(Kel.2) Gizi Buruk Revisi PDF
(Kel.2) Gizi Buruk Revisi PDF
Disusun oleh:
Indah Triana 1710201170 Novi Agustina N.K 1710201179
Maskuta Azizah 1710201171 Retanti Yuvia Rahmi 1710201180
Sukhairunnisa Ramadhani 1710201172 Rezka Nihaya Husna 1710201182
Diah Rizki Aulia 1710201173 Sri Wahyuni 1710201181
Raodah Tul Ikhsan 1710201174 Silvi Galuh Safitri 1710201183
Neyysya Indri Saputri 1710201175 Ani Nur Khsanah 1710201184
Kristia Putri Cinarty 1710201176 Tri Listyani 1710201185
Sugeng Prianto 1710201177 Dina Luvidayani 1710201186
Dara Ratna Mandira 1710201178 Melathi Sangria Brasti1710201187
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 3
D. Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 4
A. Gambaran Umum ........................................................................... 4
B. Gejala Klinis .................................................................................... 4
C. Faktor Ekologi Lingkungan ............................................................ 5
D. Tata Laksana Diet ........................................................................... 6
E. Strategi Departemen Kesehatan Terhadap Gizi Buruk ................... 6
F. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk ............................. 7
G. Pencegahan Gizi Buruk .................................................................. 8
H. Pathways ......................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 10
A. Asuhan Keperawatan ...................................................................... 10
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 25
A. Simpulan ......................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
iii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gizi buruk merupakan kelainan gizi yang dapat berakibat fatal pada
kesehatan balita. Kejadian gizi buruk ini apabila tidak diatasi akan
menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Gizi buruk akan menimbulkan
dampak hambatan bagi pertumbuhan anak. (Kemenkes, RI 2015). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya gizi buruk diantaranya adalah status sosial ekonomi,
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) (Anwar K, 2005).
Menkes mengatakan, gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok
umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan
balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal
(golden period) terutama untuk pertumbuhan jaringan otak, sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan
akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus.
Upaya menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk harus
mengedepankan upaya-upaya promosi dan pencegahan, artinya mengupayakan
anak yang sehat tetap sehat. Seandainya saja setiap anak ditimbang di
Posyandu, berat badannya di plot didalam Kartu Menuju Sehat (KMS) maka
dengan mudah ibu dan kader dapat mengetahui gangguan pertumbuhan anak
sedini mungkin sebelum anak jatuh pada kondisi kurang atau buruk. Anak
yang berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut atau berada dibawah
garis merah kemungkinan besar akan menderita gizi kurang dan gizi buruk.
Kementerian Kesehatan memprioritaskan selalu meningkatkan fungsi
dan kinerja Posyandu, utamanya untuk meningkatkan cakupan pemantauan
pertumbuhan anak. Selain dipantau berat badannya, upaya pencegahan yang
sangat efektif adalah dengan memberikan ASI Eksklusif kepada bayi 0-6 bulan
dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat setelah bayi berusia 6
1
2
bulan, mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan
Agustus, dan menggunakan garam beryodium untuk kebutuhan konsumsi.
Riskesdas tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat
32.521 (14%) balita dengan kasus gizi buruk dan 17 % balita kekurangan Gizi
(malnutrisi), angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013
(19,6%) balita kekurangan gizi, akan tetapi target SDGS masih belum tercapai
(Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi gizi buruk di indonesia masih di bawah target. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk di Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) sebesar 10.9 %
yang merupakan prevalensi terendah dibandingkan 33 provinsi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa perbaikan gizi di D.I.Y menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Namun demikian
pencapaian tersebut tidak merata, di kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul
dan Kotamadya Yogyakarta prevalensinya masih relatif tinggi, yaitu masing
masing 14.6%, 13.4% dan 12.9%.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul antara lain:
1. Bagaimana gambaran umum anak dengan gizi buruk?
2. Apa saja gejala klinis anak dengan gizi buruk?
3. Bagaimana faktor ekologi lingkungan berdampak pada gizi buruk?
4. Apa saja tata laksana diet anak dengan gizi buruk?
5. Bagimana strategi departemen kesehatan terhadap anak dengan gizi
buruk ?
6. Apa dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk ?
7. Bagaimana pencegahan gizi buruk ?
8. Bagaimana pathways anak dengan gizi buruk?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gizi buruk?
3
C. TUJUAN
Tujuan Umum :
Dapat mengetahui Asukan Keperawatan serta, tata laksana serta konsep
dasar gizi buruk pada anak.
Tujuan Khusus :
Untuk memenuhi penugasan mata kuliah untuk Keperawatan Anak II
D. MANFAAT
Penulis
Untuk menambah pengetahuan, referensi dan kemampuan mengaplikasikan
Asukan Keperawatan Anak khususnya anak dengan gizi buruk.
Pembaca
Untuk menambah pengetahuan serta wawasan ketika menghadapi kasus gizi
buruk.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. GAMBARAN UMUM
Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut
tinggi badan atau panjang badan <70% dari median atau nilai Z score <-3 SD
(WHO Childd Growth Standart) dengan atau tanpa adanya edema. Bila
disertai edema sedang atau berat, nilai z score bisa >-3 SD.
Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwasiorkor, marasmus dan marasmik-
kwasiokor, walau pada tatalaksananya tidak ada perbedaan kecuali
pengurangan jumlah cairan yang diberikan pada fase stabilisasi bila terdapat
edema berat. Dilihat dari penyebabnya, marasmus merupakan hasil kumulatif
masukan energi dan protein yang tidak adekuat yang terjadi perlahan-perlahan.
Sementara kwasiorkor terjadi selain karena kurangnya asupan makan, juga
berkaitan dengan respon tubuh terhadap adanya infeksi dan stres.
B. GEJALA KLINIS
a. Kwasiorkor
- Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh.
- Perubahan status mental
- Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Pembesaran hati
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
4
5
b. Marasmus
- Badan Nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus
kulit
- Wajah seperti orang tua
- Mudah menangis/cengeng dan rewel
- Kulit menjadi keriput
- Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana
longgar)
c. Marasmik-kwasiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor - marasmus
d. Produksi pangan
Produksi pangan yang berasal dari lahan pertanian, peternakan maupun
perikanan akan memengaruhi ketersediaan makanan di pasaran. Produksi
pangan dikatakan baik apabila tersedia lahan yang cukup, sistem pengairan
yang baik, pemupukan, pengontrolan hama pangan yang baik serta
pengolahan pascapanen.
D. TATALAKSANA DIET
WHO 1999, telah membuat Pedoman Penatalaksanaan anak Gizi Buruk
(Management of Severe Malnutrition) yang disebut dengan 10 langkah
penanganan gizi buruk, yaitu:
1. Pengobatan/pencegahan Hipoglikemia
2. Pengobatan/pencegahan Hioptermia
3. Pengobatan/pencegahan Dehidrasi
4. Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan Infeksi
6. Koreksi Defisiensi Zat Gizi-Mikro
7. Pemberian Makanan Awal (stabilisasi)
8. Pemberian Makanan Tumbuh Kejar (Rehabilitasi)
9. Stimulasi Sensoris dan Dukungan Emosional
10. Persiapan Tindak Lanjut di Rumah
Pada pelaksanaannya, pemberian diet pada anak dengan Gizi Buruk terdiri
dari 3 fase tata laksana anak gizi buruk (Kementrian Kesehatan RI 2011
yaitu fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi.
A. PATHWAYS
Kurang
Pengetahuan Gizi Buruk
Marasmus Kwashiokor
Albumin dan
Kebutuhan asam folat
Kebutuhan energi Absorbsi nutrisi
terus meningkat nutrisi
Keterlambatan
Hilangnya lemak subkutan Ketidakseimbang Pertumbuhan
an Nurisi Kurang Ketidakseimba dan
Dari Kebutuhan ngan Volume Perkembangan
Tubuh Cairan
Kulit tipis,
kering dan
keriput
10
11
b. Kepala: lingkar kepala klien biasanya kecil dan warna rambut klien
kusam.
c. Wajah: tampak seperti wajah orang tua (kehilangn lemak pipi)
d. BB : underweigt
e. Otot : lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
f. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, parathesia (kesemutan, reflek
menurun
g. GI : anoreksia, konstipasii, diare, pembesaran liver,
Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising usus meningkat,
dan suara hipertimpani
h. Kardiovaskuler : nadi > 100 x/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi
i. Rambut : kusam, kering, pudar, tipis, patah-patah/pecah
j. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekchie, lemak di subkutan tidak ada,
dan CRT: > 3 detik
k. Bibir : kering, pecah-pecah, lesi, stomatitis, pucat
l. Gusi : pendarahan, peradangan
m. Lidah : edema, hiperemis
n. Gigi : karies, kotor
o. Mata : konjungtiva pucat, kering, tanda-tanda infeksi
p. Kuku : mudah patah
q. Ekstremitas atas: lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat.
r. Ekstremitas bawah: terjadi edema tungkai.
s. Pengukuran antropometri :
BB Ideal
Lingkar lengan atas
Lipatan kulit pada otot trisep
12
B. DIAGNOSIS
1. Ketidak seimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan dengan asupan diet kurang, ketidak mampuan
makan, gangguan psikososial.
2. Ketidak efektifan dinamika makan anak berhubungan dengan sering
makan dengan kualitas makanan yang buruk
3. Resiko defisiensi volume cairan yang berhubungan dengan asupan
cairan kurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
5. Resiko Kerusakan intregritas membran mukosa oral yang berhubungan
dengan malnutrisi
6. Kurang pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah gizi
7. Disfungsi motilitas gastrointestinal yang berhubungan dengan
malnutrisi
8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak
adekuat
9. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
10. Ketidak efektifan manajemen kesehatn keluargan yang bertujuan
dengan kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor resiko
11. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi tidak
adekuat
13
C. PERENCANAAN
Perencanaan
Diagnosis keperawatan
Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC ) Rasionalisasi
Ketidakseimbangan Status Asupan Managemen nutrisi 1. Memantau
nutrisi (kurang dari Asupan gizi 1. Monitor kalori dan jumlah input
kebutuhan tubuh) Asupan asupan makanan nutrisi di dalam
berhubungan dengan cairan 2. Monitor tubuh
asupan diet kurang, Asupan kecenderunan 2. Memantau BB
ketidak mampuan makanan terjadinya penurunan agar sesuai
makan, gangguan Nutrisi: Asupan dan kenaikan BB dengan usia
psikososial. Nutrisi 3. Atur diet yang maupun TB.
Asupan diperlukan 3. Agar makanan
kalori (menyediakan yang dikonsumsi
Asupan makanan protein sesuai dengan
protein tinggi, menambah kebutuhan dan
Asupan vitamin dll) nutrisi untuk tubuh
tercukupi dengan
lemak 4. Tentukan jumlah
baik
Asupan kalori dan jenis
4. Agar gizi yang
karbohidrat nutrisi yang
belum terpenuhi
Asupan dibutuhkan untuk
segera terpenuhi
serat memenuhi
dan nutrisi selalu
Asupan persyaratan gizi.
tercukupi.
vitamin 5. Lakukan atau bantu
5. Kebersihan mulut
Asupan zat klien terkait
tetap terjaga dan
besi perawatan mulut
menghilangkan
Asupan sebelum makan.
kotoran – kotorsn
mineral 6. Anjurkan keluarga
pada mulut.
membawa makanan
6. Agar pasien
favorit pasien
tertarik untuk
7. Instruksikan pasien makan dan
mengenai kebutuhan terpenuhi
nutrisi kebutuhan
8. Anjurkan pasien nutrisinya
terkait dengan 7. Agar pasien
kebetuhan makanan maupun keluarga
tertentu berdasarkan mengetahui
perkembangan atau kebutuhan nutrisi
usia yang sesuai
14
tempat makan
atau peralatan
makan yang
menarik mampu
membuat selera
makan anak
bertambah.
Terkadang juga
mampu membuat
anak menjadi
tertarik dengan
makanan
walaupun pada
awalnya anak
kurang menyukai
makanan
tersebut.
5. Agar pasien dapat
menikmati
makanannya
dengan baik
6. Agar pada saat
makan pasien
benar-benar
menikmatinya
karena suhu
makanan pas.
Misalnya, bubur
disajikan ketika
masih hangat
terjadinya alergi
jika pasien
mempunyai
alergi tertentu
5. Agar dapat
mengurangi rasa
sakit/bisa juga
menambah nafsu
makan pada
pasien.
diharapkan
dapat mencegah
malnutris
6. Pemberian
nutrisi dapat
disesusuaikan
tanpa
mengurahi
jumlah
kebutuhan
nutrisi dalam
tubuh,
7. Untuk
mengetahui
kebutuhan
nutrisi yang
baik dan benar
untu tubuh.
8. Agar keluarga
pasien dapan
mendiskusikan
kebutuhan
nutrisi sesuai
dengna tumbuh
kembang anak.
sangat penting
bagi anak,
apalagi masih
dalam masa
tumbuh kembag.
Diharapkan
orangtua mampu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
anak tetapi masih
memperhatikan
asupan gizi yang
sesuai dengan
anak.
8. Agar orangtua juga
ada teman untuk
berbagi dengan
orang lain. Adanya
wadah/ tempat ini
diharapkan
orangtua akan lebih
aktih berbagi
tentang bagimana
merawat anak
denagn baik dalam
pmberian nutrisi
Kerusakan integritas Integritas Manajemen Nutrisi 1. Agar dapat
kulit yang berhubungan Jaringan: Kulit & 1. Monitor kalori dan asupan mengetahui dan
dengan nutrisi tidak Membran 2. Monitor kecenderungan mempertahankan
adekuat Mukosa terjadinya penurunan dan kalori dan asupan
Hidrasi kenaikan berat badan saat makan
Integritas kulit 3. Tentukan status gizi 2. Supaya nanti
Elastisitas pasien dan kemampuan dapat mencegah
Tekstur pasien untuk memenuhi terjadinya
Suhu kulit kebutuhan gizi penurunan dan
Status Nutrisi 4. Identifikasi adanya alergi kenaikan berat
Asupan gizi atau intoleransi makanan badan yang
Asupan ynag dimiliki pasien drastic
cairan 5. Beri obat obatan 3. Agar dapat
Asupan sebelum makan jika memberi nutrisi
24
25
26
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan makalah ini, kami mengharapkan para orangtua
dapat mencegah dan mengenali gejala dari gizi buruk sejak dini. Maka dari itu,
hendaknya orangtua dapat meminimalisirkan terjadinya gizi buruk pada anak
dengan cara:
1. Memberikan ASI eksklusif hinga anak berusia 6 bulan;
2. Anak selalu diberikan makanan gizi seimbang;
3. Anak mengikuti proram posyandu, untuk mengetahui perkembangan anak;
4. Adapun ketika ibu hamil, ibu dianjurkan menkonsumsi tablet zat besi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar K. (2006). Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia vol 2(3) hal 108-
116
Dochertman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC ) (5th ed.). America : Mosby Elsevier.
Hasdianah, Sandu dkk. (2014). Gizi Pemanfaatan gizi, diet, dan obesitas. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Hendarto, Aryono dkk. (2016). Penuntun Diet Anak Edisi ke-3. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
27