TUGAS 2
Y = Pendapatan
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pemerintah
NX = Ekspor bersih
Masing-masing dari keempat komponen ini memberikan kontribusi terhadap permintaanagregat untuk
barang dan jasa. untuk saat ini kita mengasumsian bahwa pengeluaran pemerintah ditetapkan oleh
kebijakan. tiga komponen lain yaitu konsumsi, investasi,dan ekspor bersih bergantung pada kondsi
ekonomi dan khususnya tingkat harga. olehkarena itu, untuk memahami kurva permintaan miring
kebawah kita harus meneliti bagaimana tingkat harga mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang
diminta untuk konsumsi, investasi, dan ekspor bersih.
Tingkat Harga dan Konsumsi : Efek Kekayaan
Coba kita bandingkan uang yang kita simpan di dompet dengan rekening bank kita, nilai nominal
uang ini adalah tetap : satu dolar akan selalu bernilai satu dolar. Namun nilai rill tidak tetap jika
sebuah permen harganya satu dolar maka dolar tersebut bernilai sebuah permen. Jika harga dari
permen tersebut adalah lima puluh sen makasatu dolar bernilai dua permen. Dengan demikian, ketika
tingkat harga turun, dolar yanganda pegang kenaikan nilainya akan meningkatkan kekayaan rill dan
kemampuan untuk memberi barang dan jasa. Dan pemikiran ini memberikan alasan pertama bahwa
kurva permintaan agregat miring ke bawah. Penurunan tingkat harga dapat menaikkan nilai rill uang
dan membuatkonsumen memiliki kekayaan lebih sehingga mampu mendorong konsumen untuk
menghabiskan lebih banyak uang. Kenaikan belanja konsumen ini memberi arti bahwa jumlah barang
dan jasa yang diminta lebih besar dari jumlah sebelumnya. Sebaliknya, peningkatan tingkat harga
mengurangi nilai rill uang dan membuat konsumen miskinatau tidak memiliki cukup uang., yang pada
akhirnya akan mengurangi tingkat belanjakonsumen terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta.
Tingkat Harga dan Investasi: Efek suku bunga
Tingkat harga merupakan salah satu penentu dari kuantitas atau banyaknya uang yang diminta. Ketika
harga rendah, rumah tangga perlu memegang sedikit uang untuk membeli barang dan jasa yang
mereka inginkan. Karena itu, ketika tingkat harga menurun, rumah tangga mencoba untuk
mengurangi barang kepemilikan mereka atas uang dengan meminjam keluar. Misalnya, sebuah rumah
tangga dapat menggunakan uangnya untuk membeli obligasi berbunga. Atau mungkin rumah tangga
tersebut menyimpan kelebihan uangnya di rekening tabungan berbunga, dan bank tersebut akan
menggunakan dana ini untuk memberikan lebih banyak pinjaman. Dalam kedua kasus tersebut,
karena rumah tangga mencoba mengubah sebagian dari uang mereka menjadi aset dengan bunga,
mereka menurunkan suku bunga. Suku bunga, pada hakikatnya mempengaruhi pengeluaran untuk
barang dan jasa. Karena tingkat suku bunga yang lebih rendah membuat pinjaman lebih murah, ini
mendorong perusahaan untuk meminjam lebih banyak untuk berinvestasi pada pabrik dan peralatan
baru dan ini mendorong rumah tangga untuk meminjam lebih banyak untuk berinvestasi di
perumahan baru. Tingkat bunga yang lebih rendah mungkin juga mempengaruhi pengeluaran
bersama, terutama pengeluaran untuk pembelian tahan lama seperti mobil-mobil, yang sering dibeli
secara kredit. Dengan demikian, tingkat bunga yang lebih rendah akan meningkatkan jumlah
permintaan barang dan jasa. Pemikiran ini memberi kita alasan kedua bahwa kurva permintaan
agregat miring ke bawah. “Tingkat harga yang lebih rendah mengurangi tingkat suku bunga
sertamendorong pengeluaran investasi yang lebih besar dan dengan demikian dapat meningkatkan
jumlah barang dan jasa yang diminta. Sebaliknya, tingkat harga yang lebih tinggi menaikkan suku
bunga, menghambat pengeluaran investasi, danmenurunkan jumlah barang dan jasa yang diminta.”
Tingkat Harga dan Ekxpor Neto: Efek Nilai Tukar (Kurs)
Seperti yang baru saja kita bahas, tingkat harga yang lebih rendah di AS dapat mengurangi suku
bunga di AS. Menanggapi tingkat suku bunga yang lebih rendah, beberapa investor di AS mencari
keuntungan yang lebih tinggi di luar negeri. Misalnya, tingkat bunga obligasi pemerintah AS
menurun, sebuah reksa dana mungkin menjual obligasi pemerintah AS untuk membeli obligasi
pemerintah Jerman. Reksa dana mencoba untuk mengkonversi dolar ke dalam euro untuk membeli
obligasi Jerman. Hal ini dapat meningkatkan persediaan dolar di pasar valuta asing. Peningkatan
persediaan dari dolar ke euro menyebabkan dolar terdepresiasi relatif terhadap euro. Hal ini
menyebabkan perubahan dalam tingkat kurs harga relatif barang dalam dan luar negeri. Karena setiap
dolar membeli barang lebih sedikit dari mata uang asing, barang-barang asing menjadi relatif lebih
mahal untuk barang-barang domestik. Perubahan harga relatif mempengaruhi pengeluaran, baik di
dalam maupun di luar negeri karena barang-barang asing sekarang lebih mahal, orang Amerika
membeli beberapa barang dari Negara lain yang menyebabkan menurunnya impor AS baik barang
maupun jasa. Pada saat yang sama, karena barang AS sekarang lebih murah, orang asing membeli
lebih dari Amerika Serikat, sehingga ekspor AS meningkat. Ekspor bersih sama dengan ekspor
dikurangi impor, sehingga kedua dari perubahan ini menyebabkan ekspor bersih AS meningkat.
Dengan demikian, penurunan nilai tukar riil dolar menyebabkan peningkatan dalam jumlah barang
dan jasa yang diminta. Pemikiran ini menghasilkan alasan ketiga kurva permintaan agregat miring ke
bawah.
“Bila tingkat harga di AS rendah akan menyebabkan suku bunga AS jatuh, nilai riil dolar menurun di
pasar valuta asing. Turunnya nilai dollar ini merangsang ekspor bersih AS dan dengan demikian dapat
meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Sebaliknya bila tingkat harga di AS naik akan
menyebabkan AS suku bunganaik, nilai riil dollar meningkat, dan kenaikan ini akan mengurangi
ekspor bersih AS dan jumlah barang dan jasa yang diminta.”
2. Jelaskan pandangan teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Irving Fisher beserta
asumsi dasar yang digunakan!
Teori permintaan uang menurut Irving Fisher seperti yang diuraikan dalam bukunya yang
berjudul Transaction Demand Theory of The Demand for Money memandang uang sebagai alat
pertukaran.Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang. Teori ini
mendasarkan pada falsafah hukum say, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full
employment. Menurut Fisher, apabila terjadi suatu transaksi antara penjual dan pembeli, maka
terjadi pertukaran antara uang dan barang/jasa, sehingga nilai dari uang yang ditukarkan pastilah
sama dengan nilai barang/jasa yang ditukarkan. Atau secara matematis dapat dituliskan rumus sebagai
berikut:
MV = PT
Dimana, M = jumlah uang beredar (penawaran uang)
V = tingkat kecepatan (velocity) pertukaran uang
P = harga barang/jasa
T = jumlah (volume) barang/jasa menjadi objek transaksi
Dalam teori kuantitas uang ini, Irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada
hakikatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang tidak dipengaruhi
oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya uang akan ditentukan oleh kecepatan perputaran uang
tersebut.
5. Jelaskan perbedaan kebijakan fiskal ekspansif dan kontraktif dan berikan contohnya!
Ekspansif dikeluarkan apabila kondisi negara tengah di dalam pertumbuhan ekonomi yang lemah,
artinya pengangguran meningkat, bisnis lesu, dan daya beli masyarakat berkurang. Untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi, suatu pemerintah bisa melakukan dua kebijakan, pertama penurunan pajak
dan meningkatkan pembelanjaan negara. Dengan cara ini, secara perlahan pertumbuhan ekonomi juga
bakal meningkat.
Sebaliknya, kebijakan jenis kontraktif dikeluarkan ketika ekonomi suatu negara semakin memanas
yang ditandai dengan tingkat inflasi tinggi dan nilai tukar mata uang rendah. Penerapannya adalah
dengan mengurangi pengeluaran, dan meningkatkan pemasukan, salah satunya dengan menerapkan
pajak tinggi, sampai nantinya kondisi perekonomian kembali stabil.
Contoh :
Ada banyak bentuk kebijakan fiskal yang pernah diterapkan oleh Indonesia. contoh-contohnya :
1. Tax Amnesty tahun 2017
Pemerintahan Presiden Jokowi pernah memberikan program pengampunan pajak atau tax amnesty
kepada individu dan badan usaha yang termasuk ke dalam wajib pajak. Khusus bagi mereka yang
pernah menunggak pajak, menunda pembayaran pajak, sampai tidak melaporkan harta bendanya yang
berada di negara-negara lain, pada momen ini tidak akan dikenakan sanksi administrasi, sanksi
pidana, dan denda keterlambatan bayar pajak. Saat itu total harta yang dilaporkan oleh para wajib
pajak bisa mencapai Rp4.000 triliun-an dan negara mendapatkan penerimaan tambahan mencapai
Rp130 triliun-an.
2. Pengurangan subsidi BBM
Selain tax amnesty, pemerintah telah mencabut subsidi bahan bakar yang selama ini dinikmati oleh
masyarakat. Dengan cara ini, otomatis harga bahan bakar pun menjadi lebih mahal dan fluktuatif
sesuai dengan kondisi minyak dunia. Namun, dengan pencabutan subsidi itu, pemerintah bisa
meningkatkan pelayanan di program lainnya, seperti akses kesehatan, pendidikan, dan fasilitas-
fasilitas negara.
3. Memberlakukan bebas visa ke banyak negara
Sektor pariwisata juga dijadikan sasaran empuk pemerintah untuk menerapkan kebijakan fiskal, salah
satunya adalah dengan memperluas pemberlakuan bebas visa bagi negara-negara sahabat. Dengan
cara ini, harapannya adalah bisa meningkatkan penerimaan negara dari sektor pariwisata, mengingat
pariwisata Indonesia termasuk industri andalan di dunia.