Anda di halaman 1dari 5

Enam

Aku meminta Ben untuk bertemu. dia berjanji untuk datang sepulang kerja. Terakhir kali aku
mengecek, dia bilang sudah menuju tempatku. Sudah kusiapkan cemilan dan kopi untuk kami
berdua santap sambil berbincang. I’m about to make things right between us. Sudah
kubayangkan betapa akan berhasil nantinya hubunganku dengan Ben. Akhir-akhir ini dia tidak
pernah menghubungiku lagi, dan dia tidak pernah lagi mengajakku bertemu keluarganya, hanya
sekali itu. Dan disana, aku sangat tidak nyaman dengan keberadaan Shela. Kata Ben, mereka
hanya berteman. But by the way she look at him, its not. I can tell.

Tingtong.

Bell berbunyi, pasti Ben. Aku segera berjalan dan membuka pintu. Memasang senyumku. Dia
disana, wajahnya datar dan dia sedang memakan kemeja biru muda yang lengannya dia lipat
keatas. Kupersilahkan dia masuk dan dia duduk di sofa. Dia tenang seperti biasa, hanya saja
sangat dingin. Aku berusaha tersenyum, meletakkan mug berisi kopi kedepannya.

“your coffe, sir” ujarku bercanda. Dia tidak senyum. Hanya mengangkat alisnya.

“Natalie, kenapa manggil aku kesini?” tanya nya. Serius dan dingin. Aku mengatur posisi duduk
disebelahnya, meraih tangannya.

“I miss you Ben. Why you never call me?”

Ben diam saja. Tidak juga menatapku. Aku menjadi tidak sabar dan bertanya lagi.

“kamu masih marah, Ben?” aku makin mengenggam erat tangannya. Dia menatapku kali ini.
Menarik pelan tangannya dan berdiri dan mendekat ke jendela.

“Natalie, mau kamu apa? Minta aku datang sepulang kantor secepatnya” ujarnya pelan. “hanya
untuk bilang ‘I miss you’? i don’t think so”

Aku memberanikan diri mendekat. Masih ingin tenang merespon ucapan dan sikap dingin Ben.
Kudekati dia yang sedang melipat tangan didepan dadanya dan tidak menatapku sedikitpun.
Sekali lagi aku memegang tangannya, namun dia menariknya pelan.

“what you want, Natalie?” nadanya menjadi lebih dingin. Aku menarik tanganku.

“aku mau minta maaf Ben.” Kataku pelan. “aku juga mau memperbaiki hubungan kita, Ben.”
“kita baik-baik saja, Natalie. Apapun itu, aku selalu menerima kamu.” Ujarnya. Aku sedikit
merasa lega mendengar ucapan itu. Ada senyum timbul di wajahku. “menerima kamu, walau
hanya sebatas teman.” Lanjutnya. Senyumku hilang.

“teman? Ben, aku mau memperbaiki hubungan kita yang dulu. I love you Ben.”

Ben menarik napas panjang, menatapku dalam. Ben ku yang dulu, aku tidak menemukannya
pada orang yang berdiri didepanku saat ini. Masih kuharap ada harapan untukku. Setitik saja.

“Natalie, kamu perlu tahu..”

“Ben kamu kemana aja sih beberapa hari terakhir? Ngilang dari aku” putusku. Dia mengalihkan
pandangan dariku. Aku sudah tidak sabar, aku rasa semua sudah ku bela-bela demi mengikuti
Ben. Tapi kenapa, hanya membalas perasaanku tidak bisa diberikan. Padahal jelas saja dia pasti
masih menyayangiku, dan tidak ada orang lain yang pernah berasamanya setelah denganku. Aku
maish menginginkan hubungan kami bisa kembali seperti dulu.

“Natalie, please listen to me” katanya. Kali ini dia menatapku lagi. Dingin skali. “kamu, tidak
bisa seperti ini terus.” Ujarnya.

“begini gimana, Ben? Aku sayang sama kamu!”

“maaf Natalie, aku tidak bisa.”

Ben berdiri dan berjalan menuju pintu. Aku mengejar dan menghentikannya. Kupeluk dia dari
belakang. Dia diam saja tidak bergerak.

“Ben please. Dengan cara apa lagi, biar kamu paham aku benar-benar mau memperbaiki
hubungan kita?”

Ben melepas tangaku. Dia berbalik badan. Dia meminta aku tenang, lalu kami duduk lagi berdua.
Lebih tenang. Dia meminta ku untuk menenangkan diri dulu dan dia tidak akan kemana-mana.
Kutata perasaanku yang sempat kacau. Lalu dia bilang ‘let’s talk’. Well, that’s what all I ask for.

“Natalie, setelah kejadian 4 tahun yang lalu” katanya perlahan. “jujur, aku sudah memaafkan
kamu. Menerima kamu sebagai teman, apalagi aku sudah mengenal kamu sejak kecil.”

“aku tahu Ben. Dan aku juga tahu, kamu masih sayang sama aku.”
“please, izinkan aku bicara Natalie.”

Aku diam. Dia melanjutkan.

“setelah mendapati kamu, rasanya aku benar-benar hancur. Kamu tidak akan paham bagaimana
aku benar-benar perlahan bangkit untuk kerja. Aku harus memulai dari nol, pindah ke kota lain
hanya untuk menghindari kamu.”

“but then, I came along. Following you everywhere.” Kataku. Dia menarik tanganku.

“tapi, tidak sekali saja Natalie kamu bertanya apa yang aku rasa.” Ben menunduk. “beratnya hati
ku, ingin sekali marah, dan rasanya tercekik setiap lihat kamu, Natalie.”

Kali ini’=, rasanya aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

“aku…” ucapku.

“Natalie, aku pernah cinta sama kamu. Aku bisa kasih kamu dunia yang kamu harapkan. Tapi,
diantara kita, siapa yang melepaskan?” ucapnya. “atau, siapa yang mengusir?”

Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku.

“aku…kedatanganku ke Indonesia ini, untuk melupakan kamu Natalie. Tapi kamu datang juga”

“dan artinya, takdir masih minta kita bersama. Aku tahu kamu sayang sama aku Ben”

“aku mau, memulai lagi Natalie..” ujarnya.

Aku mengangguk.

“tapi, bukan sama kamu.” Katanya. “aku mau kamu bahagia dengan orang lain, dan aku akan
bahagia juga.”

Kutarik tanganku. Tidak memercayai apa yang kudengar barusan.

“Shela. jangan bilang, kamu dan Shela?” kataku. Aku menatap Ben. Tepat pada kedua bola
matanya. Hatiku rasanya tertusuk. “jadi bener, kamu sama Shela? jangan-jangan kamu hilang
karena dia, kan?”

“jangan seret-seret dia Natalie dalam pembahasan kita. Ini soal kamu dan aku”

“oh jadi kamu beneran sama Shela? tega kamu Ben!”


Ben menoleh padaku. Tatapan tajam dijatuhkannya padaku. Dia tidak bicara lagi, dia berdiri dan
segera meninggalkan rumahku. Aku terdiam. Tidak bisa memikirkan apa-apa lagi.

***

Empat tahun yang lalu. Aku adalah perempuan yang beruntung. Punya pacar yang sebegitu
sayang sama aku—namanya Benjamin. Dia bukan cowok ribet, yang kusuka adalah karena dia
menyayangiku. Itu saja. Aku bekerja di salah satu perusahaan brand fashion ternama. Relasi
kubangun dengan banyak orang. Dan setahun yang lalu, temanku Karla datang ke kota ku untuk
liburan. Dia punya kenalan orang yang bisa berpengaruh besar untuk perusahaanku. Aku orang
yang tidak ingin melewatkan kesempatan dalam bekerja, sebagai perantau, caraku survive tentu
dengan banyak hal.

Karla akan mengenalkanku pada orang ini di sebuah night club. Hidupku di sini memang tidak
benar-benar jauh dari kehidupan seperti ini. It’s a free country. Aku dan Karla, kita berbincang
ditemani minuman kami. Tidak beberapa lama, seorang laki-laki datang. Dia berjabat tangan
dengan Karla dan membuka pembicaraan kecil, dan dia mengenalkanku. Lelaki ini mengenakan
jas dan sangat rapih, sepertinya baru saja kembali dari kantornya. Namanya Leon. He’s amazing.

Sejak itu, kami sering bertemu. yang awalnya hanya membahas seputar pekerjaan, akhirnya ada
rasa cocok diantara aku dan Leon. Entah sejak kapan mulainya, aku merasa senang disekitarnya.
Kami menjadi makin sering ketemu, dan tentu saja aku menyembunyikan ini dari Ben. Ben—dia
benar-benar sibuk dan kami hanya berbicara lewat face time setiap malam. Aku paham itu, dan
kami hanya ketemu setiap weekend.

Waktu berjalan. Entah bagaimana hubungan ku dan Leon menjadi lebih seperti spesial. Satu hari,
Leon datang ke kantor ku, menunggu di Lobby. Aku tidak menyangka dia akan datang memberi
kejutan padaku. Aku sangat kaget namun senang sekali. Dia bilang akan mengajakku dinner. I
don’t see why not. Apalagi Ben sedang dikota sebelah kerja. Ya, aku memang sangat jahat, tidak
memikirkan perasaan Ben saat itu. Tapi, merasa match, dan perasaan ini luar biasa.

Leon bisa memperlakukanku seperti kebanyakan perempuan senang diperlakukan. Diperhatikan,


kejutan kecil, semua itu benar-benar beda dari Ben. Leon melingkarkan tangannya di panggulku.
Lalu kami jalan beriringan. Saat lift sudah berada dilantai dasar, setelah keluar dia mendaratkan
satu kecupan di pipiku. Aku bisa merasakan pipiku pasti memerah malu. Aku menatapnya dan
dia tersenyum. Lalu aku menoleh kedepan. Rasanya seperti banyak tegangan tinggi mengalir
ditubuhku.

Entah sudah berapa lama Ben ada disana. Dia tidak mengatakan apa-apa. Aku memutuskan
untuk tetap mengikuti Leon. Aku sangat bingung harus apa. Sebelum akan melewati Ben, dia
berlalu dan segera ke mobilnya. Aku—sepanjang hari hanya memikirkan hubunganku. Agar bisa
berbicara dengan Ben, aku bilang ke Leon untuk segera mengantarku pulang. Aku pura-pura
sakit.

Setelah itu aku menuju flat Ben. Yes he is very upset. Dia tidak mengizinkankmu masuk
awalnya. Aku memaksa. Aku berusaha menjelaskan, dia seperti begitu kesal, namun tidak
mengekspresikan perasaannya. Matanya memerah dan berkaca. Lalu dia memintaku pergi. Dia
juga bilang. Hubungan kita sudah berakhir.

Aku memberinya ruang, untuk melegakan hatinya yang sudah kupatahkan demikian. Sebulan
berlalu, kuberanikan diri menemuinya. Dia terima. Dia sudah lebih tenang. Dia memaafkan
salahku. Aku benar-benar menyesal. Aku ingin memperbaiki hubungan kita berdua, tapi dia
benar-benar menghindariku. Ben pindah 2 kali namun aku tetap selalu mencarinya. Kali ini di
Indonesia, tentu saja aku tetap mengikutinya. Walau kali in, aku hanya kebetulan diminta kerja
beberapa bulan saja di Indonesia. Aku benar-benar serius memperbaik hal antara aku dan Ben.
Perihal diriku dan Leon, walaupun aku nyaman dengan dia, sedari awal dia hanya teman bisnis.
Kurasa dia juga menganggap hubungan kami hanya itu saja. Aku dan Leon, kami tetap masih
sering berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Borang Jiwa
    Borang Jiwa
    Dokumen10 halaman
    Borang Jiwa
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Obgyn
    Borang Obgyn
    Dokumen13 halaman
    Borang Obgyn
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Anak
    Borang Anak
    Dokumen17 halaman
    Borang Anak
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Borang PKM
    Kumpulan Borang PKM
    Dokumen102 halaman
    Kumpulan Borang PKM
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang PKM Fix
    Borang PKM Fix
    Dokumen50 halaman
    Borang PKM Fix
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Vivin BORANG F1-F7 - 1
    Vivin BORANG F1-F7 - 1
    Dokumen34 halaman
    Vivin BORANG F1-F7 - 1
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Interna
    Borang Interna
    Dokumen23 halaman
    Borang Interna
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Rekap Borang Fixx
    Rekap Borang Fixx
    Dokumen57 halaman
    Rekap Borang Fixx
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Rekap Borang Fixx
    Rekap Borang Fixx
    Dokumen57 halaman
    Rekap Borang Fixx
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang F1-F7
    Borang F1-F7
    Dokumen15 halaman
    Borang F1-F7
    vivin
    Belum ada peringkat
  • Borang Bedah
    Borang Bedah
    Dokumen10 halaman
    Borang Bedah
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • BORANG
    BORANG
    Dokumen42 halaman
    BORANG
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • PKM
    PKM
    Dokumen45 halaman
    PKM
    Alfina Alfiani
    Belum ada peringkat
  • Borang Mata
    Borang Mata
    Dokumen18 halaman
    Borang Mata
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang KulKel
    Borang KulKel
    Dokumen10 halaman
    Borang KulKel
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Neuro
    Borang Neuro
    Dokumen10 halaman
    Borang Neuro
    nadya Irwansyah
    Belum ada peringkat
  • Borang Gizi
    Borang Gizi
    Dokumen4 halaman
    Borang Gizi
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Obs
    Obs
    Dokumen34 halaman
    Obs
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • T H T
    T H T
    Dokumen8 halaman
    T H T
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    Dokumen45 halaman
    F6-Upaya Pengobatan Dasar F6-1
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • UKP Nanda
    UKP Nanda
    Dokumen18 halaman
    UKP Nanda
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • JW
    JW
    Dokumen7 halaman
    JW
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • HJNNNNNNNNNM
    HJNNNNNNNNNM
    Dokumen49 halaman
    HJNNNNNNNNNM
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • BDH
    BDH
    Dokumen24 halaman
    BDH
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Gea Aa'
    Gea Aa'
    Dokumen20 halaman
    Gea Aa'
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Borang Anak Untuk Habibie
    Borang Anak Untuk Habibie
    Dokumen19 halaman
    Borang Anak Untuk Habibie
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Soal Fix
    Soal Fix
    Dokumen30 halaman
    Soal Fix
    Djuragan Aditya
    Belum ada peringkat
  • E Voucher
    E Voucher
    Dokumen3 halaman
    E Voucher
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • No.5 PPT Tumbang
    No.5 PPT Tumbang
    Dokumen3 halaman
    No.5 PPT Tumbang
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat
  • Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    Dokumen2 halaman
    Pencegahan Dan Penatalaksanaan
    fadhillah islamyahpr
    Belum ada peringkat