Anda di halaman 1dari 11

JURNAL MKMI, Vol. 13 No.

1, Maret 2017

SUMBER DAYA LOKAL SEBAGAI DASAR PERENCANAAN


PROGRAM GIZI DAERAH URBAN

Local Resources as Basic af Nutrition Programme Planning


at Urban Area

Oktia Woro Kasmini H, Bambang Budi Raharjo, Efa Nugroho, Bertakalswa Hermawati
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang
(oktia_woro@yahoo.co.id)

ABSTRAK
Prevalensi gizi lebih dan buruk di Indonesia dan Kota Semarang, meningkat dari tahun 2007 sampai 2013.
Program yang ada belum mengoptimalkan potensi yang dipunyai daerah. Tujuan penelitian ini untuk menggam-
barkan sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program gizi untuk daerah urban.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan fokus penelitian adalah potensi lokal yang terdiri dari unsur
modal sosial, sistem sosial, sistem budaya. Penelitian dilakukan di Kota Semarang. Penentuan informan menggu-
nakan teknik purposive dan snow ball. Instrumen yang digunakan adalah panduan observasi,wawancara, Focus
Group Discussion dan Strengths Weaknesses Opportunities Threats Analysis. Hasil yang didapat, sumber daya
lokal yang dipunyai dalam rangka perencanaan program gizi adalah: 1) adanya citizenship yaitu keaktivan dan
kreativitas kader, social organization terutama dari posyandu didukung dengan rumah gizi, dan sosial support
dari keluarga. 2) Potensi lain berkaitan dengan efek dari daerah urban yaitu: (1) Ketersediaan bahan pangan yang
mudah didapat, (2) Informasi kaitannya dengan kesehatan dan gizi lebih mudah didapat, dan (3) Tersedianya sa-
rana transportasi dan infra struktur yang memadai. Sumber daya lokal di daerah urban dapat dimanfaatkan untuk
perencanaan program gizi sehingga memberi peluang keberhasilan perbaikan status gizi di masyarakat menjadi
lebih tinggi.
Kata kunci : Modal sosial, sistem sosial, daerah urban, program gizi

ABSTRACT
Over Nutrition prevalence and malnutrition in Indonesia and Semarang City has increased since 2007
until 2013. The current program has not yet optimize the local resources. The research objective is to describe
local resources as basic of nutrition programme planning at urban area. The research uses qualitative approach,
with focus on local resources included social capitals, social system, social culture. The research was conductedin
Semarang city. It uses purposive and snow ball to determine informan. Observation, interview, focus group dis-
cussion guidances and Strength Weaknesses Opportunities Threats Analysis are used. The result is local resources
to nutrition programme planning 1) citizenship role such as activity and creativity of caders, social organization
specifically posyandu which supported by nutrition house and social support from family. 2) Another resources
related with impact of urban area are (1) availability of foodstuffs reachable, (2) information related with health
and nutrition are easily accesible and (3) availability of transportation services and adequate infrastructures.
Local resources at urban area can be used in nutrition programme planning to give a higher chance of nutrition
status improvement in the community.
Keywords : Social capitals, social system, urban area, nutrition programme

1
Oktia Woro Kasmini H : Sumber Daya Lokal sebagai Dasar Perencanaan Program Gizi Daerah Urban

PENDAHULUAN dengan faktor yang mendasar seperti pendidikan


Masalah gizi yang ada di masyarakat akan dan tingkat ekonomi yang memerlukan program
memengaruhi kualitas sumberdaya manusia, se- kompleks dan butuh waktu panjang. Sehingga per-
hingga menjadi problem yang cukup serius untuk lu dipikirkan untuk memanfaatkan potensi lokal
pembangunan dimasa yang akan datang. Hasil pe- yang ada dalam rangka mengefisiensikan program
nelitian Ivanovic, mengatakan bahwa anak dengan dan memaksimalkan hasil yang akan dicapai
status gizi bermasalah disaat balita akan berkai- Sumber daya lokal atau potensi lokal adalah
tan dengan perkembangan otak, kecerdasan dan Kemampuan atau kekuatan atau daya yang dimi-
prestasi belajar sehingga mempunyai kecenderu- liki oleh suatu daerah yang dapat dikembangkan
ngan untuk putus sekolah atau tertundanya seko- untuk menghasilkan manfaat/keuntungan bagi
lah ke jenjang yang lebih tinggi.1 daerah tersebut. Hasil penelitian Handayani dan
World Health Organization (WHO), mem- Zuhud, mendapatkan adanya potensi lokal yang
perkirakan bahwa prevalensi overweight pada berkaitan dengan status gizi, yang berupa sistem
bayi dan anak pada tahun 2008 sebesar 40 juta sosial, sistem budaya dan modal sosial serta poten-
atau 6% dari jumlah penduduk dunia. Prevalensi si alam yang ada di Indonesia.4,5 Penelitian yang
overweight tertinggi pada bayi dan anak berada dilakukan di Thailand juga mendapatkan adanya
pada kelompok negara berpendapatan menengah modal sosial yang memepengaruhi status gizi bali-
ke atas, namunpeningkatan tercepat justru pada ta, yaitu pada unsur partisipasi, resiprocity dan pro
kelompok negara berpendapatan menengah ke aktif dari para relawan kesehatan.6
bawah, seperti Indonesia.2,3 Potensi lokal ini berbeda antara ras, etnik,
Di Indonesia, masalah gizi kurang dan ada- tradisi, dan kondisi sosio ekonomi. Bahkan akan
nya masalah gizi lebih atau beban ganda masalah berbeda juga pada berbagai daerah di nengara
gizi merupakan hal yang harus ditangani saat ini. yang sama atau bahkan didaerah yang sama pada
Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi gizi waktu yang berbeda.7,8,9 Potensi lokal berkaitan
lebih pada Balita sebesar 14,0%, meningkat dari dengan sosialbudaya di daerah urban (perkotaan)
keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2 %. Hasil akan berbeda dengan yang ada di daerah sub ur-
Riskesdas tahun (2013), secara nasional diperkira- ban (pinggir kota), maupun di daerah urban fringe,
kan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebe- yang dapat terjadi karena pergeseran mata penca-
sar 19,6%. Jika dibandingkan dengan tahun 2007, harian, akulturasi budaya, pendidikan dan seja-
terjadi peningkatan yaitu dari 18,4%(4.646.933 rah.10 Daerah urban merupakan daerah perkotaan,
balita). Hal ini juga terjadi di Jawa Tengah, tahun dimanaterletak pada pusat pemerintahan dengan
2013 untuk kasus gizi buruk dan kurang mendudu- karakteristik yang mengikutinya. Sehingga tujuan
ki urutan ke 13 dari 33 provinsi yang ada di Indo- dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan
nesia dengan persentase 17,6% atau 480,441 anak. sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai
Perbaikan status gizi masyarakat dilakukan dasar perencanaan program gizi bagi daerah ur-
melalui perencanaan danprogram gizi. Upaya pe- ban.
merintah pada tingkat nasional berupa kebijakan,
dan langkah terpadu bidang pangan dan gizi, da- BAHAN DAN METODE
lam bentuk Rencana Aksi Nasional Pangan dan Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas
Gizi (RANPG) dan Gerakan 1000 HPK. Di sam- Lamper Tengah, Kota Semarang, Provinsi Jawa
ping itu, perencanaan dan program ditingkat Tengah, Indonesia. Daerah ini dipilih sebagai lo-
provinsi sampai kabupaten juga telah dilakukan, kasi penelitian dengan alasan: 1) merupakan dae-
seperti program, 1) pemantauan balita dan ibu rah yang menjadi rangkaian penelitian sesuai de-
hamil, 2) pelayanan gizi pada masyarakat, 3) ngan road map yang disusun oleh peneliti, 2)
penyelidikan epidemiologi dan 4) ASI eksklusif. daerah dengan kasus-kasus gizi terbanyak dan 3)
Program yang telah dilakukan terlihat be- daerah urban yang mudah dijangkau oleh peneli-
lum dapat menghasilkan perbaikan status gizi se- ti setiap saat. Penentuan wilayah puskesmas yang
cara maksimal. Hal ini terjadi karena penyebab dipilih berdasarkan jumlah kasus gizi yang ada
dari masalah gizi sangat bervariasi dan berkaitan baik berupa gizi kurang, gizi buruk maupun kasus

2
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 1, Maret 2017

obesitas yang tercatat tertinggi pada tahun 2015 Wilayah Puskesmas Lamper Tengah me-
dengan jumlah kasus gizi sebanyak 295 orang. rupakan daerah urban yang terletak di Kota Sema-
Pendekatan penelitian merupakan pendeka- rang, Provinsi Jawa Tengah. Gambaran status
tan kualitatif, dengan fokus penelitian adalah sum- gizi balita pada trimester pertama (bulan Januari,
ber daya lokal yang dapat mendukung program gizi Februaari dan Maret) tahun 2016, terbanyak de-
di daerah urban. Penentuan informan awal melalui ngan kasus gizi kurang yaitu sebanyak 216 balita
teknik purposive. Informan awal terdiri dari kepa- (12,98%). Kasus gizi lebih sebanyak 4,87% yang
la puskesmas, 1 orang dari seksi gizi puskesmas, 2 mengalami peningkatan sejak tahun 2014 hingga
kader posyandu, dan 2 orang ibu balita, sehingga tahun 2015, dan tidak ditemukan balita dengan
informan awal berjumlah 6 orang, dengan syarat gizi buruk.
informan sebagai berikut: bertempat tinggal atau Unsur modal sosial terdiri dari citizenship,
bertugas didaerah penelitian minimal satu tahun; social organization, dan social support. Dari hasil
bersedia menjadi informan dalam penelitian ini; penelitian di wilayah Puskesmas Lamper Tengah
dapat berkomunikasi dan memberi informasi mak- didapatkan gambaran : Citizenship, terlihat ter-
simal. Selanjutnya informan ditambah lagi de- utama pada ketua kader posyandu yang merupa-
ngan teknik snowball, sehingga jumlah informan kan orang yang paling aktiv dan kreatif. Mengi-
keseluruhan sebanyak 12 orang. Instrumen yang kuti banyak pelatihan, lomba kesehatan dan tugas
digunakan adalah panduan observasi, panduan yang berkaitan dengan posyandu, PHBS, bumil,
wawancara, panduan FGD serta instrumen analisa pemantauan jentik, dan pengurus keluarga beren-
SWOT. Teknik analisa data menggunakan model cana. Ketua kader hamper selalu hadir dalam se-
analisis dari Miles and Huberman, yaitu menca- tiap kegiatan posyandu di setiap pos, dan pernah
kup tiga kegiatan yang bersamaan yang terdiri dari menjemput ibu dan balita gizi buruk di rumahnya
reduksi data, penyajian (display) data dan penari- dengan naik sepeda motor untuk dibawa ke pus-
kan kesimpulan (verifikasi).11 kesmas yang kemudian dengan ambulance dibawa
ke rumah gizi. Hal ini dilakukan oleh karena ke-
HASIL tua kader menyenangi dan merasa bangga dengan
Sumber daya lokal adalah kemampuan kegiatan yang dilakukannya, serta mempunyai ba-
atau kekuatan atau daya yang dimiliki oleh suatu nyak waktu luang.
daerah yang dapat dikembangkan untuk meng- Cytizeship lainnya tergambar pada partisi-
hasilkan manfaat bagi daerah tersebut. Potensi pasi dari beberapa anggota kader posyandu yang
lokal dapat dinilai dari unsur-unsur modal sosial, mendukung program puskesmas berkaitan dengan
sistem sosial, dan sistem budaya. Modal sosial gizi buruk. Melakukan komunikasi dengan kelu-
adalah sumberdaya yang muncul dari hasil inter- arga balita, aktif mengajak ibu balita untuk me-
aksi dalam suatu komunitas, baik antar individu nimbangkan balitanya dan mengikuti program di
maupun institusi yang melahirkan ikatan emo- rumah gizi. Walaupun dari 10 kader disetiap pos
sional berupa kepercayaan, hubungan-hubungan hanya sekitar 3 sampai dengan 5 orang yang aktif
timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai- membantu, oleh karena alasan bekerja dan banyak
nilai dan norma-norma yang membentuk struktur urusan rumah. Partisipasi aktif lainnya merupakan
masyarakat yang berguna untuk koordinasi dan kerjasama di tingkat DKK Kota Semarang yai-
kerjasama dalam mencapai tujuan. Sistem sosial tu dengan anggota organisasi keagamaan wanita
adalah merupakan komplek aktivitas serta tinda- (Aisyiah) di tingkat pusat (DKK), yang selalu ha-
kan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dir saat diundang rapat koordinasi dan berupaya
yang dapat berupa keakraban sosial (kohesi sosial) melakukan apa yang telah disepakati bersama di-
serta kelembagaan atau organisasi kemasyaraka- nas kesehatan. Termasuk juga kerjasama dengan
tan. Sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan perguruan tinggi kesehatan di Kota Semarang.
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, Social organization yang terlibat langsung
konsep-konsep, nilai-nilai, norma, peraturan. Ga- terutama adalah posyandu. Merupakan organisasi
gasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain, yang tidak sepenuhnya merupakan organisasi so-
melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. sial, oleh karena ada di bawah koordinasi puskes-

3
Oktia Woro Kasmini H : Sumber Daya Lokal sebagai Dasar Perencanaan Program Gizi Daerah Urban

Tabel 1. Analisis SWOT Potensi Lokal di Wilayah Puskesmas Lamper Tengah


Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
(Strenght) (weakness) (Opportunity) (Threat)
Modal social :
1. Cytizenship
Ketua kader aktif dan kreatif
mengikuti pelatihan, lomba, kegiatan
posyandu disetiap RW, bangga dan
menyenangi tugas yang diberikan,
serta mempunyai banyak waktu
luang. Beberapa kader posyandu
aktif mendukung kegiatan posyandu

2. Social support
Adanya dukungan keluarga dalam
mengasuh balita (terutama neneknya)

3. Organisasi sosial
Adanya institusi (organisasi)
masyarakat yang berperan dalam
masalah gizi (posyandu)

4. Pendukung modal social


a. Adanya fasilitas pelayanan
kesehatan di sekitar masyarakat
yang mudah dijangkau baik
swasta maupun pemerintah. Pendukung modal sosial
b. Komunikasi antar institusi a. Model Kepemimpinan kepala
kesehatan, masyarakat dan puskesmas, lebih dominan ke
institusi terkait lebih mudah arah pemberian delegatif dan
(oleh karena letaknya dekat partisipatif .
pusat pemerintahan). b. Lokasi puskesmas tidak
dilalui oleh transportasi
umum, lokasi agak masuk ke
daerah perumahan.
c. Fasilitas kesehatan yang
tersedia kurang lengkap
(fasilitas rawat jalan, lab
standar).
d. Tidak terdapat petugas
khusus untuk menangani
masalah gizi (nutrisionis)
yang ada bidan merangkap
bendahara dan petugas gizi.
e. Terdiri dari daerah dengan
tingkat ekonomi yang baik,
menengah dan kurang
f. Beberapa RT, di daerah yang
berada di jalan besar, dengan
tingkat komunikasi dan
kepatuhan yang kurang

4
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 1, Maret 2017

Tabel 1. Analisis SWOT Potensi Lokal di Wilayah Puskesmas Lamper Tengah


Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
(Strenght) (Weakness) (Opportunity) (Threat)
1. Kebiasaan ibu
bekerja sehingga
pola asuh balita
diserahkan pada
nenek, anak yang
lebih besar atau
pengasuh yang
dibayar
2. Norma adanya
rasa malu dan
gengsi jika anak
mengikuti program
gizi buruk
3. Adanya nilai yang
tinggi untuk anak
dengan gizi baik
System social berupa
kekerabatan, kerjasama dan
gotong royong yang sudah
melemah, masing masing
dengan persoalannya
sendiri-sendiri

Lain-lain 1. Banyak variasi atau 1. Lokasi merupakan


1. Ketersediaan bahan macam makanan daerah urban
pangan yang mudah jajanan untuk balita sehingga banyak
didapat. dan anak baik yang pendatang baru.
2. Informasi kaitannya memenuhi syarat 2. Risiko kontaminasi
dengan kesehatan dan gizi sehat maupun yang dari makanan
lebih mudah didapat tidak sehat jajanan lebih besar.
3. Tersedianya sarana 2. Adanya program 3. Sering beredar
transportasi dan infra dan kebijakan gizi promosi dan
struktur yang memadai dari kementrian informasi yang
pusat. menyesatkan.
Sumber: Data Primer

mas, tetapi merupakan suatu bentuk pemberdayaan 3 tingkat kota. Ketua kader sendiri berumur 57
masyarakat.Di Kelurahan Peterongan terdapat 8 tahun dengan pendidikan SMP dan tidak bekerja.
pos, satu RW membentuk satu pos, dengan jumlah Dikatakan oleh anggota kader bahwa, kader yang
kader 10 orang per pos. Pendidikan kader rata-rata mau dan mudah untuk diajak aktif dalam kegiatan
SMA. Kader semua berumur diatas 40 tahun dan posyandu hanya itu-itu saja, untuk mencari kader
tidak ada masalah berkaitan dengan pengetahuan baru sangat sulit. Beberapa alasan yang dimun-
dan keterampilan, hal ini dapat dicermati dari ka- culkan adalah sibuk bekerja, kerja cari uang, dan
der yang mengikuti lomba yang berkaitan dengan repot. Pada saat penimbangan ibu balita juga se-
pengetahuan kesehatan dengan baik, tidak mera- ring mendesak untuk segera selesai, dengan ala-
sa kesulitan oleh karena banyak bacaan yang ada san: selak dodolan, selak kerjo, selak metuk seko-
baik yang didapat dari puskesmas maupun men- lah, seperti yang sering diutarakan ibu balita: “bu
cari sendiri sehingga pernah mendapatkan juara cepet to bu kok rak bar bar kaet mau”.

5
Oktia Woro Kasmini H : Sumber Daya Lokal sebagai Dasar Perencanaan Program Gizi Daerah Urban

Gambar 1: Potensi Lokal (Sumberdaya Lokal) Sebagai Faktor Pendukung Status Gizi
Sumber: Adaptasi dari UNICEF 1990 dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006 – 2010

Program gizi di wilayah puskesmas Lamper man Belimbing) dan RW 7 yang terdiri dari 9 RT
Tengah yang rutin berasal dari kegiatan posyandu tetapi hanya 4 RT yang aktif, lainnya dapat dika-
dengan sistem 5 meja. Masing-masing meja mem- takan tidak ada aktivitas PKK maupun posyandu.
punyai kegiatan berlainan yang berupa pendaf- Koordinasi dengan puskesmas dilakukan seti-
taran, penimbangan berat badan dan pengukuran ap bulan pada hari kamis minggu terakhir, yang
tinggi badan, pencatatan, konseling gizi, dan pe- membahas mengenai program posyandu, masalah
layanan kesehatan. Untuk konseling gizi, pe- yang dihadapi kader, kadang juga diberi penyulu-
layanan kesehatan dan pengukuran tinggi badan han kesehatan. Satu pos diwakili oleh 2 kader. Per-
dilakukan sesuai kebutuhan. Kegiatan tambahan temuan dipimpin oleh tenaga puskesmas.
saat posyandu berupa pemberian PMT untuk ba- Organisasi sosial lainnya yang berparti-
lita, yang biasanya berupa kacang hijau atau nasi sipasi adalah: 1) organisasi keagamaan wanita
sayur dan lauknya atau buah atau puding. Dana (Aisyiah), yang berupa tenaga pendampingan
PMT didapat dari swadaya masyarakat, kadang dan dikoordinir ditingkat DKK, 2) Rumah zakat,
juga mendapat bantuan dari rumah zakat. Untuk adalah satu lembaga yang bergerak dalam banyak
3 bulan terakhir ini di RW 01 wilayah Peterongan bidang seperti kesehatan, pendidikan dan sosial
mendapat bantuan Rp 200.000 – Rp 250.000 per lainnya, termasuk pelayanan ambulans gratis dan
bulan. Dana yang dikeluarkan dalam membuat rumah bersalin gratis yang diperuntukkan bagi
PMT untuk 63 balita sekitar tiga ratus ribuan. Pem- masyarakat tidak mampu. Social support yang ada
buatan PMT disepakati secara bergantian tiap RT. terutama dari dukungan neneknya, yang terlihat
Aktivitas kegiatan posyandu ini dipengaruhi oleh menjaga balita, jika ibu berhalangan atau sedang
wilayah Puskesmas Lamper Tengah, yang terdiri bekerja, sedangkan kepedulian dari lingkungan
dari daerah dengan tingkat ekonomi kurang, cu- sekitar atau tetangga dapat dikatakan tidak ada,
kup dan baik, dengan karakter yang berbeda-beda. karena semua sibuk bekerja, dari pagi sampai sore
Beberapa RT juga terletak di daerah elit kota dan disibukan dengan urusannya masing-masing.
dijalan besar pusat kota , seperti RW 4 (daerah Ta- Berkaitan dengan sistem budaya yang me-

6
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 1, Maret 2017

rupakan kebudayaan sebagai suatu kompleks dari pola dari manusia dalam masyarakat. Sistem so-
ide-ide, gagasan, konsep-konsep, nilai-nilai, nor- sial yang berupa kekerabatan, kerjasama dan rasa
ma, peraturan, kepercayaan, kebiasaan, tradisi gotong royong dalam perawatan balita tidak terli-
dan mitos. Sistem budaya yang mempengaruhi hat, masyarakat cenderung mengatasi masalahnya
pola asuh gizi balita berkaitan dengan kebiasaan, sendiri, masing-masing disibukan dengan perso-
norma dan nilai, seperti yang tergambar sebagai alan sendiri. Berdasarkan deskripsi data tentang
berikut: 1) Kebiasaan, terdiri dari: (1) kebanyakan modal sosial, sistem budaya, dan sistem sosial ser-
ibu mempunyai kegiatan mencari tambahan uang ta hasil observasi maka didapatkan analisis SWOT
atau bekerja, dan beberapa ibu balita mempunyai yang menggambarkan tentang kekuatan, kelemah-
kebiasaan sambil berdagang sekaligus mengasuh an, peluang dan ancaman dijabarkan pada Tabel 1.
anaknya, (2) ibu balita yang bekerja dipasar dan
tidak punya keluarga dekat dalam satu rumah ter- PEMBAHASAN
lihat meninggalkan anak balitanya untuk diurus Daerah urban merupakan daerah yang ber-
oleh kakaknya yang masih duduk di SD, (3) pe- ada di pusat kota. Pusat pemerintahan dengan
layanan kesehatan untuk keluarga yang sakit pada berbagai fasilitas yang tersedia, hal ini dapat me-
saat ini dengan fasilitas BPJS, (4) pada balita (Pu- rupakan potensi daerah yang dapat dimanfaatkan,
tri) dengan gizi kurang, anak susah untuk makan tetapi dapat pula menjadi ancaman. Hal ini sejalan
3 kali sehari, sering mau makan hanya dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sudan
lauk krupuk saja, tetapi anak suka makan jajanan dan Bangladesh, menunjukkan bahwa status gizi
sosis dan chiki sehingga untuk memenuhi kebutu- anak berbeda untuk daerah rural dan urban, aki-
han makanan anak maka Ibu terpaksa memenuhi bat dari kondisi geografis atau lokasi daerah yang
keinginan jajan anaknya. Dalam sehari rata-rata merupakan faktor yang perlu mendapat perha-
menghabiskan uang jajan Rp 5.000,-. tian.12,13,14 Fasilitas infrastruktur yang relatif baik,
2) Norma, yang berkaitan dengan program ketersediaan transportasi yang ada, kedekatan
status gizi adalah: (1) ibu balita, sangat patuh de- dengan pusat penentu kebijakan, ketersediaan sa-
ngan larangan suaminya untuk tidak membawa rana prasarana pelayanan kesehatan, baik dari in-
balita mengikuti program perbaikan gizi bagi stitusi pemerintah maupun swasta, serta kemuda-
putranya. Dengan alasan, anaknya sudah dibawa han mendapatkan informasi khususnya berkaitan
berobat ke RS dan dinyatakan sehat sehat saja ti- dengan kesehatan dan gizi.
dak ada keluhan sakit, walaupun agak kurus, (2) Daerah urban dalam penelitian ini yang
adanya rasa malu dan gengsi jika anak mengikuti berada di wilayah Puskesmas Lamper Tengah
program gizi buruk. 3) Nilai, yang mempengaruhi mempunyai sumberdaya lokal, yang dapat men-
pola asuh gizi adalah: (1) Orang tua menyadari jadi pertimbangan dasar dalam membuat suatu
bahwa anak dengan gizi kurang atau gizi buruk program perbaikan gizi yang ada di masyarakat.
merupakan anak yang bermasalah atau anak de- Sumberdaya lokal ini akan memudahkan pencapa-
ngan nilai kualitas SDM yang rendah. sehingga ian tujuan yang hendak dicapai, jika ditinjau dari
orangtua yang sudah tahu anaknya masuk dalam segi keterlaksanaan berkaitan dengan keterbatasan
kategori gizi buruk akan malu dan menghindar sumber daya manusia yang dipunyai, efisiensi pen-
dengan berbagai alasan seperti pulang kampong, danaan, peningkatan pemberdayaan dan partisipa-
bekerja sampai sore, agar tidak mengikuti inter- si masyarakat. Potensi lokal yang berupa kekua-
vensi perbaikan gizi.Dan masalahnya tidak diketa- tan adalah: 1) Adanya modal sosial utama, yaitu
hui oleh orang banyak, (2) Ibu balita gizi buruk posyandu yang merupakan organisasi semi sosial,
pernah dianjurkan, bahkan akan diantar oleh ke- oleh karena organisasi ini berada dibawah koor-
tua kader ke puskesmas untuk mendapatkan pena- dinasi dan binaan puskesmas. Petugas posyandu
nganan, tetapi ibu balita menolak. Dengan alasan berasal dari masyarakat, merupakan bentuk pem-
jauh, disana cuman dipegang-pegang saja dan ti- berdayaan masyarakat, yang disebut sebagai ka-
dak ada perbaikan. der kesehatan, yang dipilih dari ibu-ibu yang ada
Sistem sosial merupakan kebudayaan se- di wilayah posyandu. Hal ini sejalan dengan hasil
bagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan ber- penelitian De Silva et al, yang menyatakan bahwa

7
Oktia Woro Kasmini H : Sumber Daya Lokal sebagai Dasar Perencanaan Program Gizi Daerah Urban

modal sosial maternal yang tinggi yang dimiliki nentukan program kesehatan khususnya program
ibu dalam jalinan bermasyarakat dapat memberi- gizi, selain itu juga harus memperhatikan kelemah-
kan dampak yang positif bagi status gizi balita.15 an dan ancaman yang ada, yaitu: 1) Lokasi pus-
Kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulan, kesmas yang tidak dilalui oleh transportasi umum,
merupakan satu - satunya lembaga yang konsisten dimana lokasi masuk kedalam daerah perumahan,
melakukan pelayanan, pendataan di bidang gizi. 2) Fasilitas kesehatan yang tersedia terbatas pada
Ketua kader posyandu merupakan orang yang po- pelayanan rawat jalan dan laboratorium standar, 3)
tensial, oleh karena aktif dan kreatif dalam memim- Tidak terdapat petugas khusus untuk menangani
pin, maupun membina kegiatan posyandu dan ke- masalah gizi (nutrisionis) yang ada bidan merang-
giatan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan di kap bendahara dan petugas gizi, 4) Variasi kondisi
wilahnya, serta didukung oleh beberapa anggota masyarakat yang sangat mencolok juga menjadi
kader, walaupun tidak semua kader bisa berperan masalah, dimana wilayah Puskesmas Lamper Te-
aktif, seperti juga yang terjadi di Cameron, upa- ngah terdiri dari daerah dengan tingkat ekonomi
ya peningkatan status gizi anak dilakukan melalui berlebih, baik, menengah dan kurang. Beberapa
penguatan kader kesehatan local yang menekan- RT (Rukun Tetangga) berada di jalan utama kota,
kan misi kesehatan di dalam kelompok-kelompok dengan tingkat komunikasi dan kepatuhan yang
social yang ada di masyarakat.16,17 2) Daerah urban kurang. Walaupun khusus untuk wilayah dengan
mempunyai banyak fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ekonomi yang berlebih ini, masalah ke-
yang tersedia dan mudah dijangkau olehkarena sa- sehatan dan gizi tidak terlalu mengkhawatirkan,
rana transportasi dan infrastruktur yang memadai, karena masyarakat di wilayah ini mempunyai
informasi-informasi berkaitan dengan kesehatan tingkat kesadaran dan kemampuan terhadap upaya
dan gizi juga lebih banyak. Contohnya promosi kesehatan dan gizi lebih baik. Dilain pihak hasil
produk zat gizi dan obat-obatan tradisional yang penelitian yang dilakukan di Bolivia menyatakan
kemudian dapat menjadi pilihan masyarakat untuk bahwa, dalam pola modern yang biasa dilakukan
dapat mendukung kesehatan dan status gizinya. Se- di oleh masyarakat di derah urban didapatkan, ti-
lain itu, ketersediaan bahan pangan sesuai dengan dak ada perbedaan antara tingkat pendidikan, sta-
yang dikehendaki mudah didapat sesuai dengan tus pekerjaan yang berkaitan dengan pendapatan
anggaran keluarga yang tersedia. Sehingga tidak terhadap status gizi yang diukur secara antropho-
merupakan faktor kendala dalam penentuan status metri dan nilai indeks massa tubuhnya.18 Namun,
gizi di masyarakat. Daerah urban yang merupa- dalam menyusun program yang berkaitan dengan
kan kota dengan pusat-pusat pemerintahan akan perbaikan status gizi, maka model atau metode
mempermudah komunikasi antar institusi keseha- yang akan diterapkan tidak dapat sama.
tan (Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Daerah urban dengan kehidupan ekonomi
Kota, maupun Puskesmas), serta komunikasi de- yang dinamis, memungkinkan lebih banyak ter-
ngan institusi terkait yang merupakan penentu jadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dan
kebijakan. Dengan demikian, diharapkan ma- banyaknya pendatang baru, sehingga penyebaran
salah kesehatan dan gizi yang muncul dapat segera penyakit, perubahan kasus dan masalah gizi dapat
mendapat perhatian dan penyelesaian. berfluktuasi yang menyebabkan strategi penanga-
Kekuatan di daerah urban di wilayah ker- nan atau program perbaikan yang lebih bervariasi
ja Puskesmas Lamper Tengah ini diperkuat de- pula. Seperti hasil penelitian yang dilakukan di
ngan adanya peluang berupa: 1) adanya program Cina,yang menyimpulkan bahwa pendatang ter-
dan kebijakan gizi dari tingkat pusat (Kementrian masuk migran menjadi factor penting dalam mem-
Kesehatan), 2) terdapat fasilitas rumah gizi yang prediksi status kesehatan anak.19,20
disediakan oleh DKK Semarang, khususnya untuk Daerah urban yang menyediakan aneka
penanganan gizi buruk, 3) banyaknya variasi atau ragam makanan terutama makanan jajanan yang
macam makanan jajanan untuk balita dan anak se- berkaitan dengan konsumsi makan balita maupun
bagai pilihan pemenuhan kebutuhan gizi anak. anak sekolah memungkinkan kontaminasi bio-
Potensi yang berupa kekuatan dan peluang logi dan zat kimia yang lebih besar pula. Selain
yang ada menjadi bahan pertimbangan dalam me- juga menyebabkan ketidakseimbangan makanan

8
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 1, Maret 2017

yang dikonsumsi. Hal ini diperberat dengan fasi- oleh geografi, urbanisasi, pengembangan wilayah,
litas yang diberikan oleh orangtua kepada anak- budaya, yang saling berkaitan. Sumberdaya lokal
nya, seperti memberi uang jajan dan memenuhi yang dimanfaatkan diharapkan akan mendapatkan
keinginan jajan anaknya, yang dapat disebabkan pencapaian hasil program yang maksimal, me-
orangtua bekerja dan tidak mempunyai waktu un- ngurangi rintangan yang ada di lapangan, termasuk
tuk membuatkan dan menyediakannya di rumah. mengatasi kurangnya sumber daya manusia dan
Banyaknya promosi juga dapat merupakan dana. Hal ini juga diperkuat dengan hasil peneli-
ancaman yang perlu mendapat perhatian, misal- tian Lopez, yang mendapatkan kesimpulan bahwa
nya promosi susu formula atau bubur instan de- kebijakan berkaitan dengan status gizi dan penya-
ngan berbagai zat tambahan atau suplemen yang kit dibuat dengan mempertimbangkan lingkungan
menjanjikan, vitamin-vitamin yang dapat menye- fisik, faktor sosial, budaya dan politik daerah, baik
hatkan dan memenuhi segala kebutuhan zat berupa lingkungan kota maupun pinggiran kota.25
gizi mikro anak. Penyerapan dan tindakan yang Lingkungan yang bersifat negatif (merugikan),
dilakukan berkaitan dengan promosi yang ada maupun lingkungan yang merupakan potensi un-
disekelilingnya dipengaruhi oleh tingkat pendi- tuk dimanfaatkan. Sektor di luar kesehatan perlu
dikan masyarakat. Penelitian Ziraba, mendapat- menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
kan bahwa status gizi di daerah urban, terutama kebijakan dan program perbaikan gizi, karena
yang berkaitan dengan kelebihan berat badan atau pendekatan sistemik terhadap program akan le-
obesitas meningkat 5% per tahun dan didapatkan bih tepat dibandingkan hanya fokus terhadap pro-
hasil yang tidak signifikan berbeda antara yang gram yang menekankan perilaku individu, seperti
miskin dan kaya, tetapi lebih berkaitan dengan hasil penelitian tentang program South Australia
tingkat pendidikan yang rendah.21 Hasil penelitian HiAP Healthy Weight yang melibatkan banyak
mendapatkan bahwa karakteristik letak daerah institusi terkait dan mendapatkan hasil peningka-
berperan kecil terhadap status gizi anak, sedang- tan komitmen antar instansi non kesehatan yang
kan faktor utamanya adalah tingkat pendidikan. dilakukan melalui penyelarasan dan harmonisasi
Dimana tingkat pendidikan ibu merupakan faktor dengan kebijakan yang ada di instansi tersebut
penentu praktik pemberian makanan, walaupun sehingga mencapai tujuan tanpa banyak anggaran
tingkat pendidikan yang tinggi tidak secara otoma- yang dikeluarkan26. Dalam penelitian ini maka ins-
tis menggambarkan tentang pengetahuan gizi yang titusi atau lembaga yang potensial saat ini yang
baik.22,23,24 Hal ini dikarenakan ibu dengan tingkat perlu dilibatkan adalah perguruan tinggi kesehat-
pendidikan tinggi cenderung bekerja, mempunyai an, pemerintah daerah setempat, lembaga sosial
kemungkinan meningkatkan penghasilan kelu- keagamaan (Aisyiah), dan perusahaan yang ada
arga, tetapi mempunyai kelemahan pengasuhan disekitar daerah Mijen.Dalam hal ini SDM instan-
anak diserahkan kepada orang lain. Hasil peneli- si kesehatan merupakan aktor utama dan duku-
tian Mariele Contreras, menyatakan bahwa pada ngan politik dari lembaga tertinggi juga menjadi
ibu dengan pendidikan tinggi maka frekuensi pem- faktor penentu.
berian ASI ekslusif rendah, konsumsi makanan
ringan atau cemilan tinggi, dan keanekaragaman KESIMPULAN DAN SARAN
makanan juga tinggi, sehingga akan memberi pa- Hasil penelitian mendapatkan bahwa sum-
paran beban ganda untuk status gizi.23 berdaya lokal yang dipunyai oleh wilayah Pus-
Hasil penelitian ini mendapatkan skema po- kesmas Lamper Tengah, yang merupakan daerah
tensi lokal (sumberdaya lokal) sebagai faktor pen- urban dalam rangka perencanaan program gizi
dukung status gizi, sehingga dapat dipertimbang- adalah:1) modal sosial berupa adanya citizen-
kan dalam perencanaan program gizi (Gambar ship yang berupa keaktivan dan kreativitas ka-
1). Modal sosial, sistem budaya dan sistem sosial der, social organization terutama dari posyandu
merupakan kekuatan atau daya dan dapat sebagai didukung dengan rumah gizi, dan social support
potensi lokal sebagai dasar menentukan perenca- dari keluarga. Adanya fasilitas pelayanan kesehat-
naan program gizi di suatu daerah. Setiap daerah an di sekitar masyarakat yang mudah dijangkau
mempunyai karakteristik yang dapat dipengaruhi baik swasta maupun pemerintah dan kemudahan

9
Oktia Woro Kasmini H : Sumber Daya Lokal sebagai Dasar Perencanaan Program Gizi Daerah Urban

komunikasi antar institusi kesehatan, masyarakat 8. Garces, I. C., Scarinci Isabel C, Harrison
dan institusi terkait dapat memperkuat modal so- Lynda. An Axamination of Sociocultural Fac-
sial yang dipunyai. 2) Potensi lain berkaitan de- tors Associated With Health and Health Care
ngan efek dari daerah urban yaitu: (1) Ketersediaan Seeking Among Latina Immigrants. Journal
bahan pangan yang mudah didapat, (2) Informasi Immigrant Health. 2006; Vol 8 , 377-385.
9. Mitra, M., Sahu, P.K. et al. Nutritional and
kaitannya dengan kesehatan dan gizi lebih mudah
Health Status of Gond and Kawar Tribal Pre-
didapat, dan (3) Tersedianya sarana transportasi school Children of Chhattisgarh, India. Jour-
dan infra struktur yang memadai. nal Humaniora and Ecology. 2007;21 (4):
Dalam membuat perencanaan program gizi 293-299.
perlu memperhatikan kekuatan dan peluang yang 10. Prihanto Teguh. Perubahan Spasial dan So-
ada sebagai sumberdaya lokal, serta mempertim- sial Budaya Sebagai Dampak Mega Urban
bangkan kelemahan dan ancaman yang ada. Se- di Daerah Pinggiran Kota Semarang. Jurnal
hingga diharapkan program dapat berjalan secara Teknik Sipil & Perencanaan. 2010; 1(2): 131-
efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal. 140.
11. Basrowi & Suwandi. Memahami Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif. Jakarta: PT Rineke Cipta. 2008.
1. Ivanovic, D.,Rodriguez, Perez, H. Twelve- 12. Fatima ON. Comparative Study of Nutritional
year Follow-up Study of The Impact of Nu- Status of Urban and Rural School Girl’s Chil-
tritional Status at The Onset of Elementary dren Khartoum State, Sudan. Journal of Sci-
School on Later Educational Situation of Chil- ence and Technology. 2011; 12 (02): 60-68.
ean School-age Chieldren, European Journal 13. Maria FL, Valter PM, Sebastio SA, Telma MB,
of Clinical Nutrition. 2008; 62, 18-31. Maria BC, Maria EC.Geographic Location,
2. McMurray RG et al. The Influence of Physical Sex and Nutritional Status Play an Important
Activity, Socioeconomic Status, and Ethnicity Role in Body Image Concerns Among Brazil-
on The Weight Status of Adolescents. Obesity ian Adolescents. J Health Psychol . 2012; 4
Research 2000; 8:130–139. (17): 1-7.
3. Wang Y.Cross-national Comparison of Child- 14. Md. Serajul Islam, Jakia Sultana Jothi, Mon-
hood Obesity: The Epidemic and The Rela- irul Islam, Obidul Huq. Nutritional Status of
tionship between Obesity and Socioeconomic Rural and Urban Under-Five Children in Tan-
Status. International Journal of Epidemiology. gail District, Bangladesh. International Jour-
2001; 30:1129–1136. nal of Innovation and Applied Studie. 2014;
4. Handayani,Oktia.W. Nilai Anak dan Jajanan 8(2): 841-848.
Dalam Konteks Sosiokultural (Studi Tentang 15. De Silva, M.J., Harpham T.Maternal Social
Status Gizi Balita Pada Lingkungan Rentan Capital and Child Nutritional Status in Four
Gizi di Desa Pecuk Kecamatan Mijen Kabu- Developing Countries. Helath Place. 2007;
paten Demak Jawa Tengah). Disertasi. 2011. 13(2): 341-355.
5. Zuhud Ervizal A.M. Potensi Hutan Tropika 16. Plan. Community Approaches to Child Health
Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat in Cameroon: Applying the Community-Based
Alam Uuntk Kesehatan Bangsa. JurnalTum- Integrated Management of Childhood Illness
buhan Obat Indonesia. 2010; 2 (5) : 1-22 (c-IMCI) Frameworks. Rhode Island, USA.
6. Oktia Woro KH, Tandiyo R, Irwan B, Pomsuk 2009.
H, Songpol T, Anong H. Social Capital and 17. Eileen SA,Richard AW, Janet RW. Self Reg-
Nutritional Status of Child Under 5 Years in ulation, Self Efficacy, Outcome Expectations,
Rural Indonesia and Thailand. Jurnal Kemas. and Social Support: Social Cognitive Theo-
2014; 10(1): 88-95. ry and Nutrition Behavior. Ann Behav Med.
7. Horowitz, C. R., Davis, M. H. et al. Approach- 2007; 34(3): 304-312.
es to Eliminating Sociocultural Disparities in 18. Mat Walton, Louise Signal, George Thomson.
Health. Health Care Financing Review. 2000;
Household Economic Resources As A Deter-
21 (4): 57-72.

10
JURNAL MKMI, Vol. 13 No. 1, Maret 2017

minant of Childhood. Social Policy Journal of Lars Ake Persson, Andres Hijem, Eva Char-
New Zealand. 2009; 36: 194-207. lotte Ekstrom. Socioeconomic Resources,
19. Hong Liu, John A Rizzo, Hai Fang. Ur- Young Child Feeding Practisces, Consumption
ban-Rural disparities in Child Nutrition- Re- of Highly Processed Snacks and Sugar Sweet-
lated Health Outcomes in China: The Role of ened Beverages: A Population Based Survey
Hukou Policy. BMC Public Health. 2015; 15: in Rural Norhwestern Nicaragua. BMC Public
1159.
Health. 2015; 15:25.
20. Donna B Johnson, et al. Developing an Agen-
24. Chittur SS, Giacomo Zanello, Bhavani Shan-
da for Research About Policies to Improve
kar. Rural-Urban Disparities in Child Nutri-
Access to Healthy Foods in Rural Communi-
tion in Bangladesh and Nepal. BMC Public
ties: Aconcept Mapping Study. BMC Public
Health. 2013; 13:581-593.
Health. 2014; 14: 592-604.
25. Lopez Russell P, Hynes H Patricia.Obesity,
21. Ziraba Abdhalah K, Fotso Jean C, Ochako
Physical Activity, and The Urban Environ-
Rhonne. Overweight And Obesity In Urban
ment: Public Health Research Needs. Envi-
Africa: A Problem Of The Rich Or The Poor.
ronmental Health: A Global Access Science
BMC Public Health. 2009; (9) 465.
Source. 2006; 5:25.
22. Richard Mussa. A Matching decomposition of
26. Lareen Newman, Isobel Ludford, Carmel Wil-
The Rural-Urban Difference in Malnutrition
liams, Michele Herriot. Applying Health in All
in Malawi. Health Economics. 2014; 4 (11):
Policies to Obesity in South Australia. Health
1-25.
Promotion Internasional. 2014; 31(1):44-58
23. Mariele Contreras, Elmer Zelaya Blandon,

11

Anda mungkin juga menyukai