Makalah Imagery
Makalah Imagery
PENDAHULUAN
1
mengembangkan salah satu aspek, akan tetapi semua harus dilatihkan
sepanjang periodesasi latihan dengan kadar yang disesuaikan.
Aspek psikis merupakan bagian dari pembinaan atlet untuk meraih
prestasi tinggi sehingga perlu adanya kajian khusus mengenai hal tersebut yaitu
psikologi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bagian dari psikologi umum
yang membantu mencetak atlet dari pemula menjadi juara atau memperlihatkan
prestasinya, dan membantu atlet berbakat untuk mampu mengaktualisasikan
bakatnya dalam prestasi puncak.
Kondisi faktual menunjukkan bahwa pembinaan prestasi olahraga saat
ini terutama ditingkat klub dan sekolah, khususnya pembinaan aspek
keterampilan psikologis merupakan latihan yang sangat penting
dalampembinaan olahraga. Kesabaran, keberanian, sportivitas, kepercayaan
diri, motivasi, pengelolaan emosi, termasuk penetapan tujuan dan imajeri
mental merupakan aspek-aspek psikologis yang sangat penting dalam
pembinaan olahraga dan harus dilatihkan sejak usia dini seperti halnya latihan
fisik atau teknik.
Untuk dapat mengoptimalkan berbagai aspek psikologis tersebut
diperlukan suatu metode yang digunakan, metode tersebut dalam psikologi
olahraga sering disebut sebagai mental training. Mental training menurut
Gunarsa, Soekasah, dan Satiadarma dalam (Juriana 2012: 13), latihan mental
didefinisikan sebagai :
“ a systematic, regular and longterm training to detect and develop
resources and to learn to control performance, behavior, emotions,
moods, attitudes, strategies and bodily processes”.
2
2
Imagery merupakan salah satu metode yang digunakan dalam latihan
mental/mental training, yang didefinisikan sebagai bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi
sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang,
Fanning dalam (Juriana 2012: 18). Melalui proses mental kreatif ini, seseorang
dapat mengubah persepsinya terhadap sesuatu karena ia membentuk imaji
suatu dalam berbagai bingkai persepsi, atau melihat suatu keadaan tertentu dari
berbagai sudut pandang.
Pelaksanaan latihan imagery di lapangan bukan berarti bahwa latihan
ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam peragaan
fisik, tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan atau harus
saling mengisi untuk mengoptimalkan/memaksimalkan pencapaian prestasi
atlet, atau merupakan program yang terpadu seperti yang telah disebutkan
sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dikemukan, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan imagery?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan imagery?
3. Bagaimana proses imagery?
4. Apa saja tipe-tipe dari imagery?
5. Apa fungsi imagery dalam olahraga?
6. Bagaimanakah penerapan imagery dalam olahraga?
7. Bagaimanakah teknik imagery dalam olahraga?
C. Tujuan Makalah
Setiap pembelajaran yang dilakukan tentu memiliki maksud dan tujuan
yang ingin dicapai, secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memperoleh informasi lebih jauh mengenai psikologi olahraga. Adapun tujuan
3
3
secara khusus pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan dalam
memahami:
1. Memahami pengertian imagery dalam olahraga
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan imagery
3. Memahami proses imagery
4. Mengetahui tipe-tipe dari imagery
5. Memahami fungsi imagery dalam olahraga
6. Memahami penerapan imagery dalam olahraga
7. Mengetahui teknik imagery dalam olahraga.
4
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Imagery
5
5
berbagai sudut pandang. Dalam konsep latihan mental dalam olahraga,
visualisasi juga sering disebut sebagai mental rehearsal atau juga imagery
process, Porter dan Foster dalam Juriana (2012: 14) menyatakan :
“The reason visualization/imagery works is ... you are
physiologically creating neural patterns in your brain, just as if your
body had done the activity. These patterns are like small tracks
engraved in the brain cells. It has been demonstrated that athletes
who have never performed a certain routine or move can after a few
weeks of specific visualization practice perform the move. As in
physical practice, mental practice makes perfect too”.
6
6
Dalam latihan visualisasi atlet harus berusaha melatih kepekaaan
penginderaannya. Meskipun penglihatan merupakan aspek dominan, namun
dalam proses visualisasi atlet juga perlu melatih kepekaan idera lainnya,
seperti pendengaran dan penciumannya. Atlet tidak hanya membayangkan
suasana pertandingan, tetapi juga membayangkan tepukan penonton,
teriakan supporter, udara dan aroma di gelanggang olahraga.
Selain itu, dalam proses visualisasi atlet juga harus mengembangkan
pola pikir positif. Dengan membayangkan diri dalam lingkungan yang baik,
maka seseorang dapat memperoleh lebih banyak kemudahan dalam
bertindak. Selanjutnya atlet berupaya melakukan pencaman (affirmation)
dengan pernyataan-pernyataan singkat seperti: “ saya siap” atau “saya
mampu”.
Pada dasarnya istilah imagery, visualisasi, dan latihan mental telah
digunakan secara bergantian oleh para peneliti, psikolog olahraga, pelatih
dan atlet untuk menggambarkan teknik pelatihan mental yang kuat Taylor &
Wilson, 2005: 1). Pada awal perkembangan latihan mental merupakan
istilah yang dipakai untuk menggambarkan teknik latihan imagery, tetapi
istilah ini hanya merujuk pada gambaran umum dari strategi berlatih dengan
modalitas sensorik atau kognitif yang digunakan (Taylor & Wilson, 2005:
1). Dewasa ini sebagian besar praktisi olahraga telah menggunakan latihan
mental imagery yang menggambarkan teknik latihan mental terstruktur
untuk menciptakan suatu kinerja olahraga yang optimal. Biasanya beberapa
atlet menggunakan latihan imagery tidak terstruktur yang dilakukan spontan
guna mencapai tujuan tertentu, mereka mengalami kesulitan untuk
mendapatkan rincian atas isi verbalitas sebagai inti dari latihan imagery.
Namun gambaran mental tidak hanya perilaku spontan dari individu untuk
membayangkan sesuatu penampilan. Taylor & Wilson (2005: 2)
menegaskan bahwa kekuatan imagery terletak pada penggunaannya sebagai
program terstruktur yang menggabungkan berupa tulisan dengan audio skrip
yang dirancang untuk menangani teknik olahraga tertentu agar atlet dapat
meningkat panampilannya.
7
7
Guillot & Collet (2008: 2) menegaskan bahwa script latihan
imagery merupakan suatu keniscayaan ketika akan melaksanakan program
dan isi pelatihan imagery yang keberhasilannya ditentukan oleh instruksi
dan cara pelatih mengkomunikasikannya. Menurut Taylor & Wilson (2005:
2) sebelum atlet memulai sesi imagery , script dirancang dengan skenario
rinci yang menyoroti pengaturan fisik dalam konteks kompetisi,
penampilam khusus, dan bidang-bidang tertentu lainnya yang perlu
ditekankan. Sebagai contoh, penelitian Bell, Skinner & Fisher (2009: 2)
memakai script untuk memandu latihan imagery tiga pemain golf dan
ditemukan hasil yang efektif dalam menempatkan bola pada sasaran.
Namun, praktisi psikologi olahraga harus menyadari bahwa pengalaman
pribadi dan hasil dapat bervariasi antara individu dan individu yang lain.
Selama berlangsungnya imagery otak berproses dan berfungsi,
beberapa hasil penelitian telah melaporkan bahwa ketika individu terlibat
dalam imagery otaknya menafsirkan gambar yang identik dengan situasi
stimulus yang sebenarnya. Imagery sangat bergantung pada pengalaman
yang tersimpan dalam memori, dan pelaku mengalaminya secara internal
dengan merekonstruksi peristiwa eksternal dalam pikiran mereka. Vealey &
Greenleaf (2006: 2) menjelaskan bahwa imagery dapat digunakan untuk
menciptakan pengalam internal baru dengan menyusun potongan-potongan
gambar dalam berbagai bentuk. Tujuan dari latihan mental imagery untuk
menghasilkan pengalaman olahraga sehingga atlet merasa secara akurat
seolah-olah benar-benar melakukan olahraga. Menurut Vealey & Greenleaf
(2006: 3) semua indera penting dalam mengalami keejadian apa yang
dibayangkan, oleh karena itu untuk membantu menciptakan sebuah kejadian
tertentu, dalam penyusunan imagery harus memasukkan sebanyak mungkin
perhatian panca indera. Hal ini menekankan bahwa Imagery mental itu
harus melibatkan gerakan, pemandangan, suara, sentuhan, bau, dan rasa
serta emosi, pikiran dan tindakan.
Imagery is actually a form of simulation, it is similar to a real
sensory experience (e.g., seeing, feeling, or hearing), but entire experience
8
8
occurs in the mind, artinya imagery adalah sebuah bentuk simulasi, hal ini
mirip dengan pengalaman sensorik yang nyata (misalnya melihat,
merasakan, atau mendengar), tetapi seluruh pengalaman tersebut terjadi
dalam pikiran (Robert S. Weinberg and Danield Gould, 2003: 284).
Terry Orlick dikutip oleh David Yukleson (Singgih D. Gunarsa
2004: 103), imagery merujuk pada proses merasakan yang sangat intens,
seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan yang sebenarnya.
Imagery can be defined as an experience that mimics a real experience,
where we are consciously aware of forming and seing an image and can
involve the use of our other senses artinya imagery dapat didefinisikan
sebagai pengalaman yang meniru pengalaman nyata, dimana kita secara
sadar membentuk dan melihat dan dapat melibatkan indra kita yang lainnya
Imagery is form of simulation. it is a method of using all the
senses to create or recreate an experience in the mind artinya imagery
adalah bentuk simulasi. itu adalah metode yang menggunakan semua indera
untuk membuat atau menciptakan sebuah pengalaman dalam pikiran, (Andy
Cale dan Roberto Forzoni, 2004:121). Robin S. Vealay dan Susan M.
Walter (seperti dikutip dalam Andy Cale dan Roberto Forzoni, 2004: 126-
127) menyatakan:
Imagery may be defined as using all the senses to recreate or
create an experience in the mind. This definition contains three keys to
understanding imagery, (1) Imagery as recreating or creating : Through
imagery we are able to recreate as well as create experience in our mind.
we recreate experiences all the time. (2) Imagery as a polysensory
experience : The second key to understanding imagery is realizing that
imgery can and should involve all the senses, or that it is a polysensory
experience. Althought imagery is often termed "visualization" or "seeing
with the mind's eye," sight is not the only significant sense. All of our
senses are important in experiencing events. Images can and should
include as many senses as possible including visual, auditory, olfactory,
gustatory, tactile, and kinesthetic senses. (3) Imagery as the absence of
9
9
eksternal stimuli : The third important characteristic of imagery is that it
requires no external stimulus antecedents. Imagery is a sensory
experience that occurs in the mind without any environmental props.
10
10
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Imagery
Weinberg dan Gould (1999: 268) Di dalam buku Foundations of
Sport and Exercise Psychology menyebutkan bahwa ada empat faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan dari imagery, antara lain:
1. Nature of the Task
Faktor pertama yang mempengaruhi efektifitas imagery adalah
kemampuan kognitif seseorang dalam melakukan latihan mental.
Kemampuan kognitif memiliki peran yang penting, contohnya adalah
seseorang mengetahui hal apa yang akan dicoba, memahami
konsekuensi yang muncul dari prosesnya, dan dapat memprediksi
kejadian dari pengalaman sebelumny pada satu kemampuan yang
sama.
2. Skill Level of the Performer
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi efektifitas dari
imagery adalah tingkat keterampilan dari orang yang melakukan
imagery, yang dimaksud disini adalah imagery dapat lebih
memberikan efek pada orang yang memiliki pengalaman dalam
olahraga lebih lama dan lebih menguasai tekniknya dibandingkan
orang yang baru mengerti tentang olahraga. Contoh ketika seorang
siswa baru diberi teknik melakukan smash yang benar kemudian
diperintahkan untuk melakukan imagery tentang melakukan smash
maka efek yang muncul tidak terlalu signifikan karena kurangnya skill
dari siswa. Berbeda dengan seorang atlet olimpiade bolavoli yang
melakukan imagery gerakan smash, maka ia akan jauh lebih cepat
memahami dan efek yang timbul akan jauh lebih signifikan.
3. Imaging Ability
Tingkat imajinasi seseorang juga mempengaruhi efek dari imagery,
bisa dibayangkan jika ada seorang atlet dengan tingkat imajinasi yang
kurang baik maka ketika ia melakukan imagery hasil yang didapatkan
akan kurang maksimal jika dibandingkan dengan atlet lain yang
memiliki tingkat imajinasi yang jauh lebih baik.
11
11
4. Using Imagery Along With Physical Practice
Melakukan imagery bersamaan dengan latihan fisik juga menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas imagery, kita
bisa membayangkan jika seorang atlet hanya melakukan imagery akan
tetapi tidak melakukan praktek secara langsung maka proses imagery
yang dilakukan akan sia-sia dan akan mengurangi efek dari imagery itu
sendiri. Oleh karena itu ketika seorang atlet melakukan imagery akan
jauh lebih baik jika diiringi dengan latihan atau praktek secara
langsung.
12
12
menunjukkan bahwa area korteks yang diaktifkan dalam gerakan
kontrol juga memainkan peran dalam imagery bermotor.
Penelitian neuroimaging telah menunjukkan bahwa korteks
premotor manusia diaktifkan ketika manusia mengamati tindakan
orang lain, yang mungkin menandakan keberadaan mirror-neuron
dalam otak manusia. Rizzolatti, Fogassi & Gallese (Lane, 2001: 846)
dalam penelitiannya berhasil menemukan bahwa subpopulasi neuron,
sekarang yang disebut mirror-neuron, di korteks premotor daerah otak
merespon selektif ketika binatang melakukan tindakan tertentu dengan
tangan mereka dan ketika hewan mengamati tindakan yang sama yang
dilakukan oleh orang lain. Hal ini masuk akal bahwa mirror-neuron
terlibat dalam imagery motor, didasarkan pada gagasan bahwa atlet
sering mengubah gambar dengan membayangkan apa yang akan
mereka lihat apakah benda yang dimanipulasi agar sesuai dengan
imagery yang diinginkan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh terhadap berbagai
literatur terkait, para peneliti telah memberikan dukungan untuk
proposisi bahwa latihan mental saja mungkin cukup untuk
mempromosikan aktivitas dari sirkuit saraf yang terlibat dalam tahap
awal belajar keterampilan motorik baru. Kosslyn dalam Lane (2001:
102) mengatakan para peneliti telah mengemukakan, peningkatan
aliran darah di daerah otak menunjukan bahwa simulasi mental
gerakan mengaktifkan beberapa struktur saraf pusat yang dibutuhkan
untuk gerakan fisik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
proses saraf yang terjadi di dalam otak manusia dapat menjadi dasar
dan lebih menjelaskan bahwa imagery terjadi melibatkan proses sistem
saraf di otak.
13
13
2. Teori Berkaitan Tentang Imagery
Banyak teori yang menjelaskan bagaimana proses imagery
bekerja pada tubuh manusia. Pada dasarnya pikiran kita adalah alat
pengontrol tubuh kita sendiri, ini merupakan sebuah pemikiran yang
masuk akal dimana hubungan pikiran dan tubuh manusia merupakan
hubungan yang sangat penting dan juga esensial. Hubungan ini terjadi
apakah anda benar-benar melaksanakan tugas atau hanya berfikir
untuk melakukan salah satu. Salah satu penelitian yang terkenal adalah
penggunaan elektroda pada kaki-kaki atlet ski salju pegunungan alpine
untuk menguji otot mirip dengan impuls listrik yang dihasilkan selama
gerakan yang sebenarnnya. Hasil dari percobaan tersebut sangat jelas
menunjuk bahwa saat pemain ski itu duduk dan hanya memikirkan saat
dia bermain ski menurun, pola serupa ditemukan pada otot seolah-olah
dia telah benar-benar bermain ski. Dengan membayangkan dan
memvisualisasikan diri anda bermain sepak bola, otot akan anda
gunakan untuk melakukan tugas fisik yang dirangsang pada tingkat
yang sangat rendah. Aktivasi otot halus ini tidak cukup kuat untuk
menghasilkan gerakan yang sebenarnya anda bayangkan, tapi
rangsangan tidak berfungsi untuk membentuk cetak biru bagi gerakan
atau keadaan tertentu. Dengan menciptakan informasi sensorik yang
tepat yang memberikan kontribusi untuk keberhasilan pelaksanaan
keterampilan perilaku yang benar untuk situasi tertentu, anda akan
memperkuat cetak biru sehingga menjadi lebih mungkin bahwa anda
serius meningkatkan standar kinerja anda, anda akan membutuhkan
untuk mengembangkan keterampilan membayangkan secara efektif
baik unsur-unsur teknis dan taktis dari sepakbola (Andy Cale dan
Roberto Forzoni, 2004:120).
Roxel (2005: 4) menyatakan bahwa para psikolog olahraga
telah berusaha untuk menjelaskan mekanisme dan cara kerja imagery.
Tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan efektivitas latihan
imagery secara komprehensif. Sehingga lahirlah beberapa teori, seperti
14
14
teori “perhatian-kegairahan” yang berusaha menjelaskan latihan
imagery dengan menggabungkan komponen kognitif dan fisiologis.
Teori ini menjelaskan bahwa imagery merupakan teknik untuk
mempersiapkan kinerja atlet yang terjadi baik secara fisiologis maupun
psikologis. Teori imagery ini menjelaskan bahwa domain kognitif
dapat membantu atlet fokus pada tugas dengan isyarat yang relevan
sebagai rangsangan tidak relevan, yang menjauhkan kinerja yang
diharapkan. Melalui teknik mental iini, atlet juga menjadi sadar
tentang kondisi fisiologisnya sehingga dapat mengurangi hambatan
yang terkait dengan tindakan motorik, dan meningkatkan perhatian
terhadap isyarat untuk respon motorik. Menurut Roxel (2005: 5)
kondisi ini diasumsikan telah terjadi keadaan gairah yang optimal
untuk mencapai kinerja puncak, dan imagery dapat memfasilitasi apa
yang terjadi pada diri atlet untuk mencapai tingkat gairah yang
optimal.
Menurut Grouios dalam Richard H.cox (2002: 264) sementara
banyak penelitian telah dipublikasikan hal-hal yang berhubungan
dengan keefektifan latihan imagery dan latihan mental dalam
olahraga. Para psikolog olahraga tahu tentang sedikit alasan
mengapa latihan imagery dan mental menjadi latihan yang efektif dan
bagaimana cara kerjanya. Mengapa harus berlatih mental atau
pencitraan sebuah tugas fisik yang mengakibatkan peningkatan
belajar dan kinerja? Beberapa penjelasan yang mungkin dapat
menjadi jawaban pertanyaan dasar ini telah disampaikan. Secara
singkat dapat dijelaskan dengan berbagai teori yaitu :
a. Teori Psychoneuromuscular
Teori psychoneuromuscular berpendapat bahwa Imagery
hasil alam bawah sadar pola neuromuskulernya identik dengan
pola-pola yang digunakan selama gerakan sebenarnya. Meskipun
membayangkan bahkan tidak mengakibatkan sebuah gerakan yang
berlebihan dari otot-otot,perintah subliminal eferen (syaraf
15
15
motorik alam bawah sadar) dikirim dari otak ke otot-otot. Dalam
arti, sistem neuromuskular diberikan kesempatan untuk 'praktek'
pola gerakan tanpa benar-benar otot itu bergerak. Teori
Pysychoneuromuscular adalah penjelasan paling masuk akal
untuk mengapa citra memfasilitasi kinerja fisik dan belajar.
b. Symbolic Learning Theory (Teori Belajar Simbol)
Symbolic Learning Theory (Teori Belajar Simbol) berbeda
dari teori psychoneuromuscular dalam subliminal aktivitas listrik
dalam otot-otot tidak diperlukan. Latihan mental dan citra bekerja
karena individu secara harfiah merencanakan tindakannya terlebih
dahulu. Urutan mental, tujuan tugas, dan alternatif solusi dianggap
kognitif sebelum respon fisik yang diperlukan. Shortstop dalam
bisbol menyediakan contoh yang sangat baik untuk teori ini dalam
praktiknya. Sebelum masing-masing lemparan untuk pemukul,
shortstop ulasan kognitif dalam pikirannya berbagai peristiwa
mungkin dan respon yang tepat untuk masing-masing peristiwa.
Jika ada dalam satu out di babak kedelapan, pangkalan dimuat,
dan nilai terikat, pemain shortstop akan tergantung pada jenis
bola yang datang kepadanya. Dengan berlatih mental berbagai
rangsangan dan mungkin tanggapan sebelum masing-masing
lemparan, shortstop dapat meningkatkan peluang menciptakan
bermain yang benar.
c. Teori Gabungan Perhatian dan Gairah
Teori gabungan perhatian dan gairah. menggabungkan
aspek-aspek kognitif simbolis belajar teori dengan aspek fisiologis
teori psychoneuromuscular. Citra berfungsi untuk meningkatkan
kinerja dalam dua cara. Dari perspektif physicological, citra
dapat membantu atlet untuk menyesuaikan tingkat gairah untuk
kinerja optimal. Dari perspektif kognitif, citra dapat membantu
atlet untuk selektif hadir untuk tugas di tangan. Jika atlet
menghadiri ke gambar tugas-relevan, dia cenderung tidak akan
16
16
terganggu oleh gambar tidak relevan, ia cenderung tidak akan
terganggu oleh rangsangan yang tidak relevan. Dalam analisis
akhir, teori yang terbaik mungkin eklektik di alam dan mencakup
unsur-unsur dari semua teori tiga (atau lebih). Dari perspektif
logis, itu akan tampak tidak praktis untuk mengecualikan
mendukung salah satu dari teori-teori yang lain.
17
17
yang diperlukan, dan yang terakhir adalah teori gabungan perhatian dan
gairah dimana dalam teori ini menjelaskan bentuk latihan imagery
dengan penggabungan antara unsur mental dan fisik. Dengan melihat
beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa berbagai penelitian
telah dilakukan yang membuktikan bahwa latihan imagery dapat
berguna dalam peningkatan dan pengembangan ketrampilan seseorang
yang ingin belajar suatu keterampilan tertentu pada cabang olahraga
tertentu atau bahkan meningkatkannya agar tercipta suatu hasil yang
optimal.
D. Tipe-tipe Imagery
Mahoney dan Avener (dalam Weinberg dan Gould, 1999: 274)
menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua tipe dari imagery yaitu:
1. Internal Imagery
Internal Imagery merupakan proses membayangkan atau
mengimajinasikan suatu ketrampilan gerak dari sudut pandang dan
pemikiran individu itu sendiri layaknya kita memiliki sebuah kamera
didalam kepala. Dengan kata lain kita hanya bisa melihat apa yang kita
lihat dari jangkauan penglihatan normal. Contohnya pada pitcher
softball, dia hanya bisa melihat wasit, bola yang ada di glove, dan
catcher, akan tetapi tidak bisa melihat penjaga base yang ada diluar
jangkauan penglihatan.
2. Eksternal Imagery
Eksternal Imagery merupakan proses melihat diri sendiri dari
perspektif lingkungan, hal itu seperti melihat diri sendiri didalam
sebuah film atau tayangan video. Contohnya seorang pitcher pada
permainan softball membayangkan dirinya dari sudut pandang orang
lain, sehingga ia bukan hanya melihat apa yang bisa ia lihat seperti
pada internal imagery, akan tetapi ia seperti melihat seluruh permainan
secara keseluruhan layaknya seorang penonton.
18
18
Sedangkan menurut Richard H. Cox (2007: 300) imagery dapat
dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya dengan
gambaran sebagai berikut:
Specific
Purpose
Motivational Cognitive
Motivational General-Mastery
General
(MG-M)
Cognitive General (CG)
Motivational General-Arousal
(MG-A)
Gambar 1. Jenis-jenis imagery berdasarkan tujuan dan aplikasi
19
19
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya dalam
situasi olahraga general (baik yang dianggap penting maupun kurang
penting/dalam situasi pertandingan besar maupun kecil) menunjukkan
kemampuan untuk mengontrol tingkat kecemasannya. Contohnya,
seorang atlet melakukan imagy atau membayangkan dengan
menggunakan teknik pernafasan dalam (deep breathing) untuk tetap
dalam kondisi yang relakaks atau tenang selama pertandingan
berlangsung.
4. Cognitive Specific (CS)
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya mampu
melakukan atau mengeksekusi keterampilan olahraga yang spesifik
dalam suatu kompetisi. Contohnya, seorang atlet sepak bola
membayangkan dirinya mampu mengeksekusi tembakan bebas hingga
tercipta gol.
5. Cognitive General (CG)
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya untuk
mempraktikkan keterampilan taktik dan strategi dalam suatu
pertandingan. Misalnya strategi pertahanan dalam permainan bola volly,
seorang pemain membayangkan strategi bertahan dalam menghadapi
serangan dengan bola quick dari tengah lapangan permainan.
20
20
6. Prepare for competition
7. Cope with pain and injury.
Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu
gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk
memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun kepercayaan diri, memantapkan strategi persiapan
pertandingan serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.
Menurut Taylor & Wilson (2005: 15) ada kesamaan pandang dan
telah disepakati bahwa latihan mental imagery dapat meningkatkan
kinerja melalui peningkatan faktor mental utama yang sangat
mempengaruhi kinerja olahraga. Secara khusus, latihan mental imagery
dapat meningkatkan kinerja ketika atlet berlatih strategi umum dan
taktik, dan keterampilan khusus dengan menggunakan self-talk positif,
dan kinerja secara keseluruhan. Lebih lanjut ditegaskan olehnya bahwa
latihan mental imagery dapat digunakan untuk memfasilitasi respon yang
efektif terhadapt stres kompetitif dan emosi, dan menghasilkan persaan
kinerja yang sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan. Robin, dkk
dalam Weinberg dan Gould (2007) meneliti efek dari pelatihan imagery
pada peningkatan kinerja keakuratan keterampilan layanan motor
pengembalian servis dalam permainan tenis. Surbug, Porretta, & Sutlive
(1995: 18) mengkaji efek dari latihan imagery sebagai bentuk tambahan
dari latihan / praktik untuk belajar dan kinerja tugas gerak melempar.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari tujuh sesi pelatihan / pengujian
peserta secara periodik subjek coba yang diberikan latihan praktik
imagery menampilkan kinerja yang lebih besar pada tugas keterampilan
motorik daripada orang-orang yang tidak terlibat dalam latihan imagery.
Berbagai uraian hasil penelitian di atas mempertegas bahwa selain
berbagai kajian teoritis latihan imagery menjelaskan dapat meningkatkan
21
21
keterampilan gerak cabang olahraga tertentu, juga secara empiris (hasil
penelitian teori-teori itu berhasil dibuktikan.
Selanjutnya sejalan dengan pemikiran tersebut Eugene F. Gauron
dalam (Sapta Kunta, 2013: 38) memberikan gambaran tentang program
latihan mental yang menyebutkan adanya tujuh sasaran program, yaitu:
1. Mengontrol perhatian, hal itu perlu dapat mengkonsentrasikan
kemampuan dan perhatian pada titik tertentu sesuatu yang harus
dikerjakan.
2. Mengontrol emosi, menguasai perasaan marah, benci, gembira,
nervous, dan sebagainya sehingga dapat menguasai ketegangan dan
bermain dengan tenang.
3. Energization, dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan
sesudah bermain all-out, sehingga pemain dapat mengerahkan kekuatan
seperti biasa. Disamping istilah second wind juga dikenal istilah third
wind bahkan juga forth wind.
4. Body awarness, dengan penguasaan body awarness atlet akan lebih
memahami dan menyadari keadaan tubuhnya, dapat melokalisasi
ketegangan dalam tubuhnya.
5. Mengembangkan rasa percaya diri, faktor yang dapat menentukan
dalam penampilan puncak seorang atlet adalah kepercayaan pada diri
sendiri. Dengan percaya diri atlet akan dapat bermain dengan baik dan
mencapai hasil yang lebih baik.
6. Membuat perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah pesuruh dari
apa yang kita inginkan. Dengan menggunakan mental image sebagai
salah satu cara latihan mental, maka apa yang kita pikirkan atau
bayangkan dapat dilakukan.
7. Rekonstrukturisasi pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh
dalam penampilan. Dengan merubah pemikiran juga akan merubah
perasaan (misalnya perasaan pasti kalah). Karena itu dengan merubah
pemikiran juga dapat menghasilkan tingkah laku dan penampilan yang
berbada.
22
22
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas
dapat dikatakan bahwa Imagery membantu atlet untuk menciptakan
gambaran yang riil berkaitan dengan kesulitan dan masalah-masalah
yang mungkin akan dihadapi oleh para atlet selama pertandingan. Seperti
diketahui, atlet seringkali membuat gambaran yang tidak nyata baik
tentang dirinya maupun tentang lawan yang akan dihadapi. Menganggap
lawan lebih superior, kemampuan teknisnya masih rendah atau
lingkungan pertandingan yang menekan seringkali muncul dibenak para
atlet ketika menyiapkan diri untuk sebuah pertandingan.
Efeknya, seringkali atlet merasa rendah diri dan akhirnya merasa
cemas yang berlebihan. Jika berlanjut terus menerus, maka kecemasan
tersebut akan mengganggu performa atlet tersebut. Kecemasan yang
muncul sebelum bertanding akan mengurangi konsentrasi dan membuat
penampilannya menurun.
Selain itu, Imagery juga dapat membantu atlet untuk meningkatkan
motivasinya. Dengan gambaran diri yang jelas, maka atlet akan
menyadari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dapat dia gunakan
sebagai senjata untuk mengalahkan lawan, sedangkan kelemahan bisa
menjadi evaluasi agar kekurangan-kekurangannya bisa ditutupi dengan
teknik yang lain.
Imagery juga digunakan untuk membayangkan hasil akhir yang
diharapkan. Dalam bahasa yang lain, atlet diajak untuk mempunyai
pikiran yang positif mengenai dirinya dalam rangka menjalani kompetisi
atau pertandingan yang akan dihadapi. Dengan pikiran yang positif,
ketenangan, konsentrasi dan motivasi akan berada dalam posisi yang
optimal.
Imagery bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Meningkatkan
performa, konsentrasi hingga proses penyembuhan cedera bisa
menggunakan proses imagery. Imagery merupakan bagian dari proses
latihan yang diberikan secara rutin dan berkala.
23
23
F. Penerapan Imagery dalam Olahraga
Imagery merupakan suatau teknik yang digunakan dalam melatihkan
mental atlet yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi sesuai dengan
kebutuhannya, apakah untuk memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara
bereaksi, kesadaran diri olahragawan, meningkatkan rasa percaya diri,
mengontrol emosi, mengurangi rasa sakit, mengatur gugahan semangat
(arousal), serta memantapkan strategi persiapan pertandingan.
Berdasarkan hal tersebut maka imagery dalam kegiatan olahraga dapat
digunakan selama periodesasi latihan, Martin et al. dalam Richard H. Cox,
2007: 300, memberikan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam
kegiatan olahraga, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi
yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan dan
strategi, modifikasi kognisi, serta menanggulangi tingkat ketegangan dan
kecemasan yang berlebihan. Berikut merupakan gambaran bagaimana imagery
digunakan dalam olahraga menurut Martien et al:
Ilustrasi Penggunaan Imagery dalam Olahraga
IMAGERY ABILITY
Kinesthetic
Gambar 2. Penggunaan imagery dalamVisual
olahraga
24
24
Berikut merupakan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam
berbagai situasi tersebut:
1. Sebelum dan Sesudah Latihan
Salah satu cara untuk menjadwalkan imagery secara sistematis
adalah untuk memasukkannya sebelum dan setelah setiap sesi latihan. Batasi
sesi ini sekitar 10 menit; sebagian besar atlet memiliki kesulitan
berkonsentrasi lebih lama tampa imagery. Untuk memusatkan konsentrasi
dan bersiap-siap sebelum latihan, atlet harus memvisualisasikan
keterampilan, rutinitas, dan permainan yang mereka harapkan untuk
dilakukan. Setelah selesai latihan atlit harus meninjau kembali keterampilan
dan strategi yang mereka latih. Karena atlit baru saja selesai berlatih, rasa
gerakan harus segar dalam pikiran, yang akan membantu menciptakan
kejelasan dan kesegaran gerak tersebut dalam pikiran atlet adalah imagery.
25
25
membayangkan keberhasilan serta mengkoreksinya atau memilih strategi
untuk memperbaikinya. Imagery juga dapat digunakan untuk menguatkan
cetak biru dalam memori gerak keterampilan yang sudah dilakukan dengan
baik.
3. Selama Waktu Istirahat antara Latihan dan Kompetisi
Waktu dan batasan antara musim atau waktu kompetisi dan jeda
kompetisi sering kabur. Dalam banyak kasus, ada yang menyatakan waktu
jeda kompetisi adalah tidak ada, karena atlet harus tetap melakukan
pengkondisian kardiovaskular, beban, dan keterampilan khusus dalam
cabang olahraga selama waktu jeda kompetisi walaupun dengan
pembebanan yang disesuaikan. Penggunaan imagery selama jeda kompetisi
adalah kesempatan yang baik untuk menjaga kondisi motivasi untuk tetap
berlatih dan menetapkan tujuan atau target pada kompetisi yang akan
datang.
Pada banyak olahraga selalu ada jeda istirahat pada permainannya,
pada jeda istirahat ini merupakan kesempatan yang baik dalam memberikan
perlakuan imagery untuk memperbaiki kegagalan penampilan atlet, baik
dari psikis maupun teknis. Imagery dapat digunakan dalam membangun dan
meningkatkan motivasi dan menurunkan tingkat kecemasan yang tinggi
yang dialami atlet.
4. Selama Waktu Pribadi diluar Latihan Resmi
Atlet dapat melakukan imagery di rumah maupun tempat-tempat
khusus lainnya selama atlet tidak berlatih di tempat latihan yang sebenarnya
(klub) untuk tetap menjaga motivasi dan fokusnya terhadap olahraga yang
ditekuni.
5. Selama Pemulihan Cedera
Pada waktu pemulihan cedera imagery dilakukan untuk
menanggulangi kecemasan akan kembali cedera. Kecemasan ini adalah hal
normal bagi setiap atlet yang baru saja pulih dari cederanya. Kecemasan
merupakan respons atlet yang lebih bersifat kognitif, bentuk proses belajar
26
26
sosial serta berhubungan dengan antisipasi atlet terhadap sesuatu yang tidak
nyata secara fisik.
Istilah kecemasan dianggap sesuai dengan keadaan atlet yang baru
pulih cedera, karena merupakan gambaran perasaan dan penilaian atlet
terhadap riwayat cedera yang pernah dialami. Hal yang dianggap sebagai
ancaman tidak nyata secara fisik karena dalam kenyataannya cedera tersebut
sudah pulih. Kecemasan ini kemudian berdampak secara fisiologis dan
psikologis yang akan terlihat pada performance atlet.
27
27
4. Berimajinasi secara keseluruhan.
5. Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
6. Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
7. Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.
28
28
1. Duduk di tempat yang nyaman; kaki dan tangan jangan disilangkan. Setelah
mendapatkan posisi yang santai, tutup mata anda dan cobalah mengingat
suatu penampilan permainan olahraga yang ketat dan bagus dan anda
unggul. Bayangkan kejadian itu segamblang mungkin. Dimana waktu
pertandinganya, jam berapa, cuaca diwaktu itu, apa yang dilihat dan
didengar.
2. Bayangkan anda melakukan servis; dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, jenis pukulan, saat perkenaan dan
masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
3. Bayangkan anda melakukan pukulan lob dimulai dengan posisi kaki yang
baik, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dan masuk
sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
4. Bayangkan anda melakukan pukulan smash dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan
masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
5. Bayangkan anda melakukan pukulan drive di tengah lapangan dimulai
dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat
perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
6. Pada saat terakhir dilakukan latihan imagery rangkaian keseluruhan teknik-
teknik yang ada, misalnya bayangkan anda melakukan servis pendek dengan
baik, kemudian bergerak maju, melakukan serobotan dengan tajam sehingga
lawan mati. Frekuensi 15.
29
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang dilakukan
secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi sesuatu
dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang.
2. imagery dapat dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya
sebagai berikut:
a. Motivational Specific (MS)
b. Motivational General-Mastery (MG-M)
c. Motivational General-Arousal (MG-A)
d. Cognitive Specific (CS)
e. Cognitive General (CG)
3. Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu
gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk
memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun kepercayaan diri, memantapkan strategi persiapan pertandingan
serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.
4. Imagery dalam kegiatan olahraga dapat digunakan selama periodesasi
latihan, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi. Secara
spesifik Imagery dapat digunakan sebelum dan sesudah latihan, sebelum
dan sesudah pertandingan, selama waktu istirahat dalam latihan dan
kompetisi, selama waktu pribadi di luar latihan resmi dan selama pemulihan
cedera.
5. Untuk melakukan latihan imagery, perhatikan panduan berikut ini:
a. Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi
yang nyaman dan usahakan relaks.
b. Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
30
30
c. Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
d. Berimajinasi secara keseluruhan.
e. Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
f. Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
g. Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.
31
31
Daftar Pustaka
Maksum, Ali. (2011). Pedoman dan materi pelatihan mental bagi olahragawan.
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Murphy, S., & Jowdy, D. (1992). Imagery and mental practice. In T.S. Horn (Ed.)
Advances in sport psychology (pp. 221-250). Champaign, IL: Human
Kinetics.
Richard H. Cox. (2007). Sport and Psychology concept and applications. 6th
edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.6t h
Rudy, Taylor & Wilson. (2005). Sport Psychology and Training. Champaign, IL:
Human Kinetics.
Sapta Kunta. (2013). Latihan imagery, Jurnal Iptek Olahraga, Vol. 1 No. 1. (34-
47). Jakarta: Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI
Pusat.
32
32
Singgih D. Gunarsa. (2001). Psikologi olahraga. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Sudibyo Setyobroto. (1993). Psikologi kepelatihan. Jakarta: CV Jaya Sakti.
Vealey & Greenleaf. (2006). Imagery in Sport Psychology Perspective. London:
Hope Education.
1. 4th
Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel (2007). Foundations of Sport and Exercise
Psychology, 4th edition. Champaign, IL: Human Kinetics Publishers, Inc.
Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel (1999). Foundations of Sport and Exercise
Psychology, 2nd edition. Champaign, IL: Human Kinetics Publishers, Inc.
33
33