Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada era Revolusi 4.0, semua telah dituntut agar dapat


berpikiran kritis, kreatif dan inovatif. Hal ini agar memudahkan orang
orang terkhususnya peserta didik beradaptasi dengan perkembangan
zaman yang hingga sekarang masih berkembang terus menerus. Peserta
didik akan menjadi agen perubahan sehingga sangat perlu untuk
memperhatikan dan membekali strategi pembelajaran dan sistem
pembelajaran yang tepat dengan perkembangan zaman yang semakin
pesat sehingga dunia Pendidikan yang memegang peranan yang sangat
penting.
Di era globalisasi ini, tentu sangat penting untuk memiliki pola
pikir yang mampu berkembang dan sistematis serta dapat menelusuri,
menganalisis, dan membangun pemikirannya sendiri. Hal ini tentunya
tidak dapat tercapai dengan mudah. Maka dari itu satuan Pendidikan
perlu memerhatikan dengan sebaik-baiknya agar terwujudnya tujuan
tersebut. Sangat diperlukan system Pendidikan yang memfasilitas peserta
didik untuk mengembangkan pola pikir, karakter dan skill terutama
dalam menghadapi suatu masalah serta memikirkan secara kritis
mengenai penyelesaiannya.
Mayoritas satuan Pendidikan menggunakan sistem Pendidikan
TCL yang memiliki kepanjangan Teacher Centered Learning. Di
Indonesia sistem pembelajaran pada hampir semua sekolah masih
bersifat satu arah, karena yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa
mengajar dengan baik sehingga yang terjadi adalah hanya transfer
pengetahuan.1 Hal ini akan menjadikan peserta didik berperan pasif.
Peserta didik akan hanya bergantung pada dosen atau guru
sebagai sumber pengetahuan. Tidak hanya itu, penerapan system ini
membuat peserta didik bosan dan jenuh karena mereka hanya menerima
informasi sehingga membuat motivasi peserta didik menurun. Peserta
didik juga tidak dapat berbuat banyak karena mereka hanya berperan
sebagai “receiver” sehingga kreatifitasnya juga menurun dan pola pikir
tidak berkembang.
Tidak hanya TCL, ada juga beberapa yang menerapkan SCL
yaitu Student Centered Learning yang sangat penting untuk dapat
beradaptasi di era ini. Berbagai karakteristik pada pendekatan SCL
didesain untuk mendorong kegiatan pembelajaran yang membuat peserta
didik berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, mendorong
kemandirian dalam belajar, aktivitas pendidikan disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik, serta mengembangkan berbagai kompetensi
lainnya seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kemampuan
berkolaborasi yang sesuai dengan berbagai keterampilan di abad ke-21.2

B. Scenario

Sejak tahun 2008, Fakultas Kedokteran Gigi Unhas telah


mengimplementasikan pergeseran konsep pendidikan dari Teacher Center
Learning (TCL) ke Student Center Learning (SCL) dengan menerapkan
Problem Based Learning (PBL) sebagai sistem pembelajaran. Sistem
pembelajaran ini menuntut perubahan cara pandang baik pada dosen
maupun mahasiswa dalam konsep belajar. Dalam pelaksanaannya, selain
metode diskusi tutotial PBL, terdapat berbagai metode pembelajaran

1
Muijs, Daniel, dkk. Effevtive teaching (teori & aplikasi). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).

2
Oinam DS. Student- Centered Approach to Teaching and Learning in Higher Education for Quality
Enhancement. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 22(06), 2017. hlm 27–30.
lainnya dengan karakteristik dan strategi belajar masing-masing yang akan
digynakan untuk mencapai tujuan pembelajaran matakuliah. Salah satu
bentuk pembelajaran aktif mahasiswa adalah membuat karya ilmiah yang
akan dipresentasikan dalam diskusi panel.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan skenario,


permasalahan yang timbul dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengapa terjadi pergeseran dari sistem Teacher Centered Learning


(TCL) ke Student Centered Learning (SCL) ?
2. Bagaimana penerapan konsep pembelajaran Student Centered
Learning (SCL) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin ?
3. Apa cara termudah untuk beradaptasi di sistem Student Centered
Learning (SCL) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin?

4. Apa strategi pembelajaran yang paling efektif di Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Hasanuddin?

D. Tujuan

Berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan


pembelajaran ini yaitu :

1. Untuk mengetahui mengapa pergeseran dari sistem Teacher Centered


Learning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL)
2. Mampu menerapkan konsep pembelajaran Student Centered Learning
(SCL) di dalam perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin
3. Untuk mengetahui cara termudah untuk beradaptasi di sistem SCL di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
4. Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang paling efektif di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembaca
Hasil makalah ini akan menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai sistem pembelajaran Student Centered Learning,
Problem Based Learning, dan lain-lain.
2. Bagi Penulis
Hasil makalah ini akan menambah wawasan penulis tentang
sistem pembelajaran Student Centered Learning, Problem Based
Learning, dan lain-lain. Penulis lebih menyadari akan pentingnya
menerapkan sistem pembelajaran tersebut dengan baik dan benar agar
ke depannya mendapatkan berbagai pengalaman dan pengaruh baik
serta manfaat dari penerapan sistem ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pergeseran TCL ke SCL

1. Pengertian Teacher Centered Learning

Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu pendekatan


belajar yang prinsipnya berdasarkan penanaman pengetahuan dan
keterampilan.3 Teacher Centered Learning ialah sistem pembelajaran
yang berpusat pada guru yang berperan aktif dalam mentransfer
pengetahuan sedangkan peserta didik berperan pasif yang hanya
menerima pengetahuan.

TCL hanya akan membuat terpuruknya kebebasan berpikir


peserta didik. Pada system ini, mahasiswa cenderung hanya
mendengar dan mencatat apa yang telah diberikan tanpa menciptakan
sikap tanggung jawab pada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Hanya terjadi sistem komunikasi satu arah.

2. Ciri Ciri Pembelajaran TCL

3
Parwati, A. Rani. Pergeseran peran guru dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran modern,
http://ariraniparwati.blogspot.com/2013/03/pergeseran-peran-guru-dari-pembelajaran. html, diakses
22 September 2020
a. Memakai pendekatan berpusat pada guru, yakni Pergeseran peran
guru dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran modern,.
gurulah yang harus menjadi pusat dalam pembelajaran.
b. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai
organisme yang pasif, sebagai penerima informasi yang diberikan
guru.

c. Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu.


Siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain
sedemikian rupa sebagai tempat belajar4

3. Pergeseran TCL dengan SCL

Sistem pembelajaran SCL dapat menumbuhkan rasa


tanggung jawab dan kemandirian dalam diri peserta didik dalam
menjalankan proses pembelajarannya. Sistem TCL sekarang dinilai
sudah tidak sesuai dengan kemajuan jaman dan tidak cocok bagi
peserta didik abad 21.5 Hal ini disebabkan oleh sistem pembelajaran
hanya akan mengecilkan peran peserta didik dan ilmunya hanya akan
sebatas pengetahuan guru serta tidak sesuai terhadap kebutuhan
Pendidikan yang diharapkan di era ini Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka dibutuhkan suatu peralihan dari pembelajaran yang
berpusat pada pengajar (Teacher-Centered Learning) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student-Centered
Learning, SCL).

Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian yang dilakukan


oleh Syafril Ramadhon dan Novi Hery Yono. Hasil penelitian

4
Parwati, A. Rani. Pergeseran peran guru dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran modern,
http://ariraniparwati.blogspot.com/2013/03/pergeseran-peran-guru-dari-pembelajaran. html, diakses
22 September 2020

5
Elen J, Clarebout G, Léonard R, editors, at all. Student-centred and teacher-centred
learning environments: What students think. Teaching in higher education, 12(1) 2007, hlm 105–117.
menunjukkan bahwa pengimplementasian pendekatan SCL
memberikan perbedaan nilai prestasi belajar yang signifikan, baik
pada aspek pengetahuan maupun keterampilan. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa pengimplementasian pendekatan SCL telah
terbukti efektif dalam mendukung pencapaian pembelajaran peserta
pelatihan survey topografi dengan responden lulusan SMA dan SMK
dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung dibandingkan dengan
pendekatan TCL.6

B. Penerapan Konsep SCL

1. Definisi SCL

SCL atau Student Centered Learning merupakan pendekatan


dalam pembelajaran yang memfasilitasi pembelajar untuk terlibat
dalam proses experiential learnig. Bila pembelajar itu dapat
dikategorikan ke dalam tipe-tipe activist, reflector, theorist, dan
pragmatist, berarti pendekatan SCL tersebut merupakan metode yang
dapat memfasilitasi pembelajar, dalam hal ini mahasiswa sehingga
secara langsung ataupun tidak, dapat terlibat dalam proses
pembelajaran.7 Dengan demikian guru bukan lagi sebagai sumber
8
belajar utama, melainkan sebagai “mitra belajar”. Landasan
pemikiran dari SCL adalah teori belajar konstruktivis.9 SCL dapat
membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pemahamannya
sendiri dari proses penelusuran dan analisis dari berbagai sumber
yang peserta didik lakukan.

6
Syafril Ramadhon, Novi Hery Yono. Efektivitas pendekatan student-centered learning dalam
pelatihan survey topografi di bandung. Jurnal Kewidyaiswaraan.. 2020, 5(1), hlm 34.

7
Sudjana SD. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung: Production; 2005).

8
Kurdi, Fauziah Nuraini, Penerapan student centered learning dari teacher centered
learning mata ajar ilmu kesehatan pada program studi penjaskes, (Forum Kependidikan volume 28
No. 2 Maret 2009), hlm. 110
9
Peter Westwood. What teachers need to know about teaching methods. (Victoria: Acer Press
Australia; 2008).
2. Ciri-ciri sistem pembelajaran SCL 10

a. Siswa belajar baik secara individu maupun berkelompok untuk


membangun pengetahuan.
b. Guru lebih berperan sebagai FEE dan guides on the sides 9
daripada sebagai mentor in the centered.
c. Siswa tidak sekedar kompeten dalam bidang ilmu, akan tetapi
kompeten dalam belajar.
d. Belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh guru,
yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi
pada siswa.
e. Belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (lifelong
learning), suatu keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari.

f. Belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia.

3. Peranan Mahasiswa dalam SCL11

Dalam proses pembelajaran ini, peserta didik memiliki peranan yang


sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajarnya :

a. Mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen


b. Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen
c. Membuat rencana pembejaran untuk matakuliah yang diikuti

10
Kurdi, Fauziah Nuraini, Penerapan student centered learning dari teacher centered learning mata
ajar ilmu kesehatan pada program studi penjaskes, (Forum Kependidikan volume 28 No. 2 Maret
2009)

11
Hadi R. Dari teacher-centered learning ke student-centereded learning: perubahan metode
pembelajaran di perguruan tinggi. Insania, (Vol.12, No. 3. 2007). hlm 408-419.
d. Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis,
diskusi dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting
lagi terlibat dalam kegiatan berpikir tingkat tinggi, seperti
analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun
kelompok

4. Peranan dosen dalam SCL12

Peran dosen dalam proses pembelajaran model SCL memiliki peran


yang penting dalam pelaksanaan model ini yang meliputi :

a. Bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.


b. Mengkaji kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa
di akhir pembelajaran.
c. Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat
menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan
mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut
matakuliah.
d. Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan
memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam pemecahan
permasalahan sehari hari.
e. Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar
mahasiswa yang relevan dengan kompetensi yang akan diukur.

5. Prinsip-prinsip SCL

Dalam mengimplementasikan pendekatan SCL, terdapat empat


prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kegiatan belajar disesuaikan dengan kebutuhan personal peserta


didik;

12
Ramdhani, Neila, Ruh experiential learning dalam SCL, dalam http://neila.staff.ugm.ac.id/?
pilih=lihat&id=10. 2009
b. Kegiatan pembelajaran dilakukan berbasis kompetensi;
c. Kegiatan belajar dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun;
serta

d. Peserta pelatihan bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran


mereka sendiri.13

Pada prinsip pertama, setiap peserta didik memiliki


kemampuan, pengetahuan dan kebutuhan Pendidikan yang berbeda
sehingga metode dan target pembelajaran sangat patut untuk
disesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Prinsip kedua
mencakup tentang kemajuan pembelajaran ditentukan oleh
penguasaan kompetensi oleh peserta didik. Prinsip ketiga menjelaskan
bahwa SCL ialah sistem pembelajaran yang mendorong keterampilan
belajar agar dapat belajar kapan pun dan di mana pun. Prinsip keempat
menunjukkan bahwa SCL dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab
dan kemandirian untuk keberhasilan suatu proses pembelajaran.

6. Kekurangan SCL14

a. Siswa menjadi sangat aktif, sehingga kelas menjadi gaduh


b. Menuntut guru lebih ekstra mengendalikan kondisi kelas.

7. Keunggulan SCL15

a. Mahasiswa atau peserta didik akan dapat merasakan bahwa


pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena mahasiswa diberi
kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.

13
Liz Glowa, & Jim Goodell. Student-Centered Learning: Functional Requirements for
Integrated Systems to Optimize Learning. (2016). Vienna.
14
Muhammad Alif Ramdhani. Perbandingan strategi pembelajaran teacher centered learning
dengan student centered learning terhadap hasil belajar pada mata pelajaran tarikh siswa kelas viii
smp muhammadiyah 4 surakarta. (Surakarta:2014). Hlm iv.

15
Sudjana SD. Metode dan teknik pembelajaran partisipatif. (Bandung: Production.2005).
b. Mahasiswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran.
c. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga
akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-
membelajarkan di antara mahasiswa.
d. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi dosen

8. Model pembelajaran dalam SCL16

a. Small Group Discussion ( Problem Based Learning, Centered


Learning, dan Centered based Learning )
Metode ini berbentuk sejenis diskusi yang aktif berisikan
beberapa anggota kelompok yang saling bertukar pandangan
tentang suatu topik. Setiap anggota memiliki peranannya masing
masing.
b. Role-Play & Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih
mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan
menggunakan suatu model, computer dll yang telah dirancang
sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Kemudian, peserta didik
tersebut akan mempraktekkan berbagai metode yang telah
disiapkan
c. Discovery Learning (DL)
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau
penelitian kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa
dapat mencari sendiri dan mandiri jawaban tanpa bantuan dosen.
d. Self-Directed Learning (SDL)
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada
mahasiswa,
seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
e. Cooperative Learning (CL)
16
Ni Nyoman Rsi Respati. Student centered learning process mahasiswa manajemen fakultas
ekonomi dan bisnis universitas udayana.(Denpasar: 2018). hlm 13-18.
Metode kerja sama beberapa anggota yang memiliki
tujuan yang sama saling berdiskusi, berbagi dan bersosialisasi
untuk hasil yang lebih besar.

f. Contextual Learning
Metode ini dilakukan melalui sesi tanya jawab atau
negosiasi terbuka yang tujuannya adalah untuk memunculkan
motivasi, daya kritis, suasana yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan
g. Problem Based Learning
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan
kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dari
kehidupan aktual mahasiswa.
h. Collaborative Learning (CbL)
Metode pembelajaran ini memungkinkan mahasiswa
saling berinteraksi sesering mungkin untuk menemukan jawaban.
i. Project Based Learning

Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas


project yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari
sumber pustaka sendiri.

7. Model pembelajaran SCL di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Hasanuddin

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin menerapkan


model pembelajaran PBL. Model ini merupakan suatu metode yang
dilakukan beberapa peserta didik saling berdiskusi, bertukar
pandangan mengenai suatu masalah dengan tujuan mendapatkan
pemecahan masalah. Di suatu kuliah interaktif oleh drg Adam Malik
Hamudeng menjelaskan mengenai model yang diterapkan tidak
sepenuhnya murni melainkan gabungannya dengan model
konvensional. Fakultas ini menerapkan metode pembelajaran berupa
diskusi tutorial, penulisan karya ilmiah, diskusi panel, diskusi pleno
dan lain lainnya untuk model pembelajaran PBL.
a. Definisi PBL
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih aktif dalam
proses pembelajaran dan menekankan kepada siswa untuk
17
menyelesaikan sebuah masalah dengan sendiri Hasil
pembelajaran PBL ialah peningkatan kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki peserta didik.
b. Karakteristik PBL18
1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia
nyata yang disajikan secara mengambang.
3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya
menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari
beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas
ilmu ke bidang lainnya.
4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed
learning). Memanfaatkan sumber pengetahuan yang
bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
6) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling
mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentas
Prinsip PBL
17
Al-najar H editors, at all. Problem-based learning (PBL) versus lecture based learning ( LBL ):
effect on the development of critical thinking , problem solving and self directive learning skills in
nursing students, journal of nursing & care. 8(3), 2019.

18
Amir, Taufiq. Inovasi pendidikan melalui problem based learning: bagaimana pendidik
memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2007).
c. Seven Jumps 19
The seven jumps merupakan proses tutorial diskusi kelompok
kecil yang diperkenalkan pertama kali di Kanada pada akhir
dekade 1960. Kegiatan ini terdiri dari tujuh tahap, yaitu
1. identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada di
dalam skenario,
2. penentuan masalah yang disepakati bersama,
3. brainstorming dan identifikasi area pengetahuan yang
kurang,
4. menyusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan
sementara,
5. penentuan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
6. belajar mandiri,
7. setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar
mandiri mereka dan saling berdiskusi

C. Cara beradaptasi dengan sistem SCL

Gudykunst (2005) meyakini bahwa inti dari proses adaptasi seorang


pendatang baru sangat terletak pada aktifitas komunikasi orang tersebut
dengan lingkungan barunya. Tentu saja proses komunikasi tersebut
melibatkan aspek kognitif, afektif, dan kompetensi komunikasi pelaku
untuk mengambil bagian dalam lingkungan barunya.20 Selain itu, strategi
agar dapat menyesuaikan diri ialah :
1. melakukan persiapan sebelumnya dan mempelajarinya
2. melakukan hal-hal yang merupakan kegemaran
3. bersikap terbuka dan fleksibel untuk dapat mengerti dan menerima
budaya dan kebiasaan di tempat yang baru.

19
Hilman Syarif, Hajjul Kamil. Perbandingan efektifitas metode seven jumps dengan metode
interactive skill station (iss) pada mahasiswa psik fk unsyiah. Idea Nursing Journal Vol. 4(2), 2013.

20
Gudykunst, William B. Communicating with strangers, (Boston: MacGraw Hill, 2005).
4. membiasakan diri dengan melakukannya 21

Dapat disimpulkan agar dapat beradaptasi dengan sistem SCL, sangat


perlu untuk mengetahui lebih mendalam mengenai sistem tersebut,
melakukan persiapan yang diperlukan, mengubah pola pikir kita untuk
mengikuti perubahan yang ada, bersikap terbuka terhadap perubahan,
menerima perubahan tersebut serta membiasakan diri tentang hal hal yang
akan sering dilakukan di SCL.Selain itu, membiasakan diri terhadap
lingkungan dan membangun komunikasi yang baik terhadap orang-orang
yang berada di lingkungan tersebut.

D. Strategi belajar paling efektif

Strategi belajar efektif yang dapat diterapkan ialah :


1. Mengetahui semua jadwal yang diperlukan seperti ujian dan tugas
kemudian menjadwalkan waktu waktu yang cukup untuk
mempersiapkan hal tersebut
2. Menggunakan berbagai teknik belajar tergantung dari kebutuhannya
dan mempelajarinya dalam bagian bagian yang terpisah.
a. Flash card
b. Belajar bersama
c. Teknik pomodoro
d. Spaced Repitition
3. Pola tidur yang baik, olahraga, dan menjaga Kesehatan
4. Memiliki jaringan pendukung yang kokoh, yang dapat diandalkan
selama periode stress.22

21
Rahaditya Puspa Kirana. Strategi adaptasi pekerja jepang terhadap culture shock: studi kasus
terhadap pekerja jepang di instansi pemerintah di surabaya. Japanology (Surabaya: vol 1(1), 2012).
Hlm 10

22
Alexander Fowler, Katharine Whitehurst, Yasser Al Omran editors, et all. How to study effectively.
International journal of surgery oncology. (2;ed31, 2017).
BAB III

RINGKASAN

Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu pendekatan belajar yang


prinsipnya berdasarkan penanaman pengetahuan dan keterampilan 3. Sedangkan
9
Landasan pemikiran dari SCL adalah teori belajar konstruktivis. yang berarti
menuntut peserta didik untuk dapat membangun pemahamannya sendiri dari
proses belajar mandiri dan kelompok yang dilakukannya. Sistem pembelajaran
SCL dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam diri
peserta didik dalam menjalankan proses pembelajarannya. Sistem TCL sekarang
dinilai sudah tidak sesuai dengan kemajuan jaman dan tidak cocok bagi peserta
didik abad 21. 5
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin menerapkan model
pembelajaran PBL dari berbagai model pembelajaran SCL yaitu: Small Group
Discussion; Role-Play & Simulation; Discovery Learning (DL); Self-Directed
Learning (SDL); Cooperative Learning (CL); Contextual Learning; Problem
16
Based Learning; Collaborative Learning (CbL); Project Based Learning. Di
suatu kuliah interaktif oleh drg Adam Malik Hamudeng menjelaskan mengenai
model yang diterapkan tidak sepenuhnya murni melainkan gabungannya dengan
model konvensional dengan menerapkan seven jumps yaitu identifikasi dan
klarifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam scenario; penentuan masalah yang
disepakati bersama; brainstorming dan identifikasi area pengetahuan yang kurang;
menyusun penjelasan masalah dalam bentuk penjelasan sementara; penentuan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai; belajar mandiri; setiap anggota kelompok
menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi. 19
Cara beradaptasi untuk sistem pembelajaran SCL yaitu :melakukan
persiapan sebelumnya dan mempelajarinya; melakukan hal-hal yang merupakan
kegemaran; bersikap terbuka dan fleksibel untuk dapat mengerti dan menerima
budaya dan kebiasaan di tempat yang baru; membiasakan diri dengan
melakukannya.21 Strategi yang paling efektif ialah dengan menjadwalkan,
menggunakan berbagai teknik belajar sesuai kebutuhan, pola tidur, makan dan
hidup yang baik, dan membangun jejaring yang baik. 22
DAFTAR PUSTAKA

[1] Muijs, Daniel, et al. Effevtive teaching (teori & aplikasi). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2008.
[2] Oinam DS. Student- Centered Approach to Teaching and Learning in Higher
Education for Quality Enhancement. IOSR Journal of Humanities and Social
Science, 22(06), 2017. hlm 27–30.
[3] [4]. Parwati, A. Rani. Pergeseran peran guru dari pembelajaran tradisional ke
pembelajaran modern, http://ariraniparwati.blogspot.com/2013/03/pergeseran-
peran-guru-dari-pembelajaran. html, diakses 22 September 2020.
[5] Elen J, Clarebout G, Léonard R, editors, at all. Student-centred and teacher-
centred learning environments: What students think. Teaching in higher
education, 12(1), 2007, hlm 105–117
[6] Ramadhon S, Yono NH. Efektivitas pendekatan student-centered learning
dalam pelatihan survey topografi di bandung. Jurnal Kewidyaiswaraan. 5(1),
2020. hlm 34.
[7] Sudjana SD. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Production; 2005.
[8] [10] Kurdi, Fauziah Nuraini, Penerapan student centered learning dari teacher
centered learning mata ajar ilmu kesehatan pada program studi penjaskes,
Forum Kependidikan volume 28 No. 2 Maret 2009, hlm. 110
[9] Westwood P. What teachers need to know about teaching methods. Victoria:
Acer Press Australia; 2008.
[11] Hadi R. Dari teacher-centered learning ke student-centereded learning:
perubahan metode pembelajaran di perguruan tinggi. Insania, (Vol.12, No. 3.
2007). hlm 408-419.
[12] Ramdhani, Neila, Ruh experiential learning dalam SCL, dalam
http://neila.staff.ugm.ac.id/?pilih=lihat&id=10. 2009
[13] Glowa L dan Goodell J. Student-Centered Learning: Functional Requirements
for Integrated Systems to Optimize Learning. 2016. Vienna.
[14] Ramdhani MA. Perbandingan strategi pembelajaran teacher centered learning
dengan student centered learning terhadap hasil belajar pada mata pelajaran
tarikh siswa kelas viii smp muhammadiyah 4 surakarta. Surakarta:2014. Hlm
iv.
[15] Sudjana SD. Metode dan teknik pembelajaran partisipatif. Bandung: Production.2005.
[16] Respati NNR. Student centered learning process mahasiswa manajemen fakultas ekonomi dan
bisnis universitas udayana. Denpasar: 2018. hlm 13-18.
[17] Al-najar H editors, at al. Problem-based learning (PBL) versus lecture based learning ( LBL ):
effect on the development of critical thinking , problem solving and self directive learning
skills in nursing students. Journal of nursing & care. 8(3), 2019.
[18] Amir, Taufiq. Inovasi pendidikan melalui problem based learning: bagaimana
pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2007.
[19]

Anda mungkin juga menyukai