Anda di halaman 1dari 5

1.

Latar Belakang

Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen di rumah sakit yang
dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Sebagai unit
pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat, komponen pelayanan di instalasi
gawat darurat harus memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan penderita
gawat darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang harmonis dengan
unit-unit dan instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Menurut Depkes RI (2006) dalam Pedoman Pelayanan Gawat Darurat (PPGD), petugas
kesehatan di instalasi gawat darurat di rumah sakit terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau
perawat yang telah mendapat pelatihan penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh
perwakilan unit-unit lain yang bekerja di instalasi gawat darurat dimana sekitar 60 % dari tenaga
kesehatan yang ada di rumah sakit merupakan perawat (Depkes RI, 2006).

Klasifikasi perawat menurut Depkes RI (2006) terdiri dari perawat pengelola dan
perawat pelaksana. Perawat pelaksana dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam pelayanan di rumah sakit meliputi pelaksanaan
asuhan keperawatan serta kegiatan yang mendukung pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Khusus untuk pelayanan kegawatdaruratan, seorang perawat pelaksana seharusnya yang telah
pernah mengikuti pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS).

Asuhan keperawatan secara umum meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi. Dalam konteks pelayanan kegawatdaruratan, aspek asuhan
keperawatan pada tahap pelaksanaan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan,
karena dalam tahap pelaksanaan/implementasi ini harus mengacu kepada doktrin dasar
pelayanan gawat darurat yaitu: time saving is life saving (waktu adalah nyawa), dengan
ukuran keberhasilan adalah respons time (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu
definitif ≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2013).

Pada penelitian oleh Prawitasari (2013) tentang hubungan beban kerja perawat pelaksana
dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta dan lenelitian oleh Astuti (2009)
tentang hubungan beban kerja perawat IGD dengan waktu tanggap pelayanan keperawatan gawat
darurat di RSU Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa perawat mempunyai beban kerja
berkategori tinggi sehingga masih terjadi masalah dalam respons time (waktu tanggap) yang
berhubungan dengan daya keselamatan pasien. Kondisi seperti ini dapat membuat perawat
tertekan secara fisik dan psikologis sehingga mengakibatkan kinerja nya menjadi buruk
(Nursalam, 2010).

Rendahnya kinerja pelayanan keperawatan kegawatdaruratan terkait dengan beban kerja,


seperti dikemukakan Norman (2009), bahwa beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi perawat berdasarkan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi), menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan pekerjaan yang
selanjutnya berdampak kepada kualitas pelayanan perawat dalam hal kegawatdaruratan.

Kematian dan kesakitan pasien sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya meningkatkan pelayanan
kegawatdaruratan. Kegagalan dalam penanganan kasus kedaruratan umumnya disebabkan oleh
kegagalan mengenal risiko, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai maupun
pengetahuan dan keterampilan tenaga medis, paramedis dan penderita dalam mengenal keadaan
risiko tinggi secara dini, masalah dalam pelayanan kegawatdaruratan, maupun kondisi
ekonomi (Ritonga, 2007)

RSUD Deli Serdang Kecamatan Lubuk Pakam merupakan salah satu rumah sakit
kelas B milik pemerintah dan terletak di Kecamatan Lubuk Pakam. Rumah sakit ini
merupakan rumah sakit rujukan dari wilayah Deli Serdang sekitarnya. Sebagai rumah
sakit rujukan, maka RSUD Deli Serdang menerima pasien baik rujukan dari puskesmas
atau rumah sakit lainnya, serta pasien akibat terjadinya bencana. Dengan beragamnya jenis
pasien tentunya kondisi pasien juga beragam, di mana sebagian pasien merupakan status
Death On Arrive (DOA), yaitu pasien yang masuk ke rumah sakit dalam keadaan meninggal.
Namun sebagian besar pasien yang ditangani di IGD merupakan pasien kritis yang harus
diselamatkan sesuai konsep respons time (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif
≤ 2 jam.

Berdasarkan survei pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan beberapa


perawat maupun dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Deli Serdang,
diketahui bahwa jumlah pasien yang ditangani di IGD bervariasi antara 10-80 orang setiap
hari, apabila dirata-ratakan jumlah pasien yang ditangani di IGD sekitar 45 orang setiap
harinya. Sekitar 25% dari seluruh pasien atau sebanyak 12 orang pasien yang masuk ke IGD
dengan kondisi gawat dan darurat, seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Pasien yang Gawat dan Darurat di RSUD Deli Serdang

Pasien Gawat dan


Jumlah Kunjungan Pasien Darurat
Bulan
IGD (orang) Jumlah
%
(orang)
Novembe
1.350 284 21,0
r (2016)
Desember
1.572 362 23,0
(2016)
Januari
1.245 336 27,0
(2017)
Sumber: Data Rekam Medis RSUD Deli Serdang

Jumlah perawat yang bertugas tetap (stand by) di IGD RSUD Deli Serdang
sebanyak 10 orang setiap shift kerja, sehingga untuk menangani pasien setiap harinya
sekitar 45 orang merupakan beban yang cukup berat, karena perawat di IGD juga
melaksanakan kegiatan lain di luar tugas pokok dan fungsinya sebagai perawat IGD.
Beban kerja perawat semakin tinggi pada saat harus menangani pasien sekitar 80 orang
menyebabkan konsep waktu tanggap yang ditetapkan tidak terpenuhi sehingga
mengakibatkan terjadinya kematian pada pasien. Berdasarkan Laporan Kegiatan IGD
RSUD Deli Serdang (2015) diketahui rata-rata jumlah kematian pasien di IGD yang pada
tahun 2015 sebanyak 10 orang (35 %), sedangkan 65 % lainnya selamat sampai keluar
dari instalasi gawat darurat dan masuk ke ruang perawatan (rawat inap).
Pasien yang mati umumnya adalah dengan kondisi gawat dan darurat. Dari gambaran di
atas terlihat bahwa perawat di instalasi gawat darurat merasakan beban kerja yang tinggi,
terutama beban fisik dan beban mental karena harus melakukan mengupayakan penyelamatan
pada pasien dengan kondisi kritis. Akibat dari beban kerja yang tinggi tersebut adalah kurang
optimalnya penanganan kasus gawat darurat.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di IGD yang ditemukan di RSUD Deli


Serdang dalam penanganan pasien gawat dan darurat melalui konsep ABCD yang telah
diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang beban kerja serta pengaruhnya
terhadap kinerja perawat dalam pelayanan kegawatdaruratan.

2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan penelitian


adalah: Apakah ada pengaruh beban kerja kuantitatif (perbandingan jumlah perawat dengan
jumlah pasien, pekerjaan perawat di luar tugas pokok) dan kualitatif (kompetensi perawat dalam
pelayanan kegawatdaruratan) terhadap kinerja perawat (implementasi keperawatan gawat darurat
dengan konsep ABCD dan penilaian atasan langsung) dalam pelayanan kegawatdaruratan di
RSUD Deli Serdang?

3. Hipotesis

Ada pengaruh beban kerja kuantitatif (perbandingan jumlah perawat dengan jumlah
pasien, pekerjaan perawat di luar tugas pokok) dan kualitatif (kompetensi perawat dalam
pelayanan kegawatdaruratan) terhadap kinerja perawat (implementasi keperawatan gawat
darurat dengan konsep ABCD dan penilaian atasan langsung) dalam pelayanan
kegawatdaruratan di RSUD Deli Serdang.

4. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh beban kerja kuantitatif (perbandingan jumlah perawat dengan


jumlah pasien, pekerjaan perawat di luar tugas pokok) dan kualitatif (kompetensi perawat dalam
pelayanan kegawatdaruratan) terhadap kinerja perawat (implementasi keperawatan gawat darurat
dengan konsep ABCD dan penilaian atasan langsung) dalam pelayanan kegawatdaruratan di
RSUD Deli Serdang.

5. Manfaat Penelitian
a. Sebagai rekomendasi bagi pengelola rumah sakit dalam kebijakan menempatkan
petugas Instalasi Gawat Darurat yang ahli kegawatdaruratan sehingga kinerja perawat
dalam pelayanan kegawatdaruratan menjadi baik.
b. Bahan informasi dan pengembangan bagi peneliti sejenis dan berkelanjutan bagi
program studi

6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret hingga Mei tahun 2017 di RSUD Deli
Serdang dengan responden penelitian adalah seluruh perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat. Penelitian dilakukan dengan metode cross-sectional dengan instrumen penelitian berupa
kuisioner.

Anda mungkin juga menyukai