Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GIZI BURUK


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun oleh:
Indah Triana 1710201170 Novi Agustina N.K 1710201179
Maskuta Azizah 1710201171 Retanti Yuvia Rahmi 1710201180
Sukhairunnisa Ramadhani 1710201172 Rezka Nihaya Husna 1710201182
Diah Rizki Aulia 1710201173 Sri Wahyuni 1710201181
Raodah Tul Ikhsan 1710201174 Silvi Galuh Safitri 1710201183
Neyysya Indri Saputri 1710201175 Ani Nur Khsanah 1710201184
Kristia Putri Cinarty 1710201176 Tri Listyani 1710201185
Sugeng Prianto 1710201177 Dina Luvidayani 1710201186
Dara Ratna Mandira 1710201178 Melathi Sangria Brasti1710201187

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
Kata pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak
I dengan judul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Gizi Buruk”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Keperawatan Anak I yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 15 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 3
D. Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 4
A. Gambaran Umum ........................................................................... 4
B. Gejala Klinis .................................................................................... 4
C. Faktor Ekologi Lingkungan ............................................................ 5
D. Tata Laksana Diet ........................................................................... 6
E. Strategi Departemen Kesehatan Terhadap Gizi Buruk ................... 6
F. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Gizi Buruk ............................. 7
G. Pencegahan Gizi Buruk .................................................................. 8
H. Pathways ......................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 10
A. Asuhan Keperawatan ...................................................................... 10
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 25
A. Simpulan ......................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

iii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gizi buruk merupakan kelainan gizi yang dapat berakibat fatal pada
kesehatan balita. Kejadian gizi buruk ini apabila tidak diatasi akan
menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Gizi buruk akan menimbulkan
dampak hambatan bagi pertumbuhan anak. (Kemenkes, RI 2015). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya gizi buruk diantaranya adalah status sosial ekonomi,
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) (Anwar K, 2005).
Menkes mengatakan, gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok
umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan
balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal
(golden period) terutama untuk pertumbuhan jaringan otak, sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan
akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus.
Upaya menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk harus
mengedepankan upaya-upaya promosi dan pencegahan, artinya mengupayakan
anak yang sehat tetap sehat. Seandainya saja setiap anak ditimbang di
Posyandu, berat badannya di plot didalam Kartu Menuju Sehat (KMS) maka
dengan mudah ibu dan kader dapat mengetahui gangguan pertumbuhan anak
sedini mungkin sebelum anak jatuh pada kondisi kurang atau buruk. Anak
yang berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut atau berada dibawah
garis merah kemungkinan besar akan menderita gizi kurang dan gizi buruk.
Kementerian Kesehatan memprioritaskan selalu meningkatkan fungsi
dan kinerja Posyandu, utamanya untuk meningkatkan cakupan pemantauan
pertumbuhan anak. Selain dipantau berat badannya, upaya pencegahan yang
sangat efektif adalah dengan memberikan ASI Eksklusif kepada bayi 0-6 bulan
dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat setelah bayi berusia 6

1
2

bulan, mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan
Agustus, dan menggunakan garam beryodium untuk kebutuhan konsumsi.
Riskesdas tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat
32.521 (14%) balita dengan kasus gizi buruk dan 17 % balita kekurangan Gizi
(malnutrisi), angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013
(19,6%) balita kekurangan gizi, akan tetapi target SDGS masih belum tercapai
(Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi gizi buruk di indonesia masih di bawah target. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk di Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) sebesar 10.9 %
yang merupakan prevalensi terendah dibandingkan 33 provinsi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa perbaikan gizi di D.I.Y menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Namun demikian
pencapaian tersebut tidak merata, di kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul
dan Kotamadya Yogyakarta prevalensinya masih relatif tinggi, yaitu masing
masing 14.6%, 13.4% dan 12.9%.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul antara lain:
1. Bagaimana gambaran umum anak dengan gizi buruk?
2. Apa saja gejala klinis anak dengan gizi buruk?
3. Bagaimana faktor ekologi lingkungan berdampak pada gizi buruk?
4. Apa saja tata laksana diet anak dengan gizi buruk?
5. Bagimana strategi departemen kesehatan terhadap anak dengan gizi
buruk ?
6. Apa dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk ?
7. Bagaimana pencegahan gizi buruk ?
8. Bagaimana pathways anak dengan gizi buruk?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gizi buruk?
3

C. TUJUAN
Tujuan Umum :
Dapat mengetahui Asukan Keperawatan serta, tata laksana serta konsep
dasar gizi buruk pada anak.
Tujuan Khusus :
Untuk memenuhi penugasan mata kuliah untuk Keperawatan Anak II

D. MANFAAT
Penulis
Untuk menambah pengetahuan, referensi dan kemampuan mengaplikasikan
Asukan Keperawatan Anak khususnya anak dengan gizi buruk.
Pembaca
Untuk menambah pengetahuan serta wawasan ketika menghadapi kasus gizi
buruk.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. GAMBARAN UMUM
Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut
tinggi badan atau panjang badan <70% dari median atau nilai Z score <-3 SD
(WHO Childd Growth Standart) dengan atau tanpa adanya edema. Bila
disertai edema sedang atau berat, nilai z score bisa >-3 SD.
Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwasiorkor, marasmus dan marasmik-
kwasiokor, walau pada tatalaksananya tidak ada perbedaan kecuali
pengurangan jumlah cairan yang diberikan pada fase stabilisasi bila terdapat
edema berat. Dilihat dari penyebabnya, marasmus merupakan hasil kumulatif
masukan energi dan protein yang tidak adekuat yang terjadi perlahan-perlahan.
Sementara kwasiorkor terjadi selain karena kurangnya asupan makan, juga
berkaitan dengan respon tubuh terhadap adanya infeksi dan stres.

B. GEJALA KLINIS
a. Kwasiorkor
- Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh.
- Perubahan status mental
- Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Pembesaran hati
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

4
5

b. Marasmus
- Badan Nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus
kulit
- Wajah seperti orang tua
- Mudah menangis/cengeng dan rewel
- Kulit menjadi keriput
- Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana
longgar)
c. Marasmik-kwasiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor - marasmus

C. FAKTOR EKOLOGI LINGKUNGAN


a. Infeksi
Status gizi mempunyai keterkaitan yang erat dengan kejadian infeksi. Anak
yang mempunya status gizi kurang atau buruk akan mudah terkena infeksi
karena anak tidak mempunyai daya tahan tubuh yang cukup.
b. Pengaruh budaya
Pada kelompok budaya tertentu, kebiasaan akan menciptakan pola makan
yang baik tetapi tidak jarang menciptakan kebiasaan yang bertentangan
dengan prinsip gizi. Contohnya wanita karir yang terlalu mengutamakan
pekerjaan, dengan terpaksan akan mengorbankan anak. Ada juga balita yang
tidak boleh makan telur karena takut bisulan.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan sosial yang dapat memengaruhi status gizi ialah jumlah anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah, kepadatan penduduk, keadaan dapur
untuk mengolah makanan dan ketersediaan air bersih untuk keperluan rumah
tangga.
Keadaan ekonomi juga dapat memengaruhi status gizi yaitu pekerjaan orang
tua, pendapatan per bulan dan harga pangan di pasaran.
6

d. Produksi pangan
Produksi pangan yang berasal dari lahan pertanian, peternakan maupun
perikanan akan memengaruhi ketersediaan makanan di pasaran. Produksi
pangan dikatakan baik apabila tersedia lahan yang cukup, sistem pengairan
yang baik, pemupukan, pengontrolan hama pangan yang baik serta
pengolahan pascapanen.

D. TATALAKSANA DIET
WHO 1999, telah membuat Pedoman Penatalaksanaan anak Gizi Buruk
(Management of Severe Malnutrition) yang disebut dengan 10 langkah
penanganan gizi buruk, yaitu:
1. Pengobatan/pencegahan Hipoglikemia
2. Pengobatan/pencegahan Hioptermia
3. Pengobatan/pencegahan Dehidrasi
4. Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan Infeksi
6. Koreksi Defisiensi Zat Gizi-Mikro
7. Pemberian Makanan Awal (stabilisasi)
8. Pemberian Makanan Tumbuh Kejar (Rehabilitasi)
9. Stimulasi Sensoris dan Dukungan Emosional
10. Persiapan Tindak Lanjut di Rumah
Pada pelaksanaannya, pemberian diet pada anak dengan Gizi Buruk terdiri
dari 3 fase tata laksana anak gizi buruk (Kementrian Kesehatan RI 2011
yaitu fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi.

E. STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TERHADAP GIZI BURUK


Perbaikan gizi balita yang menderita gizi kurang dilakukan dengan teknik
konseling, terdapat delapan teknik konseling, yaitu menentukan anak sakit,
mencari penyebab gizi kurang, perubahan pola makan, cara pemberian makan saat
7

ini, penyakit yang berulang, mengkaji kemungkinan penyebab gizi kurang,


menentukan penyebab utama gizi kurang, dan memberikan konseling. Dan
diaplikasikan dengan:
a. Strategi departemen kesehatan untuk penanganan gizi buruk
b. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
c. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
d. Meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
e. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

F. DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT GIZI BURUK


1. Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan
sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi
rontok.
2. Produksi tenaga
Kekurangan energy yang berasal dari makanan yang mengakibatkan anak
kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi
malas, dan merasa lemas.
3. Pertahanan tubuh
System imunitas antibody menurun sehingga anak mudah terserang infeksi
seperti batuk, pilek dan diare.
4. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen
seperti perkembangan IQ dan motoric yang terhambat.
5. Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang,
cengeng, dan apatis.
8

G. PENCEGAHAN GIZI BURUK


Dapat dilakukan dengan memberikan dorongan pada orang tua untuk
melaksanakan gaya hidup sehat, seperti kebiasaan makan sehat, sering berolah-
raga dan hubungan yang baik pada waktu makan. Cara terbaik untuk
memengaruhi anak supaya mempunyai gaya hidup sehat adalah memberikan
contoh cara hidup sehat dari ayah dan ibunya sendiri.
Perbaikan gizi untuk umum dilakukan dengan 10 pesan umum gizi seimbang
yaitu:
A. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
B. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
C. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
D. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
E. Batasi konsumsi pangan manis,asin dan berlemak
F. Biasakan sarapan
G. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
H. Biasakan membaca label pada kemasan makanan
I. Cuci tangan memakai air bersih mengalir
J. Serta lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
9

A. PATHWAYS

Kurang makan, faktorekonomi,


pendidikan rendah, infeksi

Kurang
Pengetahuan Gizi Buruk

Marasmus Kwashiokor

Asupan energy/kalori Defisiensi protein Asupan nutrisi dan


makronutrisi tidak adekuat dan kalori protein tidak adekuat

Albumin dan
Kebutuhan asam folat
Kebutuhan energi Absorbsi nutrisi
terus meningkat nutrisi

Cadangan makanan diambil Diare Nutrisi jaringan Atrofi


dari lemak dibawah kulit dan sel tubuh

Keterlambatan
Hilangnya lemak subkutan Ketidakseimbang Pertumbuhan
an Nurisi Kurang Ketidakseimba dan
Dari Kebutuhan ngan Volume Perkembangan
Tubuh Cairan
Kulit tipis,
kering dan
keriput

Gangguan Integritas Dalam waktu


Kulit yang lama dan Risiko Kematian
terus menerus
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan pendidikan.
b. Keluhan utama : kelelahan dan kekurangan energi, pusing, kulit kering
dan bersisik, tidak nafsu makan, berat badan kurang / menurun,
pertumbuhan yang lambat, dan kelemahan pada otot.
c. Riwayat penyakit sekarang : kelelahan dan kekurangan energi, pusing,
kulit kering dan bersisik, tidak nafsu makan, berat badan kurang /
menurun, pertumbuhan yang lambat, dan kelemahan pada otot.
d. Riwayat penyakit dahulu : kurangnya asupan makanan dan adanya
penyakit.
e. Riwayat keluarga : mengidentifikasi komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, dan
perilaku yang dapat mempenaruhi.
2. Penilaian Status Nutrisi
3. Riwayat Diet dan pengobatan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
5. Pola ADL :
1) Nutrisi : mengeluh sering buang air besar, melaporkan penurunan
berat badan terus-menerus, mual, dan muntah.
2) Eliminasi : mengeluh sering buang air besar dan mengeluh sering
diare.
3) Aktivitas : kelelahan, kelemahan otot, dan merasa pusing atau
lemah ketika berdiri.
4) Hygiene : kurang kebersihan diri.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik : apatis dan lesu

10
11

b. Kepala: lingkar kepala klien biasanya kecil dan warna rambut klien
kusam.
c. Wajah: tampak seperti wajah orang tua (kehilangn lemak pipi)
d. BB : underweigt
e. Otot : lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
f. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, parathesia (kesemutan, reflek
menurun
g. GI : anoreksia, konstipasii, diare, pembesaran liver,
Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising usus meningkat,
dan suara hipertimpani
h. Kardiovaskuler : nadi > 100 x/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi
i. Rambut : kusam, kering, pudar, tipis, patah-patah/pecah
j. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekchie, lemak di subkutan tidak ada,
dan CRT: > 3 detik
k. Bibir : kering, pecah-pecah, lesi, stomatitis, pucat
l. Gusi : pendarahan, peradangan
m. Lidah : edema, hiperemis
n. Gigi : karies, kotor
o. Mata : konjungtiva pucat, kering, tanda-tanda infeksi
p. Kuku : mudah patah
q. Ekstremitas atas: lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat.
r. Ekstremitas bawah: terjadi edema tungkai.
s. Pengukuran antropometri :
 BB Ideal
 Lingkar lengan atas
 Lipatan kulit pada otot trisep
12

B. DIAGNOSIS
1. Ketidak seimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan dengan asupan diet kurang, ketidak mampuan
makan, gangguan psikososial.
2. Ketidak efektifan dinamika makan anak berhubungan dengan sering
makan dengan kualitas makanan yang buruk
3. Resiko defisiensi volume cairan yang berhubungan dengan asupan
cairan kurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
5. Resiko Kerusakan intregritas membran mukosa oral yang berhubungan
dengan malnutrisi
6. Kurang pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah gizi
7. Disfungsi motilitas gastrointestinal yang berhubungan dengan
malnutrisi
8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak
adekuat
9. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
10. Ketidak efektifan manajemen kesehatn keluargan yang bertujuan
dengan kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor resiko
11. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi tidak
adekuat
13

C. PERENCANAAN

Perencanaan
Diagnosis keperawatan
Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC ) Rasionalisasi
Ketidakseimbangan Status Asupan Managemen nutrisi 1. Memantau
nutrisi (kurang dari  Asupan gizi 1. Monitor kalori dan jumlah input
kebutuhan tubuh)  Asupan asupan makanan nutrisi di dalam
berhubungan dengan cairan 2. Monitor tubuh
asupan diet kurang,  Asupan kecenderunan 2. Memantau BB
ketidak mampuan makanan terjadinya penurunan agar sesuai
makan, gangguan Nutrisi: Asupan dan kenaikan BB dengan usia
psikososial. Nutrisi 3. Atur diet yang maupun TB.
 Asupan diperlukan 3. Agar makanan
kalori (menyediakan yang dikonsumsi
 Asupan makanan protein sesuai dengan
protein tinggi, menambah kebutuhan dan
 Asupan vitamin dll) nutrisi untuk tubuh
tercukupi dengan
lemak 4. Tentukan jumlah
baik
 Asupan kalori dan jenis
4. Agar gizi yang
karbohidrat nutrisi yang
belum terpenuhi
 Asupan dibutuhkan untuk
segera terpenuhi
serat memenuhi
dan nutrisi selalu
 Asupan persyaratan gizi.
tercukupi.
vitamin 5. Lakukan atau bantu
5. Kebersihan mulut
 Asupan zat klien terkait
tetap terjaga dan
besi perawatan mulut
menghilangkan
 Asupan sebelum makan.
kotoran – kotorsn
mineral 6. Anjurkan keluarga
pada mulut.
membawa makanan
6. Agar pasien
favorit pasien
tertarik untuk
7. Instruksikan pasien makan dan
mengenai kebutuhan terpenuhi
nutrisi kebutuhan
8. Anjurkan pasien nutrisinya
terkait dengan 7. Agar pasien
kebetuhan makanan maupun keluarga
tertentu berdasarkan mengetahui
perkembangan atau kebutuhan nutrisi
usia yang sesuai
14

9. Bantu pasien untuk 8. Agar kebutuhan


mengakses program- nutrisi tercukupi
program gizi dan tidak
komunitas menganggu
tumbuh kembang
pasien.
9. Agar pasien
ataupun keluarga
dapan memiiki
wawasan/
pengetahun tentang
kebutuhan gizi dan
dapat menerapkan
di pasien dengan
baik.

Ketidakefektifan Status Nutrisi Pemberian makan


dinamika makan anak  Asupan gizi 1. Identifikasi diet yang 1. Mengetahui diet
berhubungan dengan  Asupan disarankan yang didaptkan
memaksa anak makan, makanan 2. Identifikasi reflek pasien sesuai
pilihan makan tidak menelan, jika dengan
adekuat, membatasi diperlukan kebutuhan nutisi
makan anak. 3. Atur makanan sesuai pasien atau belum
dengan kesenangan 2. Ada gangguan
pasien atau tidak pada
4. Atur meja dan reflek menelan
nampan yang menarik yang
(tempat makan). menyebabkan
5. Ciptakan lingkungan anak memilih
yang menyenangkan dalam makanan
selama makan 3. Makanan sesuai
6. Sediakan makanan dengan kesenangan
dalam suhu yang pasien tetapi juga
menyelerakan harus
memperhatikan
gizi yang
terkandung
mencukupi/ tidak
kebutuhan nutrisi
pasien
4. Pemberian
15

tempat makan
atau peralatan
makan yang
menarik mampu
membuat selera
makan anak
bertambah.
Terkadang juga
mampu membuat
anak menjadi
tertarik dengan
makanan
walaupun pada
awalnya anak
kurang menyukai
makanan
tersebut.
5. Agar pasien dapat
menikmati
makanannya
dengan baik
6. Agar pada saat
makan pasien
benar-benar
menikmatinya
karena suhu
makanan pas.
Misalnya, bubur
disajikan ketika
masih hangat

Defisiensi volume Keseimbangan Manajemen Cairan: 1. Mencegah


cairan yang Cairan 1. Timbang berat badan adanya kelebihan
berhubungan dengan  Turgor kulit setiap hari dan monitor volume cairan
asupan cairan kurang  Kelembapan status pasien dan mengetahui
membrane 2. Monitor status hidrasi berat badan
mukosa 3. Monitor status gizi pasien normal
 Kehausan 4. Berikan cairan, yang atau tidak.
 Tekanan tepat 2. Mengetahui anak
16

darah 5. Jaga intake/asupan sudah tercukupi


yang akurat dan catat dalam pemberian
output pasien asupan cairan.
6. Tingkatkan asupan oral 3. Mengetahui
7. Dukung pasien dan peningkatan gizi
keluarga untuk anak.
membantu dalam 4. Agar anak tidak
pemberian makan yang mengalami
baik kejadian yang
8. Konsultasikan dengn tidak diinginkan.
dokter jika tanda-tanda 5. Intake cairan dan
dan gejala output cairan
kelebihan/kekurangan harus sama.
volume menetap atau Asupan cairan
memburuk tercukupi
6. Memberikan
cairan atau
minuman yng
disukai oleh
anak agar dpat
meningkatkan
asupan cairan.
7. Mengajarkan
keluarga untuk
meningkatkan
asupan cairn
pada anak.
8. Menindak lanjuti
kejadian yang
tidak diinginkan
denga
pengobatan
secara medis.
Resiko infeksi Status Nutrisi Kontrol Infeksi 1. Agar dapat
berhubungan dengan  Asupan 1. Tingkatkan intake meningkatkan
malnutrisi makanan nutrisi yang tepat nutrisi pada
 Asupan 2. Dorong intake cairan pasien
cairan yang sesuai 2. Agar pasien
 Asupan gizi 3. Berikan imunisasi tidak
17

 Energi yang sesuai mengalami


4. Ajarkan pasien dan dehidrasi
anggota keluarga ataupun syok
mengenai bagaimana hipovolemia
menghindari infeksi 3. Supaya pasien
terhindar dari
penyakit yang
mungkin
muncul
4. Supaya
menambah
edukasi untuk
keluarga dan
pasien
bagaimana cara
nya untuk
menghindari
infeksi dari
bakteri ataupun
virus
Resiko Kerusakan Integritas Manajemen Nutrisi 1. Agar dapat
intregritas membrane jaringan: Kulit 1. Monitor kalori dan asupan mengetahui dan
mukosa oral yang dan membran 2. Monitor kecenderungan mempertahankan
berhubungan dengan mukosa oral terjadinya penurunan dan kalori dan asupan
malnutrisi  Hidrasi kenaikan berat badan saat makan
 Integritas kulit 3. Tentukan status gizi 2. Supaya nanti
 Elastisitas pasien dan kemampuan dapat mencegah
 Tekstur pasien untuk memenuhi terjadinya
 Suhu kulit kebutuhan gizi penurunan dan
Status Nutrisi 4. Identifikasi adanya alergi kenaikan berat
 Asupan gizi atau intoleransi makanan badan yang
 Asupan ynag dimiliki pasien drastic
cairan 5. Beri obat obatan 3. Agar dapat
 Asupan sebelum makan jika memberi nutrisi
makanan diperlukan sesuai status gizi
dan kebutuhan
nutrisi pasie
4. Supaya dapat
mencegah
18

terjadinya alergi
jika pasien
mempunyai
alergi tertentu
5. Agar dapat
mengurangi rasa
sakit/bisa juga
menambah nafsu
makan pada
pasien.

Kurang pengetahuan Pengetahuan: Pendidikan Kesehatan: 1. Menentukan


pada keluarga Promosi 1. Identifikasi faktor penyebab
berhubungan dengan Kesehatan internal/eksternal yang timbulnya
ketidak mampuan  Perilaku dapat meningkatkan masalah gizi
keluarga mengenal meningkkat atau mengurangi pada anak.
masalah gizi kan motivasi untuk 2. Memberikan
kesehatan berperilaku sehat pengetahuan
 Imunisasi 2. Tentukan pengetahuan tentang gizi
yang di dan gaya hidup perilaku buruk, agar
rekomenda saat ini pada individu, mengerti
sikan keluarga, atau bagaimana
 Praktik gizi kelompok sasaran. konsepnya.
yang sehat 3. Tekankan pentingnya 3. Meningkatkan
Pengetahuan: pola makan yang sehat, kesadaran untuk
Proses Penyakit tidur, berolahraga dan hidup sehat dan
 Faktor lain-lain bgi individu, mengajarkan
penyebab keluarga, dan kelompok bagaimana
 Tanda dan yang meneladani nilai mencegah gizi
gejala dan perilaku ini dri buruk
 Proses orang lain, terutama 4. Agar dapat
perjalanan pada anak-anak. menerapkan
penyakit 4. Libatkan individu, hidup sehat
 Potensial keluarga, dan kelompok untuk dirinya
komplikasi dalam perencanaan dan sendiri, keluarga
rencana implementasi atau kelompok.
gaya hidup tau
modifiksi perilaku
kesehatan.
19

Disfungsi motilitas Fungsi Konseling Nutrisi 1. Agar


gastrointestinal yang Gastrointestinal 1. Bina hubungan pemenuhan
berhubungan dengan  Toleransi terapeutik kebutuhan
malnutrisi terhadap 2. Kaji asupan masakan klienterpenuhi
makan dan kebiasaan dengan bai
 Bising usus 3. Fasilitasi untuk 2. Agar
 Diare identifikasi perilaku mengetahui
 Nafus makan yang harus asupan nutrisi
makan diubah sesuai dengan
Status Nutrisi: 4. Kaji ulang pegukuran kebutuhan
Asupan Makanan intake dan output atau belum
& Cairan cairan pasien. Nilai Hb, 3. Untuk
 Asupan Tekanan darah, atau mengubah
makanan penambahan BB sesuai perilaku buruk
secara oral kebutuhan. yang
 Asupan 5. Diskusikan pengetahuan mempengaruhi
cairan pasien mengenai empat kebutuhan
secara oral makanan dasar termasuk nutrisi
juga tentang perlunya 4. Untuk
modifikasi diet memantau
6. Diskusikan makanan apakah intake
yang disukai dan yang atau output
tidak disukai dalamkeadaan
7. Berikan informasi normal dan
sesuai kebutuhan stabil atau
mengenai perlunya tidak.
modifikasi diet bagi Sehingga
kesehatan ketika terdapat
8. Sediakan konsultasi/
ketidnormalan
rujukan dengan anggota
salah satunya
kesehatan lain, sesuai
dapat teratasi
kebutuhan.
segera.
5. Agar pasien
atau keluarga
dapt
menerapkan
makanan sehat
untuk
dikonsumsi dan
20

diharapkan
dapat mencegah
malnutris
6. Pemberian
nutrisi dapat
disesusuaikan
tanpa
mengurahi
jumlah
kebutuhan
nutrisi dalam
tubuh,
7. Untuk
mengetahui
kebutuhan
nutrisi yang
baik dan benar
untu tubuh.
8. Agar keluarga
pasien dapan
mendiskusikan
kebutuhan
nutrisi sesuai
dengna tumbuh
kembang anak.

Resiko keterlambatan Deteksi resiko Peningkatan


perkembangan  Mengenali tanda perkembangan anak
berhubungan dengan gejala yang 1. Identifikasi kebutuhan
nutrisi tidak adekuat mengindikasikan unik setiap anak dan 1. Untuk memenuhi
risiko tingkat kemampuan kebutuhan sesuai
 Mengidentifikasi adaptasi yang dengan usia dan
kemungkinan diperlukan kondisi pada anak
risiko kesehatan 2. Monitor pemberian 2. Agar tidak terjadi
 Memanfaatkan regimen pengobatan kesalahan pada
sumber-sumber sesuai dengan saat proses
untuk mengetahui kebutuhan pengobatan
risiko kesehatan 3. Berikan kesempatan 3. Agar anak
pribadi dan mendukung mendapatkan
 Melakukan aktifitas motorik stimulus
pemeriksaan 4. Ajarkan orang tua 4. Agar orang tua
21

mandiri dan mengenai tingkat dapat membantu


skrining sesuai perkembangan normal dalam proses
waktu yang dari anak dan perilaku perkembangan
dianjurkan yang berhungan anak
5. Yakinkan bahwa tes 5. Dilakukan pada
medis dan atau saat keadaan anak
perawatan dilakukan sedang tidak baik
pada waktu yang tepat dan
dan sesuai dengan perkembangan
aktivitas anak sudah sangat
terlambat

Hambatan rasa Status Teknik menenangkan


nyaman berhubungan Kenyamanan 1. Identifikasi orang- 1. Untuk
dengan gejala terkait  Kesejahteraan orang terdekat klien memberikan rasa
penyakit fisik yang bisa membantu nyaman dan di
 Kesejahteraan klien lindungi pada
2. Kurangi stimulasi anak
psikologis
yang menciptakan 2. Untuk
 Lingkungan
perasaan takut maupun menciptakan
fisik cems lingkungan dan
 Dukungan 3. Instruksikan klien keadaan yang
keluarga dan menggunakan metode nyaman bagi
teman mengurangi anak
kecemasan (teknik 3. Mudah
nafas dalam) diaplikasikan dan
4. Berikan obat anti dapat
kecemasan jika meningkatkan
diperlukan rasa nyaman
4. Diberikan apabila
anak mengalami
kecemasan yang
sangat berlebihan

Ketidakefektifan Kontrol Resiko Pendidikan orang tua: 1. Untuk menilai


manajemen kesehatan  Mengidentif keluarga yang pakah anak
keluarga yang ikasi faktor membesarkan anak tumbuh dan
berhubungan dengan risiko 1. Tinjau kebutuhan gizi berkembang
kegagalan melakukan  Mengenali untuk kelompok usia sesuai dengan
tindakan mengurangi factor risiko tertentu usianya atau tidak
factor resiko  Melakukan 2. Identifikasi adanya 2. Adanya stress
imunisasi pemicu stress dalam dalam keluarga
22

yang keluarga dapat


direkomend 3. Identifikasi tugas menyebabkan
asikan perkembangan atau perhatian
tujuan yang sesuai orangtua ke anak
untuk anak terganggu.
4. Rancang program Seingga perlu
pendidikan yang dilakukan
didasarkan pada indefikasi.
kekuatan keluarga 3. Memantau
5. Diskusikan tumbuh kembang
pendekatan orangtua anak apakah
yang dapat digunakan sesuai dengan
dalam membantu usianya
anak untuk 4. Agar orangtua
mengungkapkan mendapatkan
perasaan positif fasilitas pendidikan
6. Ajarkan orangtua yang sesuai untuk
mengenai fisiologi, mmemantau
emosional, dan tumbuh kembang
karakteristik perilaku anak sesuai usianya
normal anak atau tidak
7. Anjurkan orangtua 5. Dengan adanya
pentingnya diet kedekatan antara
seimbang, makan tiga orangtua dan
kali sehari dan anak diharapkan
makanan ringan orangtua dapat
bergizi secara langsung
8. Rujuk orang tua kepada mengamati atau
kelompok pendukung membantu anak
atau orangtua, yang untuk selalu
sesuai. melakukan hal
positif
6. Agar orangtua
mengetahui
tumbuh kembang
yang sesuai
dengan usia
anakanya.
7. Kebutuhan nutrisi
23

sangat penting
bagi anak,
apalagi masih
dalam masa
tumbuh kembag.
Diharapkan
orangtua mampu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
anak tetapi masih
memperhatikan
asupan gizi yang
sesuai dengan
anak.
8. Agar orangtua juga
ada teman untuk
berbagi dengan
orang lain. Adanya
wadah/ tempat ini
diharapkan
orangtua akan lebih
aktih berbagi
tentang bagimana
merawat anak
denagn baik dalam
pmberian nutrisi
Kerusakan integritas Integritas Manajemen Nutrisi 1. Agar dapat
kulit yang berhubungan Jaringan: Kulit & 1. Monitor kalori dan asupan mengetahui dan
dengan nutrisi tidak Membran 2. Monitor kecenderungan mempertahankan
adekuat Mukosa terjadinya penurunan dan kalori dan asupan
 Hidrasi kenaikan berat badan saat makan
 Integritas kulit 3. Tentukan status gizi 2. Supaya nanti
 Elastisitas pasien dan kemampuan dapat mencegah
 Tekstur pasien untuk memenuhi terjadinya
 Suhu kulit kebutuhan gizi penurunan dan
Status Nutrisi 4. Identifikasi adanya alergi kenaikan berat
 Asupan gizi atau intoleransi makanan badan yang
 Asupan ynag dimiliki pasien drastic
cairan 5. Beri obat obatan 3. Agar dapat
 Asupan sebelum makan jika memberi nutrisi
24

makanan diperlukan sesuai status gizi


dan kebutuhan
nutrisi pasie
4. Supaya dapat
mencegah
terjadinya alergi
jika pasien
mempunyai
alergi tertentu
5. Agar dapat
mengurangi rasa
sakit/bisa juga
menambah nafsu
makan pada
pasien.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Gizi buruk adalah suatu keadaan yang ditandai dengan berat badan menurut
tinggi badan atau panjang badan <70% dari median atau nilai Z score <-3 SD
dengan atau tanpa adanya edema. Bila disertai edema sedang atau berat, nilai z
score bisa >-3 SD.
Secara klinis gizi buruk terbagi menjadi kwasiorkor, marasmus dan marasmik-
kwasiokor. Dilihat dari penyebabnya, marasmus merupakan hasil kumulatif
masukan energi dan protein yang tidak adekuat yang terjadi perlahan-perlahan.
Sementara kwasiorkor terjadi selain karena kurangnya asupan makan, juga
berkaitan dengan respon tubuh terhadap adanya infeksi dan stres.
Dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk, yaitu: pertumbuhan anak menjadi
terganggu, produksi tenaga berkurang yang menyebabkan anak menjadi malas
dan merasa lemas, sistem pertahanan tubuh menurun yang menyebabkan anak
mudah terkena penyakit, struktur dan fungsi otak terganggu yang
mempengaruhi perkembangan mental anak, perilaku anak menjadi apatis, tidak
tenang dan cengeng.
Untuk kasus gizi buruk sendiri, diagniosa keperawatan yang biasa muncul,
yaitu:
1. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
atau kalau di Indonesia sering di sebut angka kecukupan gizi (AKG)
2. Ketidakefektifan dinamika makan anak berhubungan dengan sering makan
dengan kualitas makanan yang buruk
3. Resiko defisiensi volume cairan yang berhubungan dengan asupan cairan
kurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
5. Resiko Kerusakan intregritas membrane mukosa oral yang berhubungan
dengan malnutrisi

25
26

6. Kurang pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan ketidak


mampuan keluarga mengenal masalah gizi
7. Disfungsi motilitas gastrointestinal yang berhubungan dengan malnutrisi
8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak
adekuat
9. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
10. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga yang berhubungan
dengan kegagalan melakukan tindakan mengurangi factor resiko
11. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat
(internal)

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan makalah ini, kami mengharapkan para orangtua
dapat mencegah dan mengenali gejala dari gizi buruk sejak dini. Maka dari itu,
hendaknya orangtua dapat meminimalisirkan terjadinya gizi buruk pada anak
dengan cara:
1. Memberikan ASI eksklusif hinga anak berusia 6 bulan;
2. Anak selalu diberikan makanan gizi seimbang;
3. Anak mengikuti proram posyandu, untuk mengetahui perkembangan anak;
4. Adapun ketika ibu hamil, ibu dianjurkan menkonsumsi tablet zat besi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar K. (2006). Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia vol 2(3) hal 108-
116
Dochertman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC ) (5th ed.). America : Mosby Elsevier.
Hasdianah, Sandu dkk. (2014). Gizi Pemanfaatan gizi, diet, dan obesitas. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Hendarto, Aryono dkk. (2016). Penuntun Diet Anak Edisi ke-3. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

KEMENKES RI (2016). Menkes Resmikan Rumah Pemulihan Gizi Balita. Diakses di


https://www.kemkes.go.id/article/view/848/menkes-resmikan-rumah-
pemulihan-gizi-balita.html pada 15 Desember 2019
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United States of America : Mosby Elsevier
Muhammad, Holil. 2017. PENILAIAN STATUS GIZI: DILENGKAPI PROSES
ASUHAN GIZI TERSTANDAR. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-


2017 (10th ed.). Jakarta : EGC.
RISKESDAS (2013). Laboratorium Manajemen Data. Diakses di
http://labdata.litbang.depkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-
riskesnas/menu-riskesdas/374-rkd-2013 pada 15 Desember 2019
Sari, Armenia Diah. 2018. Konsep Kebutuhan Nutrisi.[PPT]. Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

27

Anda mungkin juga menyukai