Anda di halaman 1dari 9

198

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK USIA 20 BULAN

I Putu Suartawan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli – Bali

ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru – paru (Alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun
pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah
Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan para Influenza
Virus. Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Pada umumnya, pneumonia dikategorikan
dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita
pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin.
Sampai saat ini, penyakit pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.
Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20% dari kematian anak diakibatkan oleh pneumonia, melebihi
kematian akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis. Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan
kedua penyebab kematian pada balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan
bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun
2007 sebesar 2,1 % menjadi 2,7 % pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh
pneumonia tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%. Demikian juga hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ketahun
terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.

Kata Kunci : Bronkopneumonia, Bakteri dan Virus, Penyakit Menular.

PENDAHULUAN disebabkan oleh pneumococcus,


Insiden penyakit ini pada negara ditemukan pada orang dewasa dan anak
berkembang hampir 30% pada anak-anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih
di bawah umur 5 tahun dengan resiko sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
kematian yang tinggi, sedangkan di Menurut buku Pneumonia
Amerika pneumonia menunjukkan angka Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
13% dari seluruh penyakit infeksi pada Penatalaksanaan di Indonesia yang
anak di bawah umur 2 tahun. dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Pneumokokus merupakan penyebab Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
utama pneumonia. Pneumokokus dengan klasifikasi pneumonia.
serotipe 1 sampai 8 menyebabkan Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
pneumonia pada orang dewasa lebih dari a. Pneumonia Komuniti (community-
80 % sedangkan pada anak ditemukan tipe acquired pneumonia).
14, 1, 6 dan 9. b. Pneumonia Nosokomial, (hospital-
Angka kejadian tertinggi ditemukan acquired pneumonia/nosocomial
pada usia kurang dari 4 tahun dan pneumonia).
mengurang dengan meningkatnya c. Pneumonia aspirasi.
umur. Pneumonia lobaris hampir selalu d. Pneumonia pada penderita Immune

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
199

Compromised. suatu proses peradangan yang meliputi


Berdasarkan bakteri penyebab : empat stadium, yaitu :
a. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
terjadi pada semua usia. Beberapa Disebut Hiperemia, mengacu pada
bakteri mempunyai tendensi respon peradangan permulaan yang
menyerang seseorang yang peka, berlangsung pada daerah baru yang
misalnya klebsiella pada penderita terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
alkoholik, staphyllococcus pada peningkatan aliran darah dan
penderita pasca infeksi influenza. permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Pneumonia Atipikal disebabkan Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mycoplasma, legionella, dan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
chalamydia. mast setelah pengaktifan sel imun dan
b. Pneumonia virus. cedera jaringan. Mediator-mediator
c. Pneumonia jamur, sering merupakan tersebut mencakup histamin dan
infeksi sekunder. Predileksi terutama prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
pada penderita dengan daya tahan mengaktifkan jalur komplemen.
lemah (immunocompromised). Komplemen bekerja sama dengan
Berdasarkan predileksi infeksi : histamin dan prostaglandin untuk
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang melemaskan otot polos vaskuler paru dan
terjadi pada satulobus (percabangan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
besar dari pohon bronkus) baik kanan Hal ini mengakibatkan perpindahan
maupun kiri. eksudat plasma ke dalam ruang
b. Pneumonia bronkopneumonia, interstitium sehingga terjadi
pneumonia yang ditandai bercak- pembengkakan dan edema antar kapiler
bercak infeksi pada berbagai tempat di dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
paru. Bisa kanan maupun kiri yang kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
disebabkan virus atau bakteri dan yang harus ditempuh oleh oksigen dan
sering terjadi pada bayi atau orang tua. karbondioksida maka perpindahan gas ini
c. Pneumonia interstisial. dalam darah paling berpengaruh dan
Bila pertahanan tubuh tidak kuat sering mengakibatkan penurunan saturasi
maka mikroorganisme dapat melalui jalan oksigen hemoglobin.
nafas sampai ke alveoli yang Stadium II (48 jam berikutnya)
menyebabkan radang pada dinding alveoli Disebut Hepatisasi Merah, terjadi
dan jaringan sekitarnya. Setelah itu sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
mikroorganisme tiba di alveoli mementuk merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
200

oleh penjamu (host) sebagai bagian dari adalah dengan meningkatkan daya tahan
reaksi peradangan. Lobus yang terkena tubuh kaitan terhadap berbagai penyakit
menjadi padat oleh karena adanya saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, makan makanan bergizi dan teratur,
sehingga warna paru menjadi merah dan menjaga kebersihan, beristirahat yang
pada perabaan seperti hepar, pada stadium cukup, rajin berolahraga, dan lain-lain.
ini udara alveoli tidak ada atau sangat Melakukan vaksinasi juga diharapkan
minimal sehingga anak akan bertambah dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
sesak. Stadium ini berlangsung sangat antara lain :
singkat, yaitu selama 48 jam. • Vaksinasi Pneumokokus
Stadium III (3 – 8 hari) • Vaksinasi H. Influenza
Disebut Hepatisasi Kelabu yang • Vaksinasi Varisela yang dianjurkan
terjadi sewaktu sel-sel darah putih pada anak dengan daya tahan tubuh
mengkolonisasi daerah paru yang rendah
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin • Vaksin influenza yang diberikan pada
terakumulasi di seluruh daerah yang anak sebelum anak sakit.
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Dengan penggunaan antibiotik yang
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai tepat dan cukup, mortalitas dapat
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak
berisi fibrin dan leukosit, warna merah dalam keadaan malnutrisi energi protein
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah dan yang datang terlambat menunjukkan
tidak lagi mengalami kongesti. mortalitas yang lebih tinggi.
Stadium IV (7 – 12 hari) Pada pneumonia yang disebabkan
Disebut juga stadium resolusi yang oleh Staphylococcus Aureus, angka
terjadi sewaktu respon imun dan kesembuhan penderita mengalami
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan kemajuan besar dengan penatalaksanaan
eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10
sehingga jaringan kembali ke strukturnya – 30% dan bervariasi dengan lamanya
semula. sakit yang dialami sebelum penderita
Penyakit pneumonia dapat dicegah dirawat, umur penderita, pengobatan yang
dengan menghindari kontak dengan memadai serta adanya penyakit yang
penderita atau mengobati secara dini menyertai.
penyakit - penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya pneumonia ini. INVESTIGASI
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan Anamesis

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
201

Riwayat penyakit sekarang: pasien Keluarga pasien menyangkal pasien


datang ke IGD RSU Bangli diantar memiliki riwayat alergi makanan, obat-
keluarga dengan keluhan sesak. Keluarga obatan, dan suhu.
mengatakan sesak dirasakan sejak pukul Riwayat Sosial
04.00 pagi sebelum masuk rumah sakit. Ayah pasien tidak merokok, dan di
Sesak yang dialami membuat pasien lingkungan tempat tinggal pasien tidak ada
menjadi rewel dan tidak dapat tidur. Ibu yang merokok. Pasien merupakan anak ke
pasien mengatakan awalnya pasien 2 dari 2 bersaudara.
mengalami batuk dan pilek sejak 4 hari Riwayat Pengobatan
sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai Untuk keluhannya saat ini pasien
dahak namun tidak dapat keluar. Dari sebelumnya sempat berobat ke puskesmas,
hidung keluar cairan berwarna bening dan dan diberikan obat paracetamol sirup
diikuti oleh demam. Pada saat diukur 3x120 mg, eritromicin sirup 3x100 mg,
dirumah, suhu badan pasien mencapai dan obat puyer yang diminum 3 kali
380C. sebelumnya pasien pernah dibawa sehari.
ke Puskesmas dan mendapat obat penurun Riwayat Imunisasi
panas, antibiotik, dan obat puyer. Keluhan • DPT (+) jumlah: 4 kali
lain seperti mual dan muntah disangkal, usia: 2, 3, 4, 18 bulan.
BAB (+) normal, BAK (+) normal, nafsu • BCG (+) jumlah: 1 kali
makan menurun, terjadi penurun berat usia: 2 bulan.
badan. • Campak (+) jumlah: 1 kali usia: 9
Riwayat Penyakit Sebelumnya bulan.
Pasien pernah mengalami keluhan • Hepatitis B (+) jumlah: 4 kali
seperti ini sebelumnya pada tahun 2018 usia: 0, 2,3,4 bulan.
dan sempat dirawat di rumah sakit. • Polio (+) jumlah: 4 kali
Riwayat penyakit lain seperti penyakit usia: 0, 2, 3, 4 bulan.
jantung, asma, disangkal oleh keluarga • JE (+) jumlah: 1 kali
pasien. usia: 12 bulan.
Riwayat Penyakit Keluarga • MR (-) jumlah: 0 kali
Riwayat anggota keluarga Riwayat Kelahiran
mengalami keluhan serupa disangkal. Pasien lahir normal di Rumah Sakit,
Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes
persalinan di tolong oleh dokter. Bayi
Mellitus, Penyakit Jantung, Asma, langsung menangis, usia kehamilan cukup
Tuberculosis, di keluarga disangkal. bulan, bayi tunggal, presentasi kepala,
Riwayat Alergi dengan berat badan lahir 3000 gram,

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
202

panjang badan 50 cm, lingkar kepala 43 • Berat badan / umur : -2 SD – 2SD


cm, segera menangis. • Panjang badan / umur : -2 SD – 2 SD
Riwayat Nutrisi • Berat badan / panjang badan : -2 SD –
Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif 2 SD
Usia 6 bulan : bubur susu • Status gizi : 94,5 % (Gizi
Usia 12 bulan : nasi tim baik)
Usia 14 bulan :makanan dewasa Status Generalis
Riwayat Tumbuh Kembang • Kepala : normocephali
• Menegakkan kepala : 2 bulan • Mata : konjungtiva anemis
• Membalikkan badan:4 bulan (+/+), sclera ikterik (-/-), reflek pupil
• Duduk : 6 bulan (+/+) isokor, mata cowong (-)
• Merangkak : 8 bulan • THT : nafas cuping hidung(-),
• Berdiri : 10 bulan rhinorea (-), tonsil T1-T1 kesan tenang,
• Berjalan : 12 bulan faring hiperemis (-)
• Riwayat operasi : tidak ada • Leher : pembesaran kelenjar
• Riwayat transfuse : tidak ada getah bening (-), deviasi trachea (-),
Thorax
PEMERIKSAAN FISIK Pulmo
Tanda Vital • Inspeksi : pergerakan dinding dada
• Keadaan umum : tampak sakit simetris, massa (-), retraksi dinding
sedang dada (+) subternal, dan intercostal,
• Kesadaran : compos mentis napas bronkial
• GCS : E4V5M6 • Palpasi : nyeri tekan (-), vocal
• Tekanan darah :- fremitus sama kiri dan kanan
• Nadi : 124x/menit • Perkusi : sonor di seluruh lapang
• Suhu : 36,70C paru
• Respirasi : 50x/menit • Auskultasi : vesicular (+/+), ronkhi

• SpO2 :97% tanpa O2 (+/+), wheezing (+/+)


Status Gizi Menurut WHO Cor

• Umur : 20 bulan • Inspeksi : iktus kordis tidak

• Jenis kelamin : perempuan tampak

• Berat badan : 10,4 kg • Palpasi : iktus kordis tidak teraba

• Panjang badan : 84 cm • Perkusi : batas atas : ICS 2

• Berat badan ideal : 11 kg garis sternalis sinistra batas kanan :

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
203

ICS 5 garis paraternal dextra batas kiri rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
: ICS 5 garis midclavikula sinistra. didapatkan keadaan umum pasien tampak
• Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, sakit sedang, kesadaran compos mentis,
murmur (-) GCS: E4V5M6, Nadi 124x/menit, Suhu
0
Abdomen 36,7 C, laju respirasi 50x/menit, SpO2:
• Inspeksi : datar, massa (-), gerakan 97% tanpa O2, konjungtiva anemis
sesuai nafas (+/+),retraksi dinding dada (+) intercostal,
• Auskultasi : bising usus (+) normal. napas bronkial, suara napas vesicular
• Perkusi : timpani (+) di seluruh (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+).

lapang abdomen.
• Palpasi : massa (-), nyeri tekan (- PEMERIKSAAN PENUNJANG

), pembesaran organ (-). Tabel 01. Darah Lengkap tanggal 12


April 2019
• Ekstremitas : akral hangat (+), edema
Indicator Hasil Normal Satuan
(-), sianosis (-). Range
WBC 23,6 3,5-10,0 10^9/L
LYM 5,5 0,5-5,0 10^9/L
RESUME LYM% 23,4 20,0- %
Bayi perempuan usia 20 bulan 50,0
MID 1,1 0,1-1,5 10^9/L
datang dengan keluhan sesak, yang MID% 4,7 2,0-15,0 %
dirasakan sejak pukul 04.00 pagi sebelum GRA 17,0 1,2-8,0 10^9/L
GRA% 71,9 35,0- %
masuk rumah sakit. Sesak yang dialami 80,0
membuat pasien menjadi rewel dan tidak HGB 10,8 11,5- g/dL
16,5
dapat tidur. Awalnya pasien mengalami MCH 25,0 25,0- pg
batuk dan pilek sejak 4 hari sebelum 35,0
MCHC 34,8 31,0- g/dL
masuk rumah sakit. Batuk disertai dahak 38,0
namun tidak dapat keluar. Dari hidung RBC 4,33 3,50- 10^12/L
5,50
keluar cairan berwarna bening dan diikuti
MCV 71,8 75,0- fl
oleh demam. Pada saat diukur dirumah, 100,0
HCT 31,1 35,0- %
suhu badan pasien mencapai 380C. Pasien
55,0
pernah dibawa ke Puskesmas dan RDWa 52,3 30,0- fl
mendapat obat penurun panas, antibiotik, 150,0
RDW% 14,6 11,0- %
dan obat puyer. BAB (+) normal, BAK (+) 16,0
normal, nafsu makan menurun, terjadi PLT 467 150-400 10^9/L
MPV 6,3 8,0-11,0 fl
penurun berat badan. Pasien pernah PDWa 8,9 0,1-99,9 fl
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya PCT 0,29 0,01- %
9,99
pada tahun 2018 dan sempat dirawat di P-LCR 5,1 0,1-99,9 %

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
204

Tabel 02. Gula Darah Sewaktu tanggal 12 • Nebul Ventolin ½ resp @ 8 jam
April 2019.
• Monitor vital sign dan keluhan
Indicator Hasil Normal Satuan
Range
GDS 73 75-115 mg/dL PEMBAHASAN

Rontgen Thorax tangggal 12 April 2019 Pada kasus ini, pasien bayi
perempuan usia 20 bulan. Diagnosis
bronkopneumonia didapatkan atas dasar
anamnesis pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada teori,
bronkopneumonia adalah inflamasi pada
bronkiolitis dan parenkim paru dengan
gejala trias pneumonia berupa sesak, batuk
atau pilek, demam, dan didapatkan ronchi
Gambar 01. Rontgen Thorax
serta wheezing pada paru apabila sudah
• Bercak infiltrat di kedua paru, terutama terjadi inflamasi pada bronkiolus.
kanan. Berdasarkan anamnesis pasien datang
• Tidak tampak pemadatan hilus. dengan keluhan sesak, yang dirasakan
• Cor dalam batas normal. sejak pukul 04.00 pagi sebelum masuk
• Aorta tidak dilatasi. rumah sakit. Sesak yang dialami membuat
• Kedua sinus lancip dan diafragma pasien menjadi rewel dan tidak dapat tidur.
kesan baik. Awalnya pasien mengalami batuk dan
• Tulang rongga dada kesan intak. pilek sejak 4 hari sebelum masuk rumah
Kesan: gambaran bisa mendukung sakit. Batuk disertai dahak namun tidak
bronchopneumonia. dapat keluar. Dari hidung keluar cairan
berwarna bening dan diikuti oleh demam.
DIAGNOSIS KERJA Pada saat diukur dirumah, suhu badan
Bronkopneumonia + Anemia pasien mencapai 380C. Pasien pernah
Hipokromik Mikrositer. dibawa ke Puskesmas dan mendapat obat
penurun panas, antibiotik, dan obat puyer.
PENATALAKSANAAN BAB (+) normal, BAK (+) normal, nafsu
• IVFD D5% ¼ NS 12 tpm makro makan menurun, terjadi penurun berat
• Ceftriaxone 2x500 mg IV badan. Pasien pernah mengalami keluhan
• Dexamethasone 3 x 1/3 amp seperti ini sebelumnya pada tahun 2018
• Sanmol flash 10cc @ 8 jam dan sempat dirawat di rumah sakit. Pada
• Ambroxol syrup 3 x ½ cth pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
205

umum pasien tampak sakit sedang, Penatalaksanaan pada pasien


kesadaran compos mentis, GCS: dengan pneumonia dapat berupa
E4V5M6, Nadi 124x/menit, Suhu 36,70C, penatalaksanaan secara suportif yaitu
laju respirasi 50x/menit, SpO2: 97% tanpa dengan pemberian O2 dan nutrisi
O2, konjungtiva anemis (+/+), retraksi parenteral. Diberikan pula terapi antibiotik
dinding dada (+) intercostal, napas yang diberikan secara empiris. Pada usia 3
bronkial, suara napas vesicular (+/+), bulan-5 tahun diberikan antibiotic yaitu
ronkhi (+/+), wheezing (+/+). golongan ampisilin + kloramfenikol, dan
Pada pemeriksaan fisik pasien ditambahkan makrolid jika tidak berespon
dengan pneumonia, pada inspeksi dapat dengan ampisilin + kloramfenikol.
ditemukan adanya peningkatan frekuensi Pengobatan pada kasus diberikan terapi
nafas, nafas cuping hidung, retraksi otot suportif berupa pemasangan IV line
(epigastrik, interkostal, suprasternal), pada dengan cairan infus D5 ¼ NS yang
auskultasi paru ditemukan adanya diberikan dalam 12 tetes permenit dengan
crackles. Sedangkan pada kasus, pada tetesan makro, diberikan antibiotic sebagai
pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya terapi kausatif yaitu berupa Ceftriaxone 2
frekuensi napas yang meningkat dan x 500 mg, diberikan dexamethason 3 x 1/3
terlihat retraksi pada daerah intercostalis amp sebagai antiinflamasi, setelah itu
pada kedua regio thorax pasien, pada diberi obat-obatan simptomatik untuk
auskultasi ditemukan suara ronkhi dan mengatasi keluhan yang dirasakan pasien
wheezing pada seluruh lapang paru pasien. seperti paracetamol flash untuk meredakan
Hasil pemeriksaan rontgen thorax demam, ambroxol untuk mengencerkan
pada kasus pneumonia pada umumnya dahak, dan diberikan nebul ventolin agar
ditemukan adanya gambaran infiltrate terjadinya bronco dilatasi.
pada lapang paru, dan pada pemeriksaan Simpulan, dari hasil anamnesis,
darah lengkap ditemukan peningkatan sel pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
darah putih (leukositosis). Pada kasus penunjang, pasien di diagnosis dengan
dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks bronkopneumonia. Tatalaksana yang
AP dan didapatkan adanya bercak-bercak diberikan berupa pengobatan suportif,
infiltrate pada kedua lapang paru, terutama pemberian antibiotik, dan simptomatis.
kanan, dan kesan mendukung Prognosis pada kasus ini baik, umumnya
bronkopneumonia. Pada pemeriksaan penderita bahkan dapat sembuh spontan
darah lengkap didapatkan hasil yaitu dalam 2-3 minggu. Apalagi jika dilihat
peningkatan WBC sebesar 23,600. berdasarkan gambaran klinis selama
Penatalaksanaan pada pasien perawatan pasien sudah sangat membaik.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
206

Keluhan juga mulai berkurang perlahan. Sectish Theodore C, Prober Charles G.


Nelson Textbook of Pediatrics:
Hal ini ditandai dengan batuk dan sesak
“Pneumonia”. Edisi ke-17.
yang sudah mulai berkurang dan demam Saunders. 2004.
yang turun dalam masa perawatan. Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Ikatan
Prognosis penderita ini adalah dubia ad
Dokter Anak Indonesia: Jakarta.
bonam untuk quo ad vitam dan 2004.
functionam. Hasan R, dkk. Ilmu Kesehatan Anak.
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2002.
DAFTAR PUSTAKA Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta
Reinhard V. Putz, Reinhard Pabst. Atlas Kedokteran. Media Aesculapius
AnatomiManusiaSobottaJilid 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Edisi 21. BukuKedokteran EGC. Indonesia: Jakarta. 2000.
Jakarta : 2000. Hal 99. Price SA, Wilson LM,
Guyton, Hall. Buku Ajar 1995, Pathophysiology: Clinical
FisiologiKedokteran. Concepts of Disease Processes
BukuKedokteran EGC. Jakarta : (Patofisiologi: KonsepKlinis
1997. Hal 633. Proses-Prose Penyakit), Edisi 4,
Penerbit EGC, Jakarta, hal: 709-712
O’Brodovich Hugh M, Haddad Gabriel G.
Kendig’s Disorder of the Behrman RE, Vaughan VC.Nelson Ilmu
Respiratory Tract in Children: “The Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi
Functional Basis of Respiratory 12, Penerbit EGC, Jakarta, 2000,
Pathology and Disease”, Sixth hal: 617-628.
Edition. WB. Saunders Company
Philadelphia, London, Toronto,
Montreal, Sydney, Tokyo. 1998.
Pasterkamp Hans. Kendig’s Disorder of
the Respiratory Tract in Children
:”The History and Physical
Examination”, Sixth Edition. WB.
Saunders Company Philadelphia,
London, Toronto, Montreal,
Sydney, Tokyo. 1998.
Correa Armando.G, Starke Jeffrey R.
Kendig’s Disorder of the
Respiratory Tract in Children:
“Bacterial Pneumoniasi”, Sixth
Edition. WB. Saunders Company
Philadelphia, London, Toronto,
Montreal, Sydney, Tokyo. 1998.
Konsensus Pneumonia.
BagianPulmonologi FKUI/RSUP
Persahabatan. Jakarta : 2000.
Pedoman Terapi Ilmu Kesehatan Anak,
Unpad. Bandung : 2005.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890

Anda mungkin juga menyukai