Anda di halaman 1dari 24

Struktur Dasar dan Pasangan Basa DNA

Kita ketahui bahwa struktur DNA berupa double helix yang tediri dari dua untai rantai polimer
DNA yang saling berpasangan secara komplementer. Struktur dasar tersebut dapat disimak di
gambar di bawah ini:

Struktur double helix DNA. Tampak


orientasi antiparalel untuk setiap helai/strand dari DNA.
Struktur dan pasangan basa komplementer tersebut penting untuk diperthatikan dalam
mempelajari mekanisme replikasi DNA. Adapun untuk susunan komplementer dari basa DNA
terdiri dari pasangan satu basa purin dengan satu basa pirimidin. Basa purin terdiri dari adenine
(A) dan guanine (G) sedangkan pirimidin terdiri dari cysotine (C) dan thymine (T). Pada RNA,
thymine diganti oleh uracyl (U).
Dalam berpasangan, adenine (A) berpasangan dengan thymine (T) sedangkan guanine (G)
berpasangan dengan cytosine (C). Adapun terbentuknya pasangan tersebut dikarenakan adanya
ikatan hidrogen antara kedua jenis basa. Ikatan hidrogen ini dapat kita simak di gambar di bawah
ini:
Model
kimia struktur double helix DNA. (A) Model space-filling dari DNA, dimana setiap satu putaran
terdiri dari 10,4 pasangan basa. (B) Potongan double helix dari samping memperlihatkan posisi
keempat basa dari DNA dan bentuk ikatan hidrogen yang menyatukan dua untaian DNA
menjadi double helix.
Mengetahui susunan dan pasangan basa DNA ini penting untuk mempelajari bagaimana DNA
diduplikasi atau digandakan.
Template dan Penyalinan DNA
Dasar dari penyalinan DNA adalah penyocokan pasangan basa DNA dari template atau DNA
induk. Pada tahap awal, struktur double helix akan dipisahkan dan masing-masing untaian
tunggal akan menjadi template atau DNA induk. Basa G akan berpasangan dengan basa C yang
baru dan basa T hanya akan berpasangan dengan basa A yang baru. Dengan demikian, masing-
masing helai DNA akan menjadi dasar salinan template untuk dibentuknya helai komplementer
DNA yang baru.
Sistem te
mplate pada proses replikasi DNA. Dengan memasangkan basa nuleotida dengan pasangannya,
maka dapat dilakukan replikasi DNA baru yang serupa dengan induknya
Proses pembentukan untaian baru DNA atau polimerisasi DNA dijalankan oleh enzim yang
dinamakan DNA polimerase. Enzim ini ditemukan tahun 1957. DNA polimerase menggunakan
deoksiribonukleosida trifosfat sebagai substratnya dan kemudian menggabungkan atau
mempolimerisasi substrat tersebut menjadi untaian DNA baru. Adapun sebagai dasar cetaknya,
cukup membutuhkan satu untaian dari template DNA induk.
Reaksi kimia sintesis DNA yang baru.
Penambahan deoksiribonukleosida yang baru di ujung 3′ adalah proses fundamental dalam
replikasi DNA.
Proses polimerisasi DNA oleh DNA polimerase dimulai dari datangnya deoksinukleosida
trifosfat bebas yang sesuai dengan pasangan basa dari ujung 3′ DNA template. Saat
deoksinukleosida trifosfat ini menempel, bentuk DNA polimerase yang seperti tangan akan
berubah, seperti tangan yang mengeratkan genggamannya ke DNA. Akibat perubahan ini, enzim
mendekatkan ujung gugus OH di posisi 3′ ke gugus firofiosfat pada deoksinukleosida trifosfat.
Hal ini menyebabkan reaksi, dibentuknya ikatan gula fosfat dan sebagai hasil samping keluar
gugus firofosfat. Proses ini dapat disimak pada bagan di bawah ini:
Katalisasi

pembentukan DNA baru oleh DNA polimerase. (A) Proses kimiawi dalam polimerisasi DNA
baru (B) Perubahan bentuk DNA polimerase mengkatalisasi proses pembentukan DNA baru.
Adapun yang dimaksud dengan 3′ dan 5′ adalah sistem penomoran atau posisi dari atom karbon
pada cincin deoksiribosa pada DNA atau ribosa pada RNA. Penomoran ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Penomoran atom karbon

pada deoksiribosa dan ribosa.


Proses Replikasi Asimetris pada Garpu Replikasi DNA
Proses replikasi DNA membutuhkan penguraian terlebih dahulu bentuk double helix. Akan
tetapi, proses replikasi DNA tidak perlu menunggu struktur double helix ini dibuka seluruhnya.
Ketika sebagian dari DNA mulai terbuka, maka proses replikasi ini dapat dimulai. Apabila kita
bayangkan, maka bentuk ini seperti “garpu”. Tampak struktur proses replikasi DNA seperti
gambar di bawah ini:
Garpu replikasi
Dari gambar di atas, tampak bahwa kedua helai untaian DNA induk menjadi template  bagi
terbentuknya DNA yang baru. Proses di atas dikatakan bahwa replikasi DNA berlangsung secara
“semikonservatif“.
Sifat semikonservatif replikasi DNA

Di garpu replikasi inilah tempat terjadinya kegiatan utama proses replikasi. Pada saat proses
replikasi terjadi, di titik tersebut tersusun kompleks multiprotein dan multienzim yang terlibat
dalam proses tersebut.
Apabila kita perhatikan di gambar sebelumnya, kita ketahui bahwa arah replikasi terjadi dari 5′
ke 3′ dari template yang berorientasi 3′ ke 5′. Namun, saat double helix dibuka, kedua untaian
memiliki orientasi yang berbeda satu sama lain (antiparalel). Hal ini menyebabkan proses
replikasi berbeda untuk setiap helai DNA dan juga membutuhkan set protein dan enzim yang
berbeda pula. Oleh sebab itu, proses replikasi di garpu replikasi bukanlah proses yang
simetris (asimetris).
Leading Strand, Lagging Strand, dan Fragmen Okazaki
Di garpu replikasi, helai DNA dengan orientasi 3′ ke 5′ akan diproses secara kontinu. Saat
fragmen dibuka sedikit demi sedikit, enzim polimerase akan memproses dari satu basa ke basa
selanjutnya. Helai DNA yang orientasi ini disebut leading strand. Adapun helai DNA dengan
orientasi yang berlawanan disebut lagging strand.
Adapun pada helai DNA yang berlawanan, proses ini tidak bisa dilakukan secara kontinu.
Bagaimana cara replikasi DNA di template dengan orientasi 5′ ke 3′? Pada tahun 1960-an,
dengan memanfaatkan zat radioaktif 3H-thymidine peneliti menemukan terdapat potongan-
potongan DNA di lagging strand dengan panjang 1000-2000 nukleotida yang dinamakan
fragmen Okazaki. Fragmen Okazaki juga disintesis dengan arah 5′ ke 3′ dan kemudian
disambungkan setelah potongan-potongan ini disintesis. Untuk lebih jelas, lihat gambar di bawah
ini:

Leading
strand, lagging strand, dan fragmen Okazaki
Perlunya Sistem Proofreading  pada Replikasi DNA
Proses replikasi DNA berlangsung relatif sangat cepat. Akan tetapi, walaupun cepat, namun
memiliki tingkat ketepatan yang baik. Tingkat kesalahan pada manusia hanya satu kesalahan
diantara 109 nukleotida yang disalin. Bayangkan seorang sekretaris hanya memiliki tingkat
kesalahan satu huruf diantara 1 milyar huruf yang dia ketik. Tingkat ketepatan tinggi ini
dikarenakan adanya sistem proofreading di tingkat seluler.
Apabila kita perhatikan, ternyata sistem pasangan basa cukup rentan mengalami kesalahan. Jika
ada sedikit perubahan geometri double helix, dapat terjadi dua ikatan hidrogen antara G dan T.
Padahal seharusnya G dan T tidak berpasangan (G dengan C dan A dengan T). Selain itu, dapat
terbentuk bentuk tautomeric yang langka dari keempat basa ini secara sementara.
Perubahan tautomeric adalah berpindahnya atom hidrogen di dalam satu molekul sehingga
merubah karakter dan bentuk isomer dari molekul tersebut. Perubahan tautomeric ini dapat
memungkinkan C berpasangan dengan A dari apda G. Bentuk tautomeric ini terdapat pada 1
diantara 104 sampai 105 molekul basa. Untuk lebih jelas, dapat disimak di gambar di bawah ini:
Perubahan tautomeric cytosine dan
adenine
DNA Polimerase Berperan dalam Proofreading dan Editing DNA
DNA polimerase merupakan lini pertama sistem proofreading saat replikasi berlangsung. Selain
melakukan replikasi, DNA polimerase juga dapat berfungsi mengecek dan mengedit DNA yang
salah. Hal ini diketahui dari studi atau penelitian terhadap berbagai macam DNA polimerase
seperti pada bakteri dan bahkan virus.
Proofreading oleh DNA polimerase

Seperti dijelaskan di atas, terkadang dapat terjadi nukleotida yang salah dimasukan ke
dalam strand DNA yang baru. Dalam keadaan normal, nukleotida yang tepat membuat proses
replikasi berjalan secara lancar. Namun pada saat masuk nukleotida yang salah, proses ini
berjalan lebih jauh lebih lambat. Hal ini memungkinkan enzim untuk melakukan cek ulang
apakah nukleotida yang dimasukan sudah sesuai atau sebelum dilakukan proses pembentukan
ikatan kovalen. Jadi cara ini berlaku sebelum terjadi pembentukan ikatan kovalen fosfodiester
nukleotida yang baru.
Sistem berikutnya adalah exonuclease proofreading. Proses ini berlangsung segera setelah ikatan
kovalen dengan nukleotida yang salah terbentuk. Dikarenakan adanya ketidakcocokan, maka
ikatan hidrogen tidak terbentuk dengan semestinya. Hal ini menyebabkan posisi molekul tidak
sesuai sehingga DNA polimerase akan berhenti melakukan replikasi.
Proses editing oleh DNA polimerase

Nukleotida yang salah ini kemudian akan dipindahkan ke situs lain dalam enzim DNA
polimerase. Kemudian, nukleotida yang salah ini akan dibuang dan diganti dengan nukleotida
yang seharusnya.
Apabila dibandingkan dengan proses translasi RNA, kesalahan pada proses replikasi 100.000
kali lebih sedikit. Hal ini berkat adanya sistem proofreading tersebut. RNA polimerase tidak
memiliki kemampuan editing seperti halnya DNA polimerase.
Sintesis RNA Primer Pendek pada Template Laging Strand DNA
Di leading strand, arah replikasi searah dengan pembukaan struktur double helix. Oleh sebab itu,
hanya diperlukan satu kali primer khusus yaitu pada saat dimulainya replikasi agar DNA
polimerase bisa mulai bekerja. Hal ini berbeda dengan lagging strand. Dijelaskan sebelumnya
bahwa pada lagging strand, arah replikasi berlawanan dengan arah pembukaan double helix. Saat
DNA polimerase selesai membuat satu fragmen Okazaki, maka enzim harus kembali ke garpu
replikasi untuk membuat fragmen Okazaki yang baru. Untuk setiap dimulainya fragmen Okazaki
baru perlu ada primer khusus untuk memulai replikasi.
Untuk keperluan ini, ada enzim khusus yang dinamakan DNA primase. Enzim ini berfungsi
membuat primer di lagging strand. Primer yang dibentuk berupa segmen RNA pendek yang
dikenali oleh DNA polimerase untuk memulai replikasi fragmen Okazaki yang baru. Pada
eukariota, RNA pendek itu terdiri dari 10 untai nukleotida dan dibuat dalam interval 100-200
nukleotida.
Sintesis RNA primer oleh DNA primase. RNA primer

diproduksi di lagging stranduntuk memulai dibentuknya fragmen Okazaki


Proses Penggabungan Fragmen Okazaki
Fragmen Okazaki akan selesai dibentuk apabila ujung 5′ bertemu dengan ujing 3′ dari RNA
primer fragmen sebelumnya. Setelahnya maka lagging strand akan terdiri dari RNA primer dan
fragmen Okazaki. Dibutuhkan proses lanjutan berupa penghilangan RNA primer dan
menyambungkan fragmen Okazaki menjadi satu strand yang utuh.
Pembentukan dan penggabungan fragmen Okazaki
Proses ini dijalankan oleh satu sistem perbaikan DNA khusus yang menghilangkan RNA primer
dan digantikan dengan DNA. Setelah itu, fragmen yang masih terputus akan disambungkan oleh
DNA ligase (reaksi di gambar di bawah).

Reaksi penggabungan
fragmen DNA oleh DNA ligase
Kenapa harus dibutuhkan RNA primer? Kenapa tidak langsung DNA primer saja sehingga tidak
perlu dihapus atau tidak perlu primer sama sekali? Ternyata hal ini berkaitan untuk mengurangi
jumlah eror atau kesalahan saat replikasi DNA. Enzim DNA polimerase yang dapat memulai
replikasi tanpa primer ternyata tidak efisien dalam proses koreksi DNA. Dengan menggunakan
RNA primer, tubuh secara otomatis menandakan tempat replikasi yang rentan eror sehingga
diperlukan perlakuan khusus agar proses replikasi dapat berlangsung seakurat mungkin.
Protein Pembuka Struktur Double Helix
Struktur double helix mencegah baik proses replikasi maupun translasi dari gen. Sebab itu, maka
sebelum proses replikasi, maka struktur ini harus dibuka terlebih dahulu. Agar DNA tetap
dibuka, maka ada dua protein yang bereperan yaitu DNA helikase dan single-strand DNA-
binding protein.
DNA Helikase
DNA helikase pertama kali diisolasi sebagai enzim yang menghidrolisis ATP saat menempel ke
DNA helai tunggal (single strand). Dengan melakukan hidrolisis ATP, DNA helikase dapat
menempel dan bergerak sepanjang DNA dan membelah struktur double helix DNA menjadi
dua single strand DNA.

Struktur
dan mekanisme kerja DNA helikase
Berbeda dengan RNA polimerase yang hanya bisa berjalan dari arah template 5′ ke 3′, DNA
helikase dapat berjalan dua arah. DNA helikase yang berjalan dari 5′ ke 3′ pada lagging
strand biasanya mengambil fungsi predominan dalam membelah struktur double helix DNA.
Single-Strand DNA-Binding (SSB) Protein
Struktur single-strand DNA-

binding (SSB) protein


Protein yang kedua adalah single-strand DNA-binding (SSB) protein atau nama lainnya helix-
destabilizing protein. Protein ini berfungsi menstabilkan sruktur single strand DNA. DNA yang
telah dibelah dari struktur double helix dapat membentuk gulungan yang mengganggu proses
replikasi. Dengan adanya SSB, single-strandDNA dapat tetap lurus sehingga memudahkan
proses replikasi.

Fungsi sin
gle-strand DNA-binding (SSB) protein
Struktur Sliding Ring Menahan DNA Polimerase menempel ke DNA Template Saat Proses
Replikasi
Sebenarnya dalam kondisi bebas, DNA polimerase hanya dapat mensintesis potongan pendek
DNA sebelum kemudian terlepas dari DNA template. Kecenderungan sifat DNA polimerase
untuk lepas ini penting untuk memungkinkan DNA polimerase yang baru saja menyelesaikan
fragmen Okazaki di lagging strand untuk lepas dan menempel ke tempat yang baru.
Akan tetapi pada leading strand, tentu sifat disosiasi ini tidak menguntungkan sehingga
diperlukan protein lain untuk membantu DNA polimerase tetap menempel ke DNA template.
Protein lain ini berbentuk seperti sliding clamp yang memegang DNA polimerase tetap
menempel ke DNA tempate.

Struktur
sliding clamp yang memegang DNA polimerase ke DNA. (A) Struktur kristalografi sinar X
protein sliding clamp bakteri E. coli. (B) Struktur 5 subunit clamp loader yang mengenggam
strand DNA. Untuk melepas clamp loader ini memerlukan hidrolisi ATP. (C) Diagram skematik
bagaimana clamp disusun untuk memegang DNA polimerase sepanjang enzim ini bergerak
dalam proses replikasi DNA.
Bagaimana cara sliding clamp ini dapat membantu DNA polimerase tetap menempel namun di
sisi lain tidak menghalangi enzim ini terdisosiasi saat replikasi sudah selesai?
Kondisi tersebut dapat dipenuhi karena struktur protein memperlihatkan bentuk cincin yang
melingkupi DNA double helix. Satu sisi cincin menempel pada bagian belakang DNA
polimerase dan sisi lainnya dapat bergeser secara bebas sewaktu DNA polimerase bergeser saat
replikasi.
Penyusunan klem di sekitar struktur DNA membutuhkan hidrolisis ATP oleh kompleks protein
khusus yaitu clamp loader. Protein ini menghidrolisi ATP agar struktur kompleks ini dapat
menempel ke batas primer dan template dari DNA.
Protein-protein di Garpu Repliaksi Bekerja Sama Membentuk Mesin Replikasi
Apabila kita simak penjelasan sejauh ini, tampak bahwa proses replikasi DNA memerlukan
banyak protein. Sebenarnya protein ini saling bergabung di garpu replikasi dan menjalankan
proses replikasi DNA secara efisien.
Garpu replikasi

DNA aktif. (A) Diagram memperlihatkan bagaimana susunan protein replikasi di garpu replikasi
saat replikasi DNA berlangsung. (B) Gambar mikroskop elektron mesin replikasi dari
bakteriofag T4 (C) Interpretasi mikrograf dari gambar mikroskop elekteron di atas.
Secara ringkas, kerja mesin replikasi ini terdiri dari di bagian depan dari garpu replikasi, enzim
DNA helikase membuka struktur heliks DNA. Dua enzim polimerase bekerja bekerja di bagian
garpu replikasi, satu di leading strand dan satu lagi di lagging strand. Di leading strand, DNA
polimerase bekerja secara kontinu sedangkan di lagging strand DNA polimerase bekerja dengan
interval pendek menggunakan RNA primer yang dibuat oleh DNA primase. Kedekatan struktur
protein-protein ini meningkatkan efisiensi proses replikasi DNA dan dimungkinkan karena
struktur protein penunjang di lagging strand dari garpu replikasi.
Susunan ini juga memungkinkan dapat menempelnya clamp DNA polimerase setiap kali
fragmen Okazaki disintesis. Clamp loader dan DNA polimerase di lagging strand dapat tetap
berada di tempat walaupun sudah lepas dari template. Mesin repliaksi ini membentuk grup atau
unit protein besar dengan ukuran >106 dalton.
Di belakang, mesin replikasi DNA meninggalkan serangkaian fragmen Okazaki yang belum
tersambung dan masih mengandung RNA primer. RNA kemudian dibuang dan sistem enzim
perbaikan DNA mengganti RNA menjadi DNA dan rangkaian yang belum tersambung diikat
oleh enzim DNA ligase.
Sistem Strand-Directed Mismatch Repair Membuang Kesalahan Replikasi yang Lolos dari
Mesin Replikasi
Walaupun telah ada mekanisme proofreading eksonuklease yang dijalankan DNA polimerase,
kesalahan replikasi DNA masih bisa lolos dari sistem ini. Untuk mengenali dan memperbaiki
kesalahan ini ada sistem lain yaitu strand-directed mismatch repair.
Agar sistem ini berjalan secara efektif, maka sistem ini harus mengenali strand yang baru
direplikasi dari strand  DNA template. Pada E.coli, pada DNA terdapat proses metilasi dari basa
A tertentu yakni pada sekuens GATC. Metilasi ini biasanya tidak berlangsung saat itu juga
namun menunggu strand yang baru direplikasi untuk selesai diinkorporasikan ke DNA double
helix baru.
Oleh sebab itu, strand DNA yang baru tidak punya pola metilasi di posisi A sekuens GATC.
Dengan demikian sistem akan mengenali segmen DNA yang baru sehingga mengenali segmen
DNA yang salah diduplikasi. Sistem ini terdiri dari 3 langkah yaitu mengenali kesalahan
replikasi, mengeluarkan segmen DNA yang mengandung kesalahan, dan membentuk DNA yang
baru untuk memperbaiki kesalahan.
Pada manusia, sistem ini juga berlaku. Pada individu yang mengalami defek pada sistem ini
memiliki predisposisi atau risiko untuk terkena kanker. Contohnya pada kasus kanker kolorektal
yaitu hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC) dimana apabila terjadi mutasi pada satu
gen lain yang fungsional akan mengganggu proses proofreading sehingga mutasi akan
berakumulasi dan munculah kanker.
Pada eukariota, mekanisme pengenalan DNA yang baru direplikasi tidak tergantung metilasi
DNA. Misalnya pada ragi dan Drosophila, pada kedua organisme ini DNA tidak dimetilasi.
Strand DNA yang baru direplikasi biasanya terdapat nick (single DNA break) yang merupakan
petanda strand yang baru direplikasi.
Model strand-

directed mismatch repair pada euakriota. (A) Skema mekanisme perbaikan (B) Struktur protein
MutS yang mengikat ke mismatch  DNA
DNA Topoisomerase Mencegah Kekusutan DNA Saat Replikasi
Ketika replikasi terus berlangsung, terjadi masalah karena adanya tahanan puntiran dari DNA
akibat kerja DNA helikase. Seperti saat kita membuka puntiran tambang, semakin dibuka
semakin kuat tahanan yang dirasakan. Begitu pula dengan untaian DNA.

Tahanan puntiran yang terjadi saat replikasi DNA


Untuk mengatasi masalah ini, terdapat protein yang dinamakan DNA topoisomerase. Enzim ini
merupakan nuklease reversibel yang memecah ikatan fosfodiester dari DNA dan kemudian
menyambungkan kembali ikatan tersebut. Terdapat dua tipe topoisomerase yaitu topoisomerase I
dan topoisomerase II.
Topoisomerase I
Topoisomerase I akan menyebabkan putusnya sementara satu strand DNA. Putusnya satu bagian
dari DNA ini akan memungkinkan rotasi dari untaian DNA. Hal ini akan mengurangi gaya
puntiran sehingga replikasi DNA dapat dilanjutkan.
Dikarenakan ikatan kovalen dari protein topoisomerase dengan fosfat DNA mempertahankan
tingkat energi yang ada, maka penyambungan kembali strand DNA berlangsung cepat dan tidak
membutuhkan energi tambahan.
Topoisomerase II
Tipe kedua dari topoisomerase adalah topoisomerase II. Enzim ini membentuk ikatan kovalen
pada kedua strand DNA pada waktu yang bersamaan. Akibatnya, DNA akan terputus secara
keseluruhan secara sementara. Enzim ini diaktifkan di kromosom dimana terdapat dua double
helix saling bersilangan membentuk simpul.
Saat topoisomerase II bertemu dua DNA yang bersilangan maka dengan menghidrolisis ATP
terjadi sebagai berikut: 1) memotong satu double helix secara reversibel membentuk “gerbang” ;
2) menyilangkan double helix kedua melewati gerbang yang dibentuk sebelumnya; 3)
menyambung ulang DNA yang sebelumnya diputus.
Dengan kerja topoisomerase II ini, akan mencegah kemungkinan terjadinya kekusutan pada
bentang DNA khususnya saat replikasi. Agar lebih jelas mengenai kerja topoisomerase II ini
dapat dilihat di gambar di bawah ini:
Mekanisme kerja topoisomerase I
Untaian DNA yang bertemali membentuk simpul.

Mekanisme kerja topoisomerase II


Kesamaan Proses Replikasi DNA pada Eukariota dan Bakteri
Informasi mengenai proses replikasi ini banyak berasal dari penelitian mengenai replikasi DNA
di bakteri dan bakteriofag. Pada dasarnya terdapat banyak kesamaan antara proses replikasi
bakteri dengan eukariota. Hanya saja, komponen protein pada mekanisme replikasi eukariota
lebih banyak. Sebagai contoh, protein SSB pada eukariota terdiri dari tiga subunit sedangkan
pada bakteri hanya satu unit.
Begitu pula dengan DNA primase eukariota yang terdiri dari enzim multisubunit pada eukariota.
Kompleks protein ini terdiri dari DNA polimerase yang dinamakan DNA polimerase α-primase.
Kompleks protein ini memulai setiap fragmen Okazagi pada lagging strand dengan NRA dan
kemudian meneruskan RNA primer dengan segmen pendek DNA. Pada titik ini, dua enzim
polimerase replikatif eukariota utama, δ dan ε datang dan melengkapi setiap segmen Okazaki dan
secara simultan juga memperpanjang leading strand.
Kompleksitas lainnya pada repliaksi DNA adalah adanya struktur nukleosom. Kromosom
eukariota tersusun secara struktural berulang dalam bentuk nukleosom. Pada dasarnya struktur
ini dapat memperlambat kerja replikasi pada eukariota 10 kali lebih lambat. Selain itu,
nukleosom tersusun sepanjang interval 100-200 nukleotida sehingga panjang fragmen Okazaki
pada eukariota lebih pendek yaitu 100-200 nukleotida dibandingkan 1000-2000 nukleotida pada
bakteri.
Buku Referensi Kedokteran
Berikut ini adalah beberapa buku teks yang dapat dipilih sebagai bahan pembelajaran khususnya
di bidang ilmu dasar kedokteran dan penyakit dalam. Format dapat berupa buku teks fisik
maupun e-book (aplikasi Kindle Google Play Store atau Apple Apps Store). Adapun yang sering
saya pakai misalnya:
Buku teks ilmu penyakit dalam atau internal medicine:
Harrison’s principles of internal medicine
Goldman-Cecil medicine
Pocket medicine: The Massachusetts General Hospital handbook of internal medicine
dan lain sebagainya
Buku teks kedokteran dasar:
Ganong’s review of medical physiology
Harper’s illustrated biochemistry 
Molecular biology of the cell
Atlas of human anatomy (Netter basic science)
dan lain sebagainya
Perlu saya informasikan apabila Anda membeli e-book atau bentuk fisik buku tersebut lewat
tautan atau pencarian di laman ini, maka Caiherang akan mendapat komisi dari pembelian
tersebut. Dana yang diperoleh akan dipakai untuk pemeliharaan rutin seperti server, plug-
in, design software, dan keperluan lainnya baik untu keperluan rutin maupun perbaikan
dari website Caiherang ini.
Kesimpulan
Replikasi DNA merupakan proses penting dalam perkembangbiakan sel. Proses ini memerlukan
kerja sama banyak protein termasuk DNA polimerase dan DNA primase untuk katalisasi
polimerase nukleotida, DNA helikase dan protein SSB untuk membuka double helix, DNA
ligase dan enzim yang mendegradasi RNA primer untuk menyambung fragmen di lagging
strand, DNA topoisomerase untuk mengurangi puntiran DNA dan mencegah kekusutan DNA
saat replikasi. Banyak protein ini saling berasosiasi di sekitar garpu replikasi membentuk mesin
replikasi dimana aktivitas dan gerak dari protein-protein tersebut saling terkoordinasi.

Anda mungkin juga menyukai