diatas selama umur tambang tersebut. Selain itu
konsep ini juga men jelaskan hubungan antara pembuatan terowongan dengan tata cara
peledakan bawah tanah, sehingga ledakan yang ada efektif dan tidak merusak dan dapat
merugikan.

Menurut Profesor Milner itu sendiri NATM sebagai sebuah konsep untuk mengamati
prinsip-prinsip tertentu. Meskipun dia telah terdaftar lebih kurang dari 22 prinsip
(muller, 1978). ada tujuh prinsip yang paling penting yang didasarkan NATM yaitu
sebagai berikut:
1. Mobilisasi kekuatan massa batuan.
Metode ini bergantung pada kekuatan inheren massa batuan sekitarnya yang
Dilestarikan sebagai komponen utama dari terowongan dukungan.
Dukungan primer diarahkan untuk mengaktifkan batu dalam mendukung dirinya
sendiri. Dukungan tersebut harus memiliki karakteristik beban-deformasi yang cocok
dan ditempatkan pada waktu yang betul.
2. Penggunaan Shotcrete sebagai protection.
Untuk menahan atau menopang beban yang mempunyai kapasitas massa yang besar dan
mengurangi deformasi batuan, digunakan system shotcrete. Selain dengan
menggunakan system shotcrete, kadang-kadang kombinasi dengan sistem rockbolting.
3. Penggunaan alat ukur.
NATM memerlukan instalasi yang canggih pada saat pemasangan shotcrete untuk
memantau deformasi penggalian dan membangun-up beban. Dalam hal ini, diperlukan
informasi tentang stabilitas terowongan agar memungkinkan melakukan optimalisasi
pembentukan beban.
4. Penggunaan penyanggaan yang fleksibel.
NATM ini ditandai dengan adanya fleksibilitas dan adaptasi yang mengarah pada
terowongan. Penyanggaan aktif bukan pasif dianjurkan untuk penguatan terhadap
terowongan seperti beton yang tebal dengan kombinasi rockbolts, wire mesh dan baja
iga.
5. Menutup terowongan..
Menutup terowongan ini penting dalam mengatasi perilaku tanah ketika terowongan itu
masih digunakan, dan untuk terowongan yang tidak digunakan lagi.
6. Menyangkut kontrak yang didasarkan pada kondisi massa batuan.
Prinsip utama NATM, hanya akan berhasil jika kontrak perjanjian khusus telah dibuat.
Karena konsep NATM didasarkan pada pemantauan pengukuran, perubahan dalam
dukungan dan metode konstruksi. Namun, ini hanya mungkin jika sistem kontrak adalah
sedemikian rupa sehingga perubahan selama konstruksi diperbolehkan rusak dan dapat
merugikan.
7. Penentuan penyanggaan dari kalsifikasi massa batuan.
Klasifikasi massa batuan sangat berguna untuk menentukan apakah terowongan yang
direncanakan diperlukan sistem penyangga sementara atau tidak. Lauffer (1958)
mengusulkan bahwa stand-up time untuk batuan tanpa penyangga sementara (shotcrete)
tertanggung pada jenis batuan yang digaTli. Arti penting dari konsep stand-up time
adalah waktu yang dibutuhkan batuan untuk menahan beban sampai saat batuan akan
mengalami keruntuhan.
Metode ini telah banyak digunakan oleh beberap Negara diantaranya di Austria, Jerman,
Perancis dan Swiss. Tetapi dibeberapa Negara metode ini telah tersebar seperti Jepang,
Australia, Brazil, dan Amerika Utara
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Tunneling dengan metoda klasik :

- Pemasangan penyangga sementara (temporary support) membutuhkan waktu


lama.

- Kontak antara penyangga sementara dan batuan tidak kontinu.

- Penyangga sementara membutuhkan tempat dan dapat mengurangi penampang


terowongan sampai 30 %.

- Karena pemasangan penyangga tetap (permanent support) lama maka batuan disekitar
tunnel kehilangan tegangan dan mengalami deformasi yang besar akan terjadi
"overbreak".

2. New Austrian Tunneling Method adalah  suatu sistem pembuatan tunnel dengan
menggunakan shotcrete dan rock bolt sebagai penyangga sementara tunnel sebelum
lining concrete. Pada masa lalu digunakan kayu atau baja sebagai konstruksi
penyangga sementara.

3. tahap Wedge Shape Bodies, tahap Konvergensi, dan Shotcrete Sebagai Penyangga
Sementara

4. Prinsip penting dalam NATM yaitu Mobilisasi kekuatan massa batuan, Penggunaan
Shotcrete sebagai protection, Penggunaan alat ukur, Penggunaan penyanggaan yang
fleksibel, Menutup terowongan, Menyangkut kontrak yang didasarkan pada kondisi
massa batuan Penentuan penyanggaan dari kalsifikasi massa batuan.
3.2 Saran

- Diharapkan mahasiswa lebih aktif lagi dalam mencari referensi, agar isi makalah yang
di dapat lebih kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

https://fileq.wordpress.com/category/ilmu-pertambangan/teknik-terowongan/

Asiyanto.1999.Metode Konstruksi Terowongan.UIP

Anda mungkin juga menyukai