Anda di halaman 1dari 7

MAKSI-AM&33-KASUS -G6-DAFFA GRAWIRA J

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Disusun Oleh:
DAFFA GRAWIRA JYESTA (12030115410015)

Kasus Penerapan Akuntansi Manajemen- Menentukan Perhitungan Harga


Pokok Produksi dan Mendesain Sistem Akuntansi Manajemen –
Disusun untuk persyaratan Matrikulasi Kuliah Akuntansi Manajemen

MAGISTER AKUNTANSI ANGKATAN XXXIII


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
1. Latar Belakang
a. Kondisi dan masalah yang ada
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik
dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan.
Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun
kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan
kegagalan. oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya
tersebut.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm.
Jamur ini memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis
tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur
tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar
pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam
pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam usaha budidaya jamur ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari
serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum kita
melakukan budidaya jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh
berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini
penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram dan perlu
diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak.
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran saat ini sebagai
salah satu bahan makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk ditemukan
di alam saat ini dan kemunculannya juga hanya sedikit. Dari sebab itu di
perlukanlah suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan pasar. Dan
tidak sedikit jamur yang berasal dari indonesia di impor ke luar negri.
Selain sebagai bahan makanan produksi jamur tiram juga dapat menjadi
sebuah usaha menjanjikan dan dapat mengurangi penganguran yang ada saat ini
karena pengangguran setiap tahun semakin meningkat.
b. Tujuan
Sesuai dengan masalah diatas, maka tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam proses
pembudidayaan jamur tiram.
2. Mengetahui bagaimana proses pengemasan dan pengiriman jamur tiram
yang siap dipasarkan.
2. Analisis Masalah
a. Kondisi yang ada
 Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan
perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin
bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram
tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga
antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit
kemungkinan dapat berbeda-beda. Ulat, semut, laba-laba, dan Kleket
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur
tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban,
kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak
terpanen, serta lingkungan yang tida bersih. Hama ulat muncul ketika kelembaban
udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan
binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya
hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena
jamur tidak muncul keluar sehingga tidak terambil saat pemanenan dan menjadi
busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Ulat bisa saja muncul karena rumah
kumbung ataupun sekitar kumbung tidak bersih. Misalnya adanya kandang ternak
atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
 Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara.
Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama
untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya
dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari.
b. Usulan Solusi
 Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram
Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ulat pada adalah
dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan
untuk sementara proses penyiraman kumbung dihentikan. Sebaiknya, ketika
melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada
pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.Untuk mencegah dan
mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar
rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar
sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Keuntungan jika
pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat
memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu
hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
 Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi
dengan ruangan berpendingin. Dan jika ada jamur tiram yang maka sebaiknya
mengolahnya menjadi makanan misalnya jamur krispy maupun pepes jamur tiram
sehingga tetap memiliki pemasukan.
3. Desain perbaikan/ pengembangan
a. Usulan unsur-unsur dan cara perhitungan harga pokok produksi
 Pengeluaran Modal
1. Baglog  1.000 baglog  x Rp 2.000  Rp 2.000.000
2. Sewa lahan kandang ukuran 5 x 5 m  untuk 4 - 5 bulan Rp 200.000
3. Sewa/penyusutan  peralatan air, lisrik dan lain-lain
selama 4 -5bulan           Rp 400.000
4. Ongkos tenaga kerja 1 orang  perbulan:
Rp 100.000 x 4 bulan                         Rp   400.000
5. Modal persiapan/lain-lain Rp     200.000
Jumlah Rp  3.200.000

Jika diketahui asumsi-asummi atau pengalaman di lapangan sebagai


berikut:
 1 baglog dengan berat 1,5 - 1,7 kg  akan menghasilkan 0,5 - 0,7 kg
tetapi kita ambil  yang 0,5 kg 
 harga pasaran jamur segar ditingkat petani langsung Rp 10.000,-
 masa pemeliharaan 4 -5 bulan
 Perkiraan pemasukan
1. Kegagalan baglog 5 % dari 1.000 jumlah 950 buah
2. Perkiraan hasil panen = ( hasil panen rata-rata /log x jumlah log yang
hidup ) x Harga perkilo ditingkat petani
= (0,5 kg/log  x 950 log ) x Rp 10.000/kg 
= 475 kg  x  Rp 10.000,-/kg
= Rp 4.750.000,-
Total keuntungan bersih = Perkiraan keuntungan – modal awal
=  Rp. 4.750.000 –  Rp 3.200.000
=  Rp 1.550.000,-
b. Usulan akuntansi manajemen yang terbaik sehingga perusahaan /
organisasi dapat menjalankan pengendalian biaya yang efisien dan
operasi yang efektif
 Lahan yang kita gunakan milik sendiri, kandang kita buat sendiri
menggunakan atap daun kelapa dinding dengan ayaman bambu, rak
bambu dengan  bahan disekeliling kita  dengan menekan seirit mungkin.
 Peralatan yang digunakan sudah di miliki atau sederhananya hanya
menggunakan penyemprotan kapasitas 2 liter atau sudah punya mesin air.
 Tenaga kerja bisa di tekan sampai Rp 0 jika menggunakan tenaga sendiri
atau anak-anak yang mampu dipercaya.
 Modal persiapan bisa kita tekan dengan mengefisienkan pengeluaran 
 Kegagalan baglog dapat ditekan jika kita telaten memelihara
 Pengalaman yang sering diperhatikan, 1 baglog dengan berat 1,5 – 1,7
kg  bisa menghasilkan 0,5 – 0,7 kg jamur segar
 Hasil survey pasar harga jual jamur segar adalah :
a. Ditingkat petani langsung sebesar Rp 10.000/kg           
b. Ditingkat pengepul di pasar harga Rp 12.000/kg (harga dibungkus 2
0ns Rp 2.500)
c. Ditingkat pengecer/penjual sayur mayur harga Rp 14.000 (harga
dibungkus 2 ons Rp 2.800).
Jadi, harga bisa dijual lebih tinggi langsung ke konsumen dengan
harga Rp 2.500-2.800/2 ons.
 Harga jual jamur segar bisa ditingkatkan lagi pada hari-hari besar seperti
bulan puasa dan lain-lain
 Dari modal awal Rp 3.200.000,- bisa ditekan menjadi  Rp 2.400.000,-
dengan perincian   
a. Beli baglog 1.000 buah @Rp 2.000 Rp 2.000.000,.
b. Kebutuhan lain-lain                                            Rp    400.000,
c. Jika perkiraan hasil jualnya Rp 4.750.000 di kurangi  modal yang
ditekan Rp 2.400.000 maka akan menghasilkan keuntungan Rp
2.350.000,-
4. Kesimpulan
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa tahapan
yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam menjaga
jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat menimbulkan
gagal panen. Petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan
pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur
yang berukuran besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30-40 hari setelah pembibitan dimulai.
Atau setelah 4-5 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram
haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan kecil
biasanya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun untuk
hasil yang kecil petani bisa mengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan
misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan
jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap
udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan
di lemari pendingan agar jamur tetap segar.

Anda mungkin juga menyukai