Anda di halaman 1dari 1

Kinanti Lingga Puti

20170310171

Resuscitative endovascular balloon occlusion of the aorta (REBOA) yang semakin banyak digunakan
untuk penatalaksanaan syok hemoragik, merupakan alternatif yang lebih non-invasif daripada
torakotomi resusitasi untuk penatalaksanaan pasien dengan perdarahan yang sangat parah. REBOA
dapat meminimalisir terjadinya komplikasi iskemik pada pasien dengan syok hemoragik yang disebabkan
oleh trauma. Pemilihan REBOA pada kegawatdaruratan ini dilakukan apabila tidak ada dokter bedah di
rumah sakit. Saat ini tidak ada penjelasan tentang pendekatan yang benar untuk penempatan kateter
dan konfirmasi penempatan ujung yang sesuai selama REBOA. Dokter bedah trauma tidak selalu
tersedia, dan memindahkan pasien ke ruang operasi atau ruang intervensi laboratorium radiologi dapat
berisiko pada pasien yang secara hemodinamik tidak stabil. Fluoroskopi yang tidak tersedia di unit gawat
darurat di sebagian besar rumah sakit Jepang, maka dokter harus menempatkan REBOA di ruang gawat
darurat. Pada semua kasus dalam penelitian ini, REBOA dimasukkan tanpa fluoroskopi di ruang gawat
darurat.

Pertanyaan yang belum terjawab dalam tatalaksana REBOA adalah siapa yang harus menempatkan
REBOA. Dokter gawat darurat, ahli bedah trauma, dan ahli radiologi intervensi dapat terlibat dalam
perawatan langsung dan tidak langsung pasien trauma. Dokter gawat darurat mengontrol jalan napas,
pernapasan, dan hemodinamik untuk mendapatkan waktu untuk terapi definitif, sedangkan ahli bedah
trauma dan ahli radiologi intervensi secara definitif menghentikan perdarahan dalam pengaturan elektif.
Dokter gawat darurat dan ahli radiologi melakukan intervensi secara rutin memasang selubung, teknik
yang diperlukan dalam REBOA.

Anda mungkin juga menyukai