I Putu Suartawan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali
ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru – paru (Alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun
pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah
Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan para Influenza
Virus. Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Pada umumnya, pneumonia dikategorikan
dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita
pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin.
Sampai saat ini, penyakit pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.
Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20% dari kematian anak diakibatkan oleh pneumonia, melebihi
kematian akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis. Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan
kedua penyebab kematian pada balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan
bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun
2007 sebesar 2,1 % menjadi 2,7 % pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh
pneumonia tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%. Demikian juga hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ketahun
terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.
oleh penjamu (host) sebagai bagian dari adalah dengan meningkatkan daya tahan
reaksi peradangan. Lobus yang terkena tubuh kaitan terhadap berbagai penyakit
menjadi padat oleh karena adanya saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, makan makanan bergizi dan teratur,
sehingga warna paru menjadi merah dan menjaga kebersihan, beristirahat yang
pada perabaan seperti hepar, pada stadium cukup, rajin berolahraga, dan lain-lain.
ini udara alveoli tidak ada atau sangat Melakukan vaksinasi juga diharapkan
minimal sehingga anak akan bertambah dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
sesak. Stadium ini berlangsung sangat antara lain :
singkat, yaitu selama 48 jam. • Vaksinasi Pneumokokus
Stadium III (3 – 8 hari) • Vaksinasi H. Influenza
Disebut Hepatisasi Kelabu yang • Vaksinasi Varisela yang dianjurkan
terjadi sewaktu sel-sel darah putih pada anak dengan daya tahan tubuh
mengkolonisasi daerah paru yang rendah
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin • Vaksin influenza yang diberikan pada
terakumulasi di seluruh daerah yang anak sebelum anak sakit.
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Dengan penggunaan antibiotik yang
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai tepat dan cukup, mortalitas dapat
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak
berisi fibrin dan leukosit, warna merah dalam keadaan malnutrisi energi protein
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah dan yang datang terlambat menunjukkan
tidak lagi mengalami kongesti. mortalitas yang lebih tinggi.
Stadium IV (7 – 12 hari) Pada pneumonia yang disebabkan
Disebut juga stadium resolusi yang oleh Staphylococcus Aureus, angka
terjadi sewaktu respon imun dan kesembuhan penderita mengalami
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan kemajuan besar dengan penatalaksanaan
eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10
sehingga jaringan kembali ke strukturnya – 30% dan bervariasi dengan lamanya
semula. sakit yang dialami sebelum penderita
Penyakit pneumonia dapat dicegah dirawat, umur penderita, pengobatan yang
dengan menghindari kontak dengan memadai serta adanya penyakit yang
penderita atau mengobati secara dini menyertai.
penyakit - penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya pneumonia ini. INVESTIGASI
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan Anamesis
ICS 5 garis paraternal dextra batas kiri rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
: ICS 5 garis midclavikula sinistra. didapatkan keadaan umum pasien tampak
• Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, sakit sedang, kesadaran compos mentis,
murmur (-) GCS: E4V5M6, Nadi 124x/menit, Suhu
0
Abdomen 36,7 C, laju respirasi 50x/menit, SpO2:
• Inspeksi : datar, massa (-), gerakan 97% tanpa O2, konjungtiva anemis
sesuai nafas (+/+),retraksi dinding dada (+) intercostal,
• Auskultasi : bising usus (+) normal. napas bronkial, suara napas vesicular
• Perkusi : timpani (+) di seluruh (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+).
lapang abdomen.
• Palpasi : massa (-), nyeri tekan (- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 02. Gula Darah Sewaktu tanggal 12 • Nebul Ventolin ½ resp @ 8 jam
April 2019.
• Monitor vital sign dan keluhan
Indicator Hasil Normal Satuan
Range
GDS 73 75-115 mg/dL PEMBAHASAN
Rontgen Thorax tangggal 12 April 2019 Pada kasus ini, pasien bayi
perempuan usia 20 bulan. Diagnosis
bronkopneumonia didapatkan atas dasar
anamnesis pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada teori,
bronkopneumonia adalah inflamasi pada
bronkiolitis dan parenkim paru dengan
gejala trias pneumonia berupa sesak, batuk
atau pilek, demam, dan didapatkan ronchi
Gambar 01. Rontgen Thorax
serta wheezing pada paru apabila sudah
• Bercak infiltrat di kedua paru, terutama terjadi inflamasi pada bronkiolus.
kanan. Berdasarkan anamnesis pasien datang
• Tidak tampak pemadatan hilus. dengan keluhan sesak, yang dirasakan
• Cor dalam batas normal. sejak pukul 04.00 pagi sebelum masuk
• Aorta tidak dilatasi. rumah sakit. Sesak yang dialami membuat
• Kedua sinus lancip dan diafragma pasien menjadi rewel dan tidak dapat tidur.
kesan baik. Awalnya pasien mengalami batuk dan
• Tulang rongga dada kesan intak. pilek sejak 4 hari sebelum masuk rumah
Kesan: gambaran bisa mendukung sakit. Batuk disertai dahak namun tidak
bronchopneumonia. dapat keluar. Dari hidung keluar cairan
berwarna bening dan diikuti oleh demam.
DIAGNOSIS KERJA Pada saat diukur dirumah, suhu badan
Bronkopneumonia + Anemia pasien mencapai 380C. Pasien pernah
Hipokromik Mikrositer. dibawa ke Puskesmas dan mendapat obat
penurun panas, antibiotik, dan obat puyer.
PENATALAKSANAAN BAB (+) normal, BAK (+) normal, nafsu
• IVFD D5% ¼ NS 12 tpm makro makan menurun, terjadi penurun berat
• Ceftriaxone 2x500 mg IV badan. Pasien pernah mengalami keluhan
• Dexamethasone 3 x 1/3 amp seperti ini sebelumnya pada tahun 2018
• Sanmol flash 10cc @ 8 jam dan sempat dirawat di rumah sakit. Pada
• Ambroxol syrup 3 x ½ cth pemeriksaan fisik didapatkan keadaan