Jurnal Otitis PDF
Jurnal Otitis PDF
ABSTRAK
Otitis Media Akut adalah infeksi telinga tengah yang kerap dijumpai pada anak-anak terutama
usia 2 tahun. Hal itu terjadi akibat struktur anatomi telinga anak berbeda dengan orang dewasa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana yang tepat pada
penderita otitis media akut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur
dari beberapa jurnal kedokteran baik nasional maupun internasional. Sumber yang digunakan
oleh penulis seperti NCBI, PubMed, dan google schoolar dalam rentang tahun 2014-2020
dengan menggunakan kata kunci otitis media akut. Dari sekitar 100 artikel yang diperoleh,
penulis menggunakan 20 artikel untuk dianalisis secara mendalam menggunakan metode
systematic literature review. Hasil yang diperoleh berupa diagnosis otitis media akut dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala umum yang dapat dialami
oleh pasien seperti demam, nyeri pada telinga, keluar sekret dari telinga, dan kehilangan
pendengaran. Namun, dapat dialami gejala lain yang berbeda-beda berdasarkan pada stadium
yang diderita. Pengobatan pada OMA dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang
dimulai ketika gejala dan tanda dari OMA tidak kunjung membaik dalam dua sampai tiga hari.
ABSTRACT
Acute Otitis Media is a middle ear infection that is often found in children, especially those
aged 2 years. This occurs due to the anatomical structure of the ear of a child that is different
from that of an adult. The purpose of this study was to determine the correct diagnosis and
management of patients with acute otitis media. The method used in this research is literature
study from several medical journals, both national and international. Sources used by authors
such as NCBI, PubMed, and google schoolar in the 2014-2020 period using the keyword acute
otitis media. From about 100 articles obtained, the author used 20 articles to be analyzed in
depth using the systematic literature review method. The results obtained in the form of a
diagnosis of acute otitis media can be enforced based on history and physical examination.
Common symptoms that can be experienced by patients such as fever, ear pain, discharge from
the ear, and hearing loss. However, other symptoms can be experienced which vary based on
the stage suffered. Treatment of AOM can be done by giving antibiotics which are started when
the symptoms and signs of AOM do not improve in two to three days.
473
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
media minimal satu kali dan bahkan menegakkan diagnosis OMA (Qureishi
lebih ketika menjelang usia tiga tahun et al., 2014).
(Mahardika et al., 2019). Patogen
penyebab OMA tersering adalah Dengan demikian, penulis melakukan
Streptococcus pneumoniae, penelitian dengan metode studi literatur
Haemophilus influenzae, dan Moraxella dari berbagai jurnal kedokteran baik
catarrhalis (Kaur et al., 2017). jurnal nasional maupun internasional.
Sumber yang digunakan seperti NCBI,
Faktor risiko terjadinya otitis media google schoolar, PubMed, Jurnal
akut adalah usia muda, kelainan Kedokteran Universitas Lampung,
orofasial, paparan asap rokok, durasi Jurnal Medika Udayana, dan Jurnal
pemberian ASI yang pendek, dan Kedokteran Universitas Padjajaran
riwayat OMA dalam keluarga (Saux et dengan rentang tahun 2014-2020
al., 2016). Salah satu faktor risiko dengan menggunakan kata kunci otitis
utama terjadinya otitis media akut media akut. Dari 100 artikel yang
adalah usia. Anak-anak cenderung lebih didapat, penulis menggunakan 20
berisiko mengalami infeksi telinga artikel untuk dianalisis secara
tengah dibandingkan orang dewasa mendalam dengan menggunakan
karena struktur anatomi dari tuba metode systematic literature review.
eusthacius anak memiliki posisi lebih Studi literatur ini dilakukan dengan
horizontal, lebih pendek, dan lebih tujuan menambah wawasan mengenai
fleksibel dibandingkan orang dewasa diagnosis sehingga dapat diberikan
(Qureishi et al., 2014). Selain itu, tatalaksana yang tepat pada pasien otitis
rhinitis akut juga meningkatkan risiko media akut. Jenis penelitian adalah
terjadinya otitis media akut karena tinjauan pustaka berisi penjelasan
dapat terjadi invasi bakteri dari rongga tentang teori berdasarkan jurnal ilmiah
hidung ke tuba eusthacius. Otitis media yang terbukti keabsahan dan
akut yang tidak diberikan penanangan keakuratannya. Penelitian ini berbeda
yang baik dapat berkembang menjadi dengan penelitian sebelumnya karena
otitis media supuratif kronis (Wicaksana membahas diagnosis otitis media akut
et al., 2019). secara mendalam dimulai dari
anamnesis yang berisi gejala yang
Perjalanan otitis media akut dimulai diderita juga pemeriksaan fisik yang
ketika patogen penyebab OMA masuk dapat menunjang penegakkan diagnosis.
ke telinga tengah dan terjadi infeksi Jika diagnosis dapat ditegakkan secara
ditandai dengan adanya cairan atau tepat, maka tatalaksana yang diberikan
efusi pada telinga tengah (Schilder et juga tepat sehingga otitis media tidak
al., 2016). Infeksi terus berkembang berkembang dan terjadi perburukan.
hingga timbul nanah disertai dengan
tanda-tanda peradangan (Nisa, 2017). METODE
Gejala sistemik yang dialami berupa Penulis menggunakan studi literatur
demam, nyeri telinga, kesulitan tidur sebagai metode dalam penelitian ini
(Saux et al., 2016). Diagnosis OMA yang bersumber dari jurnal kedokteran
pada anak dapat dilakukan berdasarkan nasional maupun internasional seperti
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anak NCBI, google schoolar, PubMed, Jurnal
dengan edema membran timpani baik Medika Udayana, Jurnal Kedokteran
sedang hingga berat dengan onset Universitas Lampung, dan Jurnal
otorrhea baru bukan akibat infeksi Kedokteran Universitas Padjdjaran.
sekunder dari otitis eksterna dapat
474
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
475
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
awal dan mekanisme tindak lanjut dan bakteri patogen yang berkoloni di
dalam waktu 48-72 jam sehingga nasofaring masuk ke telinga tengah.
antibiotik dapat dimulai jika gejala Bakteri atau virus tersebut
menetap atau memburuk (Rettig & menyebabkan infeksi akut pada telinga
Tunkel, 2014). Berdasarkan Pediatric tengah yang mengakibatkan adanya
AOM guidelines direkomendasikan penumpukan cairan atau pada telinga
pengobatan lini pertama, yaitu tengah (Kalu et al., 2011).
amoksisilin. Kemudian, pengobatan lini
kedua dapat diberikan amoksisilin OMA bersifat akut pada yang sering
dengan asam klavuanat. Pengobatan lini dijumpai pada anak-anak, terutama usia
kedua diindikasikan untuk kondisi- dua tahun. Sekitar 70% anak
kondisi tertentu seperti konjungtivitis, diperkirakan mengalami infeksi dengan
pasien yang mengonsumi amoksisilin satu atau bahkan lebih episode
dalam 30 hari terakhir, dan riwayat menjelang usia tiga tahun. Anak-anak
otitis media berulang yang tidak cenderung berisiko terkena otitis media
responsif oleh amoksisilin (Pontefract et akut akibat tuba eusthacius secara
al., 2019). anatomis lebih horizontal, lebih pendek,
dan lebih fleksibel dibandingkan orang
Pedoman AAP direkomendasikan dewasa (Qureishi et al., 2014). Proporsi
antibiotik untuk setiap anak dengan anak perempuan lebih jarang terkena
gejala otorrhea atau gejala parah, OMA dibandingkan anak laki-laki
bahkan keduanya. Antibiotik juga dikarenakan anak laki-laki jauh lebih
meningkatkan risiko relatif efek aktif sehingga cenderung berisiko untuk
samping sebesar 34% seperti muntah, terkena paparan infeksi saluran
diare, dan ruam (Rettig & Tunkel, pernapasan atas yang dapat memicu
2014). Pada penelitian yang dilakukan kejadian OMA timbul (Mahardika et al.,
oleh (Tähtinen et al., 2017) bahwa 2019).
dalam kelompok pengobatan
antimikroba, sekitar 18,6% terjadi Otitis media akut dapat disebabkan oleh
kegagalan pengobatan pada anak, yaitu virus seperti respiratory syncytial virus,
30 dari 161 orang responden. Hasil virus influenza, adenovirus, dan
pengobatan pada kelompok tersebut rhinovirus. Selain itu, OMA juga dapat
secara konsisten mendukung disebabkan oleh bakteri seperti
pengobatan antimikroba (Tähtinen et Streptococcus pneumoniae,
al., 2017). Haemophilus influenza, dan Moraxella
catarrhalis (Sakulchit & Goldman,
PEMBAHASAN 2017). Bakteri dapat diisolasi dari kultur
Otitis Media Akut (OMA) merupakan cairan telinga tengah pada 50-90%
komplikasi dari disfungsi tuba kasus OMA dan OME (Harmes et al.,
eusthacius akibat infeksi virus pada 2013).
saluran pernafasan atas (Harmes et al.,
2013). Virus saluran pernafasan atas Menurut (Kaur et al., 2017) faktor risiko
menyebabkan peradangan tuba terjadinya otitis media akut adalah ras,
eusthachius yang mengakibatkan etnis, jenis kelamin, riwayat otitis media
disfungsi dan adanya tekanan negatif akut dalam keluarga, durasi pemberian
telinga tengah. Hal tersebut ASI yang pendek pada anak, dan
memungkinkan terjadi sekresi yang riwayat atopi seperti: rhinitis, asthma
mengandung virus yang menginfeksi serta eczema. Selain itu, faktor risiko
476
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
lain yang dapat memicu terjadinya otitis bersifat mendadak atau akut, terjadi
media akut adalah kelainan orofasial, efusi pada telinga tengah, dan
paparan asap rokok atau iritasi saluran ditemukan tanda-tanda inflamasi
pernafasan, GERD, imunodefisiensi, (demam, nyeri pada telinga, hiperemis,
dan infeksi saluran pernafasan atas dan edema). Gejala klinis lain seperti
(Harmes et al., 2013).Selain itu, faktor membran timpani bulging merupakan
risiko lain yang dapat memicu indikator yang spesifik berkaitan
terjadinya otitis media akut adalah dengan OMA (Saux et al., 2016).
kelainan orofasial, paparan asap rokok Spektrum klinis otitis media akut dapat
atau iritasi saluran pernafasan, GERD, bervariasi dari tahap awal saat ada
imunodefisiensi, dan infeksi saluran tanda-tanda peradangan membran
pernafasan atas (Harmes et al., 2013). timpani dan akumulasi efusi telinga
tengah yang jelas. Otitis media akut
Gejala umum yang dapat dijumpai pada lebih parah ketika efusi telinga tengah
penderita otitis media akut berupa di bawah tekanan menyebabkan
demam, malaise, efusi telinga tengah, membran timpani menonjol hingga
otorrhea, nyeri telinga, perforasi membran timpani ruptur secara spontan
membran timpani, gangguan dengan disertai otorrhea (Kalu et al.,
pendengaran, telinga berdengung, 2011).
vertigo, dan nistagmus (Gotcsik, 2012).
Namun, ada gejala lain yang dapat Selain dijumpai gejala tersebut, dapat
ditemui berdasarkan stadium yang dilakukan otoskopi atau otomikroskopi
diderita, yaitu pertama stadium oklusi untuk menegakkan diagnosis.
yang ditandai dengan retraksi membran Otomikroskopi memfasilitasi persepsi
timpani akibat adanya tekanan negatif kedalaman dan penilaian membran
pada telinga tengah dan membran timbani secara rinci. Pemeriksaan ini
timpani dapat terlihat suram atau memiliki sensitivitas sekitar 87-91%
normal. Kedua, stadium hiperemis, dan spesifitas 89-93% sehingga dirasa
ditandai dengan kemerahan dan edema lebih unggul dibandingkan otoskopi
pada membran timpani. Ketiga, stadium (Sundvall et al., 2019).
supurasi, ditandai dengan sel epitel
superfisial yang hancur, ada eksudat Pemeriksaan otoskopi hanya memiliki
purulen pada cavum timpani, bulging sensitivitas dan spesifitas sekitar 61%.
pada membran timpani, dan disertai Dengan menggunakan otoskopi,
edema. Keempat, stadium perforasi, pemeriksaan tersebut, dapat terlihat
pada stadium ini membran timpani bahwa membran timpani berwarna
sudah ruptur sehingga nanah keluar ke suram atau normal, bulging, hiperemis,
liang telinga (Nisa, 2017). Kelima, edema, terdapat sekret di liang telinga.
stadium resolusi memiliki tanda Otoskopi memiliki spesifisitas dan
membran timpani yang kembali normal, sensitivitas yang rendah untuk otitis
tidak ada sekret lagi, dan dapat terjadi media, yaitu sekitar 61% (Sundvall et
resolusi meskipun tidak diberikan al., 2019).
pengobatan (Munilson & Edward,
2007). Setelah dilakukan otoskopi, dapat
dilakukan timpanometri untuk
Diagnosis otitis media akut dapat mengonfirmasi dan menguji hasil yang
ditegakkan jika ditemukan hal seperti: diperoleh. Prosedur pemeriksaan yang
gejala atau penyakit yang diderita dilakukan probe dimasukkan ke dalam
477
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
liang tenga sehingga timbul ruang Antibiotik lini kedua, yaitu amoksisilin
kedap udara. Mobilitas membran 50 mg/kgBB/hari ditambah asam
timpani dan tekanan telinga tengah klavuanat 12,5 mg/kgBB/hari (Thomas
menjadi parameter hasil timpanometri et al., 2014). Dosis amoksisilin atau
(Kusmardiani et al., 2017). Otitis media amoksisilin-asam klavuanat atau
akut didiagnosis jika ditemukan efusi ceftriaxone direkomendasikan untuk
telinga tengah pada anak yang memiliki otitis media berulang atau nonresponsif
gejala demam, nyeri telinga, iritabilitas, akibat disebabkan oleh Streptococcus
gesekan atau tarikan telinga, muntah, pneumoniae yang resisten sedang
diare, dan juga gejala saluran (Cherpillod, 2011). Pemberian
pernapasan akut lainnya (Lieberthal et analgesik pada anak juga
al., 2013). direkomendasikan (Mahardika et al.,
2019). Analgesik berguna untuk
Penatalaksanaan yang dilakukan pada mengurangi nyeri telinga, demam, dan
otitis media akut bergantung dari iritabilitas. Analgesik yang dapat
stadium yang diderita, yaitu pertama diberikan seperti paracetamol,
stadium oklusi diberikan antibiotik ibuprofen, dan acetaminopen. Namun,
berupa Ampicillin atau Penicillin dan ibuprofen lebih disukai dikarenakan
obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%. durasi kerjanya yang lebih lama dan
Kedua, stadium hiperemis diberikan tingkat toksisitasnya lebih rendah ketika
analgetik untuk meredakan nyeri, terjadi overdosis (Kalu et al., 2011).
antibiotik, dan obat tetes hidung HCL
efedrin 0,5%. Ketiga stadium supurasi, Pengendalian nyeri harus ditangani
pengobatan dapat berupa antibiotik dan secara aktif apakah pengobatan awal
obat simptomatik. Pada stadium ini, termasuk antibiotik langsung atau tidak
miringotomi dapat dilakukan untuk dikarenakan antibiotik tidak mulai
mencegah perforasi. Keempat, stadium memberikan pereda nyeri lebih dari 24
perforasi, diberikan antibiotik yang jam. Acetaminopen dan ibuprofen
adekuat dan 3% selama kurang meningkatkan kontrol nyeri atas
lebih 3 – 5 hari (Munilson & Edward, plasebo, tetapi hanya ibuprofen yang
2007). menghasilkan peningkatan signifikan.
Pemilihan obat nyeri serta jadwal harus
Pada anak-anak dengan otitis media didiskusikan dengan perawat yang
yang tidak berat direkomendasikan memiliki pengalaman dan preferensi
antibiotik sesuai usia atau mengamati yang baik (Rettig & Tunkel, 2014).
resolusi gejala dalam waktu 48-72 jam
sebelum meresepkan antibiotik Strategi pengobatan yang dapat
(Pontefract et al., 2019). Antibiotik lini dilakukan pada anak pengidap otitis
pertama yang dapat diberikan, yaitu media akut adalah pada anak berusia 6
amoksisilin 50 sampai 60 mg/kgBB/hari bulan dengan otorrhea, otalgia
yang terbagi dalam 2-3 dosis untuk sekurangnya 48 jam, suhu 39
pasien tanpa alergi terhadap penicillin. diberikan antibiotik selama 10 hari.
Pemberian obat golongan Anak usia 6-23 bulan dengan otitis
cephalosporins seperti ceftriacone, media akut bilateral tanpa gejala berat
cefpodoxime, cefdinir, dan cefuroxime diberikan antibiotik selama 10 hari.
direkomendasikan pada pasien yang Anak usia 6-23 tahun dengan otitis
memiliki alergi penicillin (Gotcsik, media akut unilateral tanpa gejala berat
2012). diobservasi dan diberikan antibiotik
478
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
479
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
480
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
481
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 4, November 2020 Hal 473 – 482
Global Health Science Group
482