Anda di halaman 1dari 35

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348524159

The Power of Imagery: Kajian Tentang Imagery Dalam Olahraga

Preprint · January 2021


DOI: 10.31219/osf.io/38wsq

CITATIONS READS

0 6,081

1 author:

Rifqi Festiawan
Universitas Jenderal Soedirman
61 PUBLICATIONS   175 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

DEVELOPMENT OF TRADITIONAL SPORTS-BASED GAMES IN LEARNING TO IMPROVE THE FUNDAMENTAL MOVEMENT SKILLS OF CHILDREN View project

All content following this page was uploaded by Rifqi Festiawan on 20 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


THE POWER OF

IMAGERY
RIFQI FESTIAWAN

SPORT PSYCHOLOGY
The Power of Imagery: Kajian Tentang Imagery Dalam Olahraga
Rifqi Festiawan
Universitas Jenderal Soedirman

Abstrak

Pada makalah ini dibahas mengenai latihan imagery dan teori yang
mendasari. Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi
sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang. imagery
dapat dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya sebagai berikut:
a) Motivational Specific (MS), b) Motivational General-Mastery (MG-M), c)
Motivational General-Arousal (MG-A), d) Cognitive Specific (CS) dan e)
Cognitive General (CG).
Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu gerakan,
gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk memperbaiki suatu
gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat digunakan untuk
meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi, membangun kepercayaan diri,
memantapkan strategi persiapan pertandingan serta, mengurangi rasa sakit dan
pemulihan pasca cedera. Imagery dalam kegiatan olahraga dapat digunakan
selama periodesasi latihan, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan
rehabilitasi. Secara spesifik Imagery dapat digunakan sebelum dan sesudah
latihan, sebelum dan sesudah pertandingan, selama waktu istirahat dalam latihan
dan kompetisi, selama waktu pribadi di luar latihan resmi dan selama pemulihan
cedera.

Kata Kunci: Imagery, Visualisasi, Latihan.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan atlet dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling
mendukung antara faktor yang satu dengan lainnya. Faktor tersebut berasal dari
dalam maupun dari luar atlet itu sendiri yang meliputi faktor fisik, psikis,
teknik, taktik, pelatih, sarana dan prasarana latihan, latihan, sosial, dan
sebagainya. Menurut Alderman (Sudibyo Seyobroto, 1993: 16) menyatakan
bahwa penampilan atlet dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu: (1) dimensi
kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak, kekuatan,
kecepatan, kelentukan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, ketepatan, dan
sebagainya, (2) dimensi keterampilan meliputi antara lain: kinestetika,
kecakapan berolahraga tertentu, koordinasi gerak, dan sebagainya, (3) dimensi
bakat pembawaan fisik meliputi antara lain: keaadan fisik, tinggi badan, berat
badan, bentuk badan, dan sebagainya, (4) dimensi psikologik meliputi:
motivasi, percaya diri, agresivitas, disiplin, kecemasan, intelegensi, keberanian,
bakat, kecerdasan, emosi, perhatian, kemauan, dan sebagainya.
Sedang Singer (Singgih D. Gunarsa, 1989: 29) menyatakan bahwa
olahraga adalah kegiatan yang meliputi aspek pisik, teknik dan, psikis. Prestasi
puncak olahraga merupakan aktualisasi dari ketiga aspek tersebut. Aspek fisik
adalah keadaan atlet yang berhubungan dengan struktur morfologis dan
antropometrik yang diaktualisasikan dalam prestasi, aspek teknik adalah
potensi yang dimiliki atlet dan dapat berkembang secara optimal untuk
menghasilkan prestasi tertentu, sedang aspek psikis berhubungan dengan
struktur dan fungsi aspek psikis baik karakterologis maupun kognitif yang
menunjang aktualisasi potensi dan dilihat pada prestasi yang dicapai.
Beradasarkan berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam mencetak atlet yang berprestasi ketiga aspek dalam diri atlet
(fisik, teknik dan psikis) harus dioptimalkan melalui program yang sistematis
dan terpadu antara satu samalain. Latihan tidak boleh hanya dilakukan untuk

1
mengembangkan salah satu aspek, akan tetapi semua harus dilatihkan
sepanjang periodesasi latihan dengan kadar yang disesuaikan.
Aspek psikis merupakan bagian dari pembinaan atlet untuk meraih
prestasi tinggi sehingga perlu adanya kajian khusus mengenai hal tersebut yaitu
psikologi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bagian dari psikologi umum
yang membantu mencetak atlet dari pemula menjadi juara atau memperlihatkan
prestasinya, dan membantu atlet berbakat untuk mampu mengaktualisasikan
bakatnya dalam prestasi puncak.
Kondisi faktual menunjukkan bahwa pembinaan prestasi olahraga saat
ini terutama ditingkat klub dan sekolah, khususnya pembinaan aspek
keterampilan psikologis merupakan latihan yang sangat penting
dalampembinaan olahraga. Kesabaran, keberanian, sportivitas, kepercayaan
diri, motivasi, pengelolaan emosi, termasuk penetapan tujuan dan imajeri
mental merupakan aspek-aspek psikologis yang sangat penting dalam
pembinaan olahraga dan harus dilatihkan sejak usia dini seperti halnya latihan
fisik atau teknik.
Untuk dapat mengoptimalkan berbagai aspek psikologis tersebut
diperlukan suatu metode yang digunakan, metode tersebut dalam psikologi
olahraga sering disebut sebagai mental training. Mental training menurut
Gunarsa, Soekasah, dan Satiadarma (Juriana 2012: 13), latihan mental
didefinisikan sebagai :
“ a systematic, regular and longterm training to detect and develop
resources and to learn to control performance, behavior, emotions,
moods, attitudes, strategies and bodily processes”.

Latihan mental adalah latihan yang sistematis, reguler dan jangka


panjang agar atlet dapat mengontrol pikiran, emosi, dan perilakunya dengan
lebih baik selama ia menampilkan performa olahraganya. Pelatihan
mental/mental training dilakukan melalui beberapa metode, yaitu goal-setting,
physical relaxation, thought/attention control, dan imagery.

2
Imagery merupakan salah satu metode yang digunakan dalam latihan
mental/mental training, yang didefinisikan sebagai bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi
sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang,
Fanning (Juriana 2012: 18). Melalui proses mental kreatif ini, seseorang dapat
mengubah persepsinya terhadap sesuatu karena ia membentuk imajinasi
sesuatu dalam berbagai bingkai persepsi, atau melihat suatu keadaan tertentu
dari berbagai sudut pandang.
Pelaksanaan latihan imagery di lapangan bukan berarti bahwa latihan
ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam peragaan
fisik, tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan atau harus
saling mengisi untuk mengoptimalkan/memaksimalkan pencapaian prestasi
atlet, atau merupakan program yang terpadu seperti yang telah disebutkan
sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dikemukan, sebagai berikut:
1. Apa pengertian imagery?
2. Apa fungsi imagery dalam olahraga?
3. Bagaimanakah penerapan imagery dalam olahraga?
4. Bagaimanakah teknik imagery dalam olahraga?
5. Apa yang dimaksud dengan imagery?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan imagery?
7. Bagaimana proses imagery?
8. Apa saja tipe-tipe dari imagery?
9. Bagaimana cara mengembangkan program latihan imagery?
10. Kapan imagery dapat digunakan dengan lebih optimal?

3
C. Tujuan Makalah
Setiap pembelajaran yang dilakukan tentu memiliki maksud dan tujuan
yang ingin dicapai, secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memperoleh informasi lebih jauh mengenai psikologi olahraga. Adapun tujuan
secara khusus pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan dalam
memahami:
1. Memahami pengertian imagery dalam olahraga
2. Memahami fungsi imagery dalam olahraga
3. Memahami penerapan imagery dalam olahraga
4. Mengetahui teknik imagery dalam olahraga.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Imagery
Istilah imagery, visualisasi, dan latihan mental telah digunakan
secara beragantian oleh para peneliti, psikolog olahraga, pelatih dan atlet
untuk menggambarkan teknik pelatihan mental yang kuat Taylor & Wilson,
2005: 1). Pada awal perkembangan latihan mental merupakan istilah yang
dipakai untuk menggambarkan teknik latihan imagery, tetapi istilah ini
hanya merujuk pada gambaran umum dari strategi berlatih dengan modalitas
sensorik atau kognitif yang digunakan (Taylor & Wilson, 2005: 1). Holmes
& Collins (2001: 1) mengatakan bahwa dewasa ini sebagian besar praktisi
olahraga telah menggunakan latihan mental imagery yang menggambarkan
teknik latihan mental terstruktur untuk menciptakan suatu kinerja olahraga
yang optimal. Menurut Hardy, Jones & Gould (1996: 1), biasanya beberapa
atlet menggunakan latihan imagery tidak terstruktur yang dilakukan spontan
guna mencapai tujuan tertentu, mereka mengalami kesulitan untuk
mendapatkan rincian atas isi verbalitas sebagai inti dari latihan imagery.
Namun gambaran mental tidak hanya perilaku spontan dari individu untuk
membayangkan sesuatu penampilan. Taylor & Wilson (2005: 2)
menegaskan bahwa kekuatan imagery terletak pada penggunaannya sebagai
program terstruktur yang menggabungkan berupa tulisan dengan audio skrip
yang dirancang untuk menangani teknik olahraga tertentu agar atlet dapat
meningkat panampilannya.
Guillot & Collet (2008: 2) menegaskan bahwa script latihan
imagery merupakan suatu keniscayaan ketika akan melaksanakan program
dan isi pelatihan imagery yang keberhasilannya ditentukan oleh instruksi
dan cara pelatih mengkomunikasikannya. Menurut Taylor & Wilson (2005:
2) sebelum atlet memulai sesi imagery , script dirancang dengan skenario
rinci yang menyoroti pengaturan fisik dalam konteks kompetisi,
penampilam khusus, dan bidang-bidang tertentu lainnya yang perlu

5
ditekankan. Sebagai contoh, penelitian Bell, Skinner & Fisher (2009: 2)
memakai script untuk memandu latihan imagery tiga pemain golf dan
ditemukan hasil yang efektif dalam menempatkan bola pada sasaran.
Namun, praktisi psikologi olahraga harus menyadari bahwa pengalaman
pribadi dan hasil dapat bervariasi antara individu dan individu yang lain
(Murphy & Jowdy, 1992: 2).
Selama berlangsungnya imagery otak berproses dan berfungsi
menurut Marks (1993: 2) hasil penelitian telah melaporkan bahwa ketika
individu terlibat dalam imagery otaknya menafsirkan gambar yang identik
dengan situasi stimulus yang sebenarnya. Imagery sangat bergantung pada
pengalaman yang tersimpan dalam memori, dan pelaku mengalaminya
secara internal dengan merekonstruksi peristiwa eksternal dalam pikiran
mereka. Vealey & Greenleaf (2006: 2) menjelaskan bahwa imagery dapat
digunkan untuk menciptakan pengalam internal baru dengan menyusun
potongan-potongan gambar dalam berbagai bentuk. Tujuan dari latihan
mental imagery untuk menghasilkan pengalaman olahraga sehingga atlet
merasa secara akurat seolah-olah benar-benar melakukan olahraga (Holmes
& Collins, 2001: 2). Menurut Vealey & Greenleaf (1998: 3) semua indera
penting dalam mengalami keejadian apa yang dibayangkan, oleh karena itu
untuk membantu menciptkan sebuah kejadian tertentu, dalam penyusunan
imagery harus memasukkan sebanyak mungkin perhatian panca indera. Iini
menekankan bahwa Imagery mental itu harus melibatkan gerakan,
pemandangan, suara,m sentuhan, bau, dan rasa serta emosi, pikiran dan
tindakan.
Imagery is actually a form of simulation, it is similar to a real
sensory experience (e.g., seeing, feeling, or hearing), but entire experience
occurs in the mind, artinya imagery adalah sebuah bentuk simulasi, hal ini
mirip dengan pengalaman sensorik yang nyata (misalnya melihat,
merasakan, atau mendengar), tetapi seluruh pengalaman tersebut terjadi
dalam pikiran (Robert S. Weinberg and Danield Gould, 2003: 284).

6
Terry Orlick dikutip oleh David Yukleson (dalam Singgih D.
Gunarsa 2004: 103), imagery merujuk pada proses merasakan yang sangat
intens, seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan yang sebenarnya.
Imagery can be defined as an experience that mimics a real experience,
where we are consciously aware of forming and seing an image and can
involve the use of our other senses artinya imagery dapat didefinisikan
sebagai pengalaman yang meniru pengalaman nyata, dimana kita secara
sadar membentuk dan melihat dan dapat melibatkan indra kita yang lainnya
(Leslie dkk, 2010: 1).
Imagery is form of simulation. it is a method of using all the
senses to create or recreate an experience in the mind artinya imagery
adalah bentuk simulasi. itu adalah metode yang menggunakan semua indera
untuk membuat atau menciptakan sebuah pengalaman dalam pikiran, (Andy
Cale dan Roberto Forzoni, 2004:121). Robin S. Vealay dan Susan M.
Walter (seperti dikutip dalam Jean M. Williams, 1993: 201-202)
menyatakan:
Imagery may be defined as using all the senses to recreate or
create an experience in the mind. This definition contains three keys to
understanding imagery, (1) Imagery as recreating or creating : Through
imagery we are able to recreate as well as create experience in our mind.
we recreate experiences all the time. (2) Imagery as a polysensory
experience : The second key to understanding imagery is realizing that
imgery can and should involve all the senses, or that it is a polysensory
experience. Althought imagery is often termed "visualization" or "seeing
with the mind's eye," sight is not the only significant sense. All of our
senses are important in experiencing events. Images can and should
include as many senses as possible including visual, auditory, olfactory,
gustatory, tactile, and kinesthetic senses. (3) Imagery as the absence of
eksternal stimuli : The third important characteristic of imagery is that it
requires no external stimulus antecedents. Imagery is a sensory
experience that occurs in the mind without any environmental props.

7
Artinya imagery dapat didefinisikan, menggunakan semua indera
untuk menciptakan atau membuat sebuah pengalaman dalam pikiran.
Definisi ini mengandung tiga kunci untuk memahami Imagery. (1) Imagery
sebagai sebuah proses menciptakan atau membuat : Melalui imagery kita
mampu menciptakan serta menciptakan pengalaman dalam pikiran kita. kita
menciptakan pengalaman setiap saat. (2) Imagery sebagai suatu pengalaman
polysensory : imagery sebagai suatu pengalaman polysensory : Kunci kedua
untuk memahami imagery adalah menyadari bahwa imagery dapat dan
harus melibatkan semua indera, dimana semua itu adalah pengalaman
polysensory. Imagery walaupun sering disebut "visualisasi" atau "melihat
dengan mata pikiran," adalah pandangan bukan sebuah satu-satunya
pengertian dari imagery. Semua indera kita sangat penting dalam
mengalami kejadian pada proses imagery. Imagery dapat dan harus
melibatkan indera sebanyak mungkin termasuk penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, peraba, dan indra kinestetik. (3) Imagery sebagai
tidak adanya rangsangan eksternal : Karaketristik penting imagery yang
ketiga adalah bahwa imagery tidak memerlukan rangsangan luar awal. Citra
adalah pengalaman indra yang terjadi dalam pikiran tanpa alat peraga
lingkungan.
Melihat dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian dari imagery adalah salah satu bentuk latihan mental yang
menyertakan berbagai indera pada saat membentuk suatu gambar dalam
pikiran (pada saat melakukan imagery) sehingga semua indera secara intens
mengalami kejadian pada proses imagery ini seperti menggunakannya
secara nyata. Dimana latihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan
kinerja atlet dalam olahraga baik dalam proses berlatih maupun pada saat
tampil dalam sebuah pertandingan atau kompetisi.
a. Teori-teori Tentang Proses Kerja Imagery
Banyak teori yang menjelaskan bagaimana proses imagery bekerja
pada tubuh manusia. Pada dasarnya pikiran kita adalah alat pengontrol

8
tubuh kita sendiri, ini merupakan sebuah pemikiran yang masuk akal
dimana hubungan pikiran dan tubuh manusia merupakan hubungan yang
sangat penting dan juga esensial. Hubungan ini terjadi apakah anda
benar-benar melaksanakan tugas atau hanya berfikir untuk melakukan
salah satu. Salah satu penelitian yang terkenal adalah penggunaan
elektroda pada kaki-kaki atlet ski salju pegunungan alpine untuk menguji
otot mirip dengan impuls listrik yang dihasilkan selama gerakan yang
sebenarnnya. Hasil dari percobaan tersebut sangat jelas menunjuk bahwa
saat pemain ski itu duduk dan hanya memikirkan saat dia bermain ski
menurun, pola serupa ditemukan pada otot seolah-olah dia telah benar-
benar bermain ski. Dengan membayangkan dan memvisualisasikan diri
anda bermain sepak bola, otot akan anda gunakan untuk melakukan tugas
fisik yang dirangsang pada tingkat yang sangat rendah. Aktivasi otot
halus ini tidak cukup kuat untuk menghasilkan gerakan yang sebenarnya
anda bayangkan, tapi rangsangan tidak berfungsi untuk membentuk cetak
biru bagi gerakan atau keadaan tertentu. Dengan menciptakan informasi
sensorik yang tepat yang memberikan kontribusi untuk keberhasilan
pelaksanaan keterampilan perilaku yang benar untuk situasi tertentu,
anda akan memperkuat cetak biru sehingga menjadi lebih mungkin
bahwa anda serius meningkatkan standar kinerja anda, anda akan
membutuhkan untuk mengembangkan keterampilan membayangkan
secara efektif baik unsur-unsur teknis dan taktis dari sepakbola (Andy
Cale dan Roberto Forzoni, 2004:120).
Sheikh & Korn (1994: 4 ) menyatakan bahwa para psikolog
olahraga telah berusaha untuk menjelaskan mekanisme dan cara kerja
imagery. Tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan efektivitas
latihan imagery secara komprehensif. Sehingga lahirlah beberapa teori,
seperti teori “perhatian-kegairahan” yang berusaha menjelaskan latihan
imagery dengan menggabungkan komponen kognitif dan fisiologis. Teori
ini menjelaskan bahwa imagery merupakan teknik untuk mempersiapkan
kinerja atlet yang terjadi baik secara fisiologis maupun psikologis. Teori

9
imagery ini menjelaskan bahwa domain kognitif dapat membantu atlet
fokus pada tugas dengan isyarat yang relevan sebagai rangsangan tidak
relevan, yang menjauhkan kinerja yang diharapkan. Melalui teknik
mental iini, atlet juga menjadi sadar tentang kondisi fisiologisnya
sehingga dapat mengurangi hambatan yang terkait dengan tindakan
motorik, dan meningkatkan perhatian terhadap isyarat untuk respon
motorik. Menurut Sheikh & Korn (1994: 5) kondisi ini diasumsikan telah
terjadi keadaan gairah yang optimal untuk mencapai kinerja puncak, dan
imagery dapat memfasilitasi apa yang terjadi pada diri atlet untuk
mencapai tingkat gairah yang optimal.
Menurut Grouios, 1994; Hecker & Kaczor, 1988; Janssen &
Sheikh, 1994; Murphy & Jowdy; 1992 dalam (Richard H.cox, 2002: 264)
sementara banyak penelitian telah dipublikasikan hal-hal yang
berhubungan dengan keefektifan latihan imagery dan latihan mental
dalam olahraga. Para psikolog olahraga tahu tentang sedikit alasan
mengapa latihan imagery dan mental menjadi latihan yang efektif dan
bagaimana cara kerjanya. Mengapa harus berlatih mental atau pencitraan
sebuah tugas fisik yang mengakibatkan peningkatan belajar dan kinerja?
Beberapa penjelasan yang mungkin dapat menjadi jawaban pertanyaan
dasar ini telah disampaikan. Secara singkat dapat dijelaskan dengan
berbagai teori yaitu :
1) Teori Psychoneuromuscular
Teori psychoneuromuscular berpendapat bahwa Imagery
hasil alam bawah sadar pola neuromuskulernya identik dengan pola-
pola yang digunakan selama gerakan sebenarnya. Meskipun
membayangkan bahkan tidak mengakibatkan sebuah gerakan yang
berlebihan dari otot-otot,perintah subliminal eferen (syaraf motorik
alam bawah sadar) dikirim dari otak ke otot-otot. Dalam arti, sistem
neuromuskular diberikan kesempatan untuk 'praktek' pola gerakan
tanpa benar-benar otot itu bergerak. Teori Pysychoneuromuscular

10
adalah penjelasan paling masuk akal untuk mengapa citra
memfasilitasi kinerja fisik dan belajar.
2) Teori Belajar Simbol
Teori belajar simbol berbeda dari teori psychoneuromuscular
dalam subliminal aktivitas listrik dalam otot-otot tidak diperlukan.
Latihan mental dan citra bekerja karena individu secara harfiah
merencanakan tindakannya terlebih dahulu. Urutan mental, tujuan
tugas, dan alternatif solusi dianggap kognitif sebelum respon fisik
yang diperlukan. Shortstop dalam bisbol menyediakan contoh yang
sangat baik untuk teori ini dalam praktiknya. Sebelum masing-
masing lemparan untuk pemukul, shortstop ulasan kognitif dalam
pikirannya berbagai peristiwa mungkin dan respon yang tepat untuk
masing-masing peristiwa. Jika ada dalam satu out di babak
kedelapan, pangkalan dimuat, dan nilai terikat, pemain shortstop
akan tergantung pada jenis bola yang datang kepadanya. Dengan
berlatih mental berbagai rangsangan dan mungkin tanggapan
sebelum masing-masing lemparan, shortstop dapat meningkatkan
peluang menciptakan bermain yang benar
3) Teori Gabungan Perhatian dan Gairah
Teori gabungan perhatian dan gairah . menggabungkan aspek-
aspek kognitif simbolis belajar teori dengan aspek fisiologis teori
psychoneuromuscular. Citra berfungsi untuk meningkatkan kinerja
dalam dua cara. Dari perspektif physicological, citra dapat
membantu atlet untuk menyesuaikan tingkat gairah untuk kinerja
optimal. Dari perspektif kognitif, citra dapat membantu atlet untuk
selektif hadir untuk tugas di tangan. Jika atlet menghadiri ke gambar
tugas-relevan, dia cenderung tidak akan terganggu oleh gambar tidak
relevan, ia cenderung tidak akan terganggu oleh rangsangan yang
tidak relevan. Dalam analisis akhir, teori yang terbaik mungkin
eklektikdi alam dan mencakup unsur-unsur dari semua teori tiga

11
(atau lebih). Dari perspektif logis, itu akan tampak tidak praktis
untuk mengecualikan mendukung salah satu dari teori-teori yang lain

Suinn (dalam Weinberg dan Gould, 2003: 286) mengembangkan


teknik peningkatan kognitif disebut visuomotor perilaku latihan
“visuomotor behavioral rehearsal” (VMBR), menggabungkan relaksasi
progresif dan praktik latihan mental imagery. Lebih khusus praktik
VMBR terdiri dari tiga tahap : (1) atlet mencapai keadaan rileks dengan
cara teknik relaksasi progresif, (2) latihan mental yang relevan dengan
kebutuhan dan tuntutan olahraga masing-masing atlet, dan (3) praktik
keterampilan fisik khusus dalam kondisi simulasi gerak. Menurut
Onestak (1997) pelatihan VMBR dapat meningkatkan kinerja berbagaia
tugas olahraga termasuk menembak lemparan bebas dalam permainan
bolabasket. Behncke (2004: 8) menegaskan bahwa latihan melalui proses
VMBR yang digabungkan dengan keterampilan tertentu selama pelatihan
mental, kemudian dikoordinasikan komponen imagery dengan kinerja
fisik dapat meningkatkan terjadinya penyesuaian antara apa yang
dibayangkan dengan keterampilan yang akan dilakukan.
Banyak sekali teori yang menjelaskan bagaimana imagery
bekerja diantaranya adalah teori Psychoneuromuscular yang menyatakan
bahwa pada saat latihan imagery dilakukan pola syaraf yang terbentuk
sesame seperti pola syaraf yang tebentuk ketika seorang melakukan
aktifitas olahraga sebenarnya. Selanjutnya adalah teori belajar simbol
yang menyatakan bahwa dengan imagery tubuh mencoba secara harfiah
merencanakan tindakannya terlebih dahulu. Urutan mental, tujuan tugas,
dan alternatif solusi dianggap kognitif sebelum respon fisik yang
diperlukan, dan yang terakhir adalah teori gabungan perhatian dan gairah
dimana dalam teori ini menjelaskan bentuk latihan imagery dengan
penggabungan antara unsur mental dan fisik. Dengan melihat beberapa
teori tersebut dapat disimpulkan bahwa berbagai penelitian telah
dilakukan yang membuktikan bahwa latihan imagery dapat berguna

12
dalam peningkatan dan pengembangan ketrampilan seseorang yang ingin
belajar suatu keterampilan tertentu pada cabang olahraga tertentu atau
bahkan meningkatkannya agar tercipta suatu hasil yang optimal.
b. Mekanisme Saraf Imagery
Kosslyn, Ganis & Thompson (2001: 638) mengatakan bahwa
selama latihan mental, jalur neuromotor yang sama yang terlibat dalam
pelaksanaan aktivitas tugas motorik fisik tertentu diaktifkan. Program
motorik di korteks motorik, yang bertanggung jawab untuk gerakan,
kemudian diperkuat sebagai hasil dari jalur saraf selama latihan mental
imagery. Akibatnya, imagery mental dapat membantu dalam
pembelajaran keterampilan dengan meningkatkan pola koordinasi yang
tepat dan dengan priming motor neuron yang sesuai dari otot-otot yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas motorik tertentu. Singkatnya,
menurut Halgren, Dale, Sereno, & Tootell (1999: 10) latihan mental
mengaktifkan kegiatan perifer, yang memberikan informasi aferan ke
korteks motorik yang berfungsi untuk memperkuat program motorik.
Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa dengan perkembangan teknologi
neuroimaging, peneliti dapat menguji berbagai teori imagery. Para
peneliti telah mengambil langkah-langkah untuk menunjukkan bahwa
imagery mental menggabungkan mekanisme syaraf yang sama yang
digunakan dalam memori, emosi, dan kontrol motor. Korteks motor
utama, yang merupakan bagian dari lobus frontal, bekerja dalam
hubungan dengan daerah pra-motor untuk merencanakan dan
melaksanakan gerakan. Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa area
korteks yang diaktifkan dalam gerakan kontrol juga memainkan peran
dalam imagery bermotor (Klein, Paradis, Poline, Kosslyn, & LeBihan,
2000: 10).
Penelitian neuroimaging telah menunjukkan bahwa korteks
premotor manusia diaktifkan ketika manusia mengamati tindakan orang
lain, yang mungkin menandakan keberadaan mirror-neuron dalam otak
manusia. Rizzolatti, Fogassi & Gallese (2001: 846) dalam penelitiannya

13
berhasil menemukan bahwa subpopulasi neuron, sekarang yang disebut
mirror-neuron, di korteks premotor daerah otak merespon selektif ketika
binatang melakukan tindakan tertentu dengan tangan mereka dan ketika
hewan mengamati tindakan yang sama yang dilakukan oleh orang lain.
Hal ini masuk akal bahwa mirror-neuron terlibat dalam imagery motor,
didasarkan pada gagasan bahwa atlet sering mengubah gambar dengan
membayangkan apa yang akan mereka lihat apakah benda yang
dimanipulasi agar sesuai dengan imagery yang diinginkan (Kosslyn,
dkk., 2001: 638).
Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh terhadap berbagai
literatur terkait, para peneliti telah memberikan dukungan untuk proposisi
bahwa latihan mental saja mungkin cukup untuk mempromosikan
aktivitas dari sirkuit saraf yang terlibat dalam tahap awal belajar
keterampilan motorik baru (Martin dkk, 1999: 11). Kosslyn dkk, (2001:
639) mengatakan para peneliti telah mengemukakan, peningkatan aliran
darah di daerah otak menunjukan bahwa simulasi mental gerakan
mengaktifkan beberapa struktur saraf pusat yang dibutuhkan untuk
gerakan fisik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
saraf yang terjadi di dalam otak manusia dapat menjadi dasar dan lebih
menjelaskan bahwa imagery terjadi melibatkan proses sistem saraf di
otak.
c. Latihan Imagery dan Peningkatan Kinerja Gerak Olahraga
Menurut Taylor & Wilson (2005: 15) ada kesamaan pandang dan
telah disepakati bahwa latihan mental imagery dapat meningkatkan
kinerja melalui peningkatan faktor mental utama yang sangat
mempengaruhi kinerja olahraga. Secara khusus, Moritz, dkk,. (1996: 15)
mengemukakan bahwa latihan mental imagery dapat meningkatkan
kinerja ketika atlet berlatih strategi umum dan taktik, dan keterampilan
khusus dengan menggunakan self-talk positif, dan kinerja secara
keseluruhan. Lebih lanjut ditegaskan olehnya bahwa latihan mental

14
imagery dapat digunakan untuk memfasilitasi respon yang efektif
terhadapt stres kompetitif dan emosi, dan menghasilkan persaan kinerja
yang sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan. Robin, dkk., (2007:
18) meneliti efek dari pelatihan imagery pada peningkatan kinerja
keakuratan keterampilan layanan motor pengembalian servis dalam
permainan tenis. Surbug, Porretta, & Sutlive (1995: 18) mengkaji efek
dari latihan imagery sebagai bentuk tambahan dari latihan / praktik untuk
belajar dan kinerja tugas gerak melempar. Hasilnya menunjukkan bahwa
dari tujuh sesi pelatihan / pengujian peserta secara periodik subjek coba
yang diberikan latihan praktik imagery menampilkan kinerja yang lebih
besar pada tugas keterampilan motorik daripada orang-orang yang tidak
terlibat dalam latihan imagery.
Berbagai uraian hasil penelitian di atas mempertegas bahwa selain
berbagai kajian teoritis latihan imagery menjelaskan dapat meningkatkan
keterampilan gerak cabang olahraga tertentu, juga secara empiris (hasil
penelitian teori-teori itu berhasil dibuktikan.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Jenis Imagery


1. Pengertian Imagery
Kata “mental imagery” dalam psikologi kognitif merupakan suatu
representasi situasi lingkungan dalam kognisi atau pikiran seseorang.
Sebagai suatu bentuk representasi mental, seseorang akan mencoba untuk
membayangkan, menggambarkan suatu situasi seolah seseorang tersebut
sedang melakukan suatu tindakan tindakan tertentu atau berada di dalam
lingkungan tertentu.
Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk
persepsi sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak
seseorang. Melalui proses mental kreatif ini, seseorang dapat mengubah
persepsinya terhadap sesuatu karena ia membentuk imaji suatu keadaan
dalam berbagai bingkai persepsi, atau melihat suatu keadaan tertentu dari
berbagai sudut pandang. Dalam konsep latihan mental dalam olahraga,
visualisasi juga sering disebut sebagai mental rehearsal atau juga imagery
process, Porter dan Foster (Juriana, 2012: 14). Porter dan Foster
menyatakan :
“The reason visualization/imagery works is ... you are
physiologically creating neural patterns in your brain, just as if your
body had done the activity. These patterns are like small tracks
engraved in the brain cells. It has been demonstrated that athletes
who have never performed a certain routine or move can after a few
weeks of specific visualization practice perform the move. As in
physical practice, mental practice makes perfect too”.

Dalam proses visualisasi seorang individu melakukan latihan mental


dengan menggunakan kondisi precues (pra-isyarat). Kondisi pra-isyarat ini
melibatkan aspek konsentrasi dan dilandasi oleh tiga hal utama. Pertama,

16
hal yang divisualkan harus terlebih dahulu tertanam dalam ingatan
seseorang. Kedua, untuk memfungsikan perilaku sesuai dengan pra-isyarat
seseorang harus memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh pada
sasaran perilaku, jika hal ini tidak dilakukan maka arah perilaku mungkin
akan menyimpang. Ketiga, perhatian harus berlangsung terus di dalam area
pra-isyarat hingga tercapainya sasaran perilaku, Eversheim dan Block
(Juriana, 2012: 14).
Metode visualisasi merupakan metode yang menyatukan aspek
kognitif dan perilaku. Informasi yang dimiliki seseorang dan gerakan yang
dilakukan oleh orang terebut merupakan dua hal yang berpasangan secara
erat. Dalam konteks olahraga, imagery digunakan untuk membantu atlet
membuat visualisasi yang lebih nyata berkaitan dengan pertandingan atau
kompetisi yang akan dijalaninya. Oleh karena itu, mereka menekankan
pentingnya kekhasan latihan visualisasi bagi masing-masing cabang
olahraga, bahkan nomor-nomor pertandingan yang bersifat spesifik atau
individual.
Dalam latihan visualisasi atlet harus berusaha melatih kepekaaan
penginderaannya. Meskipun penglihatan merupakan aspek dominan, namun
dalam proses visualisasi atlet juga perlu melatih kepekaan idera lainnya,
seperti pendengaran dan penciumannya. Atlet tidak hanya membayangkan
suasana pertandingan, tetapi juga membayangkan tepukan penonton,
teriakan supporter, udara dan aroma di gelanggang olahraga.
Selain itu, dalam proses visualisasi atlet juga harus mengembangkan
pola pikir positif. Dengan membayangkan diri dalam lingkungan yang baik,
maka seseorang dapat memperoleh lebih banyak kemudahan dalam
bertindak. Selanjutnya atlet berupaya melakukan pencaman (affirmation)
dengan pernyataan-pernyataan singkat seperti: “ saya siap” atau “saya
mampu”.

17
2. Jenis Imagery
Menurut Richard H. Cox (2007: 300) imagery dapat dibagi atau
diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya dengan gambaran sebagai
berikut:
Purpose
Motivational Cognitive
Specific

Motivational Specific (MS) Cognitive Specific (CS)


Aplication

Motivational General-Mastery
(MG-M)
Cognitive General (CG)
General

Motivational General-Arousal
(MG-A)

Gambar 1. Jenis-jenis imagery berdasarkan tujuan dan aplikasi

Berdasarkan gambaran tersebut maka imagery dapat dibagi menjadi lima


tipe yaitu sebagai berikut:
a. Motivational Specific (MS)
Pada imagery tipe ini, atlet atau olahragawan membayangkan
dirinya pada situasi olahraga spesifik dengan motivasi yang tinggi.
Contohnya, seorang atlet bola basket memikirkan dirinya memenangkan
suatu pertandingan pada pertandingan yang sangat penting, misalnya
final pada kejuaraan yang bergengsi.
b. Motivational General-Mastery (MG-M)
Pada tipe imagery ini atlet membayangkan dirinya pada situasi
olahraga apapun (baik yang dianggap penting maupun kurang
penting/dalam situasi pertandingan besar maupun kecil) atlet mampu
tetap menunjukkan untuk tetap fokus. Contohnya, atlet akan
membayangkan dirinya untuk selalu berfikir positif dimanapun ia berada
dari pertandingan kecil sampai besar.

18
c. Motivational General-Arousal (MG-A)
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya dalam situasi
olahraga general (baik yang dianggap penting maupun kurang
penting/dalam situasi pertandingan besar maupun kecil) menunjukkan
kemampuan untuk mengontrol tingkat kecemasannya. Contohnya,
seorang atlet melakukan imagy atau membayangkan dengan
menggunakan teknik pernafasan dalam (deep breathing) untuk tetap
dalam kondisi yang relakaks atau tenang selama pertandingan
berlangsung.
d. Cognitive Specific (CS)
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya mampu
melakukan atau mengeksekusi keterampilan olahraga yang spesifik
dalam suatu kompetisi. Contohnya, seorang atlet sepak bola
membayangkan dirinya mampu mengeksekusi tembakan bebas hingga
tercipta gol.
e. Cognitive General (CG)
Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya untuk
mempraktikkan keterampilan taktik dan strategi dalam suatu
pertandingan. Misalnya strategi pertahanan dalam permainan bola volly,
seorang pemain membayangkan strategi bertahan dalam menghadapi
serangan dengan bola quick dari tengah lapangan permainan.
B. Fungsi Imagery dalam Olahraga
Imagery merupakan bagian dari latihan mental atau mental training.
Fungsi imagery dalam bidang olahraga sering diaplikasikan pada beberapa
situasi sesuai dengan kebutuhan olahragawan atau atlet, adapun beberapa
fungsi imagery dalam olahraga adalah sebagai berikut:
Menurut Weinberg & Gould (2007: 306-308) imagery dapat digunakan
dalam beberapa kondisi, diantaranya:Improve concentration
2. Enhance motivation
3. Build confidence
4. Acquire, practice, and correct sport skills

19
5. Acquire and practice strategy
6. Prepare for competition
7. Cope with pain and injury.

Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat


bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu
gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk
memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun kepercayaan diri, memantapkan strategi persiapan pertandingan
serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.
Selanjutnya sejalan dengan pemikiran tersebut Eugene F. Gauron
(Sapta Kunta, 2013: 38) memberikan gambaran tentang program latihan
mental yang menyebutkan adanya tujuh sasaran program, yaitu:
1. Mengontrol perhatian, hal itu perlu dapat mengkonsentrasikan
kemampuan dan perhatian pada titik tertentu sesuatu yang harus
dikerjakan.
2. Mengontrol emosi, menguasai perasaan marah, benci, gembira,
nervous, dan sebagainya sehingga dapat menguasai ketegangan dan
bermain dengan tenang.
3. Energization, dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan
sesudah bermain all-out, sehingga pemain dapat mengerahkan
kekuatan seperti biasa. Disamping istilah second wind juga dikenal
istilah third wind bahkan juga forth wind.
4. Body awarness, dengan penguasaan body awarness atlet akan lebih
memahami dan menyadari keadaan tubuhnya, dapat melokalisasi
ketegangan dalam tubuhnya.
5. Mengembangkan rasa percaya diri, faktor yang dapat menentukan
dalam penampilan puncak seorang atlet adalah kepercayaan pada diri
sendiri. Dengan percaya diri atlet akan dapat bermain dengan baik dan
mencapai hasil yang lebih baik.

20
6. Membuat perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah pesuruh dari
apa yang kita inginkan. Dengan menggunakan mental image sebagai
salah satu cara latihan mental, maka apa yang kita pikirkan atau
bayangkan dapat dilakukan.
7. Rekonstrukturisasi pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh
dalam penampilan. Dengan merubah pemikiran juga akan merubah
perasaan (misalnya perasaan pasti kalah). Karena itu dengan merubah
pemikiran juga dapat menghasilkan tingkah laku dan penampilan yang
berbada.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas dapat
dikatakan bahwa Imagery membantu atlet untuk menciptakan gambaran yang
riil berkaitan dengan kesulitan dan masalah-masalah yang mungkin akan
dihadapi oleh para atlet selama pertandingan. Seperti diketahui, atlet seringkali
membuat gambaran yang tidak nyata baik tentang dirinya maupun tentang
lawan yang akan dihadapi. Menganggap lawan lebih superior, kemampuan
teknisnya masih rendah atau lingkungan pertandingan yang menekan seringkali
muncul dibenak para atlet ketika menyiapkan diri untuk sebuah pertandingan.
Efeknya, seringkali atlet merasa rendah diri dan akhirnya merasa cemas
yang berlebihan. Jika berlanjut terus menerus, maka kecemasan tersebut akan
mengganggu performa atlet tersebut. Kecemasan yang muncul sebelum
bertanding akan mengurangi konsentrasi dan membuat penampilannya
menurun.
Selain itu, Imagery juga dapat membantu atlet untuk meningkatkan
motivasinya. Dengan gambaran diri yang jelas, maka atlet akan menyadari
kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dapat dia gunakan sebagai senjata
untuk mengalahkan lawan, sedangkan kelemahan bisa menjadi evaluasi agar
kekurangan-kekurangannya bisa ditutupi dengan teknik yang lain.
Imagery juga digunakan untuk membayangkan hasil akhir yang
diharapkan. Dalam bahasa yang lain, atlet diajak untuk mempunyai pikiran
yang positif mengenai dirinya dalam rangka menjalani kompetisi atau

21
pertandingan yang akan dihadapi. Dengan pikiran yang positif, ketenangan,
konsentrasi dan motivasi akan berada dalam posisi yang optimal.
Imagery bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Meningkatkan
performa, konsentrasi hingga proses penyembuhan cedera bisa menggunakan
proses imagery. Imagery merupakan bagian dari proses latihan yang diberikan
secara rutin dan berkala.
C. Penerapan Imagery dalam Olahraga
Imagery merupakan suatau teknik yang digunakan dalam melatihkan
mental atlet yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi sesuai dengan
kebutuhannya, apakah untuk memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara
bereaksi, kesadaran diri olahragawan, meningkatkan rasa percaya diri,
mengontrol emosi, mengurangi rasa sakit, mengatur gugahan semangat
(arousal), serta memantapkan strategi persiapan pertandingan.
Berdasarkan hal tersebut maka imagery dalam kegiatan olahraga dapat
digunakan selama periodesasi latihan, Martin et al. (Richard H. Cox, 2007:
300) memberikan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam kegiatan
olahraga, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan dan strategi,
modifikasi cognisi, serta menanggulangi tingkat ketegangan dan kecemasan
yang berlebihan. Berikut merupakan gambaran bagaimana imagery digunakan
dalam olahraga menurut Martien et al:
Ilustrasi Penggunaan Imagery dalam Olahraga

SPORT IMAGERY TYPE OUT COME


SITUATION • Motivational • Acquisition and
• Training Specific improved
• Competition • Motivational performance of skill
• Rehabilitation General-Mastery and strategies
• Modification of
• Motivational
cognition
General-Arousal • Regulation of anxiety
• Cognitive Specific
• Cognitive General

IMAGERY ABILITY
• Kinesthetic
• Visual

22
Gambar 2. Penggunaan imagery dalam olahraga

Senada dengan pernyataan tersebut Weinberg & Gould (2007: 316)


menyatakan bahwa imagery “can be used virtually any time-before and after
practice, before and after competition, during breaks in the action in both
ptactice and competition, during personal time and during competititon”.
Imagery dapat digunakan sebelum dan sesudah latihan, sebelum dan sesudah
pertandingan, selama waktu istirahat dalam latihan dan kompetisi, selama
waktu pribadi di luar latihan resmi dan selama pemulihan cedera. Berikut
merupakan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam berbagai situasi
tersebut:
1. Sebelum dan Sesudah Latihan
Salah satu cara untuk menjadwalkan imagery secara sistematis
adalah untuk memasukkannya sebelum dan setelah setiap sesi latihan.
Batasi sesi ini sekitar 10 menit; sebagian besar atlet memiliki kesulitan
berkonsentrasi lebih lama tampa imagery. Untuk memusatkan konsentrasi
dan bersiap-siap sebelum latihan, atlet harus memvisualisasikan
keterampilan, rutinitas, dan permainan yang mereka harapkan untuk
dilakukan. Setelah selesai latihan atlit harus meninjau kembali keterampilan
dan strategi yang mereka latih. Karena atlit baru saja selesai berlatih, rasa
gerakan harus segar dalam pikiran, yang akan membantu menciptakan
kejelasan dan kesegaran gerak tersebut dalam pikiran atlet adalah imagery.
2. Sebelum dan Sesudah Pertandingan
Imagery dapat membantu atlet untuk berfokus pada kompetisi yang
akan dilakukan, jika atlit meninjau dan merencanakan apa yang mereka
ingin lakukan, termasuk strategi yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
Waktu optimal imagery dalam kompetisi ini berbeda dari satu orang ke
orang lain: beberapa atlet dapat memvisualisasikan sebelum dimulainya
kompetisi, sedangkan yang lain lebih suka melakukannya satu atau dua jam
sebelumnya. Poin terpenting adalah bahwa visualisasi cocok untuk
digunakan dalam rutinitas pra-event. Imagery tidak boleh dipaksakan atau

23
dilakukan secara terburu-buru. Setelah kompetisi, atlet dapat memutar ulang
hal-hal yang mereka lakukan dengan berhasil dan mendapatkan gambaran
yang hidup dan terkontrol.
Pada situasi yang hampir sama, siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dapat membayangkan dalam mengoreksi kesalahan
dalam pelaksanaan keterampilan yang dipelajari dan dilatih. Siswa juga
dapat memutar ulang eksekusi teknik yang gagal, untuk diperbaiki dengan
membayangkan keberhasilan serta mengkoreksinya atau memilih strategi
untuk memperbaikinya. Imagery juga dapat digunakan untuk menguatkan
cetak biru dalam memori gerak keterampilan yang sudah dilakukan dengan
baik.
3. Selama Waktu Istirahat antara Latihan dan Kompetisi
Waktu dan batasan antara musim atau waktu kompetisi dan jeda
kompetisi sering kabur. Dalam banyak kasus, ada yang menyatakan waktu
jeda kompetisi adalah tidak ada, karena atlet harus tetap melakukan
pengkondisian kardiovaskular, beban, dan keterampilan khusus dalam
cabang olahraga selama waktu jeda kompetisi walaupun dengan
pembebanan yang disesuaikan. Penggunaan imagery selama jeda kompetisi
adalah kesempatan yang baik untuk menjaga kondisi motivasi untuk tetap
berlatih dan menetapkan tujuan atau target pada kompetisi yang akan
datang.
Pada banyak olahraga selalu ada jeda istirahat pada permainannya,
pada jeda istirahat ini merupakan kesempatan yang baik dalam memberikan
perlakuan imagery untuk memperbaiki kegagalan penampilan atlet, baik
dari psikis maupun teknis. Imagery dapat digunakan dalam membangun dan
meningkatkan motivasi dan menurunkan tingkat kecemasan yang tinggi
yang dialami atlet.
4. Selama Waktu Pribadi diluar Latihan Resmi
Atlet dapat melakukan imagery di rumah maupun tempat-tempat
khusus lainnya selama atlet tidak berlatih di tempat latihan yang sebenarnya

24
(klub) untuk tetap menjaga motivasi dan fokusnya terhadap olahraga yang
ditekuni.
5. Selama Pemulihan Cedera
Pada waktu pemulihan cedera imagery dilakukan untuk
menanggulangi kecemasan akan kembali cedera. Kecemasan ini adalah hal
normal bagi setiap atlet yang baru saja pulih dari cederanya. Kecemasan
merupakan respons atlet yang lebih bersifat kognitif, bentuk proses belajar
sosial serta berhubungan dengan antisipasi atlet terhadap sesuatu yang tidak
nyata secara fisik.
Istilah kecemasan dianggap sesuai dengan keadaan atlet yang baru
pulih cedera, karena merupakan gambaran perasaan dan penilaian atlet
terhadap riwayat cedera yang pernah dialami. Hal yang dianggap sebagai
ancaman tidak nyata secara fisik karena dalam kenyataannya cedera tersebut
sudah pulih. Kecemasan ini kemudian berdampak secara fisiologis dan
psikologis yang akan terlihat pada performance atlet.

D. Teknik Imagery dalam Olahraga


Ada beberapa teknik latihan visualisasi atau imagery yang dapat
dilakukan di dalam atau di luar lapangan. Waktu yang dibutuhkan juga relatif,
bisa sangat singkat hanya dalam hitungan detik sampai menit, dapat dilakukan
di tempat yang sunyi ataupun ramai, bahkan pada saat sedang melakukan
pertandingan. Latihan visualisasi yang lebih panjang dan terpandu (guided
visualization) biasanya dilakukan dengan menyendiri di ruang yang sunyi,
tenteram, nyaman (umumnya di kamar tidur atau ruang khusus), terutama
dilakukan pada awal melakukan latihan visualisasi, atau pada saat digunakan
untuk meredakan ketegangan.
Untuk menguasai kecakapan imagery, diperlukan pemahaman yang
mendalam dari olahragawan dan bimbingan yang jelas dari pelatih mental, agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menerapkannya. Pelatih mental atau psikolog
olahraga dibutuhkan sebagai pendamping olahragawan saat melakukan latihan
imagery, untuk misalnya memandu latihan imagery, memilih kata-kata yang

25
tepat untuk digunakan dalam imagery, dan meningkatkan kemampuan imagery.
Untuk melakukan latihan imagery, perhatikan panduan imagery oleh Sapta
Kunta (2013: 41-42) sebagai berikut:
1. Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi
yang nyaman dan usahakan relaks.
2. Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
3. Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
4. Berimajinasi secara keseluruhan.
5. Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
6. Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
7. Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Secara lebih spesifik berikut merupakan tahap-tahap yang harus dilalui


dalam menjalankan latihan imagery:
1. Duduklah di tempat yang nyaman dan tidak ada gangguan.
2. Nyamankan tubuh dengan mengambil nafas panjang dan perlahan-lahan.
3. Tutup mata dan ciptakan gambaran yang jelas dan meyakinkan. Gambaran
ini bisa jadi merupakan gambaran dari peristiwa yang pernah dialami atau
bisa juga sesuatu yang diinginkan.
4. Jika tiba-tiba muncul gambaran lain yang mengganggu atau tiba-tiba
berfikir tentang sesuatu yang lain, segeralah sadari dan kembali ke
gambaran semula.
5. Fokuslah pada pernafasan jika kehilangan gambaran yang diinginkan tadi.
6. Pertahankan sikap yang positif.
7. Bayangkan penglihatan, suara-suara, rasa, perasaan, bahkan bau dari
pengalaman.
8. Catatlah detil-detil dari gambaran tersebut sebaik mungkin. Apa yang
dipakai, siapa saja yang ada disana, apa yang didengar, bagaimana
perasaan Anda?

26
9. Jika sesi latihan imagery itu tidak berjalan sesuai keinginan, maka bukalah
mata dan segera memulainya lagi yang diawali dengan pernafasan.
10. Selalu mengakhiri latihan Imagery dengan gambaran yang positif.
Berikut ini disajikan pelaksanaan latihan imagery yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan teknis dalam cabang olahraga, yaitu
menggambarkan atau membayangkan keseluruhan pola teknik sejak awal
hingga akhir atau tentang bagian-bagian tertentu. Contoh seorang pemain
olahraga melakukan latihan imagery:
1. Duduk di tempat yang nyaman; kaki dan tangan jangan disilangkan. Setelah
mendapatkan posisi yang santai, tutup mata anda dan cobalah mengingat
suatu penampilan permainan olahraga yang ketat dan bagus dan anda
unggul. Bayangkan kejadian itu segamblang mungkin. Dimana waktu
pertandinganya, jam berapa, cuaca diwaktu itu, apa yang dilihat dan
didengar.
2. Bayangkan anda melakukan servis; dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, jenis pukulan, saat perkenaan dan
masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
3. Bayangkan anda melakukan pukulan lob dimulai dengan posisi kaki yang
baik, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dan masuk
sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
4. Bayangkan anda melakukan pukulan smash dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan
masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
5. Bayangkan anda melakukan pukulan drive di tengah lapangan dimulai
dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat
perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
6. Pada saat terakhir dilakukan latihan imagery rangkaian keseluruhan teknik-
teknik yang ada, misalnya bayangkan anda melakukan servis pendek dengan
baik, kemudian bergerak maju, melakukan serobotan dengan tajam sehingga
lawan mati. Frekuensi 15.

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang dilakukan
secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi sesuatu
dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang.
2. imagery dapat dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya
sebagai berikut:
a. Motivational Specific (MS)
b. Motivational General-Mastery (MG-M)
c. Motivational General-Arousal (MG-A)
d. Cognitive Specific (CS)
e. Cognitive General (CG)
3. Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu
gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk
memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun kepercayaan diri, memantapkan strategi persiapan pertandingan
serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.
4. Imagery dalam kegiatan olahraga dapat digunakan selama periodesasi
latihan, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi. Secara
spesifik Imagery dapat digunakan sebelum dan sesudah latihan, sebelum
dan sesudah pertandingan, selama waktu istirahat dalam latihan dan
kompetisi, selama waktu pribadi di luar latihan resmi dan selama pemulihan
cedera.
5. Untuk melakukan latihan imagery, perhatikan panduan berikut ini:
a. Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi
yang nyaman dan usahakan relaks.
b. Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.

28
c. Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
d. Berimajinasi secara keseluruhan.
e. Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
f. Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
g. Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.

29
Daftar Pustaka

Cale, Dr Andy &Forzoni Roberto. (2004). The Official FA Guide to Psychology


For Football. FA Learning Ltd. Hodder& Stoughton
Festiawan, R., Nurcahyo, P. J., & Pamungkas, H. J. (2019). Pengaruh latihan
small sided games terhadap kemampuan long pass pada peserta
ekstrakurikuler sepakbola. Media ilmu keolahragaan Indonesia, 9(1), 18-22.
Festiawan, R., Ngadiman, N., Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J., & Kusnandar, K.
(2019). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis
Games, Education, and Visualisation (GEV) Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jendela Olahraga, 4(2), 13-24.
Festiawan, R., Suharjana, S., Priyambada, G., & Febrianta, Y. (2020). High
intensity interval training dan fartlek training: Pengaruhnya terhadap tingkat
VO2 Max. Jurnal keolahragaan, 8(1).
Festiawan, R., Raharja, A. T., Jusuf, J. B. K., & Mahardika, N. A. (2020). The
Effect of Oregon Circuit Training and Fartlek Training on the VO2Max
Level of Soedirman Expedition VII Athletes. Jurnal Pendidikan Jasmani
dan Olahraga, 5(1), 62-69.
Festiawan, R. (2020). Pendekatan Teknik dan Taktik: Pengaruhnya terhadap
Keterampilan Bermain Futsal. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga, 3(2), 143-155.
Festiawan, R. (2020). Application of Traditional Games: How Does It Affect the
Children's Fundamental Motor Skills?. Jurnal MensSana, 5(2), 162-170.
Festiawan, R. (2020). Latihan Mental Dalam Olahraga.
Festiawan, R. (2015). Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy). Universitas Negeri
Yogyakarta.
Guillot, A., & Collet, C. (2008). Construction of the motor imagery integrative
model in sport: A review and theoretical investigations of motor imagery
use.
Gunarsa, Singgih (2004) Psikologi Olahraga Prestasi

30
Heza, F. N., Wahono, B. S., & Festiawan, R. (2020). Antioksidan Untuk Olahraga
Kesehatan. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 6(2), 200-205.
Holmes, P. & Collins, D. (2001).The PETTLEP approach to motor imagery.A
functional equivalence model for sport psychologists.Journal of Applied
Sport Psychology, 13, 60-83.
Juriana. (2012). Peran pelatihan mental dalam meningkatkan kepercayaan diri
atlet renang sekolah ragunan. Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Jusuf, J. B. K., Raharja, A. T., Mahardhika, N. A., & Festiawan, R. (2020).
Pengaruh teknik effleurage dan petrissage terhadap penurunan perasaan
lelah pasca latihan Pencak Silat. Jurnal Keolahragaan, 8(1), 1-8.
Kamaludin, K., Ngadiman, N., Festiawan, R., Kusuma, I. J., & Febriani, A. R.
Pengembangan Permainan Pecah Piring Sintren: Pemanfaatan Olahraga
Tradisional pada Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik
Kasar Anak. TEGAR: Journal of Teaching Physical Education in
Elementary School, 3(2), 37-45.
Kristi, P. D., Kushartanti, B. W., & Festiawan, R. Electrical Muscle Stimulation:
The Effects On Weight Reduction, Percentage Of Fat And Waist Circle In
Overweight Women.
Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J., Wahono, B. S., & Festiawan, R. (2020). Pola
Pengembangan Wisata Olahraga Rumpit Bike And Adventure Di
Kabupaten Banjarnegara. Jurnal MensSana, 5(1), 46-52.
Murphy, S., &Jowdy, D. (1992).Imagery and mental practice.In T.S. Horn (Ed.)
Advances in sport psychology (pp. 221-250). Champaign, IL: Human
Kinetics.
Ngadiman, N., Kusuma, I. J., & Festiawan, R. Sport Development Index of
Banyumas Regency. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 4(2), 193-
197.
Richard H. Cox. (2007). Sport and psychology concepts and applications.
6𝑡ℎ edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

31
Sapta Kunta. (2013). Latihan imagery, Jurnal Iptek Olahraga, Vol. 1 No. 1. (34-
47). Jakarta: Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI
Pusat.
Saputra, S. H., Kusuma, I. J., & Festiawan, R. (2020). Hubungan Tinggi Badan,
Panjang Lengan Dan Daya Tahan Otot Lengan Dengan Keterampilan
Bermain Bulutangkis. Jurnal Pendidikan Olahraga, 9(1), 93-108.
Singgih D. Gunarsa. (1989). Psikologi olahraga. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Sudibyo Setyobroto. (1993). Psikologi kepelatihan. Jakarta: CV Jaya Sakti.
Tirtayasa, P. K. R., Santika, I. G. P. N. A., Subekti, M., Adiatmika, I. P. G., &
Festiawan, R. (2020). Barrier Jump Training to Leg Muscle Explosive
Power. ACTIVE: Journal of Physical Education, Sport, Health and
Recreation, 9(3), 173-177.
Wicaksono, P. N., Kusuma, I. J., Festiawan, R., Widanita, N., & Anggraeni, D.
(2020). Penerapan pendekatan saintifik terhadap pembelajaran pendidikan
jasmani materi teknik dasar passing sepak bola. Jurnal pendidikan jasmani
Indonesia, 16(1), 41-54.
Weinberg, Rtober S. & Gould, Daniel. (2007). Foundations of sport and exercise
psychology, 4𝑡ℎ edition. Champaign, IL.: Human Kinetics Publishers, Inc.
Yusuf, K. A. M., Nurcahyo, P. J., & Festiawan, R. Hubungan Status Gizi
Danasupan Energi Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani. Jurnal Ilmu
Keolahragaan, 19(1), 76-83.

32

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai