Teknik Panen dan Penanganan Pasca Panen Yang Ideal Pada Kubis
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2020
I. PENDAHULUAN
Kubis dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Untuk mendapat hasil yang maksimum,
kubis harus sudah dipanen apabila kropnya telah keras. Tanda ini biasa dirasakan dengan
memegang atau menekan krop kubis tersebut. Menurut Rukmana (1996), pemanenan
diharapkan jangan sampai terlambat, karena menyebabkan kropnya pecah (retak-retak) dan
kadang-kadang diikuti dengan pembusukan. Cara pemanenan, baik secara mekanik ataupun
secara manual akan mempengaruhi derajat (tingkat) dan tipe pelukaan, kememaran dan
sayatan yang terjadi. Bagian yang rusak demikian merupakan titik-titik masuk bagi jasad
renik yang akan menurunkan kualitas (Subekti, 1998).
Teknik penanganan pascapanen bertujuan untuk memberikan penampilan yang baik
dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan perlindungan produk dari
kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Sukses penanganan pascapanen memerlukan
koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai
ke tingkat konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan perlakuan
umum pascapanen pada kubis antara lain adalah pre-sorting, pencucian, pelilinan,
pengendalian penyakit, pengendalian insekta, dan grading (Kitinoja, 1999).
Kubis yang ditujukan untuk penyimpanan dalam jangka panjang (5-6 bulan) harus
disimpan pada suhu 0°C. Kubis yang ditujukan untuk penyimpanan jangka panjang sangat
dianjurkan untuk memakai penyimpanan Controlled Atmosphere sehingga kualitas dan harga
jualnya menjadi kompetitif. Simpan kubis pada suhu 0-1°C, kelembaban relatif 95-98%,
dalam ruang penyimpanan CA dengan proporsi oksigen 3-5% dan CO2 5-7%. Proporsi
tersebut telah ditemukan untuk meningkatkan kualitas penyimpanan kubis (Mc. Gregor,
1987).
Kubis mengandung sekitar 92% air. Setelah kubis dipanen, sangat penting untuk
mendinginkan kubis secepat mungkin dan memperhatikan kelembabannya minimal 90% atau
lebih tinggi. RH yang dibawah 80% akan menyebabkan transpirasi sehingga kubis akan susut
dan mengkerut. Ketika kelembaban relatifnya rendah, basahi lantai penyimpanan untuk
meningkatkan kelembaban. komoditi kubis berada pada kelompok sedang dengan laju
respirasi 10-20 mg /CO2/kg/jam pada suhu 5°C. Pendinginan kubis akan memperlambat laju
respirasinya. Pada suhu 59°F (15° C), baik kubis merah dan hijau hanya melepaskan karbon
dioksida pada tingkat 32 mililiter per kilogram per jam. Ini merupakan kisaran suhu yang
sesuai untuk menjaga kubis dengan pendinginan untuk menjaga kualitasnya. Pendinginan
juga akan membantu untuk mempertahankan kandungan vitamin C (Bambang, 2017).
III. HASIL PENGAMATAN
Sedangkan pada kondisi penyimpanan ideal, kubis dapat bertahan hingga 5-6 bulan
dan kerusakan mekanis dapat diminimalkan. Seperti yang direkomendasikan University of
Saskatchewan dan WHFood, penanganan kubis dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya ialah bungkuslah kubis dalam plastik dan simpan kubis sedingin mungkin pada
suhu 0˚C dan kelembaban relatifnya 98-100% tanpa proses pembekuan. Bonggol kol harus
dipangkas berikut dengan daun-daun yang longgar sebelum proses penyimpanan. Dianjurkan
untuk memakai penyimpanan Controlled Atmosphere. Ruang penyimpanan CA dengan
proporsi oksigen 3-5% dan CO2 5-7%.
4.3 Hal Yang Dapat Dilakukan Apabila Kubis Tidak Layak Jual Lagi
Yang dapat dilakukan oleh pedagang terhadap produk yang rusak/tidak layak jual,
pedagang harus mencari jalan keluar untuk mengolah kubis agar layak dijual kembali.
Mengolah menjadi pupuk organik, menjual kubis yang rusak tersebut kepada pertenak sapi,
kambing. Pedagang dapat menimalisir kubis yang rusak tersebut dengan cara pengolahan
kembali atau menjual kubis dengan harga yang murah. Kubis tersebut dicek apakah masih
layak dijual, ini dilakukan agar bisa menjadi bahan baku pengolahan suatu produk lainnya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar pedagang di pasar tradisional tidak melakukan perlakuan-perlakuan
khusus dalam usaha memperpanjang lama penyimpanan kubis.
2. Penanganan yang sembarangan menyebabkan susut jumlah, mutu dan nilai ekonomi
kubis.
3. Penanganan pasca panen perlu memperhatikan sifat kubis yang mudah rusak,
bentuknya yang bulat besar (voluminous), suhu, serta kelembaban udara.
4. Sebagian besar kesalahan penyimpanan kubis oleh pedagang yaitu terkait
penyusunan, sanitasi, aerasi, suhu, dan pencampuran dengan komoditi lain.
5. Rata-rata masa simpan kubis pada pasar tradisional Peunayong hanya mencapai 2-3
hari.
Agblor, S. and D. Waterer. 2001. Cabbage: Post-Harvest Handling and Storage. Dept. of
Plant Sciences, University of Saskatchewan, Canada.
Bambang, DR. 2017. http://fp.unram.ac.id/data/DR.Bambang%20B%20Santoso/BahanAjar-
PascapanenHortikultura/BAB-3-Fisiologi-a.pdf .
Kitinoja, L dan Gorny,J.R. 1999. Postharvest Technology for Small Scale Produce.
Mc. Gregor, B.M. 1987. Tropical Products Transport Handbook. USA. United States
Department of Agriculture.
Rukmana,R.1996. bertanam kubis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Subekti Sri. 1998. Mempelajari Karakteristik Respirasi dan Perubahan Mutu Kubis (Brassica
oleracea) pada penyimpanan Segar[skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain, H. 2010. DasarDasarHprtikultura. BumiAkasara, Jakarta.
www.slideshare.net,