Anda di halaman 1dari 2

Ada suatu quote mengatakan "if you want to make everyone happy, don't be a leader,

sell ice cream".Ya mungkin,dari sudut pandang orang kebanyakan,mungkin memang


benar. Akan tetapi, saya pribadi sungguh tidak menyetujui quote tersebut. Bagaimana
dengan anda?

Seorang leader, menurut pandangan saya harus membuat "happy" orang yang
dipimpinnya. Mengapa demikian, karena leader itu justru ada karena ada orang yang
dipimpin. Jadi dia tidak bisa mengabaikan begitu saja individu yang mungkin
dianggapnya tidak sejalan dengan gayanya.

Ok, orang tersebut memang bisa jadi penghalang dalam tim, tetapi apakah harus
dibiarkan begitu saja?.Dan benar juga memang,jangan sampai seorang leader hilang
fokus hanya karena beberapa orang yang tidak bahagia dalam timnya. Lalu apakah bisa
disebut leader jika tidak mampu fokus dengan hal-hal semacam itu?. Dia adalah boss
tentunya, bukan leader.

Mungkin sudah banyak artikel yang menerangkan apa itu leader.


Segala macam "must do","what should do", bagaimana seharusnya, apa yang harus
dilakukan, dan lain-lain. Yang ingin saya angkat salah satunya untuk point yang
harus dimiliki seorang leader yaitu tentang "mengetahui siapa yang dipimpin".

Seorang leader jika tidak mengenali siapa yang dipimpin akan bertindak "semau gue",
"yang penting jalan", "nggak mau tau", dan sejenisnya. Dia akan cenderung "saklek",
tidak akan flexibel, sehingga orang-orang yang dipimpinnya akan amburadul jadinya.
Mungkin memang ada yang bisa mengikuti gayanya, tapi percayalah, bakalan ada bom
waktu yang suatu saat akan meledak.

Saya menyampaikan seperti ini bukan berarti menyarankan leader itu harus "lembek"
atau mengikuti apapun kemauan orang yang dipimpinnya. Akan tetapi mampu mengatur
ritme,memanfaatkan momen, melihat peluang dalam proses kepemimpinannya, terutama
dalam hal mengenali siapa yang dipimpin.

Mengenali siapa yang dipimpin memang butuh waktu dan seni komunikasi yang tepat,
memanfaatkan momen dan tentunya harus pandai dalam "menjual es krim" untuk tetap
mengkondisikan tim nya dalam keadaan stabil dan "bahagia" dalam bekerja. Mengamati,
memperhatikan, mendekati dan berkomunikasi sangat penting dilakukan agar kamus
masing-masing individu lengkap dimiliki oleh seorang leader.

Mengapa seorang leader menurut saya harus pandai "menjual es krim"?disini saya
mengambil poin, bahwa dengan menjual es krim, kita akan mengetahui apa yang disukai
oleh pembeli, sehingga kita akan berinovasi dan terus melakukan perbaikan. Mungkin
es krim kita rasanya monoton saja, mungkin juga es krim kita kurang menarik, dari
segi wadahnya misalnya atau bahkan harganya tidak kompetitif. Bagaimana seandainya
kita mengabaikan itu semuanya?Bakalan laku tidak es krim kita, bakalan nambah tidak
benefit yang kita peroleh?.

Jika memang kita mampu memperhatikan beberapa poin seperti rasa, tampilan, dan
lain-lain tersebut, tentunya pembeli bakalan memberikan HAL LEBIH kepada kita, rela
beli banyak, atau rela bayar mahal karena es krim kita enak, mempromosikan kepada
orang lain, dan terbuka menyampaikan keluhannya karena gaya kita yang "beda" dari
yang lain.
Begitu juga seorang leader yang ok banget (menurut saya), dia bakalan jemput bola
dalam mengenali timnya dan berusaha sekuat tenaga untuk melengkapi kamus personal
timnya. "Person to person", "empat mata". Jika kamus itu selalu terupdate maka akan
sangat mudah seorang leader tersebut dalam mengendalikan atau menjaga stabilitas
tim yang dipimpinnya. Tahu seperti apa cara mengatur, mengerti, menghargai,
memperlakukan, bijak dan tenang dalam setiap keputusannya. Bahkan dalam menegur,
menasehati, membimbing, mengembangkan akan memiliki metode yang tepat untuk setiap
individu karena kamus yang dimilikinya lengkap. Setiap anggota tim yang dia miliki
akan tumbuh berkembang sesuai potensinya, bekerja "all out" untuk tim, karena dia
"bahagia". Idenya, pendapatnya, passionnya, akan teramu dengan pas, sehingga tujuan
tim pun akan tercapai. Yang keluar dari leader seperti ini akan selalu menggugah
dan menginspirasi.

Indah sekali bukan kalau memang ada leader yang seperti itu?Dan harapannya ini
bukan hanya kisah dongeng belaka.

"Beda lah mas, bahas leader kok malah disamain dengan jual es krim". Barangkali ada
yang memang berkata demikian. Atau bahkan mungkin ada yang tidak setuju dengan
tulisan ini?.Well, saya juga tidak akan menyanggahnya. Oleh karena itu silahkan
saja ambil analogi lain yang mungkin bisa menggambarkan bagaimana "great leader"
itu. Karena menurut saya setiap orang punya potensi dalam menuangkan ide
pikirannya.

Mudah-mudahan tulisan ini menjadi inspirasi bagi saya, kamu,anda dan kita semua
agar dapat menjadi great leader.

"Nobody is perfect, so if perfect is 100%, then lets try to get 80% until 99%"

Anda mungkin juga menyukai