Anda di halaman 1dari 12

RESUME

KONTRAKSI PERSALINAN

OLEH
MIFTAH IRFINA
193310785

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TK II


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020/2021
Teori His dalam persalinan

Salah satu faktor yang mempengaruhi persalinan adalah adanya kekuatan. Kekuatan terdiri dari
kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,
menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan
kontaksi involunter.

Pengertian His

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong
janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai
masuk kedalam rongga panggul.

His yang tidak adekuat adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun
sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.

Macam-macam His

1) Kontraksi Dini.
Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal-awal kehamilan atau saat trimester
pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang dalam proses
penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. Kontraksi terjadi
akibat mereganyanya ligamen di sekitar rahim biasanya diikuti oleh perut kembung,
konstipasi dan dehidrasi. Jika kontraksi di awal kehamilan ini diikuti oleh adanya
bercak darah maka segeralah anda ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

2) Kontraksi Palsu.
Jenis kontraksi ini biasa disebut dengan istilah Braxton-Hicks, biasanya terjadi saat
kehamilan memasuki usia 32-34 minggu. Waktunya tidak bisa ditentukan namun
biasanya terjadi setiap 30 menit sekali dengan lama kontraksi sekitar 30 detik. Rasanya
seperi nyeri saat kram haid. Jika kontraksi ini tidak terjadi menjadi lama, kemudian
intervalnya semakin memendek dan tidak bertambah kuat, maka persalinan tidak akan
terjadi dalam waktu sekarang. Berendamlah di air hangat untuk meredakan kontraksi
ini. Namun jika kontraksi semakin kuat dan interval semakin pendek maka bisa
menjadi petunjuk bahwa persalinan akan segera berlangsung.(15)

3) Kontraksi Saat Berhubungan.


Pada saat berhubungan dapat juga menimbulkan terjadinya kontraksi. Oleh karena itu
sebelum anda berhubungan, pastikan terlebih dulu melalui pemeriksaan dokter bahwa
kehamilan anda dinyatakan sehat. Kontraksi yang terjadi saat berhubungan, tidak akan
menjadikan resiko lahir prematur, selama kehamilannya sehat dan tanpa komplikasi.(15)

4) Kontraksi Sebenarnya.
Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan. Kontraksi berlangsung selama 40-
60 detik, terjadi di setiap 10 sampai 20 menit atau satu jam, kemudian kontraksi terjadi
menjadi lebih sering. Kontraksi sebenarnya akan diikuti oleh pembukaan mulut rahim,
keluarnya cairan atau lendir yang bercampur darah yang berwarna kecoklatan yang
merupakan sebagai sumbatan lendir atau mukus pada leher rahim.

Kontraksi di atas termasuk ke dalam kontraksi normal dan biasa terjadi pada masa
kehamilan. Dan biasanya akan merujuk pada persalinan normal. Namun ada beberapa jenis
kontraksi abnormal yang terjadi menjelang persalinan, yaitu:

1) Inersia primer.
Kontraksi yang tidak muncul sama sekali menjelang persalinan. Hal ini disebabkan oleh
adanya kelainan fisik ibu seperti, ibu kekurangan gizi, mengidap penyakit berat,
mengalami anemia, mioma.

2) Inersia Sekunder.
Kontraksi yang lemah.

3) Takisistol
Dimana kontraksi sebetulnya ada cuman terlalu sering sebelum waktunya, sehingga
"habis" sebelum waktunya.

4) Inkordinat
kontraksi yang tidak menyeluruh, artinya hanya bagian perut tertentu saja yang
mengalami kontraksi sedangkan bagian perut lainnya tidak mengalami, sehinga
persalinan tidak mengalami kemajuan, hal ini biasanya disebabkan oleh mioma atau
KPSW (ketuban pecah sebelum waktunya).

5) Tetanis.
Kontraksi yang disebabkan oleh ari-ari yang lepas yang menyebabkan kontraksi terus
menerus tiada henti, hal ini justru sangat berbahaya dan dapat mengancam ibu dan bayi
yang dikandungnya. Untuk kasus ini harus dilakukan caesar segera.
Cara mengukur  His :

1. Partograf
a. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu  persalinan dan
imformasi untuk membuat keputusan klinik.(6)
b. Tujuan
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir jika digunakan dengan tepat dan konsisten,
partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
 Mencatat kemajuan persalinan
 Mencatat kondisi ibu dan janinnya
 Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
 Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
 Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan
bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,adekuat dan tepat
waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka. kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
dengan seksama yaitu:
 Denyut jantung janin:setiap ½ jam
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
 Nadi :setiap ½ jam
 Pembukaan serviks:setiap 4 jam
 Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
 Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
 Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada
diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. jika frekuensi
kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang
kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. bila tidak ada tanda-tanda
kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali
jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan dirumah,
penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan
bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan
keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu kefasilitas kesehatan yang
sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

4) Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per
10 menit”  disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan
temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi
a) Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif.
b) Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
c) Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

5) Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian. Sebagai


contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit , maka
lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi.
Gambar 2.1 Partograf

c. Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan  kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak kala 1 hingga kala 1V  dan bayi baru lahir. itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai Catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu
selama masa nifas (terutama pada kala empat persalinan) untuk memungkinkan
penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting. terutama untuk membuat keputusan
klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala 1V  persalinan). Selain itu catatan
persalinan (lengkap dan benar)dapat digunakan untuk menilai /memantau sejauh
mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:

(1) Data atau Informasi Umum


(2) Kala I
(3) Kala II
(4) Kala III
(5) Bayi baru lahir
(6) Kala IV

Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.

His itu diketahui kurang kuat kalau:

(1) Terlalu lemah


(2) Terlalu pendek
(3) Terlalu jarang

Yang dinamakan inersia uteri ialah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau
kedua-duanya dari kala pembukaan.

Dulu inersia uteri dibagi dalam:

(1) Inersia uteri primer ialah kalau his lemah dari permulaan persalinan.
(2) Inersia uteri sekunder kalau mula-mula his baik tapi kemudian menjadi lemah
karena otot-otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama(inersia kelelahan).

Dalam obstetri modern partus lama dengan kehabisan tenaga ibu tidak boleh terjadi,
maka inersia uteri sekunder menurut pengertian diatas jarang diketemukan,
Walaupun begitu di Indonesia inersia uteri karena kelelahan masih sering terjadi.

Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah:

1) Inersia uteri hypotonis dimana kontraksi terkoordinasi tapi lemah hingga menghasilkan
tekanan yang kurang dari 15 mm Hg. his kurang sering dan pada puncak kontraksi
dinding rahim masih dapat ditekan kedalam.
Pada his yang baik tekanan intrauterin mencapai 50-60 mm Hg
Biasanya terjadi dalam fase aktip atau kala II, maka dinamakan juga kelemahan his
sekunder.
2) Inersia uteri hypertonis dimana kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya:kontraksi segmen
tengah lebih kuat dari segmen atas.
Inersia uteri hypertonis terjadi dalam fase laten, maka boleh dinamakan inersia primer.

Komplikasi yang terjadi akibat his tidak adekuat yaitu:

a. Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin,
kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas
ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer Timbulnya
his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah,
pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan
serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana
keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam
rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan
dalam persalinan. dan his tidak adekuat juga akan mengakibatkan kelelahan.

b. Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)


Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan
terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet.
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks. Sedangkan malposisi
merupakan posisi kepala janin relatif terhadap pelvis depan oksiput sebagai titik
referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan
tidak teratur. Letak janin dalam uterus terjadi pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa,
dengan demikian janin dapat menempati diri dalam presentasi kepala .

c. His tidak adekuat juga akan mengakibatkan gawat janin

Menghitung Kontraksi Persalinan

Biasanya proses persalinan bagi Ibu yang baru pertama kali hamil memakan waktu sekitar 8
hingga 14 jam, durasinya akan jadi lebih pendek pada kelahiran berikutnya. Pada kebanyakan
Ibu hamil, duduk di kursi goyang selama kontraksi persalinan membantu mereka menjadi lebih
rileks. Kontraksi biasanya terjadi sebentar-sebentar dengan diselingi periode istirahat untuk Ibu,
bayi, dan rahim. Ketika menghitung kontraksi, mulailah dari awal kontraksi ke awal kontraksi
selanjutnya.
Cara paling mudah menghitung kontraksi adalah dengan menulisnya pada kertas tiap kali
kontraksi dimulai beserta durasi atau jumlah detik kontraksi berlangsung. Menulis waktu dan
panjang kontraksi sangat membantu untuk menggambarkan pola kontraksi pada dokter atau
bidan.

Menghitung kontraksi persalinan dapat membantu Ibu mengetahui tahapan persalinan yang


sedang Ibu alami dan kapan waktu yang tepat menuju rumah sakit. Kontraksi persalinan memang
bukan hal menyenangkan, tapi tiap kram yang Ibu alami selama kontraksi adalah menit-menit
menuju pertemuan dengan malaikat kecil Ibu.

Kapan Mulai Menghitung Kontraksi Persalinan?

Mulailah menghitung kontraksi ketika Ibu mengalaminya dua atau tiga kali dalam beberapa
menit secara teratur. Bila Ibu mengalami satu atau dua kontraksi, tunggu yang ketiga kali,
dengan begitu Ibu akan tahu kalau itu bukan kontraksi palsu.

Kontraksi persalinan akan terasa seperti campuran antara nyeri menstruasi dan konstipasi. Rasa
sakit dimulai di punggung bawah dan bergerak ke perut, tapi rasa sakit kontraksi persalinan bisa
juga hanya berada di area punggung. Awalnya kontraksi berlangsung sekitar satu menit dan
terjadi tiap 15 menit. Tapi tidak ada pola standar untuk kontraksi kok Bu, jadi jangan cemas bila
mengalami kontraksi persalinan yang tidak teratur.

Cara Menghitung Kontraksi

Ada banyak aplikasi yang bisa Ibu download untuk menghitung kontraksi, tapi bila Ibu ingin
cara lama dan menggunakan stopwatch, libatkan suami dan siapkan kertas serta pulpen.

Ibu tidak perlu menghitung semua kontraksi hingga menuju proses persalinan karena tujuan
utama menghitung kontraksi adalah untuk menentukan kalau Ibu benar-benar sudah ada di tahap
persalinan. Jadi ketika sudah mengetahui jawabannya, tak perlu lagi menghitungnya.

Ibu bisa gunakan stopwatch, detik jam, atau aplikasi smartphone untuk menghitung frekuensi


dan durasi kontraksi. Sediakan pensil dan kertas agar Ibu bisa mencatat jumlah serta mengenali
polanya. Oh ya, gunakan alat hitung yang tepat ya, bukan jam digital tanpa detik. Sebab,
kontraksi sering berlangsung kurang dari satu menit, jadi Ibu perlu menghitungnya dalam detik.

Buat grafik untuk memudahkan dalam merekam data. Buat kolom dengan judul kontraksi, satu
kolom untuk “waktu dimulai” dan kolom untuk “waktu berakhir.” Sertakan kolom untuk
“durasi” untuk menghitung berapa lama tiap kontraksi berlangsung dan kolom berikutnya untuk
“waktu jeda kontraksi” untuk menghitung panjang waktu antara awal satu kontraksi dan awal
kontraksi selanjutnya.

1. Mulai menghitung awal kontraksi


Jangan mulai di tengah atau akhir kontraksi yang sedang terjadi. Bila Ibu baru mau
menghitung durasi kontraksi di pertengahan terjadinya kontraksi, lebih baik tunggu
kontraksi selanjutnya muncul.

2. Tulis waktu kontraksi dimulai

Ketika Ibu merasa perut mengencang, mulai pasang timer atau lihat jam dan tulis waktu
di kolom “waktu dimulai.” Semakin akurat catatan Ibu, tentunya akan semakin baik.
Misalnya, daripada hanya menulis jam 10, tulis lebih spesifik dengan jam 10:03:30. Bila
kontraksi dimulai tepat jam 10, maka tulis 10:00:00.

3. Tulis waktu kontraksi berakhir

Ketika rasa sakit mereda dan kontraksi berakhir, jangan lupa tulis waktu berakhirnya.
Sekali lagi, sertakan informasi seakurat mungkin.

Setelah kontraksi pertama selesai, Ibu bisa isi kolom durasi. Misalnya bila kontraksi
dimulai pada 10:03:30 dan berakhir pada 10:04:20, durasi kontraksi berarti 50 detik.

Catat juga informasi lain tentang kontraksi, seperti di mana rasa sakit dimulai, seperti apa
rasanya, dan sebagainya. Informasi ini akan bermanfaat ketika kontraksi berlanjut dan
Ibu mulai melihat polanya.

4. Tulis waktu kontraksi selanjutnya dimulai

Kurangi waktu kontraksi sebelumnya dari awal waktu kontraksi ini dan Ibu akan tahu
berapa lama kontraksi terpisah. Misalnya, bila kontraksi sebelumnya terjadi pada
10:03:30 dan kontraksi ini dimulai pada 10:13:30, maka kontraksi Ibu terpisah selama 10
menit..

Mitos Seputar Kontraksi Yang Perlu Anda Tahu

Ada banyak mitos berhubungan dengan kelahiran, terutama karena pengalaman tiap orang
berbeda. Baik melahirkan melalui operasi caesar atau persalinan normal, melahirkan di
lingkungan yang tenang terencana atau dalam kondisi darurat, tiap ibu hamil akan sepakat dalam
satu hal, yaitu melahirkan bukan perkara gampang! Meyakini mitos tentang kontraksi berikut ini
mungkin hanya akan membuat Ibu bertambah cemas.

Kontraksi memang terdengar cukup menakutkan. Dan Ibu mungkin tahu beberapa hal tentang
kontraksi, seperti kontraksi bisa semakin intensif, kontraksi pada dasarnya mendorong bayi
keluar, dan sebagainya. Tapi ada beberapa konsepsi dan mitos yang keliru tentang kontraksi
yang membuat persalinan dan kelahiran lebih terasa menakutkan.

Pengetahuan jadi kunci untuk mengatasi rasa takut ini. Coba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh
apa yang dikatakan keluarga atau teman, karena tiap kehamilan itu berbeda. Baca info lebih
banyak tentang kontraksi, bagaimana terjadinya, dan apa artinya. Lalu hilangkan mitos berikut
dari otak Ibu agar rasa khawatir jadi berkurang.

 “Jika mengalami kontraksi, berarti proses persalinan sedang terjadi”

Merasakan kontraksi di saat hamil membuat Ibu ingin tahu apa yang terjadi. Tapi
kontraksi tidak selalu berarti bahwa persalinan sudah dekat. Kontraksi yang tidak teratur
dan tidak bisa diprediksi yang bervariasi intensitas dan panjangnya, dan bisa hilang
ketika Ibu berganti posisi atau meningkatkan aktivitas dianggap sebagai kontraksi palsu.
Ibu juga bisa mengalami kontraksi bila mengalami dehidrasi, jadi pastikan minum banyak
air ya, Bu!

 “Kontraksi terjadi ketika kantung ketuban pecah”

Kelahiran tidak selalu seperti yang ada di film. Bila Ibu berharap ketuban pecah sebelum
terjadinya kontraksi persalinan, Ibu akan kecewa dengan harapan tersebut. Kontraksi bisa
lho dimulai 12 hingga 24 jam setelah ketuban pecah. Kontraksi juga bisa terjadi sebelum
ketuban pecah, bahkan satu atau dua hari sebelumnya.

 “Mengalami kontraksi setelah berhubungan intim berarti pertanda buruk”

Ketika berhubungan intim dan mengalami orgasme, Ibu bisa saja bisa merasakan


kontraksi. Jangan panik, orgasme dan prostaglandin pada air mani sangat wajar
menyebabkan kontraksi rahim. Tapi hubungi dokter bila kram bertambah buruk atau
diikuti bercak atau pendarahan.

 “Kontraksi dengan Pitocin lebih terasa sakit dibanding kontraksi alami”

Kontraksi dengan Pitocin tidak selalu lebih terasa sakit. Bedanya, Pitocin mendorong Ibu
berada di pertengahan persalinan yang intens agar Ibu bisa melahirkan. Pitocin memberi
kontraksi yang sangat kuat, tapi sama seperti persalinan alami.

 “Anda bisa menginduksi kontraksi secara alami tanpa menimbulkan masalah”

Ibu pernah mendengar tentang induksi alami? Contohnya minum minyak kastor, makan
makanan pedas, dan banyak berhubungan intim agar mulai terjadi kontraksi. Semua
metode ini tidak dianjurkan meski bisa berhasil pada beberapa ibu hamil, karena bisa
memicu dehidrasi, diare berlebihan, kontraksi yang terlalu kuat, kontraksi terlalu
berdekatan, serta efek samping lainnya. Cara paling baik adalah membiarkan tubuh
melakukan apa yang dibutuhkan dan kontraksi persalinan akan terjadi semestinya. 
SUMBER

http://warungbidan.blogspot.com/2016/03/teori-his-dalam-persalinan.html?m=1

https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/4-cara-menghitung-kontraksi-persalinan-yang-
harus-ibu-hamil-tahu

Anda mungkin juga menyukai