Anda di halaman 1dari 5

SUDAH SELAMAT...

AMANKAH…

Lagu Buka : LSL No 460


Ayat bersahutan : Kejadian 8:1-5
Ayat Inti : Mazmur 106:4
Lagu Tutup : LSL No 298

Kejadian 8:1-5( 1) Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala
ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin
menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun.(2) Ditutuplah mata-mata air
samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit,
(3) dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah
seratus lima puluh hari.(4) Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas
bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat.(5) Sampai bulan yang
kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu
bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung.

Mazmur 106:4 Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu,


perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu,

Apakah yang saudara lakukan apabila selama seminggu daerah tempat tinggal kita
tergenang air karena banjir? Anggaplah banjir itu tidak begitu tinggi, mungkin hanya
selutut saja. Pasti ada banyak hal berubah dari aktivitas sepekan hidup kita karena
banjir itu. Alat2 rumah tangga beberapa pasti rusak; ada alasan cukup kuat untuk
tidak ke sekolah atau pergi bekerja; dan fatalnya lagi akan semakin banyak penyakit.
Syukur itu hanya terjadi dalam waktu seminggu.

Namun, walau hanya seminggu pasti ada dampak yang terjadi di dalam bangunan
rumah maupun sekitar lingkungan tempat kita tinggal. Sampah berserakan di mana-
mana; pakaian bersih hampir tidak bisa dipergunakan karena lembab; tembok dan
lantai rumah penuh lumpur; dan barangkali kendaraan milik kita ada kerusakan besar
atau kecil. Yang pasti, seminggu banjir akan memberik dampak sulit ke beberapa
bulan ke depan.

Saudara, contoh di atas hanyalah dampak dari banjir selama sepekan. Bagaimana
dengan dampak air bah yang dialami oleh manusia dan bumi pada jaman Nuh? Saya
yakin kita tidak dapat membayangkan dampak kerusakannya. Dalam pasal 7 hingga
pasal 8 bacaan kita, ada beberapa petunjuk tentang peristiwa air bah tersebut. Di
bawah ini sedikit uraian tentang peristiwa tersebut:

1.       Perhatikan Kejadian 7:11. Pada bulan ke-2 di hari ke-17 terbelahlah segala mata air
samudera raya dengan dasyatnya. Dapatkan saudara membayangkan hal itu?
Beberapa pakar ilmu bumi dan disiplin ilmu terkait mencoba memprediksi gambaran

1
peristiwa pada ayat ini. Bahwa mata air hanya mungkin terbelah apabila ada ledakan
pada titik-titik penyimpanan mata air di bawah tanah (mungkin mirip dengan kasus
Lumpur Lapindo di Jawa timur-?).

Hal itu, menurut mereka, hanya terjadi jika ada pemicu utama. Pemicu utama yang
paling mungkin adalah gempa bumi dahsyat dan gelombang pasang yang besar dari
samudra yang membentuk tembok-tembok air. Kita menyebutnya dengan gelombang
tsunami. Kondisi gabungan seperti inilah, yang disebut air bah sebagai istilah dari
penulis kitab Kejadian ini. Mengerikan bukan?

2.       Perhatikan Kejadian 7:12! Kondisi di atas semakin diperparah dengan hujan lebat.
Bukan hujan gerimis, namun hujan lebat. Bukan seminggu namun 40 hari dan 40 malam
lamanya. Bisakah dibayangkan bagaimana situasi itu? Jadi saat air mengucur dari
langit begitu derasnya; gempa bumi menggoyang Nuh dan sekitarnya; tanah mulai
terbelah dan mengeluarkan air “mancur” dan dari arah laut gelombang tsunami datang
menerjang. Waah… fatal akibatnya dan sulit untuk membayangkannya. Itulah arti air
bah pada zaman Nuh saat itu.

3.       Berapa lama air bah itu datang terus menerus? Pada Kejadian 7:17 kita menemukan
bahwa air bah itu datang terus menerus hingga air terus naik dan mengangkat bahtera
adalah 40 hari lamanya. Bayangkan, bunyi air menderuh dari bawah bumi dan atas
bumi terjadi selama 40 hari dan menyapu semua yang hidup.

4.       Selama 40 hari itu semua gunung tertinggi sekalipun telah ditutupi air. Tidak ada
daratan. Kemudian pada Kejadian 7:24 kita menemukan bahwa air terus naik dan
menggenangi bumi selama 150 hari. Di hari ke-150 itulah air mulai surut. Selanjutnya
kita menemukan informasi menarik dalam pasal 8:14 bahwa bumi dinyatakan kering
pada bulan ke-2 pada hari ke-27. Artinya, lamanya air menggenangi bumi adalah 376
hari atau lebih dari satu tahun.

Dapatkah saudara bayangkan dampak pada bumi dan tanah yang terus menerus
digenangi air tanpa ada kondisi perubahan selama 1 tahun. Unsur hara atau unsur
kehidupan pada tanah dipastikan mati dan musnah. Itulah yang terjadi. Itulah dampak
Air Bah pada zaman Nuh. Suatu pemusnahan masal terjadi tanpa pilih kecuali 8 orang
yang ditentukan selamat.

Saudara, sekarang marilah kita kembali pada Kejadian 8:1-5 untuk melihat dan
membayangkan kondisi Nuh dan keluarganya pada hari ke-150 pasca air Bah! Ada
beberapa hal real yang perlu diperhatikan:

1.       Yang pasti saat itu sudah tidak ada daratan sama sekali.

2.       Bahtera itu menurut aklitab tidak dirancang untuk dikemudikan (?); tidak juga
dipasang layar; dan pasti tidak ada mesin dengan kecepatan sekian knot waktu itu.
2
Apa yang terjadi dengan kondisi bahtera itu dengan keadaan arus air yang deras
tersebut? Hanya satu, yakni TEROMBANG AMBING tanpa arah yang jelas. Artinya, bisa
saja menambrak sesuatu atau berpapasan dengan pohon tumbang atau binatang air yg
besar dll. Yang pasti SANGAT TIDAK NYAMAN para penumpang dalam bahtera itu
selama 5 bulan atau 150 hari itu.

3.       Itu baru kondisi diluar. Sekarang, mari menengok kondisi mahkluk hidup di dalam
bahtera itu! Pertama, kira-kira bagaimana keadaan ribuan binatang yang ada dalam
“kandang raksasa” yang terapung itu? Ribuan binatang yang terdiri dari 7 pasang yang
tidak haram; 1pasang yang haram dan 7 pasang burung itu, apakah tahu tentang
kondisi yang terjadi sehingga mereka terkurung seperti itu? Perhatikanlah bahwa
hampir semuanya “mereka” adalah binatang liar! Artinya “hukum rimba” masih berlaku.
Bisa saja naluri kebinatangan mereka memicu untuk saling terkam dan saling buru
satu dengan yang lain. Atau anggap saja dengan mujizat Tuhan naluri kebinatangan itu
diredam sehingga tidak ada kekacauan dalam bahtera dan suasana tenang.

Namun, setenang apapun, saya yakin semua binatang tersebut tidaklah dibuat bisu
oleh TUHAN. Goyangan dan goncangan bahtera akibat arus air atau benturan tertentu
diluar, pastilah memicu reaksi suara para satwa tersebut. Ada ayam berkotek; burung
berkicau; singa mengaung; anjing menggonggong; serigala melolong; harimau
mengaum; dll. Apa artinya? Selama 150 hari itu Nuh dan keluarganya dijamin
mengalami kebisingan dan polusi suara diluar ambang batas kemampuan mendengar
normalnya manusia. Waw… itu pastilah tidak nyaman. Ya, sungguh tidak kondusif
suasana “kapal pesiar” yang ditumpangi Nuh.

4.       Hal kedua adalah, bagaimana dengan “aroma” dalam bahtera itu selama 150 hari?
Yang pasti tidak mungkin hidung Nuh dan keluarga dapat membaui “aroma terapi”
yang harum dan meyegarkan. Tiap binatang memiliki ciri aroma dan bau yang berbeda-
beda. Dan hidung normal manusia menyimpulkan bahwa aroma binatang tidak ada
yang harum sebab semuanya pasti tidak menyenangkan untuk dihirup dan pastilah
sulit untuk bernafas di dalam bahtera.

Apakah sudah cukup kondisi tidak segarnya? Saya rasa belum seberapa! Bayangkan
apa yang terjadi jika serentak di hari yang sama ribuan binatang itu “melepaskan”
proses akhir dari pencernaan mereka yakni membuang kotoran dalam bantera yang
pengap itu? Waw… kapal besar itu pastilah bagaikan WC umum “terapung” tanpa ada
sistem sanitasi yang sehat. Ampun, bagaimana mungkin NUh sekeluarga betah selama
150 hari itu dan kemudian merasa nyaman tetap berada di bahtera itu?

Inilah kondisi yang mungkin terjadi selama 150 hari ketika Nuh dalam pelayaran tanpa
tujuan dan tanpa kendali tersebut. Sekarang, marilah kita bayangkan kondisi psikologi
Nuh dan keluarganya saat itu. Normalnya dalam suasana seperti ini siapapun akan
tertekan perasaannya; jika tidak terobati bisa mengarah pada kondisi stres dan
3
mungkin depresi. Nuh adalah manusia normal yang punya kemungkinan mengalami
keterpurukan psikologis karena kondisi dan suasana tersebut. Namun bisa saja tidak
sebab Nuh bukanlah manusia biasa. Ia adalah pribadi yang memiliki kecerdasan
emosional dan kecerdasan spirutual yang jempolan. Hal ini terbukti dengan dipilihnya
Ia oleh TUHAN sebagai orang yang terkategori benar pada zamannya (bd. 7:1).

Tapi bagaimanapun, Nuh pastilah memiliki kekuatiran yang amat sangat. Pastilah pula
ia mulai rapat pikiran untuk mencoba menebak sampai kapan kondisi ini terus terjadi?
Kapan air ini akan surut dan bilamanakah ia akan hidup normal kembali. Sebab
kenyataan diluar bahtera memmbuktikan bahwa sudah tidak ada kehidupan lagi. Nuh
dan keluarga mungkin saling bertanya satu dengan yang lain tentang apa yang akan
terjadi kemudian.

Hal ini semakin jelas terlihat sebab selama 150 hari itu, Alkitab tidak menceritakan
bahwa Allah menemui Nuh dan berbicara kepadanya. TUHAN seakan MEMBISU dan
BERDIAM diri meninggalkan NUH selama 150 hari. Apa yang Nuh rasakan? Saya yakin
Nuh mulai kuatir dan resah sambil mencari jawab: “dimanakah TUHAN saat ini? Dan
mengapa seakan Ia melupakan kami dalam Bahtera ini?” Hal ini menarik untuk
direnungkan! Di sinilah kesabaran, kesetiaan dan pengharapan Nuh diuji oleh TUHAN.
Nuh mungkin merasakan seakan Allah meninggalkan dia dan keluarganya.

Apakah benar demikian? TIDAK! Pasal 8:1-5 menyebutkan bahwa setelah 150 hari
TUHAN keluar dari kebisuan dan aksi diam Nya itu dan kemudian kembali fokus pada
Nuh dan penumpang dalam bahtera itu. Ayat 1 pasal 8 bacaan kita menyebut: Allah
mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak dalam bahtera itu. Sungguh
melegakan bahwa ternyata Nuh tidak ditinggalkan TUHAN, Allahnya. Kita perlu
memberi perhatian khusus tentang ayat ini. Mengapa? Karena disinilah letak
pemulihan Allah terhadap bumi dan menusia bahwa Allah mengingat Nuh, manusia
ciptaanNya bahwa Allah setia dalam memenuhi perjanjianNya.

Kesetiaan Allah dalam memenuhi perjanjianNya sering diungkapkan sebagai perbuatan


yang mengingatkan akan perjanjianNya (bnd ump Kej 9:15-16; Kel 2:24; Luk 1:72) atau
mengingat siapapun yang kepadanya telah diberikan janji-janji perjanjian, dalam hal ini
yakni Nuh (bnd ump Kej 19:29; Kel 32;13). Proses selanjutnya adalah Bahtera
terkandas di pegunungan Ararat; puncak gunung mulai kelihatan dan akhirnya pada
ayat 22 bumi menjadi kering. Artinya, TUHAN tidak hanya berkuasa untuk
menghancurkan namun juga memulihkan ciptaanNya.

Saudara, ada dua hal penting untuk dapat direnungkan dalam bacaan kita hari ini,
yakni:
1.       Banyak orang berpikir bahwa ketika sudah diselamatkan dan menjadi pengikut
Kristus, maka hidupnya akan selalu nyaman, tidak terbentur masalah, selalu sukses
dan tidak ada kendala hidup. Nuh dan bahtera-nya ada visualisasi kedepan tentang
Bahtera Keselamatan yang dipimpin oleh Yesus Kristus. Kita perlu merenungkan soal
4
ketidak-nyamanan Nuh dan penghuni dalam bahtera itu. Walau mereka ada dalam
bahtera, kekuatiran tetap ada dan tatangan tersendiri tetap menjadi bagian hidup
mereka. Namun, Nuh tetap setia menunggu hasil akhir hingga TUHAN memulihkan
bumi dan menjadikan keadaan layak untuk hidup lagi. Kita memang sudah
diselamatkan dan sekarang sedang dalam bahtera itu. Namun tidak berarti tidak akan
ada tantangan dan pergumulan. Kita diajak untuk tetap tenang dan setia hingga tiba
akhirnya Tuhan menganugerahkan kondisi yang baru itu. Tetap tekun dan setia adalah
modal utama bagi kita yang sudah diselamatkan walau menghadapi beberapa
ketidaknyaman ataupun persoalan hidup.

2.       TUHAN-lah yang berkuasa untuk memulihkan dan juga menghancurkan. Semua
hanya karena anugerah TUHAN. Perhatikanlah bahwa NUH tidak dilupakan TUHAN. Ia
mengingat Nuh dan penghuni Bahtera itu. Seluruh kehidupan manusia semuanya
berasal dari kemurahan Tuhan. Tidak ada satu hal pun yang dapat diupayakan manusia
untuk tetap bertahan hidup jika bukan karena kemurahan Tuhan. Selalu ada pemulihan
yang Allah buat untuk manusia, sebagai tanda bahwa Allah tidak pernah melupakan
umatNya, orang-orang yang dikasihiNya jika kita hidup benar di hadapanNya.

Karena itu, marilah kita lakukan Firman ini dalam hidup kita, marilah kita belajar dari
Nuh untuk hidup benar dan tidak bercela dihadapanAllah agar pengampunan dan
pemulihan Allah sungguh terjadi dalam kehidupan kita, keluarga dan rumah tangga
kita. Ajarkan anak-anak kita, ingatkan suami atau istri kita bahwa apapun yang kita
alami dalam hidup ini, Tuhan tidak pernah melupakan kita asalkan hidup kita benar
dihadapanNya. Tuhan memberkati kita. AMIN.

TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;


TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai