Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TELAAH JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan


Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3)

Dosen Pengampu: Feri Ekaprasetia, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Muthia Maharani Yahya (19010099)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES dr. SOEBANDI JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan Makalah Telaah Jurnal sebagai tugas dari mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan (K3). Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Probolinggo, 18 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... ⅰ

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ⅱ

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Tujuan.................................................................................................. 2

1.3 Manfaat................................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................ 3

A. Telaah Isi Jurnal.................................................................................. 3

B. Kekurangan dan Kelebihan................................................................... 4

C. Penerapan Jurnal................................................................................... 4

BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 5

A. Kesimpulan........................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 6

Lampiran Jurnal........................................................................................................ 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petani merupakan kelompok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Meski ada


kecendrungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian
masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja(1) . Banyaknya tenaga kerja yang
bekerja dibidang pertanian memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal
kesehatan dan keselamatan kerja.
Upaya meningkatkan hasil pertanian yang optimal, diterapkan berbagai teknologi,
antara lain penggunaan pestisida. Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia
beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang merugikan
manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan di
bidang kesehatan (bidang pemukiman dan rumah tangga) dan terutama dalam bidang
pertanian. Pada sektor pertanian, penggunaan pestisida secara tidak langsung berdampak
penting pada peningkatan hasil pertanian. Namun demikian, pengunaan pestisida secara
terus menerus justru mengakibatkan pencemaran pada tanah pertanian(3) . Selain
lingkungan, pengunaan pestisida juga berdampak langsung pada kesehatan manusia, salah
satunya adalah dapat menimbulkan efek keracunan (intoksikasi). Jumlah kasus intoksikasi
pestisida setiap tahun yang tercatat di puskesmas sebanyak 3-5 kasus. Catatan kasus ISPA
dan intoksikasi ini tentunya memerlukan perhatian khusus berkaitan dengan penyebabnya.
Faktor predisposisi timbulnya kasus ISPA pada penduduk desa Antapan adalah tindakan
berisiko tinggi mereka yang akrab dengan pestisida dalam melakukan pekerjaan mereka
dalam bercocok tanam. Pestisida sebagai bahan kimia yang telah diketahui memiliki efek
terhadap kesehatan baik akut maupun kronis bagi seseorang yang seringkali menerima
paparan pestisida. Pengorganisasian petani sayur di desa Antapan yang belum terangkum
dalam sebuah wadah kelompok tani menjadi salah satu fenomena yang dirasakan pentani
di desa Antapan sebagai faktor penyulit capaian Dinas Pertanian maupun Dinas
Kesehatan dalam upaya promotif dan preventif Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
bagi petani.

1
1.2 Tujuan

A. Mengetahui pentingnya K3 di lingkungan pertanian

B. Mengetahui faktor timbulnya kasus ISPA pada petani

C. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan petani

D. Mengetahui pentingnya K3 di bidang pertanian

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

A. Bagi petani, dari hasil pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuan tentang K3 dalam pekerjaan mereka sebagai petani.
Serta petani mampu menerapkan penggunaan APD guna mencegah keracunan
pestisida

B. Bagi petugas kesehatan di desa Antapan, hasil dari pelatihan yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang prinsip K3 pertanian agar
bisa dilakukan tindakan promotif untuk kedepannya

C. Bagi warga desa Antapan, hasil dari penerapan penelitian ini dapat memberikan
refrensi dalam meningkatkan pengetahuan K3 yang dilakukan tenaga kesehatan.
Serta warga desa Antapan dapat mendukung tenaga kesehatan untuk memberikan
tindakan yang lebih berfariasi yang berhubungan dengan K3.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. TELAAH ISI JURNAL

Judul : PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PERTANIAN DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN
TABANAN
Penulis : Made Kurnia Widiastuti Giri
Metode Penelitian : Pelatiahan K3 menggunakan metode ceramah, diskusi, dan praktek
pendampingan.
Isi Jurnal :
 Kenapa jurnal itu diteliti : Karena kurangnya pengetahuan petani tentang manfaat APD
untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pertanian terutama
dalam penggunaan pestisida.
 Tujuannya : Untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap petani tentang APD
dengan tindakan kesehatan dan keselamatan kerja di ruang lingkup pertanian
 Metode : Pelatiahn K3 ini diberikan dalam metode ceramah, diskusi dan praktek
pendampingan berlangsung sangat efektif dengan tercapainya tujuan pengabdian berupa
peningkatan wawasan.
 Sampel : Sampel dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan dan petani di wilayah
desa Antapan yang seluruhnya berjumlah 50 orang.
 Hambatan Penelitian : Tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
sangat rendah serta kendala medan yang cukup terjal karena area desa berada di lereng
bukit.

3
B. Kekurangan dan Kelebihan

a. Kelebihan Jurnal
Penulisan judul sudah benar dicetak dengan huruf besar/capital, dicetak tebal
(bold). Penulisan nama penulis juga sudah benar, nama penulis ditulis di bawah
judul tanpa gelar, tidak boleh disingkat, diawali dengan huruf kapital, tanpa diawali
dengan kata “oleh”, alamat surel (email) ditulis di bawah nama penulis. Tata cara
penulisan dan isi abstrak sudah baik karena penulis dapat memberikan penjelasan
menyeluruh mengenai kegiatan penelitian tentang pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) pertanian di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan serta menjelaskan latar belakang jurnal penelitian yang dibuat secara
ringkas, tepat dan jelas. Dalam penulisan jurnal jenis huruf yang digunakan sama,
penggunaan system penomoran (numbering) juga tersusun dengan baik. Space
penulisan juga sangat rapi, tidak ada paragraph yang menjorok kedalam ataupun
keluar, semuanya teratur.

b. Kekurangan Jurnal
Pada tujuan penelitian penulis tidak menyertakan tujuan khusus dan pada hasil
penelitian, penulis tidak menggunakan tabel atau diagram yang bisa membantu
menjelaskan dari hasil penelitian itu sendiri. Hasil penelitian mengandung banyak
angka yang jika ditulis biasa atau tidak menggunakan table/diagram maka tulisan
terlihat tidak rapi selain itu, pembaca juga akan kesulitan membaca dan bisa
membacanya berulang-ulang.

C. Analisis EBP dan Penerapan Jurnal


Dalam jurnal ini menjelaskan tentang cara meningkatkan pengetahuan petani
dan petugas kesehatan dalam penggunaan pestisida secara aman dan penggunaan
bahan kimia berbahaya secara benar agar tidak membahayakan diri petani dan
lingkungannya serta upaya pencegahan dan pengobatan penyakit yang berkaitan
dengan pekerjaannya. Jurnal ini bisa digeneralisir dan diterapkan di seluruh
indonesia, karena pengetahuan yang baik dan tindakan yang benar perawat dan
4
petani dalam menjelaskan dan menerapkan penggunaan APD pada saat melakukan
penyemprotan pestisida akan mengurangi resiko terjadinya kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Bagian Atas (ISPA).

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari telaah terhadap jurnal berjudul Pelatihan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Pertanian Di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan adalah bahwa jurnal tersebut telah sesuai dalam kaidah penulisan jurnal
dan dapat digunakan sebagai acuan. Adapun rekomendasi terhadap jurnal ini yaitu
sebaiknya sertakan tujuan khusus dan gunakan tabel atau diagram yang bisa
membantu menjelaskan dari hasil penelitian itu sendiri agar pembaca lebih mudah
memahami.

5
DAFTAR PUSTAKA

Giri, Made Kurnia Widiastuti. 2016. Pelatihan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Pertanian Di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,
Tabanan, Bali

6
PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PERTANIAN DI DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI,
KABUPATEN TABANAN
Made Kurnia Widiastuti Giri

Universitas Pendidikan Ganesha


Email: widiastutikurnia@yahoo.com

Abstrak
Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Pertanian dan perkebunan dapat dianggap
sebagai satu masyarakat tertutup, sehingga usaha-usaha kesehatan pun harus disesuaikan dengan
sifat-sifat masyarakat demikian, dalam arti menyelenggarakan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri.
Perilaku K3 yang tepat dalam penggunaan pestisida sangat penting sebagai upaya pencegahan
keracunan, sehingga perilaku K3 petani pengguna pestisida perlu disosialisasikan secara terintegrasi.
Melalui wawancara awal tentang K3 dengan petugas kesehatan yang berprofesi sebagai bidan desa,
diperoleh beberapa fakta yang menggambarkan kebutuhan akan penyelenggaraan pelatihan K3
dimana 1) adanya faktor penyebab lainnya yang juga mempengaruhi tertundanya usaha promotif
Puskesmas yaitu masih rendahnya pengetahuan tentang prinsip K3 pertanian yang dimiliki oleh
petugas kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi Saluran
Pernafasan Atas pada pasien yang bekerja sebagai petani, dan 3) Kejadian kasus keracunan
pestisida akut pernah ditangani yang dialami oleh pasien yang merupakan petani di Desa Antapan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara lainnya dengan masyarakat desa Antapan yang
mayoritas bekerja sebagai petani maka ditemukan beberapa hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami
keluhan tentang kondisi kesehatan utamanya gangguan saluran pernafasan dengan beberapa
diantaranya mengalami gangguan pencernaan, 2) Petani kurang memahami tentang K3 dikarenakan
rendahnya pengetahuan mereka serta belum adanya pembinaan K3 bagi mereka yang mereka
jadikan sebuah kebutuhan karena adanya kasus keracunan yang pernah terjadi pada petani di
wilayah desa Antapan tersebut. Pelatiahn K3 diberikan dalam metode ceramah, diskusi dan praktek
pendampingan berlangsung sangat efektif dengan tercapainya tujuan pengabdian berupa
peningkatan wawasan. Pada saat dilaksanakan monitoring evaluasi setelah 2 minggu pelaksanaan,
masyarakat petani desa Antapan telah menerapkan prinsip K3 pada keseharian mereka melakukan
pekerjaannya.

Kata kunci : Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3), Petani Desa Antapan

Abstract
Farmers are the largest working group as occupation in Indonesia. Agriculture and plantations can be
considered as a closed society, so that health efforts must be adjusted to the properties of such
communities, in the sense of organizing themselves and for their own needs. Occupational Health and
Safet ar in Indonesia known as Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3) proper behavior in the use of
pesticides is very important for prevention of poisoning, so that the behavior of pesticide users K3
farmers need to be socialized in an integrated manner. Through an initial interview about K3 with
health workers who work as midwives, obtained some facts that illustrate the need for organizing
training K3 where 1) the existence of other factors that also affect the delay in efforts promotive health
center is still lack of knowledge about the principle of K3 farm owned by officer health whose
jurisdiction the village Antapan, 2) The prevalence of Upper Respiratory Tract Infections in patients
who work as farmers, and 3) incident cases of acute pesticide poisoning ever dealt with that
experienced by patients who are farmers in the village Antapan. Based on observations and
interviews with other villagers Antapan majority worked as a farmer, found the following points: 1)
Farmers have complaints about the health condition of the main respiratory disorders with some of
them experiencing indigestion, 2) Farmers have less conception of K3 due to their lack of knowledge
and the lack of guidance K3 for those whom they made a requirement because of the poisoning cases
that have occurred on farmers in the village area Antapan. K3 agriculture training given in a lecture,
discussion and practice of mentoring takes place very effectively with the achievement of the devotion
of increased insight. At the time of monitoring and evaluation carried out after 2 weeks of
7
implementation, Antapan rural farming communities have applied the principle of K3 in their daily lives
to do his occupational activity.

Keywords: Occupational health and safety , agriculture, Antapan Village

PENDAHULUAN menyelenggarakan sendiri dan untuk


Petani merupakan kelompok kerja kebutuhan sendiri. Dalam hal ini sesuai
terbesar di Indonesia. Meski ada pula dengan luas lahan pertanian atau
kecenderungan semakin menurun, perkebunan yang sudah sepatutnya ada
angkatan kerja yang bekerja di sektor usaha-usaha meliputi bidang preventif dan
pertanian masih berjumlah 42 juta orang kuratif, baik mengenai penyakit umum,
atau sekitar 40% dari angkatan kerja. kecelakaan kerja, dan penyakit akibat
Banyak wilayah kabupaten di Indonesia kerja. Puskesmas Pembantu Desa
yang mengandalkan pertanian, termasuk Antapan sebagai fasilitas kesehatan
perkebunan sebagai sumber penghasilan primer yang sedianya memberikan
daerah. Utamanya di Provinsi Bali, layanan kesehatan promotif, preventif dan
pariwisata dan pertanian menjadi dua kuratif sederhana. Program Kegiatan
lumbung penghasil pendapatan daerah.. Puskesmas Pembantu Desa Antapan
Dalam perspektif kesehatan dan yang telah dilaksanakan selama ini
keselamatan kerja penerapan teknologi berupa tindakan preventif dan kuratif
pertanian adalah memiliki sisi dependent sederhana yang rutin setiap satu bulan
health risk. Oleh karena itu ketika terjadi sekali melalui kegiatan posyandu. Upaya
sebuah pemilihan sebuah teknologi, promotif diakui belum dapat dilaksanakan
secara implisit akan terjadi perubahan oleh petugas dikarenakan keterbatasan
faktor resiko kesehatan. Penerapan jumlah petugas serta ketersediaan waktu.
teknologi baru di pertanian memerlukan Melalui wawancara awal tentang K3
adaptasi sekaligus keterampilan. Adaptasi dengan petugas kesehatan yang
yang dialami tentunya adalah adaptasi berprofesi sebagai bidan desa, diperoleh
terhadap interaksi petani dan lingkungan beberapa fakta yang menggambarkan
serta kondisi kesehatannya. Sebagai kebutuhan akan penyelenggaraan
contohnya teknologi mencangkul kini pelatihan K3 dimana 1) adanya faktor
digantikan dengan traktor, hal ini jelas penyebab lainnya yang juga
mengubah faktor resiko kesehatan dan mempengaruhi tertundanya usaha
keselamatan kerja yang dihadapi oleh promotif Puskesmas yaitu masih
petani. Demikian pula dengan rendahnya pengetahuan tentang prinsip
penggunaan pestisida , seperti indikasi K3 pertanian yang dimiliki oleh petugas
penggunaan dalam upaya pemberantasan kesehatan yang wilayah kerjanya di Desa
hama, takaran penggunaan , teknik Antapan, 2) Adanya prevalensi Infeksi
penyemprotan, dan lain-lain. Ironisnya Saluran Pernafasan Atas pada pasien
teknologi baru ini memiliki potensi bahaya yang bekerja sebagai petani, dan 3)
kesehatan akut dan kronik. Pestisida Kejadian kasus keracunan pestisida akut
merupakan bahan kimia untuk membunuh pernah ditangani yang dialami oleh
hama tanaman. Apabila tidak tepat dalam pasien yang merupakan petani di Desa
penggunaannya, bisa menyebabkan Antapan. Berdasarkan hasil observasi dan
keracunan. Perilaku K3 yang tepat dalam wawancara lainnya dengan masyarakat
penggunaan pestisida sangat penting desa Antapan yang mayoritas bekerja
sebagai upaya pencegahan keracunan, sebagai petani maka ditemukan beberapa
sehingga perilaku K3 petani pengguna hal berikut ini yaitu 1) Petani mengalami
pestisida perlu disosialisasikan secara keluhan tentang kondisi kesehatan
terintegrasi. Pertanian dan perkebunan utamanya gangguan saluran pernafasan
dapat dianggap sebagai satu masyarakat dengan beberapa diantaranya mengalami
tertutup, sehingga usaha-usaha gangguan pencernaan, 2) Petani kurang
kesehatan pun harus disesuaikan dengan memahami tentang K3 dikarenakan
sifat-sifat masyarakat demikian, dalam arti
8
rendahnya pengetahuan mereka serta
belum adanya pembinaan K3 bagi mereka Dinas Kesehatan dalam upaya promotif
yang mereka jadikan sebuah kebutuhan dan preventif Keselamatan dan
karena adanya kasus keracunan yang
pernah terjadi pada petani di wilayah desa
Antapan tersebut.

SUMBER INSPIRASI
Desa Antapan di Kecamatan Baturiti
memiliki penduduk 1.065 Kepala
Keluarga (KK) yang mayoritas pekerjaan
sebagai petani (745 KK) yang tersebar di
6 (enam) banjar (dusun) yaitu Banjar
Anatapan, Banjar Talampati, Banjar
Tohjiwa, Banjar Mayungan Anyar, Banjar
Mayungan Let, dan Banjar Gelogor.
Lahan pertanian didominasi dengan
penanaman tanaman sayur dan buah
seperti strawberry, tomat, kubis, sawi
putih, wortel dan paprika. Data awal yang
kami peroleh dari pencatatan prevalensi
kasus di poliklinik Puskesmas Pembantu
Desa Antapan, masyarakat usia produktif
menyumbangkan 35-50 kasus Infeksi
Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA)
setiap bulannya. Dari jumlah kasus
tersebut, sekitar 80 % pasien bekerja
sebagai petani. Kasus keracunan
(intoksikasi) akut pernah dirujuk oleh
puskesmas pembantu di desa Antapan ini
yang dialami oleh seorang petani sehabis
melakukan pembasmian hama dengan
penyemprotan pestisida. Jumlah kasus
intoksikasi pestisida setiap tahun yang
tercatat di puskesmas sebanyak 3-5
kasus. Catatan kasus ISPA dan
intoksikasi ini tentunya memerlukan
perhatian khusus berkaitan dengan
penyebabnya. Faktor predisposisi
timbulnya kasus ISPA pada penduduk
desa Antapan adalah tindakan berisiko
tinggi mereka yang akrab dengan
pestisida dalam melakukan pekerjaan
mereka dalam bercocok tanam. Pestisida
sebagai bahan kimia yang telah diketahui
memiliki efek terhadap kesehatan baik
akut maupun kronis bagi seseorang yang
seringkali menerima paparan pestisida.
Pengorganisasian petani sayur di desa
Antapan yang belum terangkum dalam
sebuah wadah kelompok tani menjadi
salah satu fenomena yang dirasakan
pentani di desa Antapan sebagai faktor
penyulit capaian Dinas Pertanian maupun

9
Kesehatan Kerja (K3) bagi petani. Petani % dari total petani yang bekerja.
desa Antapan selama ini berkembang Penggunaan APD yang digunakan
sebagai petani yang mandiri dengan ternyata belum memenuhi syarat dalam
bekal pengetahuan sangat minimal prinsip K3. Petani di desa Antapan
tentang K3. Penuturan dari pihak aparat menyadari pengetahuan mereka tentang
desa dan petugas Puskesmas K3 dalam pekerjaan mereka bertani masih
setempat menggambarkan rendah sehingga petani di desa Antapan
penerapan teknologi pertanian sederhana memerlukan adanya pelatihan untuk
seperti penggunaan traktor dan meningkatkan
pemanfaatan pestisida belum dibarengi pengetahuan mereka tentang K3 serta
dengan pengetahuan tentang K3 yang keterampilan mengaplikasiskan
bermuara pada tindakan beresiko tinggi pengethuan tersebut yang pada akhirnya
yang berdampak pada kondisi kesehatan nanti bermuara pada peningkatan status
petani di desa Antapan. Berdasarkan kesehatan mereka. Berdasarkan analisis
observasi awal setelah mengkaji hasil permasalahan dan kebutuhan akan
wawancara dengan aparat desa, petugas pemecahan dari masalah yang dihadapi
kesehatan dan juga petani di desa oleh petani di desa Antapan tersebut
Antapan, maka didapatkan perilaku yang maka diperlukan sebuah usaha untuk
tergolong tindakan beresiko tinggi yang memenuhi permintaan petani di desa
terkait dengan lonjakan kasus ISPA tersebut untuk diadakannya sebuah usaha
dalam catatan kunjungan peningkatan pengetahuan dan
Puskesmas Pembantu di setiap keterampilan tentang K3. Upaya K3 yang
bulannya. Perilaku yang kurang diberikan nantinya dalam pelatihan seperti
memperhatikan prinsip K3 dalam bagaimana menggunakan pestisida
pemanfaatan pestisida salah satunya secara aman, bagaimana menggunakan
adalah minimalnya penggunaan Alat bahan kimia berbahaya secara benar agar
Pelindung Diri (APD). Berdasarkan tidak membahayakan diri petani dan
observasi awal di lapangan, petani yang lingkungannya serta upaya pencegahan
menggunakan APD hanya sebanyak 10
dan pengobatan penyakit yang berkaitan program P2M ini adalah pelatihan yang
dengan pekerjaannya. ditujukan kepada petugas kesehatan
dan petani di desa Antapan. Dalam hal
meningkatkan,pengetahuan

petugas kesehatan dan petani maka


metode pelatihan dipilih dibandingkan
metode seminar. Hal ini dikarenakan
informasi lebih mudah diserap dan
diingat apabila materi diberikan ke
dalam bentuk yang lebih nyata atau
bentuk pengalaman dibandingkan
hanya dalam bentuk lisan atau tulisan.
Keterkaitan program P2M yang akan
dilakukan dengan berbagai pihak yaitu
Universitas Pendidikan Ganesha,
Aparat Desa Antapan, Puskesmas
Kecamatan Baturiti serta Dinas
Kesehatan dan Dinas Pertanian
Gambar 01. Penggunaan APD Sesuai Kabupaten Tabanan sebagaimana
Prinsip K3 dalam Aktivitas Penyemprotan memang dalam permasalahan di
Pestisida (Sumber : Balai Hiperkes, 2010) bidang kesehatan umumnya diperlukan
keterkaitan berbagai pihak.
Pelaksanaan pelatihan tentan
METODE Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Metode yang digunakan dalam
10
dilaksanakan dengan metode pelatihan bidangnya. Memberikan
yang disambut antusias oleh seluruh pengetahuan dasar tentang K3
peserta. 2. Diskusi setelah penyampaian
Metode pelaksanaan pelatihan berupa : materi
1. Penyampaian materi oleh 3. Pendampingan oleh narasumber
narasumber yang kompeten di dan tim pelaksana (praktek
menggunakan alat pelindung diri)
4. Evaluasi pendampingan dengan
diskusi akhir untuk menatik
simpulan kegiatan

KARYA UTAMA
Sasaran dari pelatihan ini adalah
petugas kesehatan dan petani di wilayah
desa Antapan yang seluruhnya berjumlah
50 orang. Petugas kesehatan di
Puskesmas Pembantu merupakan
petugas yang lebih sering kontak dan
lebih dekat dengan petani dibandingkan
dengan petugas kesehatan lainnya.
Dengan kemantapan pengetahuan yang
nantinya dimiliki diharapkan petugas
kesehatan tidak hanya semata melakukan
rutinitas kegiatan pelayanan kesehatan
bagi pasien yang datang ke Puskesmas
saja tetapi nantinya dalam program
pendampingan dapat melaksanakan
promosi dan pemyuluhan kesehatan
tentang K3 kepada petani di wilayah desa
Antapan. Meningkatnya pengetahuan
petani melalui pelatihan ini sebagai
peserta nantinya diharapkan dapat
memberikan pengaruh besar bagi
peningkatan kesadaran aplikasi prinsip K3
di wilayah Desa Antapan demi
peningkatan status kesehatannya.

ULASAN KARYA
Pihak mitra menyambut kegiatan
pelatihan ini dengan sangat antusias dan
penuh rasa kekeluargaan. Kendala medan
yang cukup terjal karena area desa
berada di lereng bukit tidak menjadi
hambatan bagi tim pelaksana dikarenakan
petani serta aparat desa dan pihak
puskesmas menyambut kami dengan
sangat baik. Tempat pelaksanaan di balai
pertemuan yang dekat dengan kandang
dari kelompok tani di desa antapan yang
telah sering menjuarai perlombaan tingkat
provinsi. Namun di awal pelatihan, tingkat
pengetahuan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja sangat rendah. Dan
kemudian sangat berbangga tim

11
pelaksana dan mitra dapat bersama
memberikan peningkatan wawasan Antapan , Kecamatan Baturiti.
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
bagi petani di desa antapan.

DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN


Hasil pelaksanaan program P2M ini
diharapkan nantinya dapat digunakan
sebagai masukan kepada Dinas
Kesehatan dan Puskesmas Kecamatan
Baturiti yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
program perbaikan status kesehatan
masyarakat di desa Antapan khususnya
serta di wilayah lainnya di Kabupaten
Tabanan yang mayoritas bekerja di
bidang pertanian dan perkebunan
sehingga dapat dilaksanakan pemantapan
program melalui usaha peningkatan
pengetahuan petugas kesehatan dan
kader tentang prinsip K3 sebagai upaya
peningkatan status kesehatan
masyarakat. Dengan kemampuan dalam
memberikan Komunikasi, Informasi serta
Edukasi yang prima maka petugas
kesehatan dan kader nantinya akan dapat
memberikan kegiatan promosi dan
penyuluhan kesehatan yang tepat guna
mendukung program promotif dan
preventif terkait K3. Melalui promosi dan
penyuluhan kesehatan yang baik
diharapkan pengetahuan masyarakat
petani khususnya tentang K3 menjadi
lebih baik yang tentunya akan
meningkatkan status kesehatannya.

KESIMPULAN
Kegiatan pengabdian dalam bentuk
pelatihan ini telah berhasil mencapai
tujuannya yaitu meningkatkan
pengetahuan petani tentang peran penting
penerapan prinsip K3 bagi kesehatan
petani di desa Antapan , Kecamatan
Baturiti dan menekankan pentingnya nilai
status kesehatan manusia yang tidak
dapat digantikan oleh harta benda
maupun uang. Melalui pelatihan dengan
mengusung slogan “ Sehat sayurku, sehat
petaniku” dalam tehnik demonstrasi
tentang pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) yang lengkap dan benar maka
faktor enabling yaitu ketersediaan dan
kemudahan pemakaian APD akan dapat
diterima dengan baik oleh petani di desa

12
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, W.F. 1998. Managing Human
Resources – Productivity Quality of
Work Life, Profits. Edisi ke-5.
McGraw Hill, Amerika Serikat.
Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di
Perusahaan. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Santoso, G. 2004. Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Prestasi Pustaka, Jakarta.
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerbit PPM, Jakarta.
Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai
Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan
Penerbit

Universitas Diponegoro,Semarang.
Jung DY, Kim HC, Leem JH, Park SG,
Lee DH, Lee SJ dan Kim GW,
2011.Estimatedoccupational injury
rate and work related factors based
on data from the fourth Korea
National Health and Nutrition
Examination Survey. Korean
Journal Occupational Environment
Medicine
, 23(2):149–163.
Chae H, Kyungdoo M, Youn K, Jinwoo
P3, Kyungran K1, Hyocher K1 and
Kyungsuk L, 2014.Estimated rate of
agricultural injury: the Korean
Farmers’ Occupational Disease and
Injury Survey Chae et al. Annals of
Occupational and Environmental
Medicine , 26:8

13

Anda mungkin juga menyukai