Proposal Faktor Gizi Balita 3
Proposal Faktor Gizi Balita 3
Oleh :
ANI FITRIANI
NPM : 0200080087
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kurang gizi bukanlah hal yang baru namun masalah ini tetap
Masalah gizi di Indonesia lebih banyak terjadi pada anak di bawah lima tahun,
masalah gizi di Indonesia. Status gizi masyarakat dapat dinilai dari keadaan
gizi balita. Masalah gangguan gizi di Indonesia adalah 4 dari 10 anak balita
karena penyakit kekuarangan gizi berupa Kurang Energi Protein (KEP). 1 Anak
pesat pada rentang waktu ini sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi
kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap
dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik,
1
2
Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal, baik
masukan energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi dan adanya penyakit infeksi yang dapat
anak di bawah usia lima tahun atau balita yang menderita gizi buruk secara
dunia. Sedikitnya 17.289 nyawa anak-anak melayang setiap hari karena sebab
kelaparan dan kurang gizi. Jumlah balita Kurang Energi Protein (KEP) di
3
Indonesia, menurut laporan UNICEF 2006 menjadi 2,3 juta jiwa, atau
bahwa jumlah penderita gizi kurang sudah mencapai 416.000 orang. Dari
jumlah balita kurang gizi di Jawa Barat tersebut terdapat 119.285 terkena
yang tidak memadai, infeksi lain serta pola asuh yang tidak memadai 6.
tercatat sebanyak 566 balita. Dari jumlah sebanyak itu, di antaranya 408 balita
gizi buruk dari keluarga miskin, dan sebanyak 158 dari keluarga nongakin. 7
bahwa pada tahun 2009 terjadi kasus gizi kurang yaitu sebanyak 136 orang
(2.1%) dari 6458 balita. Data tersebut ditunjang oleh kasus gizi kurang di desa
dari jumlah balita yang ada di desa mekarsari sebanyak 530 orang yang
adanya kasus angka kesakitan diare yaitu mencapai 189 kasus, pneumonia 17
menggunakan recall 24 jam tentang pola makan yang terdiri dari jenis
4
singkong yang di campur dengan nasi dengan frekwensi 2 kali sehari dan
mengaku biasa memberikan pisang dan pepaya tetapi tidak rutin, sebanyak 1
tidak teratur, tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang baik untuk balita,
tahun 2010.
”Faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Desa
2010.
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Puskesmas
pada balita.
3. Institusi Pendidikan
4. Bagi Penulis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian
buruk, kurang, baik dan lebih. Untuk mencapai status gizi yang baik
dikonsumsi. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
zat gizi dalam pangan. Pangan disini adalah istilah umum untuk semua
selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna
7
8
kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih
status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.
bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi pada
1) Pertumbuhan
2) Produksi Tenaga
menurun.
3) Pertahanan Tubuh
infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada balita hal ini dapat
membawa kematian.
5) Perilaku
yaitu: tinggi badan (TB), berat badan (BB), Lingkar kepala (LIKA),
yang paling banyak digunakan adalah Tinggi badan serta Berat badan.
Berat badan menggambarkan kondisi gizi dan kesehatan saat ini, dan
11
biasanya dapat naik turun dengan cepat sesuai dengan kondisi gizi dan
status gizi dan kesehatan jangka panjang (kondisi yang telah lalu) dan
kurang pangan tapi bukan berarti konsumsi pangan pada waktu itu
tidak cukup.
pengamatan berkala dari anak kurang berat badan dan lebih mudah
lengan anak yang atas adalah 16 cm, anak usia 1-5 tahun yaitu
masalah gizi adalah kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu yang
1. Faktor langsung
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan pada
dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk
psikologi, fisiologi, sosial dan budaya. Pola makan yang baik dapat
mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari
energi.
sekolah, remaja dan orang dewasa, terutama pada jumlah porsi dan
anak yang sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh
lebih berat dan lebih tinggi (status gizi yang baik) daripada anak
“Keadaan frekuensi buang air lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
16
dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja”.
timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
rumah tangga, perawatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan dan
lingkungan.
produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain, harga pangan
juga bisa karena pola asuh balita yang salah, terutama dalam pola
pemberian makan pada balita. Pola asuh berupa sikap dan perilaku
dan sebagainya
mau diberi makan oleh orang lain, meskipun misalnya yang biasa
Protein (KEP) dapat disebabkan oleh penyebab langsung yaitu pola makanan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat
cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan,
maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit.
pangan keluarga yang kurang memadai. Disamping itu juga, pola pengasuhan
anak kurang memadai. Perilaku yang tidak mendukung ke arah hidup bersih
dan sehat serta pelayanan kesehatan kurang memadai. Ketiga faktor tersebut
pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak
yang berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Dan
yang menjadi akar masalah yaitu kurangnya pendapatan keluarga, sosial, dan
21
Sumber 21
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung terjadinya Kurang gizi pada
balita adalah adanya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan balita tidak
timbulnya kasus gizi pada balita dihubungkan dengan persediaan pangan yang
lemah sehingga daya beli keluarga rendah, pola asuh anak tidak memadai
berikut :
Penyebab Langsung
- Penyakit Infeksi
- Pola makan
Status Gizi balita
Penyebab Tidak Langsung
- Ketersediaan Pangan
- Pola asuh
- PHBS/ pelayanan Kesehatan
2.4 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan status gizi balita
2010.
2. Terdapat hubungan antara faktor pola makan dengan status gizi balita di
2010.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tahun 2010 periode Januari sampai April yang berjumlah 426 orang. Jumlah
N
n
1 N d 2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah Populasi
(Notoatmodjo, 2005)
426
n
1 426 0.12
426
n
5.26
24
25
1. Cara kerja
penelitian.
tidak diisi.
a. Analisis Univariat
bebas dan status gizi pada balita dengan menggunakan table distribusi
n
F x100
N
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel
b. Analisis Bivariat
dan variabel terikat dalam bentuk tabulasi silang dan uji statistik
Rumus :20
r k (OPij Eij ) 2
x 2
i 1 j 1 EPij
Keterangan :
X2 = Chi kuadrat
OP = Distribusi jawaban
tahun 2010.
harus secara sukarela atau tidak terdapat unsur paksaan, tekanan secara
penjelasan tentang maksud, cara pelaksanaan dan efek dari penelitian itu
DAFTAR PUSTAKA
5. Ariati, 2008.Pada Bayi dan Anak-anak Diare dan Kekurangan Gizi Berkait.
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/3/12/kel2.html
14. Sediaoetama, 2000. Ilmu Gizi, Jilid II, Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.
15. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
33
18. Hidayat, 2007. Metode penelitain Kebidanan Teknik Analisis Data. Salemba
Medika. Jakarta
22. Suhardjo, 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Bogor
23. Siregar, Upaya Mengatasi Masalah Kelaparan dan Kurang Gizi. Dari
http://www.gizi.net/ diakses tanggal 29 Mei 2010.