OLEH:
Dindah Nurul Zahra
1911042013
Pendidikan Matematika
Karya Tulis ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan peserta Pra
Pelatihan Metodologi Pelatihan (PMP) Angkatan XXIII yang dilaksanakan oleh
Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran Universitas Negeri Makassar. Judul
KTI Non Penelitian “Kelas PSBB (Pendidikan Sebagai Bekal Bermoral) dalam
Upaya Mengenalkan Budaya Mappattabe Siswa Sekolah Dasar” disusun oleh:
NIM : 1911042013
Makassar, September
2020
Mengesahkan,
Panitia Pengarah Mentor
Mengetahui,
Koordinator Panitia Pengarah
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI
Non-Penelitian ini.
KTI Non-Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan wajib bagi seluruh
peserta Pra PMP Angkatan XXIII. KTI Non-Penelitian ini disusun sebagai salah
satu tahap perekrutan yang bertujuan untuk mengintegrasikan kompetensi dan
wawasan menulis pada mahasiswa calon anggota baru LPM Penalaran UNM. Pra
PMP hadir sebagai rangkaian proses menuju Pelatihan Metodologi Penelitian.
Dengan selesainya KTI Non-Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Panitia Pelaksana
Pengurus Harian LPM Penalaran UNM Periode 2018/2019
Mentor
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari KTI Non Penelitian
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
3
RINGKASAN
KTI non penelitian ini disusun berdasarkan beberapa fakta yang terjadi di
masyarakat saat ini. Fakta menyebutkan bahwa akibat berkurangnya moral di
kalangan para generasi muda, bangsa Indonesia mengalami kemunduran dari
bangsa lainnya. Sehingga, KTI non penelitian ini, bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat Indonesia.
Peristiwa ini erat kaitannya dengan budaya mappattabe yang ada di
Sulawesi Selatan. Adapun pengertian dari budaya mappattabe itu sendiri adalah
budaya sopan, luhur yang sudah ada di Sulawesi Selatan dan menjadi peninggalan
turun temurun oleh para leluhur. Tetapi yang terjadi di zaman sekarang ini dengan
berkembangnya globalisasi, budaya mappattabe ini mulai ditinggalkan oleh para
generasi muda di Sulawesi Selatan.
Adapun konsep kelas PSBB (Pendidikan Sebagai Bekal Bermoral) yang
akan ditanamkan kepada para siswa Sekolah Dasar agar mereka mempunyai
pondasi yang kuat sehingga tertanam dalam diri mereka agar tetap
mempertahankan budaya sopan dan santun yang sudah ada di Indonesia sejak
lama sehingga krisis moralitas yang melanda bangsa Indonesia bisa teratasi.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
RINGKASAN iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar belakang 5
B. Rumusan masalah 8
C. Tujuan penulisan 8
D. Manfaat penulisan 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10
A. Sopan Santun 10
B. Jati Diri Bangsa 12
C. Moral 15
D. Budaya Mappattabe…………………………………………………………. 16
BAB III METODE PENULISAN 18
A. Jenis penulisan 18
B. Objek penulisan 18
C. Teknik pengumpulan data 18
D. Prosedur penulisan 18
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 20
A. Analisis 20
B. Sintesis 21
BAB V PENUTUP 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
CURRICULUM VITAE 26
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermajemuk dengan berbagai suku
bangsa di dalamnya, mulai dari berbagai macam ras, suku, agama, dan bahasa.
Handoyono dan Tijan (2010) mengemukakan bahwa bangsa Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang heterogen dengan berbagai perbedaan di dalamnya. Bung
Karno selalu mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya membangun
karakter bangsa, salah satu karakter bangsa yang sangat penting untuk dijaga dan
yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lainnya adalah karakter sopan
santun. Menurut KBBI sopan santun memiliki makna yaitu, sopan artinya hormat
dengan tak lazim tertib menurut adab yang baik atau bisa dikatakan sebagai
cerminan yang kognitif (pengetahuan). Sedangkan santun artinya halus dan baik
atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerepan pengetahuan sopan ke
dalam suatu tindakan). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sopan santun adalah
peraturan hidup yang muncul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam
masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat.
Dengan karakter yang terus dijaga seperti ini, bangsa Indonesia dapat berdiri
sejajar dengan bangsa lain bahkan bukan tidak mungkin dapat melampaui
kemajuan bangsa lain.
Ujiningsih dan Antoro (2010) mengemukakan bahwa sikap sopan santun yang
merupakan budaya leluhur kita telah dilupakan oleh sebagian masyarakat
Indonesia. Sikap sopan santun yang sangat menjunjung tinggi nilai hormat
menghormati sesama tidak lagi kelihatan dalam kehidupan yang serba modern ini.
Hilangnya sikap sopan santun sebagaian masyarakat Indonesia merupakan salah
satu dari sekian penyebab kurang terbentuknya karakter. Tidak terpeliharanya
sikap sopan dan santun ini dapat berdampak negatif terhadap budaya bangsa
6
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi moral dan
kehidupan yang beradab.
Budaya Indonesia dikenal dengan adanya budaya sopan santun yang dimiliki
tiap individu atau lebih dekat oleh masyarakat setempat dengan sebutan
mappatabe tepatnya di Sulawesi selatan Erni, dkk (2020) mengemukakan bahwa
mappatabe merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat bugis
yang menggambarkan adat sopan santun atau tingkah laku yang berarti “permisi”.
Sebagai gambaran, tradisi ini dilakukan untuk memberikan rasa hormat terhadap
orang yang lebih tua, misalnya ketika berjalan di depan orang tua, maka
diucapkanlah kata tabe sebagai permintaan maaf dibarengi dengan sikap tunduk
dan menggerakkan tangan ke bawaah bahkan hingga badan membungkuk.
Perilaku seperti inilah yang dijadikan sebagai penilaian oleh masyarakat bugis
sehingga seorang anak dikatakan sopan dan santun. Perilaku dari budaya
mappattabe itu sendiri memiliki makna dan arti tertentu. Erni, dkk (2020)
mengemukakan bahwa makna yang terkandung dalam budaya mappatabe dilihat
dari segi maknanya merupakan simbol dari upaya menghargai dan menghormati
terhadap sesama dan tidak boleh berbuat seenak hati dan merupakan perwujudan
dari sikap Taro Ada Taro Gau, yaitu keselarasan antara perkataan dan perbuatan.
7
curiga dan meremehkan orang lain menunjukkan betapa manusia Indonesia telah
pudar kepercayaannya kepada yang lain. Sikap bandel, sulit diatur, dan
menginjak-injak norma yang ada menunjukkan ketidak percayaan masyarakat
kepada pemerintah.
Menurut Handoyono dan Tijan (2010) sikap rukun dan hormat sebagai budaya
luhur bangsa makin luntur. Persoalan-persoalan bangsa tersebut terjadi pada
setiap lapisan masyarakat. Yang paling memprihatinkan, karena hal-hal tersebut
terjadi juga di kalangan perguruan tinggi yang notabene merupakan wadah
pembentuk dan pencetak calon pemimpin bangsa. Berkaitan dengan hal ini,
muncul pertanyaan, mengapa bangsa yang memiliki warisan nilai budaya
adiluhung masih mengalami krisis yang cukup mengkhawatirkan, apalagi krisis
yang mengemuka lebih disebabkan oleh persoalan. Sebagai salah satu contoh
kasus dikutip dari Newsokezone.com (2018) bahwa peristiwa yang terjadi di Jawa
Tengah seorang siswa SMK mengeroyok seorang guru yang sedang mengajar,
dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa generasi muda Indonesia sudah kehilangan
jati diri sebagai bangsa. Dampak lain dari hilangnya jati diri bangsa Indonesia
adalah maraknya korupsi yang dilakukan oleh para petinggi bangsa, mereka telah
kehilangan identitas dan jati diri bangsa sebagai bangsa Indonesia. Dengan
terjadinya hal seperti ini, bukan tidak mungkin dapat menyebabkan bangsa
Indonesia tertinggal dari bangsa lain.
8
budaya sopan santun sehingga dengan adanya pondasi yang kuat anak-anak atau
generasi muda dapat tetap mempertahankan budaya bangsa yaitu budaya tata
krama atau sopan santun di tengah krisis karakter yang melanda bangsa Indonesia
dan arus globalisasi yang sangat pesat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk :
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
9
Secara teoritis program ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat
kesadaran masyarakat terkhusus para generasi muda agar tetap
mempertahankan budaya sopan santun yang menjadi jati diri bangsa
Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa Sekolah Dasar
Memberi informasi bagi siswa Sekolah Dasar mengenai Budaya
mappattabe yang harus dilestarikan.
c. Bagi guru
Memberi pengajaran kepada guru agar dapat menjadi pendidik yang
baik, karena karakter anak juga terbentuk melalui pendidikan di
sekolah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sopan Santun
Damayanti dan Jatiningsih (2014: 914) mengemukakan bahwa sopan
santun dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi
nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia.
Perwujudan dari sikap sopan santun adalah menghormati orang lain
melalui komunikasi dengan menggunakan bahasa yang tidak meremehkan
atau merendahkan orang lain.
11
yang dianggap sebagai norma sopan santun berbeda-beda disetiap
tempatnya, seperti sopan santun dalam lingkungan rumah, sekolah,
kampus, pergaulan dan lain sebagainya. Dengan demikian sopan santun
adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh siapapun karena
dampak positif dari sopan santun sangatlah besar. Pernyataan ini
didukung dengan adanya pendapat Suryani (2017: 116) mengemukakan
bahwa Perilaku sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan
bersosialisasi sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap
sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan
keberadaannya sebagai makhluk sosial dimana pun tempat ia berada.
12
3. Dihargai dan dihormati. Sopan santun dapat memperkuat rasa hormat
terhadap orang lain, karena selalu bersikap sopan santun maka akan
menjadi orang yang selalu dihargai dan dihormati oleh orang lain
seperti bagaimana biasanya cara menghargai dan menghormati mereka
dengan selalu bersikap sopan santun.
4. Suasana komunikasi yang baik. Sopan santun dapat menciptakan
suasana komunikasi yang baik, apabila sedang berhadapan dengan
suatu masalah yang membutuhkan cara penyelesaian melalui
musyawarah. Karena dengan selalu bersikap sopan santun dalam
bertutur kata, maka tidak akan membuat lawan komunikasi merasa
marah, kesal atau tak senang mendengar penuturannya. Sebaliknya
apabila bersikap tak sopan dan tidak santun dalam bertutur kata, maka
lawan komunikasipun akan merasa marah, kesal dan tak senang, dan
akibatnya masalah akan sulit terselesaikan.
5. Meluluhkan kemarahan. Sopan santun dapat meluluhkan kemarahan.
Bila sewaktu-waktu tanpa sengaja bersalah kepada orang lain dan
hendak memohon agar diberi maaf, maka bersikap sopan santun dan
tulus hatilah untuk memohon maaf. Niscaya, pasti akan dimaafkan
oleh orang tersebut.
13
segala permasalahan menuju cita-citanya. Tidak ada suatu bangsa yang
hidup terpisah dari akar budayanya dan tidak ada suatu bangsa yang hidup
tanpa pengaruh dari luar. Bangsa yang besar adalah bangsa yang hidup
dengan kelenturan budayanya untuk mengadaptasi unsur-unsur luar yang
dianggap baik dan dapat memperkaya nilai-nilai lokal yang dimiliki.
Ketidakmampuan beradaptasi dengan budaya luar akan menempatkan
bangsa tersebut ke dalam kekeringan atau kekerdilan identitas. Pada
akhirnya terobsesi dengan budaya luar dan pada saat yang sama
mencampakkan tradisi dan nilai baik lokal sehingga menjadikan bangsa
tersebut kehilangan identitas. Akibatnya bangsa tersebut tidak pernah
menjadi dirinya sendiri. Bangsa Indonesia menjadikan Pancasila menjadi
sebagai jati diri bangsa yang mengandung arti bahwa Pancasila menjadi
ciri khas bangsa Indonesia yang tidak akan ditemukan pada bangsa lain
berikut dengan semboyan bhineka tunggal ika.
14
lebih-lebih saat ini sudah menderus kekanca perpolitikan Indonesia yang
mulai kehilangan keteladanan, tanggung jawab, dan kenegarawanan
dengan salah satu bukti nyata yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
menjatuhkan lawan dengan cara fitnah, hal tersebut merupakan gambaran
kongkrit bahwasanya moralitas dan sikap nasionalime bangsa saat ini
sudah mulai terkikis dari kalangan pelajar hingga pemimpin negara.
1) Krisis kejujuran
4) Krisis disiplin
5) Krisis kebersamaan
6) Krisis keadilan
7) Krisis kepedulian.
15
kearifan lokal bukan lagi sebagai suatu kekhasan yang perlu di
pertahankan, ditambah lagi dengan sekolah-sekolah internasional yang
setiap harinya menggunakan bahasa inggris sebagai pengantar tidak dapat
dipungkiri jika hal demikian akan
C. Moral
Ardini (2012: 51) mengemukakan bahwa Moral adalah perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar salah.
Standar benar dan salah yang mengatur perubahan penalaran, perasaan
dan perilaku ini tumbuh berdasarkan perkembangan lingkungan sekitar
tempat individu tinggal. Sehingga moral dapat juga dikatakan sebagai adat
atau kebiasaan. Selain itu moral juga dikatakan sebagai peraturan-
peraturan. Moral yang seharusnya menjadi pengendali dalam bertingkah
laku kian hari kian terkikis oleh kemajuan IPTEK abad 21.
Sementara itu Wila Huky, sebagaimana yang dikutip oleh jahroh dan
Sutarna (2016: 399) merumuskan pengertian moral secara kompeherensif
16
sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu, ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu, sebagai tingkah laku hidup
manusia, yang mendasarkan pada kesadaran bahwa ia terikat oleh
keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam lingkungannya.
D. Budaya Mappattabe
17
Erni, dkk (2020) mengemukakan bahwa Adat mappatabe merupakan
suatu adat yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi-selatan, khususnya
masyarakat suku bugis. Adat ini mengajarkan perilaku sopan santun dan
sikap hormat kepada orang yang lebih tua. Makna yang terkandung dalam
budaya mappatabe memiliki makna yang cukup mendalam. Pertama kata
tabe merupakan simbol dari upaya menghargai dan menghormati terhadap
sesama dan tidak boleh berbuat seenak hati. Kedua, adat mappatabe
merupakan perwujudan dari sikap Taro Ada Taro Gau , yaitu keselarasan
antara perkataan dan perbuatan.
18
3. Sipakainga : tuntunan bagi masyarakat bugis untuk saling
mengingatkan.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Mirzaqon dan Purwoko (2017) mengemukakan bahwa studi kepustakaan
merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan
data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan
seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb. Sehingga,
berdasarkan pengertian tersebut maka jenis penulisan dalam karya tulis ini
adalah studi kepustakaan dengan memperoleh teori-teori dan pendapat para
ahli serta beberapa refrensi literatur yang sesuai dengan pembahasan budaya
mappattabe untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan jati diri
bangsa Indonesia.
19
B. Objek Penulisan
Objek tulisan dalam karya tulis ini adalah pentingnya penanaman budaya
mappattabe terhadap generasi muda untuk meningkatkan jati diri bangsa
Indonesia. Penulis mengkaji mengenai budaya mappattabe sebagai tolak ukur
dalam meningkatkan jati diri bangsa Indonesia.
D. Prosedur Penulisan
Setelah dilakukan pengambilan data dan informasi, semua hasil diseleksi
untuk mengambil data dan informasi yang relevan dengan masalah yang akan
dikaji. Kegiatan dalam prosedur penulisan ini adalah :
1. Mencari materi yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji dari
buku dan internet.
2. Mengidentifikasi atau memilah sumber data dan informasi yang telah
dikumpulkan.
3. Mempelajari sumber data dan informasi yang telah ditemukan yang sesuai
dengan masalah yang akan dikaji.
4. Menganalisis atau membahas sumber data dan iformasi dengan melakukan
pendekatan yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
5. Menyimpulkan atau merangkai gagasan-gagasan pokok dari uraian
informasi yang panjang menjadi ringkasan yang runtut dan mudah untuk
dipahami.
20
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis
Kelas PSBB (Pendidikan Sebagai Bekal Bermoral) dalam upaya
mengenalkan budaya mappattabe siswa Sekolah Dasar merupakan suatu
upaya untuk mengatasi krisis moralitas bangsa Indonesia yang diakibatkan
oleh arus globalisasi yang sangat pesat. Sehingga menyebabkan generasi
muda Indonesia mengalami krisis moralitas atau krisis karakter. PSBB
merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara memberikan pendidikan
moral atau pendidikan perilaku kepada para siswa Sekolah Dasar yang akan
menjadi tongkat estafet para pemimpin bangsa. Hal ini sejalan dengan kutipan
dari Omeri (2015) yang mengemukakan bahwa Pendidikan karakter berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
21
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan bagian penting
dari kehidupan manusia yang tak pernah bisa ditinggalkan.
22
mampu melahirkan generasi-generasi muda yang memiliki karakter da jati diri
sebagai bangsa Indonesia.
B. Sintesis
Pendidikan sebagai bekal bermoral merupakan metode atau cara yang
digunakan untuk mengembalikan jati diri atau karakter bangsa Indonesia
dikalangan para generasi muda. Adapun alas an mengapa pendidikan karakter
ini diimplementasikan hanya kepada para generasi muda karena diharapkan
generasi muda memiliki pondasi yang kuat akan pentingnya karakter. Adapun
sistematika dalam pelaksanaan program Pendidikan sebagai bekal bermoral
adalah sebagai berikut :
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penulisan karya tulis ilmiah non penelitian ini didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
24
2. Dengan karakter yang baik, bangsa Indonesia mampu bersaing dengan
bangsa lainnya.
3. Dengan kelas pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan secara efektif
dan adanya kerja sama antara para pengajar dan orang tua maka akan
dapat memberikan hasil yang lebih maksimal.
B. Saran
1. Untuk Pemerintah khususnya mentri Pendidikan agar lebuh menekankan
pendidikan kepada pendidikan karakter shingga tercipta para generasi
muda yang menjujung tinggi karakter bangsa.
2. Untuk para tenaga pengajar dan orang tua agar dapat memberikan contoh
yang baik keoada peserta didik agar mereka mendapatkan contoh yang
baik dari lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
25
Ardini, P.P. (2012). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan Anak.
1(1): 44-58.
26
https://news.okezone.com/read/2018/12/05/65/1987099/hilangnya-sopan-
santun-siswa
Susilo, B.E., & Widodo, S.A. (2018). Kajian Etnomatematika dan Jati Diri
Bangsa. Indonesia Mathematics Education.1(2): 121-128.
Wahyudi, D., & Arsana, I.M. (2014). Peran Keluarga dalam Membina Sopan
Santun Anak di Desa Galis Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 2(1): 290-304.
Wahyuni, A., Tias, A.A.W., & Sani, B. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. 9(49): 114-118.
CURRICULUM VITAE
27
Identitas Diri
1. Nama Lengkap Dindah Nurul Zahra
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Pendidikan Matematika
4. NIM 1911042013
5. Tempat/tanggal Lahir Makassar, 24 Maret 2001
6. Email Dinda.mks2001@gmail.com
7. No.Telfon/HP 08085246532373
Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA Perguruan
Tinggi
1. Nama Institusi SD Islam SMP Islam SMA Universitas
Terpadu Wahdah Negeri 12 Negeri
Wihdatul Islamiyah Makassar Makassar
Ummah
2. Jurusan - - IPA Pendidikan
Matematika
3. Tahun Masuk- 2007-2012 2012-2016 2016-2019 2019
Lulus
28
29