Anda di halaman 1dari 12

1

Produksi cabaidi Sulawesi Tenggara masih rendah


\

Faktor iklim Kesuburan tanah yang


rendah

Mulsa organik
Penggunaan berbagai bahan
organik

Alang-alang Kirinyuh Pupuk Pupuk Biochar


Biochar kulit
kandang sapi sekam padi
anorganik buah kakao
sapi

 Memiliki C/N  Memiliki C/N  Menyediakan  Menyediakan  Sebagai  Meningkatkan


rasio tinggi unsur hara gulm
serta menekan pertumbuhan
rasio rendah unsur hara pembenah porositas
 Menstabilkan  Kandungan NPK makro dan NPK tanah tanah
suhu tinggi mikro  Kandungan  Meningkatka  Meningkatkan
 Menjaga  Menurunkan pH Meningkatkan unsur hara n pH tanah kemampuan
kelembaban tanah mikroorganisme mudah tanah
 Tersedianya
 Mencegah  Meningkatkan tanah diserap menyerap air
unsur hara P
penguapan mikroorganisme  Memperbaiki  Kadar unsur  Memiliki  K lebih tinggi
dan erosi dan ketersediaan daya serap air hara yang unsur hara K  Memiliki
\
hara tanaman tanah tinggi lebih tinggi KTK tinggi
 Memperbaiki  Cepat terurai
struktur tanah

Meningkatkan pertumbuhan dan produksi


tanaman cabai

Gambar 2.1. Bagan Alir Kerangka Pikir Penelitian


2

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Kambu, Kecamatan

Kambu, Sulawesi Tenggara, yang terletak pada ketinggian 25 m dari permukaan

laut 400’56’’ LS dan 12203’37’’ BT (Kompas Digital). Penelitian ini akan

dilaksanakan pada Bulan November 2020 sampai Januari 2021.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi benih

cabai keriting varietas lado, limbar kulit buah kakao, sekam padi, pupuk kandang

sapi, urea, SP-36, NPK 15:15:15, air, alang-alang, kirinyuh, tabung gas, label, tali

rafia, kantong plastik, kayu dan paranet hitam (pagar). Alat-alat yang akan

digunakan meliputi sabit, parang, pacul, gembor, tong, penakar curah hujan (Rain

Gauge), digital instruments, ayakan, boiler, kompor gas, gembor, timbangan,

kamera dan alat tulis menulis.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) yang terdisi atas 6 perlakuan, setiap perlakuan diulang 3 kali

sehingga diperoleh 18 unit percobaan, dengan keterangan pupuk kandang (PK),

mulsa alang-alang (MA) dan mulsa kirinyuh (MK). Perlakuan yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tanpa pupuk kandang (PK) sapi, tanpa biochar, tanpa pemupukan anjuran dan

tanpa mulsa alang-alang (MA) (F0).


3

2. 100 kg/ha urea + 250 kg/ha NPK (15:15:15) (pemupukan anjuran) + 5 ton/ha

MA (F1).

3. 8 ton/ha PK sapi+ 2 ton/ha biochar sekam padi + 100 kg/ha urea + 250 kg/ha

NPK (15:15:15) (pemupukan anjuran) + 5 ton/ha MA (F2).

4. 8 ton/ha PK sapi+ 2 ton/ha biochar kulit buah kakao + 100 kg/ha urea + 250

kg/ha NPK (15:15:15) (pemupukan anjuran) + 5 ton/ha MA (F3).

5. 8 ton/ha PK sapi+ 2 ton/ha biochar sekam padi + 100 kg/ha urea + 250 kg/ha

NPK (15:15:15) (pemupukan anjuran) + 5 ton/ha MA + 5 ton/ha MK (F4).

6. 8 ton/ha PK sapi+ 2 ton/ha biochar kulit buah kakao + 100 kg/ha urea + 250

kg/ha NPK (15:15:15) (pemupukan anjuran) + 5 ton/ha MA + 5 ton/ha MK

(F5).

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Biochar Kulit Buah Kakao dan Sekam Padi

Persiapan biochar akan diawali dengan mengumpulkan kulit buah kakao

dan sekam padi terlebih dahulu kemudian dikeringkan dibawah terik matahari

sampai kulit buah kakao dan sekam padi mengering. Pembuatan biochar akan

dilakukan dengan menggunakan pirolisator sederhana berbentuk vertikal, terbuat

dari drum yang memiliki penutup berbentuk kerucut dan memiliki corong tempat

keluar uap/asap hasil pembakaran pirolisis.

Proses pembuatannya akan dimulai dengan memasukkan limbah kulit kulit

buah kakao dan sekam padi secara terpisah, masing-masing dimasukan kedalam

pirolisator atau boiler sebanyak setengah drum terlebih dahulu, selanjutnya bolier

diletakan diatas kompor besar yang telah dinyalakan. Apabila asap mulai
4

kelihatan pekat pada masing-masing drum maka boiler diisi kembali dengan

limbah kulit buah kakao dan sekam padi hingga penuh. Selanjutnya boiler ditutup

rapat hingga asap tidak keluar disela-sela antara drum dan pentup. Apabila asap

mulai keluar melalui cerobong, berarti pembakaran sudah berjalan dengan baik.

Setelah 2−3,5 jam dan sudah tidak banyak mengeluarkan asap, penutup boiler

kemudian dibuka. Apa bila kulit kulit buah kakao dan sekam padi sudah terbakar

menjadi arang/biochar, selanjutnya biochar langsung di percikkan air agar tidak

menjadi abu atau tidak terjadi pembakaran sempurna. Selanjutnya biochar

dikeluarkan dari masing-masing drum dan dikering anginkan. Kemudian, untuk

kuliat buah kakao ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan. Kulit buah kakao

yang telah di ayak dan arang sekam padi siap untuk diaplikasikan ke media tanam

sesuai perlakuan yang dicobakan.

3.4.2 Persiapan Pupuk Kandang

Pupuk kandang yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk

kandang sapi. Langkah pertama adalah mengambil kotoran sapi dari peternakan

sapi menggunakan karung. Setelah terkumpul, kemudian kotoran sapi dijemur

dibawah terik matahari sampai kering. Setelah kering, kemudian diayat

menggunakan ayatan yang telah disediakan. Setelah itu, kotoran sapi yang sudah

siap diaplikasikan sesuai perlakuan yang dibutuhkan.

3.4.3 Persiapan Lahan dan Pengolaan Tanah

Persiapan lahan akan diawali dengan membersihkan lahan dari gulma,

serasah atau sisa-sisa tanaman. Selanjutnya, akan dilakukan pengolahan tanah

sebanyak 2 kali dan pembuatan petakan-petakan percobaan. Petakan-petakan


5

tersebut dibuat dengan ukuran 4 m x 1,50 m dengan jarak antar bedengan dalam

kelompok 50 cm dan jarak antar kelompok adalah 100 cm.

3.4.4. Persiapan Mulsa

Persiapan bahan mulsa akan diawali dengan mengambil alang-alang dan

kirinyuh pada areal sekitar penelitian. Alang-alang dan krinyuh diambil sesuai

dengan kebutuhan penelitian dan selanjutnya dipotong-potong dengan ukuran

sekitar 20 cm. Alang-alang dan kirinyuh yang telah dipotong-potong tersebut

dikeringanginkan sekitar 14 hari dan siap untuk diaplikasikan.

3.4.5 Persemaian dan Pembibitan

Benih yang akan digunakan adalah benih cabai keriting hibrida varietas

lado. Sebelum disemai benih terlebih dahulu akan direndam selama 24 jam

dengan menggunakan air hangat pada suhu 30˚C. Benih yang tenggelam selama

perendaman dipilih sebagai benih yang akan disemai. Media pembibitan

berukuran 6 cm x 4 cm dengan komposisi yang terdiri tanah top soil yang telah

diayak sehingga membentuk butiran-butiran halus. Masing-masing media

pembibitan ditanami 1 biji benih cabai. Setelah penanaman, dilakukan

penyemprotan insektisida. Selama pembibitan dilakukan penyiraman sebanyak 2

kali sehari (pagi dan sore). Bibit telah siap dipindahkan ke lahan percobaan

setelah berumur 3 Minggu Setelah Tanam (MST).

3.4.6 Aplikasi Biochar Kulit Buah Kakao, Biochar Sekam Padi dan Pupuk
Kandang

Pengaplikasian biochar kulit buah kakao, biochar sekam padi dan pupuk

kandang akan dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam. Pengaplikasian di


6

lakukan dengan cara mencampur biochar dengan pupuk kandang kemudian

disebar di atas permukaan petakan sesuai dengan dosis perlakuan.

3.4.7. Pemupukan

Pemupukan akan dilakukan dengan menggunakan pupuk SP-36, urea dan

NPK. Pemupukan dilakukan dengan ditebar. Aplikasi pupuk SP-36 dilakukan

pada saat 1 minggu sebelum tanam dengan dosis pupuk 250 kg/ha. Kemudian

aplikasi pupuk Urea dan NPK dilakukan pada saat 2 Minggu Setelah Tanam

(MST), dengan dosis urea 100 kg/ha dan dosis NPK 250 kg/ha dengan masing-

masing menggunakan separuh dosis sedangkan separuh dosisnya lagi di

aplikasikan pada saat 4 MST.

3.4.8. Penanaman

Penanaman akan diawali dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak

masing-masing lubang tanam 60 cm x 40 cm. Setiap lubang ditanami 1 bibit

tanaman cabai sehingga diperoleh 18 tanaman per petak percobaan.

3.4.9. Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa akan dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam,

dengan cara diletakan di atas permukaan petakan dengan arah yang seragam.

Setiap petak diberi mulsa dengan dosis 5 ton/ ha atau 0,5 kg m -2 setara dengan 2,5

kg/petak. Ada 2 jenis mulsa yang akan digunakan yaitu kirinyuh dan alang-alang.

Perlakuan yang hanya menggunakan mulsa alang-alang, alang-alang diletakan di

atas permukaan petakan sesuai dengan dosis yang diperlukan. Sedangkan untuk

perlakuan yang menggunakan mulsa berlapis, mula-mula kirinyuh diletakan


7

terlebih dahulu di atas permukaan petakan kemudian dilapisi kembali dengan

mulsa alang-alang sesuai dengan dosis yang diperlukan

3.3.10. Penyiraman

Penyiraman akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penyiraman dengan volume 500 ml per tanaman keseluruh akar pada saat

tanaman berumur 1-4 hari setelah tanam (HST).

2. Penyiraman selanjutnya jika tidak turun hujan, air diberikan hanya pada

daerah (satu sisi) antara dua baris tanaman sedangkan sebagian daerah akar

(sisi lainya) tidak diberi air. Selanjutnya, 6 hari berikutnya air diberikan hanya

pada daerah bagian akar yang sebelumnya tidak diberikan air dan seterusnya,

yang di sebut dengan teknik pengairan separuh daerah akar (Bahrun et al.,

2012). Sketsa Penyiraman Separuh Daerah Akar dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Sketsa penyiraman separuh daerah akar

Keterangan : penyiraman dilakukan mengikuti arah panah (atas) dengan waktu 6

hari

penyiraman dilakukan mengikuti arah panah (bawah) dengan

waktu 6 hari.

Barisan tanaman cabai


8

3.4.11 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman akan meliputi: penyulaman, penyiraman,

penyiangan, perempelan, pemasangan ajir dan pengendalian hama penyakit.

a. Penyulaman akan dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh

(mati) dan tanaman yang tumbuhnya kurang baik. Penyulaman dilakukan 1

MST.

b. Penyiangan akan dilakukan untuk membersihkan petakan dari gulma yang

tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara langsung

yang tumbuh pada sekitar tanaman.

c. Perempelan diawali dengan memotong tunas-tunas liar (ukuran kecil) yang

tumbuh pada batang utama. Perempelan akan di lakukan apabila tanaman

sudah mencapai 80% yang sudah muncul tunas liar (ukuran kecil) pada batang

utama.

d. Pemasangan ajir akan dilakukan segera setelah bibit pindah tanam. Ajir yang

digunakan berasal dari batang bambu yang dibelah, kemudian dibersihkan dan

dihaluskan agar tidak melukai tanaman cabai. Ajir dipasang tegak disetiap

tanaman cabai, tanaman cabai diikatkan pada ajir yang telah terpasang

menggunakan tali rafia.

e. Pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai akan dilakukan secara fisik.

Pengendalian akan dilakukan secara sederhana yaitu dengan mematikan hama

yang ditemukan dengan tangan dan jika perlu menggunakan pestisida

berdasarkan jenis hama dan penyakit yang menyerang.


9

3.5. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan pada penelitian ini terdiri dari pertumbuhan, hasil,

kesuburan tanah dan data pendukung.

3.5.1. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan pertumbuhan seperti tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun,

akan dilakukan pada saat tanaman berumur 10, 20 dan 30 hari setelah

pengaplikasian mulsa, sedangkan berat kering tajuk akan dilakukan pada saat

tanaman berumur 30 hari setelah pengaplikasian mulsa. Pengamatan pertumbuhan

adalah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm) ; diukur mulai dari leher akar sampai dengan titik

tumbuh tanaman.

2. Jumlah daun (helai) ; dihitung keseluruhan daun tanaman yang telah

membuka penuh.

3. Luas daun (cm2) ; diukur panjang dan lebarnya yang telah membuka

penuh, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus P x L x k, dimana

P = panjang, L = lebar daun dan k = koefisien luas daun cabai.

4. Bobot kering tajuk (g) ; dihitung dengan menimbang batang tanaman

setelah diovenkan pada suhu 80 ˚C selama 2 x 24 jam .

3.5.2. Pengamatan Produksi

Pengamatan produksi meliputi jumlah cabang produktif, jumlah buah dan

bobot buah. Jumlah sampel untuk masing-masing perlakuan yaitu sebanyak empat

tanaman. Pengamatan produksi adalah sebagai berikut :


10

1. Jumlah buah ; ditentukan dengan menghitung semua jumlah buah yang

dipanen.

2. Bobot buah (g) ; dihitung dengan menimbang semua buah yang dipanen

per tanaman.

3. Bobot kering tajuk (g) ; dihitung dengan menimbang batang dan daun

tanaman setelah diovenkan pada suhu 80 ˚C selama 2 x 24 jam pada saat

akhir panen.

4. Jumlah cabang produktif ; dihitung semua cabang yang menghasilkan

buah yaitu dilakukan pada saat akhir panen.

3.5.3. Kesuburan Tanah

Pengamatan kesuburan tanah meliputi suhu tanah, kadar air tanah dan

kepadatan tanah. Pemgamatan suhu dan kadar air tanah akan dilakukan pada pagi

hari (pukul 08.00), siang hari (pukul 12.00) dan sore hari (pukul 16.00) selama

periode penelitian.

1. Suhu tanah (˚C) ; dilakukan pada kedalaman 10 cm. Pengukuran suhu

tanah menggunakan alat soil survey instrument.

2. Kadar air tanah (%) ; dilakukan pada kedalaman 10 cm. Pengukuran

kadar air tanah dengan menggunakan digital instruments.

3. Kepadatan tanah (kg/cm2 ) ; diamati dengan mengambil sampel tanah

pada setiap petak percobaan sampai kedalam 10 cm dengan menggunakan

alat soil hardness tester (Takemura Electric Works, LTD, No 44658).

Pengamatan kepadatan tanah dilakukan pada saat akhir penelitian.


11

4. Data pendukung : terdiri dari curah hujan diamati selama periode

penelitian. Di samping itu, akan dilakukan analisis tanah awal dan akhir

serta analisis jaringan untuk mengetahui kesuburan tanah yaitu dilakukan

pada akhir penelitian untuk mengetahui kandungan hara tanah dengan

mengambil sampel tanah pada masing-masing petak percobaan dengan

kedalaman sekitar 15 cm, selanjutnya akan dianalisis di Laboratorium.

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Anova.

Apabila F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel, maka akan dilanjutkan

dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 95%.
12

Anda mungkin juga menyukai