Kita ketahui bahwa struktur DNA berupa double helix yang tediri dari dua untai rantai polimer
DNA yang saling berpasangan secara komplementer. Struktur dasar tersebut dapat disimak di
gambar di bawah ini:
pembentukan DNA baru oleh DNA polimerase. (A) Proses kimiawi dalam polimerisasi DNA
baru (B) Perubahan bentuk DNA polimerase mengkatalisasi proses pembentukan DNA baru.
Adapun yang dimaksud dengan 3′ dan 5′ adalah sistem penomoran atau posisi dari atom karbon
pada cincin deoksiribosa pada DNA atau ribosa pada RNA. Penomoran ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Penomoran atom karbon
Di garpu replikasi inilah tempat terjadinya kegiatan utama proses replikasi. Pada saat proses
replikasi terjadi, di titik tersebut tersusun kompleks multiprotein dan multienzim yang terlibat
dalam proses tersebut.
Apabila kita perhatikan di gambar sebelumnya, kita ketahui bahwa arah replikasi terjadi dari 5′
ke 3′ dari template yang berorientasi 3′ ke 5′. Namun, saat double helix dibuka, kedua untaian
memiliki orientasi yang berbeda satu sama lain (antiparalel). Hal ini menyebabkan proses
replikasi berbeda untuk setiap helai DNA dan juga membutuhkan set protein dan enzim yang
berbeda pula. Oleh sebab itu, proses replikasi di garpu replikasi bukanlah proses yang
simetris (asimetris).
Leading Strand, Lagging Strand, dan Fragmen Okazaki
Di garpu replikasi, helai DNA dengan orientasi 3′ ke 5′ akan diproses secara kontinu. Saat
fragmen dibuka sedikit demi sedikit, enzim polimerase akan memproses dari satu basa ke basa
selanjutnya. Helai DNA yang orientasi ini disebut leading strand. Adapun helai DNA dengan
orientasi yang berlawanan disebut lagging strand.
Adapun pada helai DNA yang berlawanan, proses ini tidak bisa dilakukan secara kontinu.
Bagaimana cara replikasi DNA di template dengan orientasi 5′ ke 3′? Pada tahun 1960-an,
dengan memanfaatkan zat radioaktif 3H-thymidine peneliti menemukan terdapat potongan-
potongan DNA di lagging strand dengan panjang 1000-2000 nukleotida yang dinamakan
fragmen Okazaki. Fragmen Okazaki juga disintesis dengan arah 5′ ke 3′ dan kemudian
disambungkan setelah potongan-potongan ini disintesis. Untuk lebih jelas, lihat gambar di bawah
ini:
Leading
strand, lagging strand, dan fragmen Okazaki
Perlunya Sistem Proofreading pada Replikasi DNA
Proses replikasi DNA berlangsung relatif sangat cepat. Akan tetapi, walaupun cepat, namun
memiliki tingkat ketepatan yang baik. Tingkat kesalahan pada manusia hanya satu kesalahan
diantara 109 nukleotida yang disalin. Bayangkan seorang sekretaris hanya memiliki tingkat
kesalahan satu huruf diantara 1 milyar huruf yang dia ketik. Tingkat ketepatan tinggi ini
dikarenakan adanya sistem proofreading di tingkat seluler.
Apabila kita perhatikan, ternyata sistem pasangan basa cukup rentan mengalami kesalahan. Jika
ada sedikit perubahan geometri double helix, dapat terjadi dua ikatan hidrogen antara G dan T.
Padahal seharusnya G dan T tidak berpasangan (G dengan C dan A dengan T). Selain itu, dapat
terbentuk bentuk tautomeric yang langka dari keempat basa ini secara sementara.
Perubahan tautomeric adalah berpindahnya atom hidrogen di dalam satu molekul sehingga
merubah karakter dan bentuk isomer dari molekul tersebut. Perubahan tautomeric ini dapat
memungkinkan C berpasangan dengan A dari apda G. Bentuk tautomeric ini terdapat pada 1
diantara 104 sampai 105 molekul basa. Untuk lebih jelas, dapat disimak di gambar di bawah ini:
Perubahan tautomeric cytosine dan
adenine
DNA Polimerase Berperan dalam Proofreading dan Editing DNA
DNA polimerase merupakan lini pertama sistem proofreading saat replikasi berlangsung. Selain
melakukan replikasi, DNA polimerase juga dapat berfungsi mengecek dan mengedit DNA yang
salah. Hal ini diketahui dari studi atau penelitian terhadap berbagai macam DNA polimerase
seperti pada bakteri dan bahkan virus.
Proofreading oleh DNA polimerase
Seperti dijelaskan di atas, terkadang dapat terjadi nukleotida yang salah dimasukan ke
dalam strand DNA yang baru. Dalam keadaan normal, nukleotida yang tepat membuat proses
replikasi berjalan secara lancar. Namun pada saat masuk nukleotida yang salah, proses ini
berjalan lebih jauh lebih lambat. Hal ini memungkinkan enzim untuk melakukan cek ulang
apakah nukleotida yang dimasukan sudah sesuai atau sebelum dilakukan proses pembentukan
ikatan kovalen. Jadi cara ini berlaku sebelum terjadi pembentukan ikatan kovalen fosfodiester
nukleotida yang baru.
Sistem berikutnya adalah exonuclease proofreading. Proses ini berlangsung segera setelah ikatan
kovalen dengan nukleotida yang salah terbentuk. Dikarenakan adanya ketidakcocokan, maka
ikatan hidrogen tidak terbentuk dengan semestinya. Hal ini menyebabkan posisi molekul tidak
sesuai sehingga DNA polimerase akan berhenti melakukan replikasi.
Proses editing oleh DNA polimerase
Nukleotida yang salah ini kemudian akan dipindahkan ke situs lain dalam enzim DNA
polimerase. Kemudian, nukleotida yang salah ini akan dibuang dan diganti dengan nukleotida
yang seharusnya.
Apabila dibandingkan dengan proses translasi RNA, kesalahan pada proses replikasi 100.000
kali lebih sedikit. Hal ini berkat adanya sistem proofreading tersebut. RNA polimerase tidak
memiliki kemampuan editing seperti halnya DNA polimerase.
Sintesis RNA Primer Pendek pada Template Laging Strand DNA
Di leading strand, arah replikasi searah dengan pembukaan struktur double helix. Oleh sebab itu,
hanya diperlukan satu kali primer khusus yaitu pada saat dimulainya replikasi agar DNA
polimerase bisa mulai bekerja. Hal ini berbeda dengan lagging strand. Dijelaskan sebelumnya
bahwa pada lagging strand, arah replikasi berlawanan dengan arah pembukaan double helix. Saat
DNA polimerase selesai membuat satu fragmen Okazaki, maka enzim harus kembali ke garpu
replikasi untuk membuat fragmen Okazaki yang baru. Untuk setiap dimulainya fragmen Okazaki
baru perlu ada primer khusus untuk memulai replikasi.
Untuk keperluan ini, ada enzim khusus yang dinamakan DNA primase. Enzim ini berfungsi
membuat primer di lagging strand. Primer yang dibentuk berupa segmen RNA pendek yang
dikenali oleh DNA polimerase untuk memulai replikasi fragmen Okazaki yang baru. Pada
eukariota, RNA pendek itu terdiri dari 10 untai nukleotida dan dibuat dalam interval 100-200
nukleotida.
Sintesis RNA primer oleh DNA primase. RNA primer
Reaksi penggabungan
fragmen DNA oleh DNA ligase
Kenapa harus dibutuhkan RNA primer? Kenapa tidak langsung DNA primer saja sehingga tidak
perlu dihapus atau tidak perlu primer sama sekali? Ternyata hal ini berkaitan untuk mengurangi
jumlah eror atau kesalahan saat replikasi DNA. Enzim DNA polimerase yang dapat memulai
replikasi tanpa primer ternyata tidak efisien dalam proses koreksi DNA. Dengan menggunakan
RNA primer, tubuh secara otomatis menandakan tempat replikasi yang rentan eror sehingga
diperlukan perlakuan khusus agar proses replikasi dapat berlangsung seakurat mungkin.
Protein Pembuka Struktur Double Helix
Struktur double helix mencegah baik proses replikasi maupun translasi dari gen. Sebab itu, maka
sebelum proses replikasi, maka struktur ini harus dibuka terlebih dahulu. Agar DNA tetap
dibuka, maka ada dua protein yang bereperan yaitu DNA helikase dan single-strand DNA-
binding protein.
DNA Helikase
DNA helikase pertama kali diisolasi sebagai enzim yang menghidrolisis ATP saat menempel ke
DNA helai tunggal (single strand). Dengan melakukan hidrolisis ATP, DNA helikase dapat
menempel dan bergerak sepanjang DNA dan membelah struktur double helix DNA menjadi
dua single strand DNA.
Struktur
dan mekanisme kerja DNA helikase
Berbeda dengan RNA polimerase yang hanya bisa berjalan dari arah template 5′ ke 3′, DNA
helikase dapat berjalan dua arah. DNA helikase yang berjalan dari 5′ ke 3′ pada lagging
strand biasanya mengambil fungsi predominan dalam membelah struktur double helix DNA.
Single-Strand DNA-Binding (SSB) Protein
Struktur single-strand DNA-
Fungsi sin
gle-strand DNA-binding (SSB) protein
Struktur Sliding Ring Menahan DNA Polimerase menempel ke DNA Template Saat Proses
Replikasi
Sebenarnya dalam kondisi bebas, DNA polimerase hanya dapat mensintesis potongan pendek
DNA sebelum kemudian terlepas dari DNA template. Kecenderungan sifat DNA polimerase
untuk lepas ini penting untuk memungkinkan DNA polimerase yang baru saja menyelesaikan
fragmen Okazaki di lagging strand untuk lepas dan menempel ke tempat yang baru.
Akan tetapi pada leading strand, tentu sifat disosiasi ini tidak menguntungkan sehingga
diperlukan protein lain untuk membantu DNA polimerase tetap menempel ke DNA template.
Protein lain ini berbentuk seperti sliding clamp yang memegang DNA polimerase tetap
menempel ke DNA tempate.
Struktur
sliding clamp yang memegang DNA polimerase ke DNA. (A) Struktur kristalografi sinar X
protein sliding clamp bakteri E. coli. (B) Struktur 5 subunit clamp loader yang mengenggam
strand DNA. Untuk melepas clamp loader ini memerlukan hidrolisi ATP. (C) Diagram skematik
bagaimana clamp disusun untuk memegang DNA polimerase sepanjang enzim ini bergerak
dalam proses replikasi DNA.
Bagaimana cara sliding clamp ini dapat membantu DNA polimerase tetap menempel namun di
sisi lain tidak menghalangi enzim ini terdisosiasi saat replikasi sudah selesai?
Kondisi tersebut dapat dipenuhi karena struktur protein memperlihatkan bentuk cincin yang
melingkupi DNA double helix. Satu sisi cincin menempel pada bagian belakang DNA
polimerase dan sisi lainnya dapat bergeser secara bebas sewaktu DNA polimerase bergeser saat
replikasi.
Penyusunan klem di sekitar struktur DNA membutuhkan hidrolisis ATP oleh kompleks protein
khusus yaitu clamp loader. Protein ini menghidrolisi ATP agar struktur kompleks ini dapat
menempel ke batas primer dan template dari DNA.
Protein-protein di Garpu Repliaksi Bekerja Sama Membentuk Mesin Replikasi
Apabila kita simak penjelasan sejauh ini, tampak bahwa proses replikasi DNA memerlukan
banyak protein. Sebenarnya protein ini saling bergabung di garpu replikasi dan menjalankan
proses replikasi DNA secara efisien.
Garpu replikasi
DNA aktif. (A) Diagram memperlihatkan bagaimana susunan protein replikasi di garpu replikasi
saat replikasi DNA berlangsung. (B) Gambar mikroskop elektron mesin replikasi dari
bakteriofag T4 (C) Interpretasi mikrograf dari gambar mikroskop elekteron di atas.
Secara ringkas, kerja mesin replikasi ini terdiri dari di bagian depan dari garpu replikasi, enzim
DNA helikase membuka struktur heliks DNA. Dua enzim polimerase bekerja bekerja di bagian
garpu replikasi, satu di leading strand dan satu lagi di lagging strand. Di leading strand, DNA
polimerase bekerja secara kontinu sedangkan di lagging strand DNA polimerase bekerja dengan
interval pendek menggunakan RNA primer yang dibuat oleh DNA primase. Kedekatan struktur
protein-protein ini meningkatkan efisiensi proses replikasi DNA dan dimungkinkan karena
struktur protein penunjang di lagging strand dari garpu replikasi.
Susunan ini juga memungkinkan dapat menempelnya clamp DNA polimerase setiap kali
fragmen Okazaki disintesis. Clamp loader dan DNA polimerase di lagging strand dapat tetap
berada di tempat walaupun sudah lepas dari template. Mesin repliaksi ini membentuk grup atau
unit protein besar dengan ukuran >106 dalton.
Di belakang, mesin replikasi DNA meninggalkan serangkaian fragmen Okazaki yang belum
tersambung dan masih mengandung RNA primer. RNA kemudian dibuang dan sistem enzim
perbaikan DNA mengganti RNA menjadi DNA dan rangkaian yang belum tersambung diikat
oleh enzim DNA ligase.
Sistem Strand-Directed Mismatch Repair Membuang Kesalahan Replikasi yang Lolos dari
Mesin Replikasi
Walaupun telah ada mekanisme proofreading eksonuklease yang dijalankan DNA polimerase,
kesalahan replikasi DNA masih bisa lolos dari sistem ini. Untuk mengenali dan memperbaiki
kesalahan ini ada sistem lain yaitu strand-directed mismatch repair.
Agar sistem ini berjalan secara efektif, maka sistem ini harus mengenali strand yang baru
direplikasi dari strand DNA template. Pada E.coli, pada DNA terdapat proses metilasi dari basa
A tertentu yakni pada sekuens GATC. Metilasi ini biasanya tidak berlangsung saat itu juga
namun menunggu strand yang baru direplikasi untuk selesai diinkorporasikan ke DNA double
helix baru.
Oleh sebab itu, strand DNA yang baru tidak punya pola metilasi di posisi A sekuens GATC.
Dengan demikian sistem akan mengenali segmen DNA yang baru sehingga mengenali segmen
DNA yang salah diduplikasi. Sistem ini terdiri dari 3 langkah yaitu mengenali kesalahan
replikasi, mengeluarkan segmen DNA yang mengandung kesalahan, dan membentuk DNA yang
baru untuk memperbaiki kesalahan.
Pada manusia, sistem ini juga berlaku. Pada individu yang mengalami defek pada sistem ini
memiliki predisposisi atau risiko untuk terkena kanker. Contohnya pada kasus kanker kolorektal
yaitu hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC) dimana apabila terjadi mutasi pada satu
gen lain yang fungsional akan mengganggu proses proofreading sehingga mutasi akan
berakumulasi dan munculah kanker.
Pada eukariota, mekanisme pengenalan DNA yang baru direplikasi tidak tergantung metilasi
DNA. Misalnya pada ragi dan Drosophila, pada kedua organisme ini DNA tidak dimetilasi.
Strand DNA yang baru direplikasi biasanya terdapat nick (single DNA break) yang merupakan
petanda strand yang baru direplikasi.
Model strand-
directed mismatch repair pada euakriota. (A) Skema mekanisme perbaikan (B) Struktur protein
MutS yang mengikat ke mismatch DNA
DNA Topoisomerase Mencegah Kekusutan DNA Saat Replikasi
Ketika replikasi terus berlangsung, terjadi masalah karena adanya tahanan puntiran dari DNA
akibat kerja DNA helikase. Seperti saat kita membuka puntiran tambang, semakin dibuka
semakin kuat tahanan yang dirasakan. Begitu pula dengan untaian DNA.