Anda di halaman 1dari 196

BAGIAN 1

ASUHAN NEONATUS DAN BAYI


DENGAN MASALAH SERTA
PENATALAKSANAANNYA

1. BERCAK MONGOL
2. HEMANGIOMA
3. IKTERIK
4. MUNTAH DAN GUMOH
5. ORAL TRUSH
6. DIAPER RUSH
7. SEBORREA
8. BISULAN
9. MILLIARIASIS
10. DIARE
11. OBSTIPASI
12. INFEKSI
13. BAYI MENINGGAL MENDA

4
BERCAK MONGOL DAN
HEMANGIOMA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian
BERCAK MONGOL
Ada beberapa pengertian dari bercak Mongol, diantaranya yaitu :
 Bercak Mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di
bagian atau daerah sacral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang
lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan
oleh orang tua Asia dan Afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak
dengan orangtua mediterania. (Mayes Midwifery Textbook).
 Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat di daerah
lumbo sacral pada bayi yang memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna),
warnanya seperti memar. Bercak mongol adalah lesi-lesi muskular
berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi bervariasi, paling sering
pada daerah prasakral, tapi dapat juga ditemukan di daerah posterior
paha, tungkai, punggung, dan bahu. (Nelso, 1993)
 Bintik Mongolia, daerah pigmentasi biru-kehitaman, dapat terlihat pada
semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Bercak ini lebih
sering terlihat di punggung dan bokong. Daerah pigmentasi ini terlihat
pada bayi-bayi yang berasal dari Mediterania, Amerika Latin, Asia,
Afrika, atau beberapa wilayah lain di dunia. Bercak-bercak ini lebih
sering terlihat pada individu berkulit lebih gelap tanpa memperhatikan
kebangsaannya. Bercak ini secara bertahap akan lenyap dengan
sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun (Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas Edisi 6, Persis Mary Hilton, EGC)
 Bercak mongol adalah bercak datar normal berwarna hijau kebiruan atau
abu kebiruan yang ditemukan pada 90% bayi Amerika, Asia, Hispanik
dan Afrika Amerika dan 10%nya terjadi pada bayi Kaukasia, khususnya

5
keturunan Mediterania. Paling sering pada daerah punggung, bokong,
tapi dapat pula ditemukan pada bagian tubuh lain. Memiliki bermacam
ukuran dan bentuk, tidak memiliki hubungan dengan penyakit tertentu.
Kebanyakan akan memudar pada usia 2 atau 3 tahun, walaupun bekasnya
akan bertahan sampai dewasa. (www.legachyhealth.org)
 Bercak mongol merupakan sekumpulan padat melanosit, sel kulit yang
mengandung melanin, pigmen normal kulit. Saat melanosit muncul ke
permukaan kulit, akan terlihat coklat tua. Semakin jauh dari permukaan
kulit, melanosit akan terlihat semakin biru. Selain itu, bercak mongol tidak
berhubungan dengan memar atau kondisi medis lainnya. Bercak mongol
tidak menjurus pada kanker ataupun masalah lain. (www.drgreene.com)
Kelainan ini berupa bercak dengan kebiruan, kehitaman, atau
kecoklatan yang lebar, Difus, terhadap di daerah bokong atau lumbosakral
yang dapat menghilang setelah beberapa bulan atau sekitar satu tahun.
            Menurut Saitoh (1989) bayi premature dan menyimpulkan bahwa
menimbulnya Bercak Mongol rata-rata pada umur-umur kehamilan 38
minggu. Mula-mula terbatas di fosa koksigea lalu menjalar ke regro lumbo
sacral. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis
sebelah dalam atau di sekitar Folikel rambut. Kadang-kadang terbesar
simetris, dapat juga unilateral. Tempat predileksi yang lain adalah di daerah
orbita dan daerah zigo matikus (nevus ota), yaitu yang mengenai daerah
seclera atau fundus mata, atau di daerah delto-trapezius (nevus ito).

Bercak Mongol

6
2.2 Etiologi
Bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak
mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada
dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke
epidermis. Kemunculan tanda lahir disebabkan juga oleh adanya hal-hal
tertentu yang terjadi dalam proses jalan lahir,misalnya trauma lahir atau
terjadi pembuluh darah yang melebar. Soal bahaya atau tidak harus dilihat
dulu dari perkembangan tanda lahir ini. Misalnya ada tanda kemerahan bila
karena jalan lahir, biasanya sehari juga akan hilang tapi kalau setelah
seminggu masih tetap ada maka harus dipantau lagi perkembangannya tapi
tanda lahir ini tidak membahayakan.
Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia (timur) lahir
dengan bercak ini, namun pada bayi kaum Asia hanya 5%. Lesi ini biasanya
berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau di
sekitar folikel rambut yang terkadang tersebar simetris, tetapi dapat juga
unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan
dengan kelainan-kelainan sistemik.
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda lahir ini biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu batu, atau biru
kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya
timbul pada bagian punggung bawah dan bokong tetapi sering juga
ditemukan pada kaki, punggung, pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga

7
memiliki ukuran yang bervariasi, dari sebesar penitinsampai berdiameter
enam inchi. Seorang anak bisa memiliki satu atau beberapa bercak mongol.
Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai
a.       Luka seperti pewarnaan
b.      Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
c.       Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
d.      Bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau tahun
e.       Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan

Tanda bercak mongol yaitu :


a. bercak kebiru-biruan,kehitaman atau kecoklatan yang lebar,
b. biasanya timbul didaerah bokong.tempat timbul lainnya yaitu pada
daerah pipi dan mata.
c. bercak ini timbul pada kehamilan 38 minggu.
d. bercak ini akan menghilang setelah beberapa bulan  atau sekitar satu
tahun.
               Kelainan ini dijumpai sejak lahir berupa bercak kebiru-biruan atau
coklat keabu-abuan pada daerah lombosakral bagian sentral mooraka
mendapatkan bahwa ukuran  bercak mongol mencapai pada usia 2
tahun,sedangkan intensitas warna maksimal pada umur 1 tahun.noda yang
tampak nyeri ini , juga serung terdapat pada bayi keturunan mediterania,tapi
jarang terjadi pada bayi berambut pirang dan bermata biru.meski sering kali
tampak pada saat lahir dan hilang dalam tahun pertama , tapi kadang-kadang
tak muncul sampai beberapa waktu setelah lahir atau bertahan hingga
dewasa.
Ukuran lesi bervariasi dari beberapa  millimeter sampai
sentimeter.lesi dapat soliter maupun multiple. Pada kebanyakan kasus dapat
mengalami regresi spontan namun ada juga yang persisten. Dapat soliter
maupun multiple dan sering kali melibatkan daerah yang luas.lebih dari
80% dari bayi Indian timur memiliki lesi ini,sementara insiden pada bayi
kulit putih kurang  dari 10%.corak aneh dari macula ini disebabkan oleh

8
lokasidermal melanin berisi melanosit yang diperkirakan terperangkap saat
migrasinya dari celah neural ke epidermis.
 Banyak bentuk berbeda dari lesi yang dapat diuraikan,antara lain yaitu:
1. Lesi primer
Macula
Hal ini merupakan perubahan warna kulit.mereka bervariasi dalam
ukuran , bentuk dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit.
Macula dibentuk dari:
1. deposit pigmen dalam kuliit,misalnya frekles.
2. keluarnya darah kedalam kulit,misalnya petekie.
3. diltasi permanent dari pembuluh darah kapiler,misalnya nevi.
4. dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler,misalnya eritma.
Papula
Terdapat evalasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi
diameternya dari sekitar 1 sampai 5 mm.permukaan dapat tajam ,bulat
atau datar . mereka terletak superfisisal dan dibentuk dari proliferassi
sel atau eksuidasi cairan kedalam kulit
Nodul
Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam.mereka bervariasi
dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan dengan papula.
Contoh  nodul subkutan adalah nodul rematisme akut.
Vesikel
Vesikel merupakan lepuh kecil yang di bentuk dengan akumulasi cairan
dalm epidermis;mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan
ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema.
Bula atau pustula
Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum ,pus, atau
darah.
Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonaturum.
Gelegata

9
Gelegata merupakan elevasi sementar kulit yang disebbakan oleh
edema dermis dan dilatasi kapiler sekitar nya.biasanya berkaitan dengan
respin alergi terhadap bahan asing.
2. Lesi sekunder
Skuama
Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang
menumpuk pada kulit yang dapat berkembanag sebagai akibat
perubahan infalasi.keadaan ini ditemukan pada psoariaris.         
Krusta
Ini terbentuk dari serum,darah atau nanah yang mongering dalam
kulit.masing-masing dikenal dengan warna:
a. .merah kehitaman (krusta darah)
b. kuning kehijauan (krusta nanah)
c. berwarna madu (krusta serum)
Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan
memaparkan dermis.meraka dapat terjadi pada kulit kering dan pada
infalamasi kronik.
Ulkus
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan local dari seluruh
epidermis dan sebagian dari seluruh korium dibawahnya.
Kikuchi (1982) membagikan becak mongol menjadi 3 tipe:
a. tipe biasa(common type) yang mengalami regresi normal
b. tipe ekstensi(ekstensi type) yang mengalami regresi sangat lambat
c. tipe persisten.
Perbedaan umum antara Bercak mongol dan tanda kulit yang lain
Bercak Mongol Tanda Kulit yang lain
1. Dilihat dari warnanya 1. Dilihat dari warnanya
Bercak mongol memiliki warna kebiru- Tanda kulit lain (Nevus pigmentosus)
biruan adalah berwarna coklat kehitaman
2. Dilihat dari daerah pigmentasi 2. Dilihat dari daerah pigmentasi
Daerah pigmentasi memiliki tekstur kulit Daerah pigmentasi memiliki tekstur yang

10
yang normal. mengalami perubahan permukaan. Tidak
3. Dilihat dari areanya normal karena dapat mengalami
Dari areanya tersering di daerah penebalan  namun tidak terlalu berarti
belakang (lumbal sacral) karena banyak (Nevus pigmentosus)
nya sel melanosit yang tertangkap pada 3. Dilihat dari areanya
bagian belakang yang menyebabkan Dari areanya sering pada telapak tangan,
bercak pada bayi yang sering dikenal telapak kaki dan genitalia (junction nevi)
dengan bercak mongol. Terdapat pada wajah (compound nevi)
4. Dilihat dari nyeri Terdapat di leher dan kepala (Intradermal
Tidak menyebabkan nyeri demi)
5. Biasanya akan menghilang dalam 4. Dilihat dari nyeri
hitungan bulan atau tahun. Bisa menyebabkan nyeri dan tanda-tanda
6. Tidak ada komplikasi yang inflamasi (nevus pigmentosus yang bisa
ditimbulkan. menjadi berbahaya )
7. Dihasilkan dari sel melanosit 5. Biasanya menetap (nevus ota dan
nevus ito)
Dapat menyebabkan degenerasi
maligna, nevus pigmentosus pada usia
35 tahun.
Tranformasi maligna ditandai dengan
adanya:
-          Pembesaran
-          Perubahan warna
-          Terjadinya penebalan yang
berlebihan
-          Adanya nyeri
-          Adanya tanda-tanda inflamasi
7. Dihasilkan dari sel nevus

11
2.4 Patofisiologi
Melanosit

Melanin pada dermis

Proses migrasi

Krista neuralis ke epidermis

Proses terhambat

Lesi jinak/bercak kebiruan

Bercak Mongolian sering ditemukan pada daerah punggung dan


pantat/pangkal paha bagian atas bayi-bayi kulit hitam (80-90%),bayi asia
/oriental (75%) dan bayi kulit putih (10%).meskipun namanya bercak
Mongolian ,namun tidak ada korealsi secara antropologis.bercak ini sebagian
besar cenderung menghilang dan tertutup oleh pigmentasi normal dalam usia
1 tahun pertama,sebagian dalam usia 3-5 tahun. Pigmen melanin yang
terdapat pada bercak ini terletak didalam melanosit yang berbentuk
fusifrm,dopa positif dan dijumpai pada dermis bagian tengah middermi.
Bercak mongol ini kebannyakan timbul beragam pada daerah presakral,tetapi
dapat ditemukan pada paha  bagian posterior tungkai punggung dan bahu.
(Yeyeh Ai, SSiT.2010)
2.5 Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama,
atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan
khusus. Namun, bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada
tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan hilang, tapi dapat menetap
sampai dewasa. Sumber lain menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai

12
pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun.
Kadang-kadang juga menghilang setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5%
anak yang lahir dengan bercak mongol masih memiliki bercak mongol
hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan
tidak memerlukan perawatan ataupun pencegahan khusus. Nervus Ota
(Daerah zigomaticus) dan Nervus Ito (daerah sclera atau fundus mata atau
daerah delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan.
Namun, bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan
alasan estetik. Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan menggunakan
sinar laser. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini
adalah dengan memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan
menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol,
menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan
bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan
khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas. (Yeyeh Ai, SSiT.2010)

HEMANGIOMA
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskuler jinak
akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak
normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma
sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-
10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau
muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul
disetiap tempat seperti kepala, leher, muka, kaki, atau dada. Hemangioma
merupakan tumor vaskuler jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya
adalah cherry   hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-
puple papule pada kulit orang tua.
Hemangioma lebih banyak ditemukan pada kaum wanita ketimbang kaum
pria. Benjolan merah ini juga lebih sering ditemukan pada bayi prematur
ketimbang bayi yang lahir pada waktunya. Bayi yang memiliki kulit putih juga

13
lebih berisiko memiliki hemangioma dibanding bayi yang berkulit gelap atau
berwarna. (Muslihatun, Nur Wafi. 2010)

Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis
sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti
Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-
faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor
misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth
factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai patofisiologi dari
hemangioma, diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu
proliferasi dari sel-sel endotelium yang belum teratur dan dengan perjalanan
waktu menjadi teratur dengan membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus
dengan lumen yang berisi sel-sel darah. Sifat pertumbuhan endotelium tersebut
jinak dan memiliki membran basalis tipis. Proliferasi tersebut akan melambat dan
akhirnya berhenti.
Hipotesis dari Takahashi menyatakan bahwa dalam trimester terakhir dari
kehamilan, di dalam fetus terbentuk endotelium immature bersama dengan
pericyte yang juga immature yang memiliki kemampuan melakukan proliferasi
terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai dengan 18 bulan pertama masa
kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian terbentuk hemangioma.
Selama aktivitas proliferasi endotelium terjadi influks sejumlah sel mast dan
tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP atau inhibitor pertumbuhan jaringan).
Proliferasi endotelium kembali normal setelah fase proliferasi berhenti atau
involusi. Sebagian besar hemangioma akan mengalami involusi spontan pada usia
5-7 tahun sampai usia 10-12 tahun. (Muslihatun, Nur Wafi. 2010)

Tanda-tanda
1. Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada
usia 6-12 bulan.

14
2. Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan
tumor ini menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang
menghilang pada usia 10-13 tahun.
3. Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan
bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah
seperti buah stroberi).
4. Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah
kulit. Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar.
Bekas warna akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun.
5. Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah
(hemangioma dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada kulit
tapi terkadang juga malah tidak tampak sama sekali. Lebam ini biasanya
terlihat pada saat anak berusia 2-4 bulan

Angiogenesis (pertambahan pembuluh darah dalam embrio) sepertinya memiliki


peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast
Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF),
mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor
pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor
misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth
factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner, et al.,
1999; Katz, et al., 2002).
Para ahli berpendapat jika hemangioma ada kaitannya dengan protein yang
diproduksi plasenta selama kehamilan. (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

Klasifikasi Hemangioma
Nevus flammeus (Hemangioma Kapiler)
Daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah,
berwarna merah ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
(1)   Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah
lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam

15
beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak
merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala,
tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi
menjadi kurang tegang dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et
al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
Strawberry Hemangioma

(2)   Granuloma piogenik


Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma,
jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi
sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama
pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering mengalami
trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang
cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai,
mudah berdarah (Worman, 1998; Hamzah, 1999).
Granuloma Piogenik

Nevus vaskulosus

16
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan
subdermis) yang tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan
menghilang dengan sendirinya.
Patofisiologi

Sel endotelium

Poliferasi
ii

Jinak dan
Lobus memiliki
Sel-sel
membran
darah
basalis
tipis

Endotelium
immatur Poliferasi
melamba
Trime t dan
Fetus
Poliferasi ster 3 akhirnya
terbatas keham berhenti
ilan

8-18 bln masa


kehidupan
terbentuk
Hemangioma

Poluferasi
endotelium
terjadi
influks
Poliferasi Involusi
Endotelium spontan
endotelium
berhenti/involusi usia 5-7 thn
normal
sampai usia
10-12 thn

17
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai patofisiologi dari
hemangioma, diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu
proliferasi dari sel-sel endotelium yang belum teratur dan dengan perjalanan
waktu menjadi teratur dengan membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus
dengan lumen yang berisi sel-sel darah. Sifat
pertumbuhan endotelium tersebut jinak dan memiliki membran basalis tipis.
Proliferasi tersebut akan melambat dan akhirnya berhenti.4
Hipotesis dari Takahashi menyatakan bahwa dalam trimester terakhir dari
kehamilan, di dalam fetus terbentuk endotelium immature bersama dengan
pericyte yang juga immature yang memiliki kemampuan melakukan proliferasi
terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai dengan 18 bulan pertama masa
kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian terbentuk hemangioma.4
Selama aktivitas proliferasi endotelium terjadi influks sejumlah sel mast dan
tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP atau inhibitor pertumbuhan jaringan).
Proliferasi endotelium kembali normal setelah fase proliferasi berhenti atau
involusi. Sebagian besar hemangioma akan mengalami involusi spontan pada usia
5-7 tahun atau sampai usia 10-12 tahun.

Penanganan Hemangioma
Ada 2 cara pengobatan:
1.    Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar
maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi
terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangiomasuperfisial atau hemangioma strawberry sering tidak
diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit
terlihat normal (Kantor, 2004).
2.    Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan
tenggorokan, hemangioma yang mengalami perdarahan, hemangioma yang

18
mengalami ulserasi, hemangioma yang mengalami infeksi, hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim,
2005).

Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat,  misalnya dalam
beberapa minggu lesi menjadi 4 kali lebih besar.
2.  Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3.  Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat,
mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).

Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan
karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan
tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan
bila diperlukan suatu tindakan.
Walaupun radiasi digunakan secara luas dalam masa lampau untuk
mengobati hemangioma, pada saat ini jarang digunakan karena komplikasi
jangka lama terapi radiasi, serta fakta bahwa kebanyakan hemangioma
kapiler akan beregresi (Hamzah, 1999).

Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.

19
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan
hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum,
dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan
perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan
kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada
lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu
penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran
lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma
kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara
oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat
meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta
pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005).
Obat sklerotik
     Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya
dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl
hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan
menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga
untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair (Hamzah, 1999).
Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu
dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).

20
Pencegahan
Untuk mendeteksi timbulnya hemangioma secara dini mungkin agak sulit.
Akan tetapi, jika anak telah lahir dan terlihat ada kelainan pada kulitnya, seperti
keterangan yang disebutkan pada tanda-tanda hemangioma, sebaiknya segera
berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi atau mencegah perkembangan
hemangioma lebih lanjut. Dalam banyak kasus perlakuan tidak akan ditunjukkan.
Jika pengobatan diperlukan, bagaimanapun, mungkin meliputi:
a.   Kortison:
Injeksi ke hemangioma atau diberikan secara oral melalui mulut. Jika diberikan
secara oral untuk waktu yang lama memiliki efek samping termasuk
peningkatan risiko infeksi sistemik, tekanan darah tinggi, diabetes, nafsu
makan meningkat, iritasi lambung, penekanan pertumbuhan, dll
b.  Berdenyut Dye Laser Therapy:
Terapi ini memperlakukan pembuluh darah dangkal terbaik. Jika perawatan ini
dianjurkan biasanya diperuntukkan bagi komponen dangkal hemangioma,
ditandai dengan lesi, datar merah. Hal ini biasanya diberikan dalam
serangkaian perawatan laser jarak 2-4 minggu.
c.   Antibiotik:
Jika hemangioma yang terinfeksi dan membukanya dapat diobati dengan
kursus singkat antibiotik dan pembersihan luka sehari-hari.
d. Alpha Interferon:
Terapi ini terbatas pada yang paling parah dan hemangioma berpotensi
mengancam kehidupan. Ini melibatkan pemberian obat sistemik melalui
tembakan harian, biasanya ke kaki, selama beberapa bulan. Hal ini biasanya
diberikan kepada bayi oleh orang tua di bawah arahan dan pengawasan dokter.
Terapi ini memiliki efek samping yang serius yang potensial termasuk efek
neurologis kelainan darah dan lain-lain.( Hamzah, Mochtar 2008)
Operasi pengangkatan:
Dalam kasus yang jarang, hemangioma dapat diangkat dengan operasi terutama
jika mereka tidak mungkin untuk menyelesaikan secara spontan atau
menimbulkan distorsi jaringan signifikan dan deformasi.
Asuhan/Penanganan

21
1. Edukasi dan Observasi
Perjalanan alamiah penyakit ini munculnya cepat setelah bayi lahir dan
menetap hingga usia balita, antara usia 5-7 tahun. Hemangiomainfantil
dengan ukuran yang kecil sebaiknya dilakukan observasi saja khususnya pada
fase proliferasi dan fase involusi. Setelah sembuh, kulit akan tampak normal
atau hanya mengalami kecacatan yang minimal. Orang tua pasien perlu
diberikan penjelasan mengenai penyakit dan perjalanan klinisnya sehingga
tidak terjadi kecemasan. Memotivasi orangtua pasien untuk memeriksakan
secara berkala untuk follow-up perkembangan hemangioma infantil perlu
dilakukan. Pemeriksaan yanglebih sering perlu dilakukan apabila lesi besar,
mengalami ulserasi,multipel, atau terletak pada struktur anatomi yang vital.
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran
dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan
sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
2. Terapi Kortikosteroid
Hemangioma infantil yang sensitif akan memperlihatkan respon terapi pada
beberapa hari pemberian kortikosteroid. Jika tidak ada responyang berupa
memudarnya warna, menjadi lembut, atau berkurangnya pertumbuhan maka
terapi harus dihentikan. Jika respon terapi tampak,maka dosis dan durasi
pemberian kortikosteroid dipertahankan sesuaidengan lokasi dan maturitas
hemangioma infantil.
Terapi kortikosteroiddapat diberikan dalam bentuk :
a. Kortikosteroid topical, beberapa penelitian melaporkan bahwa golongan
superpotensial efektif untuk pengobatan hemangioma superfisialis
dengan ukuran relatif kecil.
b. Kortikosteroid injeksi pada lesi,
c. Triamcinolone 10-20 mg/mL dengan dosis maksimal 5 mg/kgBB dapat
diberikan padahemangioma yang meluas dengan cepat dan
menimbulkankomplikasi berupa ulserasi.
d. Kortikosteroid sistemik, merupakan terapi lini pertama untuk
hemangioma infantil yang besar, destruktif, atau mengancam

22
jiwa.Prednison dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari pada
pagihari selama 4 – 6 minggu. Selanjutnya dilakukan tapering
dosisselama beberapa bulan.
3. Recombinant Interferon Alfa-2a
Recombinant interferon alpha-2a(IFN) merupakan agen baru untuk terapi
hemangioma infantil yang besar dan mengancam nyawa. Pemberian IFN tidak
boleh di kombinasikan dengan kortikosteroid. Bila INF akan diberikan, perlu
secepatnya dilakukan tappering off dosis kortikosteroid.Mekanisme kerja IFN
akan mempercepat timbulnya fase involusi padahemangioma infantil. Indikasi
terapi antara lain:
 Tidak respon kortikosteroid
 Kontraindikasi pemberian kortikosteroid jangka panjang
 Komplikasi pada pemberian kortikosteroid
 Penolakan dari orang tua dengan penggunaan terapi kortikosteroid.
4. Terapi Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah operasi eksisi, terutama pada
hemangioma infantil yang tidak mengalami involusi komplet, hemangioma
infantil yang memberi pengaruh kosmetik pada wajah,hemangioma infantil
yang berlokasi pada region periorbita, hidung, mulut,saluran nafas bagian atas,
kanal telinga, dan hemangioma infantil yang mengancam jiwa anak.
Indikasi :
a. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam
beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
b. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
c. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
tahun.
5. Terapi Radiasi
Terapi ini masih kontroversial, meskipun sampai saat ini masih sering
dilakukan. Komplikasi yang terjadi dapat berupa kerusakan epipisis, mamae,
gonade, kulit, lensa mata, dan glandula tiroid. Komplikasi berupa karsinoma
dan sarkoma pernah dilaporkan.

23
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan
karena :
a. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan
tulangnya masih sangat aktif
b. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama
c. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.

24
ASUHAN KEBIDANAN TEORI BERCAK MONGOL

3.1.1 PENGKAJIAN DATA


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sanagt penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data Subyektif
1. Identitas
Meliputi :
Nama : Berupa nama lengkap sebagai identitas diri
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi
asuhan
Umur : Digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikan dengan umur
Jenis : Jenis kelamin sangat diperlukan sebagai
Kelamin penilaian data pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan orang tua
Sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data
Agama : Untuk memberikan dorongan spiritual yang
dan suku sesuai dengan kepercayaan yang dianut
Alamat : Berisi alamat lengkap agar mudah untuk
dihubungi apabila ada keperluan atau
kepentingan untuk klien

B.Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik Neonatus
a. APGAR SCOR
Tanda 0 1 2
Appearance (warna Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
kulit) biru atau pucat kemerahan kemerahan
ekstremitas biru
Pulse Tidak ada <100 >100
(denyut jantung)
Grimace (Refleks) Tidak bereaksi Sedikit gerakan Reaksi melawan

25
menangis
Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) sedikit flexi ekstremitas flexi
dengan baik
Respiratory effort Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
(usaha bernafas) teratur

b. Keadaan umum : Baik, cukup (lemas), kurang (pingsan)


c. Kesadaran : Composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma,
delirium
d. TTV : Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Nadi : 120 -130 x/menit
Respirasi : 30 – 60 x/menit
e. Data Antropometri : BB : 2000 – 4000 gr
TB : 45 – 54 cm
LILA : nomal 11 cm
LIDA :2 cm <LIKA ( melalui 2 puting
susu saat ekspirasi maksimal)
LIKA : Ukuran muka belakang
 Diameter suboccipito –
Bregmatika (SOB) (9,5cm)
 Diameter suboccipito –
Frontalis (SOF) (11cm)
 Diameter fronto – Occipitalis
(FO) (12cm)
 Diameter Mento – Occipitalis
(MO) (13,5cm)
 Diameter submento –
Bregmatika (SMB) (9,5cm)
Ukuran Melintang
 Bitemporalis : antara sutura
coronaria kanan kiri (8cm)
 Biparientalis : (9cm)

26
Ukuran Lingkar
 Lingkar kecil kepala (circum ferential
SOB) (32cm)
 Lingkar sedang kepala (circum ferential
FO) (34cm)
 Lingkar besar kepala (circum ferential MO)
(35cm)

Pemeriksaan fisik khusus


 Kulit : Vernik caseosa (zat seperti lemak sebagai pelumas
dan isolasi panas), Lanugo (rambut halus dipunggung bayi), Petechiae
(bintik –bintik putih kemerahan pada bayi seperti komedo), Mongoion
spot (tanda tidak normal dan ada kelainan pada bayi), pada kulit bagian
bokong berwarna kebiru-biruan.
 Kepala : Caput succedenium (oedem pada kulit
kepala berisi cairan), Cefal hematoma (oedem pada kepala berisi darah),
Meningocele (tumor pada pangkal hidung), hydrocefalus (pembesaran
kepala yang diisi oleh cairan abnormal)
 Mata : Konjungtivitis (infeksi pada konjungtiva),
Blenorhoe (belekan), Conjungtiva bleding (pendarahan pada konjungtiva),
Nigtamus (kelainan sistem saraf pusat sehingga bola mata berputar),
Strbismus (juling), Epicantus (mata sipit ciri down sindrom)
 Telinga : Kelainan kongenital, fistula preauricularis (ada
lubang pada telinga yang tidak berfungsi)
 Hidung : Sumbatan (sulit nafas), Atresia choane (tidak
punya tulang hidung)
 Mulut : Labioscisis (bibirsumbing), Labio palatum scizis
(tidak ada langit pada mulut), Moniliasis (putih disekitar mulut dan lidah
disebabkan oleh susu yang tidak tertelan sehingga mengendapdi lidah)
 Leher : Pendek, Goiter (besar), Limphoma coli
(pembesaran kelenjar limfe)

27
 Dada : Gland mamae membesar
 Perut : Hernia diafragmatika
 Umbilkalis : Omphalocele (usus keluar bersama cairan),
Omphalitis (kemerahan pada sekitar pusat, tanda – tanda ada infeksi),
Hernia umbilikalis (pusatnya bodong)
 Punggung : Spina bifida (tulang belakang seperti huruf s),
skoliosis (tulang belakang membengkok ke kanan/kiri)
 Genetalia : Perempuan ( labia minor tertutup labia mayor)
Laki – laki (testis turun ke scrotum)
 Anus : Atresia ani (tidak ada lubang anus), Atresia recti
(anus berlubang tapi tidak tembus sampai dalam sehingga perlu di
operasi), mekonium (BAB warna hijau)
 Ekstremitas : polidaktili/sydaktili

3.1.2 INTERPRETASI DATA DASAR


DS : Data yang diperoleh dari pernyataan keluarga pasien
DO : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
Keadaan umum : baik/cukup/lemah/jelek
Kesadaran : composmetis, apatis, samnolen, sopor, delirium, koma
Data Antopometri : BB
TB
TTV : Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Nadi : : 120 -130 x/menit
Respirasi : 30 – 60 x/menit
APGAR SCORE
3.1.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
-
3.1.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
3.1.5 INTERVENSI
BERCAK MONGOL
1. Berikan konseling pada orang tua bayi

28
2. Jelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol
3. Jelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan
atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan
khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.
3.1.6 IMPLEMENTASI
Semua rencana asuhan yang telah direncanakan pada langkah ke lima
dilaksanakan secara menyeluruhdan efisien.
3.1.7EVALUASI
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan dalam diagnosa
dan masalah.

Subyektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien


Obyektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
kesehatan
Assesment : Pendokumentasian dari hasil pemeriksaan petugas
kesehatan

ASUHAN KEBIDANAN TEORI HEMANGIOMA

3.2.1 PENGKAJIAN DATA


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sanagt penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.

29
B. Data Subyektif
Identitas
Meliputi :
Nama : Berupa nama lengkap sebagai identitas diri
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi
asuhan
Umur : Digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikan dengan umur
Jenis : Jenis kelamin sangat diperlukan sebagai
Kelamin penilaian data pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan orang tua
Sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data
Agama : Untuk memberikan dorongan spiritual yang
dan suku sesuai dengan kepercayaan yang dianut
Alamat : Berisi alamat lengkap agar mudah untuk
dihubungi apabila ada keperluan atau
kepentingan untuk klien

B.Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik Neonatus
a. APGAR SCOR
Tanda 0 1 2
Appearance (warna Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh
kulit) biru atau pucat kemerahan kemerahan
ekstremitas biru
Pulse Tidak ada <100 >100
(denyut jantung)
Grimace (Refleks) Tidak bereaksi Sedikit gerakan Reaksi melawan
menangis
Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) sedikit flexi ekstremitas flexi
dengan baik
Respiratory effort Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
(usaha bernafas) teratur

30
b. Keadaan umum : Baik, cukup (lemas), kurang (pingsan)
c. Kesadaran : Composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma,
delirium
d. TTV : Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Nadi : 120 -130 x/menit
Respirasi : 30 – 60 x/menit
e. Data Antropometri : BB : 2000 – 4000 gr
TB : 45 – 54 cm
LILA : nomal 11 cm
LIDA :2 cm <LIKA ( melalui 2 puting
susu saat ekspirasi maksimal)
LIKA : Ukuran muka belakang
 Diameter suboccipito –
Bregmatika (SOB) (9,5cm)
 Diameter suboccipito –
Frontalis (SOF) (11cm)
 Diameter fronto – Occipitalis
(FO) (12cm)
 Diameter Mento – Occipitalis
(MO) (13,5cm)
 Diameter submento –
Bregmatika (SMB) (9,5cm)
Ukuran Melintang
 Bitemporalis : antara sutura
coronaria kanan kiri (8cm)
 Biparientalis : (9cm)

Ukuran Lingkar
 Lingkar kecil kepala (circum ferential
SOB) (32cm)
 Lingkar sedang kepala (circum ferential
FO) (34cm)

31
 Lingkar besar kepala (circum ferential MO)
(35cm)

Pemeriksaan fisik khusus

 Kulit : Vernik caseosa (zat seperti lemak sebagai pelumas


dan isolasi panas), Lanugo (rambut halus dipunggung bayi), Petechiae
(bintik –bintik putih kemerahan pada bayi seperti komedo), Mongoion
spot (tanda tidak normal dan ada kelainan pada bayi),
 Kepala : Caput succedenium (oedem pada kulit
kepala berisi cairan), Cefal hematoma (oedem pada kepala berisi darah),
Meningocele (tumor pada pangkal hidung), hydrocefalus (pembesaran
kepala yang diisi oleh cairan abnormal)
 Dahi : pada dahi terdapat bercak merah seperti bentuk
stawberi
 Mata : Konjungtivitis (infeksi pada konjungtiva),
Blenorhoe (belekan), Conjungtiva bleding (pendarahan pada konjungtiva),
Nigtamus (kelainan sistem saraf pusat sehingga bola mata berputar),
Strbismus (juling), Epicantus (mata sipit ciri down sindrom), di bawah
mata terdapat bercak merah seperti strawberi.
 Telinga : Kelainan kongenital, fistula preauricularis (ada
lubang pada telinga yang tidak berfungsi)
 Hidung : Sumbatan (sulit nafas), Atresia choane (tidak
punya tulang hidung)
 Mulut : Labioscisis (bibirsumbing), Labio palatum scizis
(tidak ada langit pada mulut), Moniliasis (putih disekitar mulut dan lidah
disebabkan oleh susu yang tidak tertelan sehingga mengendapdi lidah)
 Leher : Pendek, Goiter (besar), Limphoma coli
(pembesaran kelenjar limfe)
 Dada : Gland mamae membesar
 Perut : Hernia diafragmatika

32
 Umbilkalis : Omphalocele (usus keluar bersama cairan),
Omphalitis (kemerahan pada sekitar pusat, tanda – tanda ada infeksi),
Hernia umbilikalis (pusatnya bodong)
 Punggung : Spina bifida (tulang belakang seperti huruf s),
skoliosis (tulang belakang membengkok ke kanan/kiri)
 Genetalia : Perempuan ( labia minor tertutup labia mayor)
Laki – laki (testis turun ke scrotum)
 Anus : Atresia ani (tidak ada lubang anus), Atresia recti
(anus berlubang tapi tidak tembus sampai dalam sehingga perlu di
operasi), mekonium (BAB warna hijau)
 Ekstremitas : polidaktili/sydaktili

3.1.2 INTERPRETASI DATA DASAR


DS : Data yang diperoleh dari pernyataan keluarga pasien
DO : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
Keadaan umum : baik/cukup/lemah/jelek
Kesadaran : composmetis, apatis, samnolen, sopor, delirium, koma
Data Antopometri : BB
TB
TTV : Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
Nadi : : 120 -130 x/menit
Respirasi : 30 – 60 x/menit
APGAR SCORE
3.1.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
-
3.1.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
3.1.5 INTERVENSI
HEMANGIOMA
1. Berikan konseling pada orang tua bayi

33
2. Jelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan hemangioma
3. Jelaskan cara menangani hemangioma
3.1.6 IMPLEMENTASI
Semua rencana asuhan yang telah direncanakan pada langkah ke lima
dilaksanakan secara menyeluruhdan efisien.
3.1.7EVALUASI
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan
masalah.

Subyektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien


Obyektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
kesehatan
Assesment : Pendokumentasian dari hasil pemeriksaan petugas
kesehatan
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

IKTERIK, MUNTAH DAN


GUMOH
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR TEORI IKTERUS


2.1.1 PENGERTIAN

34
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3
sampai ke-14, tidak disertai tanda dan gejala ikterus patologis
(Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional  normal yang mempengaruhi hingga
50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar
bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu
pertama > 2 mg/dl (Kosim, 2008).
Ikterus adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga, tidak
mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melampaui batas  kadar
yang membahayakan. Tidak mempunyai potensi kern ikterus, tidak
menyebabkan morbiditas pada bayi (Saifudin, 2006)
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sklera mata (normal
berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah (dranick, 2010)
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam
darah lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi
(Muslihatun, 2010)
Ikterus adalah keadaan kulit atau membran mukosa yang warnanya
menjadi kuning akibat peningkatan jumlah pigmen empeda dalam darah
dan jaringan tubuh (Tiran, 2006)

2.1.2 METABOLISME BILIRUBIN


Sebagian besar (70-80%) produksi bilirubin berasal dari eritrosit
yang rusak. Heme dikonversi menjadi bilirubin indirek (tak
terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar. Di
dalam hepar, dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang
dikatalisasi oleh glukuronil transferase. Bilirubin direk (terkonjugasi)
disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui traktus
gastrointestinal. Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri,

35
pembentukan sterkobilin tidak terjadi. Sebagai gantinya, usus bayi
banyak mengandung beta glukuronidase yang menghidrolisis bilirubin
glukoronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali
melalui sirkulasi enterohepatik ke aliran darah.
2.1.3 KLASIFIKASI IKTERUS
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis pada neonatus adalah keadaan transisional
normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang
mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak-
terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga. Ikterus fisiologis tidak
pernah tampak sebelum 24 jam kehidupan, biasanya menghilang
pada usia satu minggu dan kadar bilirubin tidak pernah melebihi
200-215µmol/L (12-13mg/dl).
Ikterus fisiologis adalah suatu kenaikan dan penurunan kadar
bilirubin serum(tidak langsung) dalam kisaran (4 hingga 12
mg/dL), pada keempat setelah kelahiran dan memuncak pada hari
ketiga hingga kelima. Ikterik fisiologis biasa terjadi pada bayi term
dan sebagai hasil dari ketidakmaturan hepatik pada neonatus.
Kadar bilirubin total puncak (terkonjugasi dan tidak) dapat
mencapai 12 hingga 15 mg/dl, dibanding dengan kadar normal
yang kurang dari 6 mg/dl pada bayi cukup bulan. Kadar bilirubin
yang tidak terkonjugasi lebih dari 15 mg/dl patut diwaspadai).
Secara keseluruhan, 6-7% bayi cukup bulan mempunyai kadar
bilirubin indirek lebih besar dari 12,9 mg/dl dan kurang dari 3%
mempunyai kadar yang lebih besar dari 15 mg/dl. Faktor risiko
untuk mengalami hiperbilirubinemia indirek meliputi : diabetes
pada ibu, ras, prematuritas, obat-obatan(vitamin K3, novobiosin),
tempat yang tinggi, polistemia, jenis kelamin laki-laki, trisomi-21,
memar kulit, sefalhematom, induksi, oksitosin, pemberian ASI,
kehilangan berat badan (dehidrasi atau kehabisan kalori),
pembentukan tinja lambat, dan ada saudara yang mengalami ikterus
fisiologis. Bayi-bayi tanpa variabel ini jarang mempunyai kadar

36
bilirubin indirek diatas 12mg/dl, sedangkan bayi yang mempunyai
banyak risiko lebih mungkin mempunyai kadar bilirubin lebih
tinggi.

2. Ikterus Patologi
Ikterus patologis ditandai dengan kulit kekuning-kuningan
dan peningkatan kadar bilirubin serum diatas 12,9 mg/dL pada bayi
aterm dan 15 mg/dL pada bayi preterm dalam 24 jam setelah
kelahiran.

Ikterus patologis tidak mudah dibedakan dari ikterus fisiologis.


Menurut Surasmi (2006), ikterus yang kemungkinan menjadi
patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia ialah:
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24
jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus
kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
4) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah,
defisiensi enzim G6PD dan sepsis).
5) Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, asfissia, hipoksia, sindrom

37
gangguan pernapasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
3. Kern ikterus
Kern ikterus ialah ensefalopati billirubin yang biasanya
ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat
(billirubin indirek lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit
hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada
otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan saraf spastis
yang terjadi secara kronik.

4. Ikterus hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan
darah ABO, golongan darah lain, kelainan eritrosit congenital, atau
defisiensi enzim G-6-PD.
5. Ikterus Obstruktif
Obstruktifa dalam penyaluran empedu dapat terjadi didalam hepar
dan diluar hepar. Akibat obstruktifa itu terjadi penumpukan
bilirubin tidak langsung. Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1
mg% maka kita harus curiga akan hal-hal yang menyebabkan
obstruksi misalnya sepsis, hepatitis neonatorum pielonefritis atau
obtruksi saluran empedu. Dalam menghadapi kasus seperti ini
penting sekali diperiksa kadar bilirubin serum, tidak langsung dan
langsung selanjutnya apakah terdapat bilirubin air kencing dan
tinja.
2.1.4 ETIOLOGI

38
Ikterus dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul
akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau difisiensi enzim
G6PD. Hemolisis ini juga dapat timbul akibat perarahan tertutup
(hematomcepal, perdarahan subaponeurotik) atau inkompatibilitas
darah Rh. Infeksi juga memegang peranan penting dalan terjadinya
ikterus. Keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan
gastroenteritis. Beberapa faktor lain adalah hipoksia atau anoksia,
dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia, dan polisitemia.
Metabolisme bilirubin pada bayi neonatus berada dalam bentuk
peralihan dari tingkat janin dimana plasenta merupakan jalan utama
pembuang bilirubin yang larut dalam lipid, menjadi tingkat dewasa,
dimana bentuk terkonjugasi dan larut dalam air dikeluarkan dari sel-sel
hati ke dalam sistem empedu untuk selanjutnya ke dalam saluran
pencernaan. Setiap factor yang meningkatkan beban bilirubin yang
harus dimetabolisme oleh hati (anemia hemolitik, usia sel darah merah
yang pendek akibat imaturitas, peningkatan sirkulasi enterohepatik
infeksi).
Setiap faktor yang dapat meniadakan atau menurunkan jumlah
enzim atau yang mengakibatkan penurunan uptake bilirubin oleh sel-sel
hati (cacat genetik dan prematuritas) dapat meningkatkan derajat
ikterus.
Pemberian makanan yang dini akan menurunkan, sedangkan
dehidrasi akan meningkakan kadar bilirubin serum. Obat-obatan seperti
oksitosin dan bahan yang dipergunakan dalam perawatan bayi seperti
pembersih fenol dapat pula mengakibatkan ikterus.

2.1.5 PATOFISIOLOGI

Penghancuran sel Penghancuran sel eritrosit


eritrosit oleh di limfa dan sumsum
retikuloendotelial tulang

Hemoglobin
39

Hem
Biliverdin Hem oksigenase
Biliverdin reduktase
Globin PRA
HEP
ATI
K

Unconjungated bilirubin-albumin

2.1.6 FAKTOR RESIKO


Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
1. Faktor Maternal
1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,
Yunani).
2) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh).
3) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
4) ASI.
2. Faktor Perinatal
1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis).
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa).
3. Faktor Neonatus
1) Prematuritas.
2) Faktor genetik.
3) Polisitemia.
4) Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol,
sulfisoxazol).
5) Rendahnya asupan ASI.

40
6) Hipoglikemia.
2.1.7 GAMBARAN KLINIS
1. Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir
asal dengan menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus
akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan sinar lampu dan dapat
tidak terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan
ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan
jaringan subkutan:
1) Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi.
2) Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai.
3) Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
2. Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar kearah kaudal
tubuh, dan ekstremitas.
3. Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat
pewarnaan kuning pada tubuh (metode kremer).
Derajat ikterus pada neonates menurut Kramer
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin
(umol/L)
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat-leher 150
3 Pusat-paha 200
4 Lengan dan tungkai 250
5 Tangan dan kaki >250

Penilaian pada bayi baru lahir dengan ikterus menggunakan rumus


Kramer, yaitu :

Daerah Luas Ikterik Kadar


Bilirubin(mg)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 dan badan bagian bawah dan 11
tugkai
4 1,2,3 dan lengan, kaki di bawah lutut 12
4 1,2,3,4 dan tangan, kaki 16

41
2.1.8 KOMPLIKASI
Kern ikterus adalah suatu sindrom meurolig yang timbul sebagai akibat
penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak. Ikterus
berkepanjangan merupakan ikterus yang timbul pada usia diatas 3
minggu.
Terdiri dari ikterus takterkonjugasi yang umum dijumpai, berasal dari
ikterus akibat ASI 15% yang mendaatkan ASI, berkurang secara
bertahap selama beberapa minggu. Ikterus terkonjugasi (bilirubin total
20%) yang disebabkan oleh atresia biliaris, jarang namun penting untuk
diidentifikasi karena keterlambatan diagnosis dapat berpengaruh buruk
pada hasil akhir, sindrom hepatitis neonatal. 
Bayi akan mengeluarkan tinja pucat (tidak mengandung
sterkobilinogen) dan urin gelap (akibat bilirubin).
2.1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar bilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji
urin terhadap galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah,
urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

2.1.10 PENATALAKSANAAN
1. Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologik ialah :
1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
2) Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 10 mg % pada bayi cukup
bulan dan 12,5 % pada bayi kurang bulan
3) Ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg % per hari
4) Ikterus yang sudah menetap sesudah 1 minggu pertama
5) Kadar bilirubin direk melebhi 1 mg %

42
6) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik,
infeksi atau keadaan patalogik lain yang telah diketahui
2. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1) pengawasan antenatal yang baik
2) Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi,
pada masa kehamilan dan kelahiran misalnya : Sulfafurazol,
oksitosin dan lain-lain
3) Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
4) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5) Iluminasi yang baik bangsal bayi baru lahir
6) Pemberian makanan yang dini
7) Pencegahan infeksi
3. Mengatasi Hiperbilirubinemia
1) mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital.
Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga
konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak
begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi
penurunan bilirubin yang berarti, mungkin lebih bermanfaat bila
diberikan pada ibu ± 2 hari sebelum kelahiran bayi.
2) Memberikan substrat yang kurang untuk tranportasi atau konjugasi.
Contohnya ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubin
bebas. Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 30
ml/kg BB. Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai
sumber energi.
3) Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata
setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan
kadar bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak
dapat menggantikan tranfusi tukar pada proses hemolisis berat.
Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca tranfusi tukar alat
fototerapi dapat dibuat sendiri.

43
2.2 KONSEP DASAR TEORI MUNTAH DAN GUMOH
2.2.1 PENGERTIAN MUNTAH
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan
kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi.
Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan
observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi,
pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan
karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara
yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi
medulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa
melalui mulut.
Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin
mengalami muntah lendir bahkan kadang disertai sedikit darah.
Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau
makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi
mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses
persalinan.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan
kekuatan secara aktif. Muntah terjadi adanya kontraksi otot-otot perut.
Cairan yang kaluar biasanya lebih banyak dibandingkan gumoh, lebih
dari 10 cc bisa keluar dari hidung.
2.2.2 TANDA DAN GEJALA MUNTAH
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah,
yaitu:
1. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang
kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi

44
karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses
kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian makanan
pertama kali.
2. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam
jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan
cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi
usus halus.
3. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna
kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
4. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
5. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik
pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
2.2.3 SIFAT MUNTAH
1. keluarkan cairan terus-menerus, hal ini kemungkinandisebabkan
oleh obstruksi eshopagus.
2. muntah proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis
plylorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung
yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak
mau membuka).
3. muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan
intera ampula vateri.
4. muntah segera setelah lahir mentap, kemungkinan adanya tekanan
intra cranial; yang tinggi atau obstruksi pada usus.
Muntah yang harus diwaspadai:
1) Muntah yang terus menerus dan tak membaik walaupun telah
diobati. Sebab muntah bisa berlanjut dengan dehidrasi
(kekurangan cairan) bayi menjadi lemas, bibir dan lidahnya
kering, terlihat haus, jarang berkemih dan panas.
2) Muntah berwarna hijau, ini menandakan adanya kelaian pada
saluran pencernaan, yaitu dibawah usus 12 jari. Warna hijau
berasal dari cairan empedu.

45
3) Muntah disertai darah. Hal ini menandakan terjadi luka
ditenggorokan akibat bayi sering muntah jika hanya berupa
bercak darah. Tetapi jika darah cukup banyak, kemungkinan
ada pembuluh darah yang pecah.
4) Muntah akibat keracunan. Bayi mengalami muntah dan
diikuti diare. Ini bisa terjadi bila pengasuh kurang menjaga
kebersihan saat membuat minuman untuk bayi atau tidak
steril. Selain menyebakan keracunan, keadaan ini bisa
memicu infeksi saluran pencernaan.
5) Muntah keluar seperti air mancur. Ini menunjukan adanya
kelainan pada susunan saraf pusat di otak bayi. Kondisi ini
biaanya terjadi setelah bayi jatuh.

2.2.4 ETIOLOGI
1. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia
esofagus, atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang
tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain
2. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi
(infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
3. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas
terutama pada anak yang lebih besar
4. infeksi pada saluran pencernaan
5. cara memberi makan yang salah
6. keracunan
Penyebab muntah dan gumoh pada bayi menurut Kishore:
1. Refleks menelan belum bagus

46
Ketika makanan ditaruh dibagian depan lidahnya, sibayi berusaha
menelannya dengan menjulurkan lidahnya, namun bukannya bisa
masuk, malah makannanya jadi keluar lagi, seperti halnya bayi mau
belajar merangkak, kadang jalannya bukannya maju malah mundur
karena koordinasi motoriknya belum bagus. Sementara kalau dia
menghisap ASI, tak menjadi masalah karena puting ada di belakang
lidahnya. Refleks menelan ini akan membaik dengan sendirinya
tergantung kemampuyan masing-masing bayi dalam menelan.
Umumnya diatas usia 6 bulan. Jika refleks menelannya belum baik
dan bayi belum bisa menelan makanan padat, bisa diatasi dengan
mengecerkan lagi makannanya dengan cara membender hingga
mudah baginya untuk menelan. Misalnya nasi tim, diblender dengan
blender khusus untuk makanan bayi. Awal diblender selama 2 menit
dilakukan selama 2 menit. Setelah itu diblender hanya 1 menit. Jadi
makin lama makin sebentar membelendernya. Dengan demikian dia
bisa lambat laun jadi terlatih. Diharapkan diusia setahun dia bisa
makan nasi lembek.
2. Tak Kenal dengan Makanannya
Jika bayi tak kenal atau tak suka dengan makanan, bayi yang semi
padat atau padat, tentu akan menolaknya. Selama ini makanan yang
diterima bayi selalu dalam bentuk cair. Ketika mendapatkan makanan
yang semi padat pasti awalnya akan menolak, bila demikian,
pemberiannya harus dimundurkan dengan cara agak diencerkan lagi.
Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan
membuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan,
dia jadi menangis karena takut dijejalkan.
3. Rasanya Berbeda
Ada pula yang menolak nasi tim karena rasanya berbeda, karena
selama 6 bulan pertama bayi kenalnya hanya rasa manis. Kalau bayi
tak suka karena tak mengenal rasa tim tersebut. Bisa diupayakan agar
sibayi belajar mengenal rasa. Jadi rasanya harus diubah dan
divariasikan, misalnya diberi tambahan kecap manis. Semakin lama

47
kecapnya dikurangi hingga bayi mengenal rasa nasi tim yang lain.
Muntah juga bisa terjadi karena bayi kekenyangan makan atau minum.
4. Gangguan sfingter
Pada saluran pencernaan ada saluran makan (esophagus), yang
berawal dari tenggorokan sampai lambung, pada saluran yang menuju
lambung ada semacam klep atau katup yang dinamkan sfingter.
Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang sudah
masuk ke lambung.
Dalam keadaan ini sfingter belum berfungsi secara sempurna, tetapi
akan membaik dengan sendirinya sejalan bertambah usia. Umumnya
diatas usia 6 bulan. Namun ada kalanya di usia itu pun sibayi masih
mengalami gangguan. Gejalanya biasanya bayi akan sering gumoh
terutama sehabis disusui. Kadang, ada juga sfingter dengan gangguan
yang disebut hipertropi pylorus stenosis, yaitu adanya otot pylorus
yang menebal hingga makanan akan susah turun dari lambung ke
usus. Akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiapkali diberikan makanan
padat akan muntah tetapi kalau makanan cair tidak. Selain itu berat
badannya pun sulit naik. Jika gangguannya berat, makanan cair pun
biasanya tak bisa lewat, hingga mengganggu pertumbuhan si bayi
karena tidak ada penyerapan makanan. Jika demikian kondisinya,
harus dilakukan tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki
klepnya hingga saluran makanan dari lambung ke usus bisa jalan
dengan lancar. Namun bila gangguannya ringan. Tindakan operasi
bisa ditunda. Diharapkan dengan bertambahnya usia, mulai berdiri
tegak hingga makanan lebih mudah turun.

2.2.5 PATOFISIOLOGI

Bakteri masuk kedalam


tubuh

Menyebar melalui hematogen,


limfogen,perkontimuitatum

Hipertermi
48
Hambatan
Regangan pada sinus suplay
Edema darah keotak
venosus dan daerah dura
Melepas subtansi
vasoaktif Peningkatan set-point
termostal hipotalamus

Perubahan permeailitas
sawar darah
Alira
n
Reaksi inflamasi pada darah
otak ke
otak
Exudasi pada otak meni
ngkat

Cairanserebrospinalis
meningkat Hipoksia

Tekanan intra kranial Tingkat


meningkat kesadaran
menurun
Kompresi pada vernus
vagus

Rangsangan di pusat Nyeri kepala


muntah

Reaksi MANIFESTASI
2.2.6 motorik otomatisKLINIS muntah
Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah yang
memerlukan pertolongan bedah segera. Tanda akut abdomen seperti
nyeri perut yang mendahului muntah dan/atau berlangsung selama
lebih dari 3 jam, munah bercampur empedu, dan distensi abdomen
merupakan petunjuk pertolongan bedah segera. Muntah dapat
merupakan manifestsdi awal dari berbagai penyakit. Oleh karena itu,
pendekatan untuk identifikasi masalah sangat penting, meliputi:
1. Usia dan jenis kelamin
2. Tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi (muntah/yang lain)
3. Bagaimana keadaan gizi anak
4. Adakah factor predisposisi

49
5. Apakah ada penyakit yang menyerang anak secara interkuren
6. Bagaimana bentuk (isi) muntahan, apakah seperti susu/makanan
asal (tanda isi dari esofagus) atau telah merupakan susu yang
telah menggumpal (isi lambung) atau mengandung empedu (isi
duodenum), atau adakah darah.
7. Apakah saat muntah berhubungan dengan saat makan atau
minum.
8. Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah.
9. Informasi diet (kualitas, kuantitas, dan frekuensi makan) terutama
untuk anak kecil
10. Bagaimana teknik pemberian minum.
11. Bagaimana kondisi psikososial di rumah
2.2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi terjadinya muntah adalah sebagai berikut:
1. Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit.
2. Ketosis karena tidak makan dan minum.
3. Asidosis yang disebab adanya ketosis yang dapat berkelanjutan
menjadi syok bahkan sampai kejang.
4. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture
esophagus, aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat
hebat.

2.2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Analisis urin dan darah
2. Foto polos abdomen maupun dengan kontras
3. USG
4. Pielografi intra vena atau sistogram
5. Endoskopi dengan biopsy
6. Monitoring pH esofagus
7. Pemeriksaan psikiatri bila dijumpai kelainan tingkah laku
2.2.9 PENATALAKSANAAN
1. Kaji faktor penyebab dan sifat muntah

50
1) Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
kemungkinan dikarenakan obstruksi esofagus.
2) Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka
patut dicurigai adanya obstruksi di bawah ampula vateri.
3) Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya
stenosis pilorus.
4) Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka
kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
2. Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab
3. Ciptakan suasana tenang
Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan.
Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa,agar
saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukup untuk
mencerna makanan yang masuk.
Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.
4. Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah.
Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang
merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga
harus di sesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan
memperhatikan menu gizi seimbang.
5. Berikan antiemetik jika terjadi reaksi simptomatis.
6. Rujuk segera
Rujuk apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti
warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau
gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke dokter untuk
mendapatkan penanganan secepatnya.
2.2.10 PENGERTIAN GUMOH
Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa
(normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius. Hanya sebagian
kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi
gangguan serius.

51
Gumoh terjadi jika sebagian isi lambung keluar mulut secara
pasif dan tidak disertai kontraksi otot perut. Biasanya karena
kebanyakan makan atau kegagalan bayi mengeluarkan udara yang
tertelan. Gumoh biasanya terjadi sesaat setelah bayi makan, dimulai
pada pekan-pekan pertama kehidupannya. Gumoh terjadi seperti
ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit (seperti meludah)
atau cukup banyak.
Sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal 1 kali setiap harinya, kejadian tersebut menurun sesuai
dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan
5% pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah
ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum
susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah
ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan
dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994).
Gumoh merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi
dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia,
yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka gumoh semakin jarang dialami
oleh anak.

2.2.11 ETIOLOGI

52
Penyebab terjadinya gumoh adalah sebagai berikut: 
1. Bayi sudah merasa kenyang (ASI atau susu yang diberikan
melebihi kapasitas lambung).
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi
karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah
diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi
punya kapasitas sendiri.
2. Posisi salah saat menyusui
Seiring ibu bisa menyusui sambil tiduran dengan posisi miring
sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak
masuk ke saluran pencernaan, tetapi kesaluran napas, bayi pun
gumoh.
3. Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus
menerus menangis. Ini akan membuat tekanan didalam perutnya
tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
4. Menangis berlebihan
Menangis yang berlebihan seperti ini membuat udara yang
tertelan juga berlebihan, sehingga sebagian isi perut sikecil akan
keluar. Memang, bisa jadi bayi anda menangis karena tidak bisa
menelan susu dengan sempurna. Jika sudah begini, jangan
teruskan pemberian ASI, takutya susu justru masuk kedalam
saluran napas dan menyumbatnya.
5. Gangguan sfingter
Pada saluran pencernaan itu ada saluran makanan (esofagus) yang
berawal dari tenggorokan sampai lambung. Pada saluran menuju
lambung ada semacam klep atau katup yang dinamakan sfingter.
Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang
sudah masuk ke lambung. Umumnya sfingter pada bayi belum
bagus dan akan membaik dengan sendirinya sejalan
bertambahnya usia. Umumnya diatas usia 6 bulan, namun
adakalanya di usia itupun si bayi masih mengalami gangguan.

53
Jadi sifatnya sangat bervariasi. Tentunya kalau sfingter tidak
bagus, maka makanan yang masuk kelambung bisa keluar lagi.
Gejalanya biasa kalau pada bayi akan lebih sering gumoh,
terutama sehabis disusui. Apalagi bila ia ditidurkan dengan posisi
telentang. Karena cairan selalu mencari tempat yang paling
rendah.
6. Posisi botol yang salah
7.  Tergesa-gesa saat pemberian susu
8. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

2.2.12 PATOFISIOLOGI

Tekanan intrakranial meningkat

Merangsang reseptor tekanan intrakranial

Merangsang pusat muntah di dorsolaterl forametio retikularis

Kontraksi duodenum dan antrum lambung

Tekanan intra abdomen meningkat

Peristaltik retrograde 54

Lambung
Tekanan Muntah
Sfingterpenuh diagfragma
intratoraks
esofagus membukabaik
meningkat
2.2.13 TANDA DAN GEJALA GUMOH
1. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.
2. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
3. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
4. Bayi tidak menolak minum.

2.2.14 KOMPLIKASI
1. Infeksi pada saluran pernafasan.
2. Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan
radang.
3. Nafas terhenti sesaat.
4. Bayi tersedak dan batuk.
5. Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
6. Pucat pada wajah bayi karena tidak
bisa bernafas.
2.2.15 PENCEGAHAN
1. Perbaiki teknik menyusui. Cara
menyusui yang benar adalah mulut
bayi menempel pada sebagian areola
dan dagu payudara ibu.

55
2. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian
makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi,
diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk
menghisap, bukan menelan makanan.
3. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali),
jangan langsung banyak.
4. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
5. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah
menyusu.
6. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
7. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
8. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera
bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat
sedini mungkin.
9. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol
susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh
permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut
bayi.
10. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum
jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu
terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
11. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala
bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
12. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.
2.2.16 PENATALAKSANAAN
1. Perbaiki teknik menyusui
2. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu
Apabila mempergunakan botol, perbaiki cara minumnya, posisi
botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh
permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke mulut bayi.

56
3. Sendawakan bayi setelah disusui
Sendawakan bayi sesaat setelah minum, bayi yang selesai minum
jangan langsung di tidurkan, tapi perlu di sendawakan terlebih
dahulu.Sendawa dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala
bersandar di pundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk
perlahan – lahan sampai terdengar suara sendawa.
2) Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap atau tepuk
punggung bayi sampai terdengar suara sandawa.
4. Posisi menyusui yang baik
1) Memegang bayi dengan posisi menimang
Posisi tradisional disebut sebagai posisi menimang. Untuk
melakukannya, topang bayi anda dengan lengan pada posisi
yang sama dengan payudara yang anda susukan kepadanya.
Dekatkan tangan sebelah atas anda ketubuh anda. Posisikan
kepala bayi anda disiku, topang badannya dengan lengan
depan anda dan pegang bokong atau pahanya. Tangannya
mungkin diposisikan disekitar tubuh anda ditempelkan
dibawah tubuhnya supaya tidak keluar. Begitu dia sudah
ditopang dengan benar, putar lengan bagian depan anda
sehingga seluruh tubuhnya menghadap keanda. Pinggulnya
harus menempel di perut anda dan mulutnya sejajar dengan
putting susu anda. Sekarang anda bisa mendekatkan mulut
bayi anda keputing susu anda (bukan putting susu anda yang
didekatkan ke mulutnya) tanpa harus membuatnya
menolehkan kepalanya kesamping. Penting untuk tetap
mensejajarkan kepala bayi anda dengan anggota badannya
yang lain tidak menoleh kesamping.
2) Memegang bayi dengan posisi menyilang
Pada posisi ini, lengan anda menopang bokongnya dan
bokongnya tetap berada di lekukan lengan anda atau bantal
yang terletak dipangkuan anda. Sekali lagi, putar posisi tubuh

57
bayi anda sehingga wajah dan mulutnya sejajar dengan puting
susu anda ini merupakan posisi yang baik bagi bayi yang
kesulitan menetek, karena anda bisa lebih mudah
memindahkan posisi kepalanya keposisi yang lebih baik
dengan cara memegang bagian belakang lehernya diantara ibu
jari dan jari-jari anda.
3) Memegang bayi dengan posisi bersarang
Pada posisi bersarang, bayi anda dipegang dengan cara yang
hampir sama dengan cara anda memegang sebuah tas lengan,
disamping payudara yang akan anda gunakan dengan posisi
kepala didekat payudara anda. Posisikan tubuhnya
berseberangan dengan posisi anda, dibawah lengan anda.
Lengan bagian depan anda harus menopang punggung sebelah
atas, leher dan kepala kakinya membentang dibelakang anda
atau, jika anda duduk dikursi, anda bisa menempatkan
bokongnya dibelakang kursi dan menekuk kakinya lurus
keatas. Terakhir, letakkan bantal dibawah siku anda untuk
menopang dan menjaga kepala bayi anda sejajar dengan
payudara anda.
4) Memegang bayi dengan posisi berbaring
Pada posisi berbaring, anda berbaring dengan posisi miring
dengan menggunakan satu atau lebih bantal dibelakang
punggung anda dan dibawah kepala untuk menopang tubuh
anda (sebuah bantal yang ditempatkan diantara kedua lutut
anda mungkin akan membuat anda merasa lebih nyaman). Jaga
agar punggung dan pinggul anda tetap lurus. Pegang bayi anda
dengan lembut pada sisi sampingnya sehingga dia menghadap
anda dengan mulut yang menempel pada puting susu anda dan
tangan anda disekitarnya. Topang payudara anda dengan
tangan anda yang satunya sambil membimbing bayi yang lebih
dekat dengan tangan yang menopang tubuhnya.

58
5. Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat
seluruh puting susu ibu.

ASUHAN KEBIDANAN TEORI

3.1 KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA IKTERUS


3.1.1 PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara,
anamnesa merupakan bagian yang sangat penting dan sangat
menentukan dalam pemeriksaan anamnesi dapat menentukan sifat dan
berat penyakit.
A. Data Subyektif
1. Identitas
Meliuti:
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas diri
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi
asuhan
Umur : digunakan untuk penilaian klinis sesuai
dengan umur
Jenis kelamin: jenis kelamin sangat di perlukan sebagai
penilaian data pemeriksaan klinis
Nama, Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan
Orang Tua:
Sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data
Agama : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaan yang dianut
Alamat : berisi alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungan apabla ada keperluan atau
kepentingan untuk klien
2. Keluhan Utama

59
Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini yang
disebabkan pasien dibawa berobat ke RS atau puskesmas.
Keluhan yang di rasakan pasien Ikterus adalah:
4) Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi
baru lahir asal dengan menggunakan pencahayaan yang
memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan dapat tidak terlihat dengan
penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan ringan
memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan
jaringan subkutan:
a. Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi.
b. Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai.
c. Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
5) Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar
kearah kaudal tubuh, dan ekstremitas.
6) Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan
melihat pewarnaan kuning pada tubuh (metode
kremer).
Derajat ikterus pada neonates menurut Kramer
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum
bilirubin (umol/L)
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat-leher 150
3 Pusat-paha 200
4 Lengan dan tungkai 250
5 Tangan dan kaki >250

Penilaian pada bayi baru lahir dengan ikterus


menggunakan rumus Kramer, yaitu
Daerah Luas Ikterik Kadar
Bilirubin(mg)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 dan badan bagian 11
bawah dan tugkai

60
4 1,2,3 dan lengan, kaki di bawah 12
lutut
4 1,2,3,4 dan tangan, kaki 16
7) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penyakit yang pernah di derita pasien sebelumnya di
ketahui karena ada hubungannya dengan pasien untuk
membantu pembuatan diagnosis.
8) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
mengidap penyakit seperti asma, paru-paru, jantung ataupun
penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC serta penyakit
seperti Diabetes dan Hipertensi.
9) Pola kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi: ASI: 5-7 ml
2) Pola Eliminasi
Bagaimana keadaan BAB/BAK pasien normal/tidak
BAB: - Frekuensi : berapa kali/hari
- Konsistensi : padat/cair
- Bau : khas
- Warna : khas
BAK: - Frekuensi : berapa kali/hari
- Konsistensi : cair
- Bau : khas
- Warna : khas
3) Pola Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien
dengan orang tua, keluarga, tetangga, dan sekitar serta
apakah keluhan panas, muntah mengganggu
aktifitasnya.
4) Pola Aktifitas
Selama skit pasien tidak melakukan aktifitas
sebagaimana selama ini paseien lakukan.
5) Pola Hygiene

61
- Mandi : berapa kali/hari
- Ganti pakaian: berapa kali/hari
- Ganti popok : berapa kali/hari
6) Data Sosial Budaya
Keadaan lingkungan yang berhubungan dengan
pasien, pantangan makanan atau minuman, kebiasaan
minum jamu, pijat, merokok, minum-minuman keras
dan obat-obatan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik/cukup/kurang/jelek
2) Kesadaran : adanya perubahan kesadaran
3) Data Antropomeri: - TB
- BB
4) Tanda-Tanda Vital:
N :120-140 x/menit

S : -

R : 30-40x/menit
5) Pemeriksaan Fisik Khusus
(Terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi)
a. Kepala :tidak berketombe, bersih, tidak
rontok, penyebaran rambut merata,
warna hitam, tidak ada benjolan
b. Muka : pucat, simetris, tidak oedem
c. Mata :simetris, ikhterus, konjungtiva pucat,
sklera kuning
d. Hidung : bersih tidak ada polip, tidak ada
secret, simetris, tidak ada PCH
e. Mulut : bibir pucat, tidak caries, tidak
stomatitis, lidah kotor
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tiroid dan vena jugularis
g. Dada : simetris, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada ronchi dan

62
wheezing
h. Abdomen : simetris, besih, bising usus normal,
tidak ada nyeri tekan
Genetalia : bersih
Anus : bersih, tidak oedem, tidak
haemorroid
k. Ekstremitas : normal, simetris, tidak oedem, turgor
kulit (-), tidak sindaktili dan polidaktili

6) Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : 4.800-10.700
b. Hemoglobin : L=13,14-17;P=11,4-15 Juta
c. Erithrosit : L=4,5-6,5;P=3,8-5,8Juta
d. Thrombosit : 150.000-350.000
3.1.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Dx : pasien dengan ikerus
Ds : Ibu pasien mengatakan badan anaknya kekuningan
Do : - Keadaan Umum : baik/cukup/kurang/jelek
- Kesadaran : adanya perubahan kesadaran
- Data Antropomeri : - TB
- BB
- Tanda-Tanda Vital :
N :120-140 x/menit

S: -

R :30-40 x/menit
- Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit : 4.800-10.700
Hemoglobin : L=13,14-17;P=11,4-15 Juta
Erithrosit : L=4,5-6,5;P=3,8-5,8Juta
Thrombosit : 150.000-350.000
3.1.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Keadaan yang mungkin terjadi pada pasien ikterus:

63
Kern ikterus adalah suatu sindrom meurolig yang timbul sebagai akibat
penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak. Ikterus
berkepanjangan merupakan ikterus yang timbul pada usia diatas 3
minggu.
Terdiri dari ikterus takterkonjugasi yang umum dijumpai, berasal dari
ikterus akibat ASI 15% yang mendaatkan ASI, berkurang secara
bertahap selama beberapa minggu. Ikterus terkonjugasi (bilirubin total
20%) yang disebabkan oleh atresia biliaris, jarang namun penting untuk
diidentifikasi karena keterlambatan diagnosis dapat berpengaruh buruk
pada hasil akhir, sindrom hepatitis neonatal. 
Bayi akan mengeluarkan tinja pucat (tidak mengandung
sterkobilinogen) dan urin gelap (akibat bilirubin).
3.1.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tindakan pertama dan utama untuk mengatasi masalah dan
mencegah terjadinya masalah potensial yang mengancam keselamatan
jiwa pasien seperti konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.
3.1.5 INTERVENSI
Dx : pasien dengan ikterus
Tujuan : ikterus bisa teratasi dan pasien sehat
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya
R/: Agar ibu mengetahui tentang keadaan penyakit anaknya
2. Anjurkan pada ibu untuk menyinarkan bayinya di bawa sinar
matahari pada pagi hari
R/: Dengan menyinarkan langsung pada matahari pagi hari, di
harapkan kuning pada tubuh bayi segera hilang
3. Berikan asupan nutrisi yang cukup
R/: Sebagai pemenuhan nutrisi pada anak
4. Observasi TTV
R/: N, S, RR normal
5. Kolaborasi dengan tim medis

64
R/: Untuk melakukan kerjasama dan membantu proses
penyembuhan anak.
3.1.6 IMPLEMENTASI
Dx : pasien dengan ikterus
Implementasi:
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya
2. Menganjurkan pada ibu untuk untuk menyinarkan bayinya di bawa
sinar matahari pada pagi hari
3. Memberikan nutrisi yang cukup
4. Mengobservasi TTV
5. Mengkolaborasikan dengan tim medis
3.1.7 EVALUASI
Melakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah di berikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi
dalam diagnosa dan masalah
Subjektif : data yang di peoleh dari keterangan pasien
Objektif : data yang di peroleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assesment : pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Panning : rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

3.1 KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA MUNTAH


GUMOH
3.1.1 PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara,
anamnesa merupakan bagian yang sangat penting dan sangat
menentukan dalam pemeriksaan anamnesi dapat menentukan sifat dan
berat penyakit.
A. Data Subyektif
1. Identitas

65
Meliuti:
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas diri
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberi
asuhan
Umur : digunakan untuk penilaian klinis sesuai
dengan umur
Jenis kelamin: jenis kelamin sangat di perlukan sebagai
penilaian data pemeriksaan klinis
Nama, Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan
Orang Tua:
Sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data
Agama : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaan yang dianut
Alamat : berisi alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungan apabla ada keperluan atau
kepentingan untuk klien
2. Keluhan Utama
Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini yang
disebabkan pasien dibawa berobat ke RS atau puskesmas.
Keluhan yang di rasakan pasien muntah dan gumoh adalah:
1) Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah
yang memerlukan pertolongan bedah segera. Tanda akut
abdomen seperti nyeri perut yang mendahului muntah
dan/atau berlangsung selama lebih dari 3 jam, munah
bercampur empedu, dan distensi abdomen merupakan
petunjuk pertolongan bedah segera. Muntah dapat
merupakan manifestsdi awal dari berbagai penyakit.
Oleh karena itu, pendekatan untuk identifikasi masalah
sangat penting, meliputi:
a. Usia dan jenis kelamin

66
b. Tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi
(muntah/yang lain)
c. Bagaimana keadaan gizi anak
d. Adakah factor predisposisi
e. Apakah ada penyakit yang menyerang anak secara
interkuren
f. Bagaimana bentuk (isi) muntahan, apakah seperti
susu/makanan asal (tanda isi dari esofagus) atau
telah merupakan susu yang telah menggumpal (isi
lambung) atau mengandung empedu (isi duodenum),
atau adakah darah.
g. Apakah saat muntah berhubungan dengan saat
makan atau minum.
h. Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi
muntah.
i. Informasi diet (kualitas, kuantitas, dan frekuensi
makan) terutama untuk anak kecil
j. Bagaimana teknik pemberian minum.
k. Bagaimana kondisi psikososial di rumah
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penyakit yang pernah di derita pasien sebelumnya
di ketahui karena ada hubungannya dengan pasien
untuk membantu pembuatan diagnosis.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang mengidap penyakit seperti asma, paru-paru,
jantung ataupun penyakit menular seperti HIV/AIDS,
TBC serta penyakit seperti Diabetes dan Hipertensi.
4) Pola kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi: ASI: 5-7 ml
b. Pola Eliminasi
Bagaimana keadaan BAB/BAK pasien normal/tidak

67
BAB: - Frekuensi : berapa kali/hari
- Konsistensi : padat/cair
- Bau : khas
- Warna : khas
BAK: - Frekuensi : berapa kali/hari
- Konsistensi : cair
- Bau : khas
- Warna : khas
c. Pola Psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien
dengan orang tua, keluarga, tetangga, dan sekitar
serta apakah keluhan panas, muntah mengganggu
aktifitasnya.
d. Pola Aktifitas
Selama skit pasien tidak melakukan aktifitas
sebagaimana selama ini paseien lakukan.
e. Pola Hygiene
a. Mandi : berapa kali/hari
b. Ganti pakaian : berapa kali/hari
c. Ganti popok : berapa kali/hari
f. Data Sosial Budaya
Keadaan lingkungan yang berhubungan dengan
pasien, pantangan makanan atau minuman,
kebiasaan minum jamu, pijat, merokok, minum-
minuman keras dan obat-obatan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik/cukup/kurang/jelek
2) Kesadaran : adanya perubahan kesadaran
3) Data Antropomeri: - TB
- BB
4) Tanda-Tanda Vital:

68
N :120-140 x/menit

S : -

R : 30-40x/menit
5) Pemeriksaan Fisik Khusus
(Terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi)
l. Kepala :tidak berketombe, bersih, tidak
rontok, penyebaran rambut merata,
warna hitam, tidak ada benjolan
2. Muka : tidak pucat, simetris, tidak oedem
3. Mata :simetris, tidak ikhterus, konjungtiva
merah muda, sklera putih
4. Hidung : bersih tidak ada polip, tidak ada
secret, simetris, tidak ada PCH
5. Mulut : bibir tidak pucat, tidak caries, tidak
stomatitis, lidah kotor
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tiroid dan vena jugularis
7. Dada : simetris, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada ronchi dan
wheezing
8. Abdomen : simetris, besih, bising usus normal,
tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia : bersih
10. Anus : bersih, tidak oedem, tidak
haemorroid
11. Ekstremitas : normal, simetris, tidak oedem, turgor
kulit (-), tidak sindaktili dan polidaktili

6) Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : 4.800-10.700
b. Hemoglobin : L=13,14-17;P=11,4-15 Juta
c. Erithrosit : L=4,5-6,5;P=3,8-5,8Juta
d. Thrombosit : 150.000-350.000
3.1.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Dx : anak dengan muntah dan gumoh

69
Ds : Ibu pasien mengatakan anak sering muntah dan gumoh
Do : - Keadaan Umum : baik/cukup/kurang/jelek
-Kesadaran : adanya perubahan kesadaran
-Data Antropomeri : - TB
- BB
-Tanda-Tanda Vital :
N :120-140 x/menit

S: -

R :30-40 x/menit
-Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit : 4.800-10.700
Hemoglobin : L=13,14-17;P=11,4-15 Juta
Erithrosit : L=4,5-6,5;P=3,8-5,8Juta
Thrombosit : 150.000-350.000
3.1.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Keadaan yang mungkin terjadi pada pasien muntah:
5. Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit.
6. Ketosis karena tidak makan dan minum.
7. Asidosis yang disebab adanya ketosis yang dapat berkelanjutan
menjadi syok bahkan sampai kejang.
8. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture
esophagus, aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat
hebat.
Keadaan yang mungkin terjadi pada pasien gumoh:
7. Infeksi pada saluran pernafasan.
8. Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan
radang.
9. Nafas terhenti sesaat.
10. Bayi tersedak dan batuk.
11. Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
12. Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.
3.1.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

70
Tindakan pertama dan utama untuk mengatasi masalah dan
mencegah terjadinya masalah potensial yang mengancam keselamatan
jiwa pasien seperti konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.
3.1.5 INTERVENSI
Dx : pasien dengan ikterus
Tujuan : ikterus bisa teratasi dan pasien sehat
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya
R/: Agar ibu mengetahui tentang keadaan penyakit anaknya
2. Monitor adanya mual dan muntah
R/: Mual dan muntah sebagai penyebab nutrisi berkurang
3. Berikan makan dalam porsi dikit tapi sering
R/: Sebagai pemenuhan nutrisi pada anak
4. Observasi TTV
R/: N, S, RR normal
5. Kolaborasi dengan tim medis
R/: Untuk melakukan kerjasama dan membantu proses
penyembuhan anak
3.1.6 IMPLEMENTASI
Dx : pasien dengan ikterus
Implementasi:
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan bayinya
2. Memonitor adanya mual dan muntah
3. Berikan makan dalam porsi dikit tapi sering
4. Mengobservasi TTV
5. Mengkolaborasikan dengan tim medis
3.1.7 EVALUASI
Melakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah di berikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi
dalam diagnosa dan masalah
Subjektif : data yang di peoleh dari keterangan pasien

71
Objektif : data yang di peroleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assesment : pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Panning : rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

ORAL TRUST DAN


DIAPER RUSH
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori Diaper Rash


2.1.1. Definisi
Diaper rash (Ruam popok )adalah iritasi pada kulit bayi Ibu
di daerah pantat .Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi di
dalam area popok. Pada kasus ringan kulit menjadi merah.Pada
kasus-kasus yang lebih berat mungkin terdapat rasa sakit.Biasanya
ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan

72
kulit paha dan pantat.Kasus ringan menghilang dalam 3 sampai 4
hari tanpa pengobatan.Bila ruam menetap atau muncul lagi setelah
pengobatan, berkonsultasilah dengan dokter.Diaper rash adalah
suatu keadaan akibat dari kontak terus-menerus dengan lingkungan
yang tidak baik (Vivian, 2010)
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim
ditemukan pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi
berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 – 10
bulan. Ruam popok sering dialami oleh bayi baru lahir.Biasanya
berwarna kemerahan disertai lecet-lecet ringan dan gatal.Ruam
popok terjadi karena ada gesekan antara popok dengan kulit
bayi.Hal ini karena kulit bayi masih sangat peka dan sensitif.Jika
dia memakai popok maka kulitnya otomatis tertutup, akibatnya
kulit menjadi lembab.Kelembaban yang berlebihan inilah yang
memicu timbulnya ruam popok.
Diaper rash sering disebabkan oleh pemakaian popok yang
salah ,yaitu tidak segera mengganti popok setelah bayi atau balita
buang air besar.
Diaper rash sering disebabkan oleh pemakaian popok yang
salah,yaitutidak segera mengganti popok setelah bayi atau balita
buang air besar.jika tinja bercampur dengan air seni, maka akan
terjadi pembentukan ammonia yang menyebabkan kesaman kulit
meningkat sehingga terjadi iritasi pada kulit bayi atau balita.
Biasanya, juga terjadi karena menggunakan popok sekali pakai
melebihi daya tampung,kulit menjadi lembab. Sehingga terjadi
gesekan maka kulit mudah teritasi. Hal ini akan mempermudah
bagi pertumbuhan jamur dan kuman.(sitiatava.2012)
Dermatitis yang mengering atau ruam yang sederhana
biasanya tidak menular. Ruam popok yang disebabkan oleh
mikroorganisme kadang dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya,
jika kondisinya memungkinkan (misalnya infeksi jamur yang akan
tumbuh dengan baik di tempat yang lembab dan hangat, dapat

73
timbul pada kulit yang sudah teriritasi). Ketika kondisinya tepat
dan tidak dilakukan tindakan pencegahan, infeksi seperti ini juga
dapat menjalar ke anak lain.

Diaper rash pada dubur

Diaper rash pada genetalia

Diaper rash pada lipatan paha

74
Diaper rash pada bokong

2.1.1. Etiologi
1. Terlalu lembab
2. Luka atau gesekan
3. Kulit terlalu lama terkena urine, feses, atau keduanya
4. Infeksi jamur
5. Infeksi bakteri
6. Reaksi alergi terhadap bahan popok
7. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
8. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen.
Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit yang melindungi
kulit mulai rusak.Bila kulit basah digosok, juga lebih mudah
rusak.Lembab akibat popok yang sudah penuh dapat berbahaya
bagi kulit bayi dan membuat lebih mudah menjadi luka.Bila
hal ini terjadi, maka dapat timbul ruam popok.
Selanjutnya gesekan antara lipatan kulit yang lembab
membuat ruam menjadi lebih berat.Hal inilah yang
menyebabkan ruam popok sering terbentuk di lipatan kulit
leher dan paha atas.Lebihari separoh bayi berusia antara 4

75
bulan sampai 15 bulan terjadi ruam popok sedikitnya satu kali
dalam waktu 2 bulan.
Ruam popok lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan
berikut:
1. Begitu bayi bertambah usia, kebanyakan antara usia 8-10
bulan
2. Bila bayi tidak terjaga kebersihannya dan kering
3. Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap
berada dalam popok sepanjang malam.
4. Bila bayi mulai makan makanan padat
5. Bila bayi mengkonsumsi antibiotik atau bayi yang masih
menyusui yang ibunya mendapat antibiotik.
6. Bayi yang mengkonsumsi antibiotik lebih mudah menderita
ruam popok yang disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur
menginfeksi kulit yang lemah dan menyebabkan ruam
merah terang dengan bintik-bintik merah di pinggirannya.
Anda dapat mengobatinya keluhan-keluhan ini, anda dapat
menghubungi dokter.

2.1.2. Epidemiologi
Diaper dermatitis merupakan salah satu dari sekian banyak
masalah kulityang terjadi pada bayi dan anak-anak akibat
penggunaan popok, yaitu sekitar 7-35% terjadi pada bayi. Etiologi
dari diaper dermatitis bersifat multi faktorial.Faktor yang paling
utama akibat peningkatan kelembaban pada daerah kulit
yangberlangsung lama. Prevalensi tertinggi yaitu pada bayi umur
6-12 bulan, tetapi dapat pula terjadi diberbagai umur pada mereka
yang menggunakan popok akibat inkontinensia urin atau
alvi.Kondisi ini dapat sembuh sendiri ketika anak sudah memasuki
masa toilet-trained yaitu sekitar umur 2 tahun. Iritant diaper
dermatitis dan candida diaper dermatitis merupakan jenis diaper
dermatitis yang paling banyak terjadi pada setiap umur akibat

76
penggunaan popok.prevalensi siaper rash sebanyak 4% dari kasus
dermatologi pediatric dan lebih sering ditemukan pada bayi dan
anak-anak hingga berumur 2 tahun
2.1.3. Prognosa
Diaper rashhampir selalu menunjukkan respon yang baik terhadap
terapi dan sebagian besar kasus dapat membaik jika tidak memakai
popok dalam jangka waktu beberapa minggu. Dan jika tetap
persisten kemungkinan didiagnosis dengan atopic eczema, psoriasis,
zinc defisiensi, histiosit sel langerhans atau imunodefisiens
2.1.4. Klasifikasi
Ada beberapa pembagian diaper rash atau ruam popok :
1. Derajat satu (merah)
2. Derajat 2 (papul) yang berisi cairan
3. Derajat 3 (push)

2.1.5. Jenis diaper trush


1. Jenis rash popok terlazim berkaitan dengan efek amonia pada
kulit bayi yang halus. Amonia dihasilkan sewaktu urina (air
seni). Masih ada hubungannya dengan tinja, walaupun dalam
waktu yang singkat. Enzim yang terkandung dalam produksi
sisa usus mempengaruhi urina,
sehingga terjadilah urina- suatu
senyawa yang keras dan
menyebabkan rash pada kulit yang
halus.
2. Rash khas berwarna merah, bersisik
malah mungkin disertai gelembung
serta borok. Mungkin anda dapat

77
mencium bau amonia yang kuat sewaktu mengganti popok
bayi anda.
3. Dasar pengobatannya adalah mencegah kontak antara urina
dan tinja. Maka tukarlah popok bayi anda secepat mungkin
setelah ia kotor. Membiarkan bayi menyepak-nyepak handuk
dalam ruang yang hangat juga membantu penyembuhan kulit
yang basah di pantatnya. Pada rash popok yang parah dari
jenis ini, jika bayi dapat dirawat untuk waktu yang lama di
dalam ruangan hangat tanpa popok, maka rash akan hilang
semuanya dengan cepat. Bilas popok kain handuk dengn
cermat untuk membuang sabunnya. (Popok Terry lebih
disukai untuk penggunaan di waktu malam. Yang sekali
pakai akan basah kuyup sama sekali selama malam hari).
4. Setiap pengganti popok, oleskan jeli petroleum halus atau
cream seng dan minyak kastor pada pantat bayi anda.
Walaupun tidak langsung mengobati masalah ini, krim ini
akan melindungi kulitnya sampai tingkat tertentu dari efek
amonia.
5. Dermatitis seboreika menjadi sebab rash popok terlazim
berikutnya. Ia disebabkan oleh penyebab yang sama seperti
topi ayunan. Sehingga jika bayi anda menderita topi ayunan
serta bercak merah dan bersisik pada lipatan ketiak, leher dan
sebagianya- perhatikan gejala serupa dalam area popok.
6. Kembali, krim seng dan minyak kastor bermanfaat dalam
kasus ringan. Jika masalahnya lebih parah, sedikit krim
hidrokortison dari dokter akan cepat mengobati masalah ini.
7. Infeksi jamur yang menyebabkan thrush menjadi penyebab
rash popok lainnya. Biasanya ini timbul pertama kali di
sekeliling lubang dubur dan menyebar ke bokong. Ini timbul
karena bayi sering menderita infeksi thursh di dalam
mulutnya di samping rash popoknya. Kemudian infeksi

78
melintasi saluran perncernaan dan mengenai kulit di
sekeliling lubang dubur.
8. Infeksi ini merupakan rash merah padam dengan tepi
berbatas tegas. Perlu pengobatan dengan krim Nystatin untuk
menyembuhkan keadaan ini. Infeksi thursh di dalam mulut
juga diobati dengan Nystatin tetapi dalam bentuk tetes.
9. Akhirnya bokong yang lecet akut dapat disebabkan oleh
diare. Kulit disekeliling lubang dubur menjadi merah dan
sakit, karena efek tinja yang basah. Pengobatan harus
ditunjukkan untuk diare. Untuk mengobati rash yang
menyertai, bokong perlu dianginkan dan dipoles krim yang
menyejukkan. Tak perlu menyalahkan diri sendiri jika bayi
anda menderita rash popok. Usahakan agar ia sebersih dan
sekering mungkin sesuai kemampuan anda- anginkan bokong
sesering mungkin- berikan pengobatan yang tepat untuk
masing-masing jenis rash. Dengan cara itu anda telah
melakukan yang terbaik untuk bayi anda. Sering rash popok
lebih menyakitkan sang ibu daripada bayi. Dan setelah
pemakaian popok dihentikan, rash akan menghilang.

2.1.6. Patofisiologi
Pemakaian popok
Pada daerah pantat,kemaluan,
Paha

Rasa ingin BAK Merangsang hipotalamus

Anak kecil
Tidak bisa menahan spinter

79
Terjadi BAK

popok menjadi yang basah Menimbulkan bakteri

Gangguan rasa nyaman Urine terurai mennjadi amonia

1. kerusakan kulit
2. Imobilitas kulit

Gangguan integritas kulit

Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet


karena pemakaian popok.Lokasi yang sering terkena adalah bagian
pantat, sekitar kemaluan, maupun paha.Bahkan, jika bakteri yang
terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini
bisa bertambah parah.Tentu saja keadaan ini sangat tidak
menyenangkan buat si kecil.Bayi yang senang tidur lama
sebenarnya tidak ada masalah.Tetapi masalahnya bila popoknya
basah berkali-kali dan membuatnya lembab.Karena penyebab ruam
popok yang paling utama adalah popok yang lembab.
Popok yang lama terkena air seni dan tinja bisa
menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak segera
membersihkannya, bakteri dan jamur akan tumbuh. Selain karena
lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali
pakai.Lebih baik gunakan popok tradisional dengan resiko Bunda
harus lebih sering menggantinya bila bayi buang air kecil atau
besar.Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa
meningkatkan resiko terkena ruam popok termasuk juga deterjen

80
untuk mencuci pakaiannya. Disarankan menggunakan diapers
tanpa pewangi.
2.1.7. Tanda Dan Gejala diapers rash
1. Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergaen sehingga
muncul eritema.
2. Erupsi padadaerah kontak yang menonjol,sepertti bokong, alat
genitlia,perut bawah atau paha atas.
3. Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla
eritemosa,vesikula dan ulserasi.
4. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan
berbau tajam
5. Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur
6. Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha
7. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut
sering terkolonisasi oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans,
sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basa

2.1.8. Penatalaksanaan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya:
1. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini
mencegah lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan
ketat khususnya sepanjang malam hari.
2. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan
terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas.
3. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak
perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap
kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB
sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak
mudah keluar.
4. Gunakan popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya.
5. Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat
menyebabkan masalah dengan pernapasan pada bayi anda.

81
6. Agar kulit bayi atau balita tidak lembab, setiap hari paling sedikit
2-3 jam bayi atau balita tidak memakai popok.
7. Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat
mengeringkan kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut
dapat mengiritasi kulit bayi.
Bila ruam popok muncul walaupun anda telah berusaha untuk
mencegahnya, cobalah langkah-langkah sebagai berikut:
1. Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin
2. Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali
mengganti popok.Gunakan air mengalir sehingga anda dapat
membersihkandan membilas tanpa tidak perlu menggosok.
3. Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di
udara terbuka sehingga benar-benar kering
4. Makanan tertentu mungkin dapat memperburuk ruam.
Misalnya, makanan-makanan asam seperti jeruk dan saos
tomat. Jangan memberikan makanan tersebut pada bayi sampai
ruam hilang
5. Jika ruam disebabkan oleh dermatitis alergi maka disarankan
untuk menghentikan penggunaan sabun atau deterjen baru yang
dapat menyebabkan ruam
6. Jika ruam ternyata disebabkan oleh infeksi candida maka cara
perwatannya menggunakan krim obat luar anti jamur
7. Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang
mengandung zinx oxide atau petrolatum) untuk membentuk
lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan
lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok
berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat
hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.
Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:
1. Melepuh atau terdapat nanah
2. Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
3. Menjadi lebih berat

82
8. Berbagai obat atasi ruam popok. Ada beberapa kategori obat
yang dapat digunakan dalam perawatan-perawatan ruam
popok(diapers rash),antara lain:
1. Kategori obat pelindung .dalam kategori ini adalah obat-
obat yang aman dan dijual bebas memiliki cara kerja
melindungi kulit. Misalnya, obat oles yang mengandung
seng oksida,bekerja sebagai antiseptic, menyejukkan kulit,
dan mempercepat penyembuhan, juga petrolatum yang
menahan air dalam kulit dan mencegah iritasi.
2. Kategori obat anti jamur. Dipakai bila dicurigai ada infeksi
jamur atau telah terbukti dengan pemeriksaan laboratorium.
Biasanya,yang digunakan adalah krim atau salep
nistatin,klotrimazol,atau econazol nitrat, yang bekerja
mematikan dan mencegah pertumbuhan jamur lebih lanjut.
3. Kategori steroid tropikal(dioleskan dikulit), yang bekerja
mengurangi peradangan. Misalnya obat yang mengandungi
hidrokortison. Penggunaannya perlu hati-hati karena efek
sampingnya dapat diserap tubuh jika dipakai berlebihan,
dan justru dapat memperparah ruam popok jika disertai
infeksi jamur atau bakteri.
4. Kategori obat antibiotik topical. Ini digunakan untuk
mengobati ruam popok yang terinfeksi bakteri.
2.1.9. Komplikasi
Apabila diaper rash tidak segera di tangani atau diobati
maka akan menyebabkan ulkus punch-out atau erosi dengan tepi
meninggi ( Jacquet erosive dieper dermatitis ), papul dan nodul
pseudoverucous dan plak dan nodul violaeous (granuloma gluteale
infantum).Jacquet erosive diaper rash memberikan gambaran
eritema, skuama berlapis-lapis, terdapat fisura dan area erosi pada
kulit yang kontak dengan popok.
Granuloma gluteal infantum merupakan penyakit yang
tidak biasa denganciri nodul merah keunguan dengan ukuran yang

83
berbeda-beda (0.5-0.3 cm) timbul pada area popok pada bayi umur
2-9 bulan. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan infiltrat limfosit,
sel plasma, netrofil, dan eosinofil
2.1.10. Prognosa
Diaper rash hampir selalu menunjukkan respon yang baik
terhadap terapi dan sebagian besar kasus dapat membaik jika tidak
memakai popok dalam jangka waktu beberapa minggu. Dan jika
tetap persisten kemungkinan didiagnosis dengan atopic eczema,
psoriasis, zinc defisiensi, histiosit sel langerhans atau
imunodefisiens
2.1.11. Diagnosa
Setiap anak yang menggunakan popok, maka
berpotensiuntuk menderita ruam popok ini. Bahkan berdasarkan
penelitian Philipp dkk, seperti yang dipublikasikan dalam The
ALSPAC Survey team.British Journal of General Practicepada
bulan Agustus 1997, dikatakan semua anak akan menderita ruam
popok minimal satu kali selama masa kanak-kanaknya. Sementara
di Indonesia memang belum tersedia data mengenai kelainan ini
2.1.12. Pencegahan
Semakin sering popok diganti semakin kecil kemungkinan terkena
diaper rash
1. Popok harus segera diganti segera setelah BAK atau BAB
untuk membatasi jumlah bahan iritasi ini dan mencegah
tercampurnya feses dan urin.penggunaan popok dengan daya
serap kuat mengurangi kelembaban pada daerah popok
2. Pencucian dan penggosokan yang pada daerah popok akan
menimbulkan iritasi kulit.setelah BAK atau BAB, pencucian
dapat dilakukan dengan air hangat dan pembersih ringan.
3. Penggunaan preparat ini akan mengurangi gesekan dan
absorbsi bahan iritan. pHkulit sedikit lebih bersifat asam dan
mendekati pH normal kulit dan berfungsi sebagai

84
buffer terhadap pH yang lebih tinggi yang disebabkan oleh
adanya amonia.Emolien digunakan 2-3 kali sehari.
2.1.13. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap : Pemeriksaan darah lengkap dapat
dilakukan,terutama jika muncul gejala sistemik seperti
demam dan jikadicurigai adanya infeksi sekunder. Jika
ditemukan anemia bersamadengan hepatosplenomegali
dan timbul ruam dapat dicurigaisebagai histiositosis sel
Langerhans atau sifilis kongenital.
2) Pemeriksaan serologi untuk sifilis dilakukan pada
pasien yangdicurigai menderita sifilis kongenital.
3) Kadar serum zink kurang dari 50 mcg/dl dapat
ditemukan pada pasien acrodermatitis enteroherpatika
2. Pemeriksaan kerokan kulit. Pada pasien yang diduga
candidasis, pengikisan lesi papul atau pustule menunjukan
adanya pseudohifa, hifadan blastospora dengan diameter 2-4
µm dengan menggunakan larutanKOH 10%, larutan lugol
atau air suling

2.1.14. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya diaper rash


1. Maserasi
Stratum korneum menentukan fungsi pertahanan (barrier)
pada epidermis. Stratum korneum terdiri atas sel yang akan
berhenti mengelupas dan memperbarui diri pada siklus 12-24
hari. Matriks ekstraselular hidrofobik berperan sebagai barier,
mencegah kehilangan cairan dan sebagai tempat masuknya air
dan bahan hidrofilik lainnya.Sel hidrofilik pada stratum korneum
(korneosit) memberikan perlindungan mekanis dari lingkungan
luar dalam bentuk lapisan lilin. Keadaan basah yang berlebihan

85
akan memberikan dampak berat pada stratum korneum. Pertama,
keadaan ini akan membuat permukaan kulit menjadi pecah-pecah
dan lebih sensitif terhadap gesekan. Kedua, keadaan ini
mengganggu fungsi perlindungan, menambah penyerapan bahan
iritan kedalam lapisan sensitif pada kulit di bawah stratum
korneum dan membuka lapisan ini sehingga menjadi kering dan
menjadi tempat masuknya mikroorganisme.Oklusi kulit yang
berkepanjangan dapat menimbulkan eritema, terutama jika air
kontak dengan permukaan kulit dan akhirnya dapat terjadi
dermatitis.
2. Gesekan
Gesekan antara kulit dan popok merupakan faktor penting
dalam beberapa kasus diaper rash. Hal ini didukung oleh
predileksi tersering diaper rash yaitu di tempat yang paling
sering terjadi gesekan, misalnya pada permukaan dalam paha,
permukaan genital, bokong dan pinggang.
3. Urine
Selama beberapa tahun, amonia dipercaya sebagai penyebab
utama terjadinya diaper rash. Namun sekarang telah diketahui
bahwa amonia bukan penyebab utama terjadinya diaper rash.
Jumlah mikroorganisme terkait amonia tidak berbeda antara
bayi dengan atau tanpa diaper rash. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil degradasi urine lainnya selain amonia memegang peranan
penting pada kejadian diaper rash. Suatu penelitian
membuktikan bahwa urin yang disimpan selama 18 jam pada
suhu 370C dapat menginduksi terjadinya dermatitis ketika
diberikan pada kulit bayi. Saat ini jelas bahwa pH urin
memegang peranan penting pada penyakit ini.Urin yang
memiliki pH tinggi (alkalis) pada bayi dapat
menimbulkanirritant napkin dermatitis.
4. Feses

86
Telah diketahui selama bertahun-tahun bahwa feses manusia
memiliki efek iritan pada kulit.Pada feses bayi terdapat protease,
pankreas, lipase, dan enzim-enzim lainnya yang dihasilkan oleh
bakteri dalam usus. Enzim ini berperan penting dalam proses
terjadinya iritasi kulit. Efek iritan dari enzim tersebut semakin
meningkat dengan adanya kenaikan pH dan gangguan fungsi
barier.
Urea yang diproduksi oleh berbagai bakteri pada feses dapat
meningkatkan pH feses. Meningkatnya pH dapat meningkatkan
aktivitas enzim lipase dan protease pada feses.Produksifesescair
yang berlebihanberhubungandenganpemendekan waktu transit
dan feses ini mengandung sejumlah besar sisa enzim percernaan
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
5. Mikroorganisme
Mikroorganisme seperti bakteri (Streptococcus dan
Staphyllococcus), dan jamur (Candida) dapat menyebabkan
diaper rash.
Meskipun sering dinyatakan infeksi bakteri berperan penting
dalam terjadinya diaper rash, studi kuantitatif menunjukkan
bahwa flora bakteri yang diisolasi dari daerah yang mengalami
erupsi tidak berbeda dengan bakteri yang diisolasi dibeberapa
area kulit normal bayi.
6. Antibiotik
Penggunaan antibiotik spektrum luas pada bayi dengan otitis
media dan infeksi traktus respiratorius menunjukkan
peningkatan insiden terjadinya irritan napkins
dernatitis.Antibiotik dapat membunuh bakteri, baik flora normal
maupun flora patogen.Kedua keseimbangan bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi jamur.Hal ini dapat terjadi ketika bayi
mengkonsumsi antibiotik atau pemberian ASI oleh ibu yang
mengkonsumsi antibiotik. Selain itu kesalahan dalam

87
penggunaan bahan topikal untuk melindungi kulit juga dapat
meningkatnya resiko terjadinya diaper rash.
7. Kesalahan atau kurangnya perawatan kulit
Penggunaan sabun mandi dan bedak yang salah dapat
meningkatkan resiko terjadinya dermatitis iritan. Cara
pembersihan dan pengeringan di daerah popok yang tidak tepat
serta frekuensi penggantian popok yang jarang juga dapat
menjadi faktor pencetus
8. Reaksi alergi
Alergen biasanya adalah parfum dan bahan dari popok.Kulit
yang teriritasi berwarna merah, berbatas tegas dengan
permukaannya terdapat vesikel dan erosi.Namun, secara umum
reaksi alergi jarang menyebabkan diaper rash.
9. Kelainan anomali pada traktus urinarius
Kelainan pada traktus urinarius dapat menyebabkan infeksi
traktus urunarius

2.2. Konsep Dasar Teori Oral Trush


2.2.1. Definisi

Menurut Deslidel, dkk (2011), Oral trush adalah infeksi jamur


yang terjadi pada area hangat dan basah yang ditandai dengan
bercak-bercak membran berwarna putih, menimbul, mirip sisa-sisa
susu di mukosa mulut, pipi bagian dalam, lidah, palatum, dan
faring.
Oral trush disebut juga dengan oral candidiasis atau
moniliasis.Oral trush merupakan terinfeksinya membran mukosa
mulut bayi oleh jamur Candida yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di
mulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya penderita akan
menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi gastrointestinal
(Vivian, 2010).

88
Oral trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu,
terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula (Pengganti air
Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih
tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang
dibasahi dengan air hangat (M. Scharin, 1994: 448).
Lesi dapat menyakitkan dan dapat berdarah sedikit ketika lesi
dikeruk. Kadang-kadang oral thrush dapat menyebar ke langit-
langit mulut, gusi, amandel (tonsil) atau bagian belakang
tenggorokan. Meskipun oral thrush dapat menyerang siapa saja,
tetapi lebih mungkin terjadi pada bayi dan pada orang yang
memakai gigi palsu, penggunaan kortikosteroid inhalasi atau
seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah.
Bayi yang dilahirkan dengan operasi caesar sering menderita
infeksi jamur akibat antibiotik yang diberikan pada ibunya selama
operasi. Apabila bayi menderita infeksi jamur maka bayi tersebut
dapat menularkannya kepada ibunya. Dan berlaku sebaliknya
infeksi jamur diputing ibu dapat menginfeksi bayi, dan ini
menyebabkan infeksi bergantian, oleh karena itu sangat penting
memperhatikan kesehatan kulit payudara apabila bayi mengalami
trush. Kadang-kadang cukup sulit menemukan penyebab yang jelas
mengapa bayi mengalami trush, pada beberapa orang memang
lebih rentan terhadap infeksi jamur. Jamur tumbuh subur di
lingkungan yang hangat, lembab, dan tinggi gula, dan itulah
lingkungan di mulut anak anda dan di kulit payudara anda selama
menyusui.
Oral trush merupakan masalah sepele jika tubuh sehat, tetapi
jika tubuh memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, gejala oral
thrush mungkin lebih parah dan sulit untuk dikontrol.
Oral trush adalah bercak putih pada lidah, langit – langit dan
pipi bagian dalam. Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila
diambil secara paksa akan mengakibatkan perdarahan. Oral trush
ini sering disebut juga dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan

89
sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia,
angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan
pengobatan antibiotik atau imunosupresif (Nelson, 1994).
Oral trush (stomatitis) yaitu radang mulut (pada bibir atau
lidah).Hal ini biasanya dijumpai pada bayi dan anak-anak. Oral
trush terkadang sulit dibedakan dengan sisa sus,terutama pada bayi
yang mendapatkan susu formula. Sisa susu berupa lapisan endapan
putih tebal pada lidah bala. Sisa susu berupa lapisan endapan putih
tebal pada lidah bayi dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang
dibasahi dengan air hangat.
Oral trush juga dapat diartikan sebagai infeksi membrane
mukosa(mulut bayi)oleh jamur candidasi yang ditandai oleh
munulnya bercak-bercak putih dan membentuk plak-plak berkeping
di mulut. Oral trush terjadi pada bayi usia 7-10 hari setelah
persalinan. Biasanya, penyakit ini menyerang bayi yang sakit atau
lemah,individu dengan kondisi kesehatan yang buruk,pasien
dengan tanggap imun lemah, serta sering terjadi bpada pasien yang
telah menjalani pengobatan dengan antibiotic.(sitiatava.2012)
Menurut sudarti (2010).oral trush yang kerap menyerang bayi
terbagi tiga jenis,yakni
1. Stomatitis aptohosa. Sariawan ini dapat terjadi akibat
adanya trauma,misalnya tergigit atau terkena sodokan sikat
gigi hingga luka atau lecet. Jika kuman masuk dan daya
tahan tubuh menurun, maka luka menjadi infeksi. Biasanya,
timbul peradangan dan rasa sakit atau nyeri. Untuk
kebaikan si kecil, pilihlah sikat gigi yang lembut, dan
bersihkan gigi secara untuk mengurangi potensi luka

90
2. oral trush moniliasis. Oral trush ini disebabkan oleh jamur
candida albican yang biasanya dijumpai dan bersarang di
lidah. Dalam keadaan normal,jamur memang terdapat
didalam mulut. Namun, saat antibiotic yang berlangsung
lama atau melebihi jangka waktu pemakain, maka akan
memudahkan jamur candida albican tumbuh melebihi
normal.

3. Stomatitis herpetic.penyakit ini disebabkan oleh virus


herpes simplek dan berlokasi dibagian belakang
tenggorakan. Sariawan ditenggorakan terjadi jika ada virus
yang sedang mewabah, dan daya tahan tubuh sedang
rendah. Sariawan jenis stomatitis herpetic dan stomatitis
apthosa biasa terjadi pada anak-anak,sedangkan anak balita
lebih banyak mengidap sariawan jenis moniliasis.

91
2.1.2. Etiologi
Menurut Ummu Kautsar (2010), pada umumnya oral
trush disebabkan oleh jamur kandida yang ditularkan melalui
vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir)
atau transmisi melalui botol susu yang tidak bersih, atau cuci
tangan yang tidak benar. Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari
pasca persalina.Jamur kandida bersifat saprofit, sehingga jika daya
tahan tubuh bayi turun atau menggunakan antibiotik dalam waktu
lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan
menimbulkan infeksi berupa oral trush dan diare. Jadi, apabila
antibiotik tertentu digunakan pada usia di bawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariwan atau oral trush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua jenis
antibiotika yang biasa dipergunkan dan dapat berkembang sewaktu
mikroorganisme lain tertekan. Oral trush juga dapat terjadi karena
bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan
mulut.Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak,
menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah
yang kecil atau luas pada mukosa mulut.Bercak-bercak dapat
dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarah,
keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan
mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat
imunologi, dan hipoparatiroidisme.Infeksi yang berat dapat
menyebar menuruni esophagus.sebagian besar bayi berkontrak
dengan jamur yang pertama kali saat melalui jalan lahir (ibu dapat
memiliki infeksi jamur dikelaminnya tanpa menyadari adanya
tanda-tanda infeksi).

92
Penggunaan antibiotik saat persalinan dan ketika bayi lahir
dapat memicu terjadinya infeksi jamur.antibiotik yang diminum
oleh ibui dapat melalui ASI dan membunuh baakteri-bakteri baik
yang menjaga keseimbangan flora normal tubuh.Sehingga, saat
bakteri baik ini terbunuh oleh antibiotik, infeksi jamur muncul

2.1.3. Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida. pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida
lainnya. Kemudian, Candida. mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan
proses invasi. Selain itu, Candida.juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya glio-
toksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun
lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida.memudahkan proses invasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamur

Penggunaan
kortikosteroid dan anti
biotik Yang tidak Sistem imun turun
terkontrol

Pertumbuhan jamur Gangguan keseimbangan flora


yang tak terkontrol di mulut
Sisa susu pada mulut bayi

Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor

Menyerang sistim imun Proses infeksi Timbul bercak


putih dimulut

Nyeri pada mulut


Oral trush

Nafsu makan turun Candida bermetatasi Menggumpal

93
menutupi lidah
MK : perubahan nutrisi Ke Faring Menghambat
kurang dari kebutuhan impuls saraf
pengecap
Suhu tubuh meningkat Tidak dapat
Nyeri pada faring
mengecap rasa
MK : hipertermi Proses peradangan Gejala semakin
berat
ileum Peningktan hormone Bercak kemerahan
prostaglandin, bradikinin dengan eksudet
dan histamin berwarna putih
diare MK : resiko gangguan MK : Gangguan
cairan tubuh rasa nyaman : nyeri

2.1.4. Tanda dan gejala


Tanda
Pada Bayi:
a. Suhu badan naik hingga 40 derajat celcius
b. Mengeluarkan saliva lebih dari biasanya
c. Selalu rewel dan gelisah
d. Tidak mau makan, atau makanan dimuntahkan
e. Tidak mau minum ASI maupun susu botol
f. Bau mulut tidak sedap
g. sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil.
Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3
mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya
mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang atau
ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau
menjalar
Pada balita
1. Kadang suhu naik tidak terlalu tinggi
2. Nafsu makan berkurang
   Gejala
1. Lidah menjadi agak licin

94
2. Warna lidah kemerahan
3. Timbul lesi di bagian bawah dan pinggir pada belahan tengah
lidah
4. Ada bintik putih dan terkadang benjolan kecil yang dapat pecah
pada pipi bagian dalam sehingga mulut terasa perih
5. Bercak keputihan di mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan
6. Mukosa mulut mengelupas
7. Lesi multipel pada mukosa mulut sampai bibir memutih
menyerupai bekuan susu yang melekat, jika diangkat
menyebabkan pendarahan
8. Bila kronis terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama
hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak
2.1.5. Penatalaksanaan
Menurut Vivian (2010), oral trush pada umumnya bisa sembuh
dengan sendirinya, akan tetapi lebih baik jika diberikan penanganan
berikut:
1. Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
2. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera di
obati dengan pemberian antibiotik
3. Menjaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut dan
putting susu ibu
4. Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan juga bersih. Apabila oral trush terjadi pada
anak-anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan
mulut, berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit demi
sedikit tetapi frekuensinya sering. Dan setiap habis makan,
berikan air putih, serta usahakan agar sering minum
5. Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan
teknik steril dalam memberikan botol susu. Yaitu dengan mencuci
bersih botol dan dot susu. Sebelum botol susu diberikan

95
sebaiknya botol susu direbus hingga mendidih (jika botol tahan
rebus).
6. Pemberian obat anti jamur diantaranya sebagai berikut:
1. Miconazol. Obat ini mengandung miconazol 25 mg/ml dalam
gel bebas gula.gel miconazol dapat diberikan ke lesi setelah
makan
2. Nystatin.tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu
pastille harus diisap secara perlahan-perlahan 4 kali sehari
selama 7-14 hari.pastille lebih enak daripada sediaan nistatin
lain.sebab nistatin ini mengandung gula
7. Pemberian terapi pada bayi,antara lain:
1. 1 ml larutan Nystatin (100.000 unit/ml) untuk diberikan 4
kali sehari dengan interval setiap 6 jam. Larutan diberikan
dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut sebelum ditelan. Obat ini akan membatasi
penyebaran penyakit hanya di ruang perawatan bayi serta
menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang terjadi
(Deslidel, 2011).
2. Gentian violet (1-2 %) dioleskan pada lesi mulut 1 jam
setelah pemberian ASI (Ladewig, 2006), 3 kali dalah sehari
(Vivian, 2010).
2.1.6. Komplikasi
Apabila oral trush tidak segera di tangani atau diobati maka akan
menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting susu atau dot)
sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.oral trush
tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan
menimbulkan infeksi usus.selain itu,diare juga dapat terjadi apabila
masukan susu kurang pada waktu yang lama
2.1.7. Prognosa
Sebetulnya oral trush bisa sembuh sendiri seperti sariawan
herpetik.Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu.
Jika trush tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tidak

96
sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar
mulut.Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila
jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.

2.1.8. Diagnosis
Diagnosis oral trush dapat ditegakkan minimal dengan adanya 3 – 4
dari tanda dan gejala yang spesifik, yaitu
1. Gejala trush berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat
Celcius.
2. Lidah berwarna kemerah-merah.
3. Tampak bercak keputihan pada mulut,seperti bekas susu yang
sulit dihilangkan.
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut
sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat,
bila dihilangkan dan kemudian berdarah.
5. Pada pemeriksaan laborat terdeteksi bakteri Candidiasis
Albican.
2.1.9. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada candida. Obat-obatan
tidak bisa dipakai untuk mencegah candidiasis. Ada beberapa alasan
seperti penyakit tersebut tidak begitu bahaya. Ada obat-obatan yang
efektif untuk mengobati penyakit tersebut. Ragi dapat menjadi kebal
(resistan) terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh
dengan terapi antiretroviral (ART) adalah cara terbaik untuk
mencegah jangkitan candidiasis.
1. Jaga daerah ini agar tetap sekering mungkin
2. gunakan nystatin secara topikal, oral nystatin dapat
mengurangi jamur, 1 ml larutan  nystatin (100.000) unit
4x/hari dengan interval 6 jam. Larutan diberikan dengan
lembut dan hati-hati agar tidak meyebar luas ke rongga mulut.
3. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush merupakan hal yang
lazim terjadi pada bayi.

97
4. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush (warna putih pada
bagian mulut bayi) disebabkan karena hygene yang kurang.
5. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi oral trush, yaitu dengan
gentian violet 5% dengan teratur 3x/hari dan jaga kebersihan
mulut bayi.
2.1.10. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada
swab mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak
terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topical
dengan swab atau kumur.
4. Diagnosa pasti dengan biopsi

ASKEB TEORI

3.1. ASKEB TEORI DIAPER RASH


I. PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan.Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data Subjektif, meliputi:
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang

98
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan sekitar bokong bayinya berwarna kemerahan dan agak
lecet
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru
– paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta
penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit menahun
seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV /
AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
- Energi : 2050 kkal
- Protein : 50 gr
- Air : 2,5 Lt
- Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : berapa kali / hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi: padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak

99
c. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana pasien
lakukan saat sehat.
d. Pola hygiene
- Mandi : berapa kali / hari
- Keramas : berapa kali / minggu
- Gosok gigi : berapa kali / hari
- Ganti pakaian : berapa kali / hari
8. Pola psikososial
Unituk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan orang tua,
keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah keluhan diare mengganggu
aktivitasnya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
2. Pemeriksaan fisik khusus
1. Kepala  : Rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada sefal
hematoma, tidak ada kaput sucsedanium.
2. Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah muda,
sclera berwarna putih, bersih ,tidak ada odema.
3. Hidung : Simetris, bersih ,tidak ada secret, tidak ada polip,
tidak ada gerakan cuping hidung.
4. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada secret
5. Mulut  : tidak ada bercak keputihan pada mulut, tidak ada
stomatitis, tidak sumbing,

100
6. Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis, reflek
menelan baik.
7. Dada  : simetris, tidak ada ronchi/wheezing,
8. Abdomen : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali
pusat, tidak ada kembung, tidak ada perdarahan
pada tali pusat.
9. Punggung : Tidak ada benjolan dan spina bifida, bentuk
punggung lordosis.
10. Genetalia : Terdapat kemerahan dan sedikit lecet pada daerah
bokong dan kemaluan
11.  Anus : Berlubang.
12.  Ekstremitas: normal, tidak ada polidaktili/sindaktili,reflek
moro (+),Turgor kulit (+),Tonus otot (+)
3. Pemeriksaan penunjang
3. Pemeriksaan laboratorium
4) Darah lengkap : Pemeriksaan darah lengkap dapat
dilakukan,terutama jika muncul gejala sistemik seperti
demam dan jikadicurigai adanya infeksi sekunder. Jika
ditemukan anemia bersamadengan hepatosplenomegali dan
timbul ruam dapat dicurigaisebagai histiositosis sel
Langerhans atau sifilis kongenital.
5) Pemeriksaan serologi untuk sifilis dilakukan pada pasien
yangdicurigai menderita sifilis kongenital.
6) Kadar serum zink kurang dari 50 mcg/dl dapat ditemukan
pada pasien acrodermatitis enteroherpatika
4. Pemeriksaan kerokan kulit. Pada pasien yang diduga candidasis,
pengikisan lesi papul atau pustule menunjukan adanya pseudohifa,
hifadan blastospora dengan diameter 2-4 µm dengan menggunakan
larutanKOH 10%, larutan lugol atau air suling

II. INTERPRETASI DATA DASAR

101
Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan
mendukung diagnosa.
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung
diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
- Penyebaran vesikel, ukuran, dan isi furunkel
- Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap : Pemeriksaan darah lengkap
dapat dilakukan,terutama jika muncul gejala
sistemik seperti demam dan jikadicurigai adanya
infeksi sekunder. Jika ditemukan anemia
bersamadengan hepatosplenomegali dan timbul
ruam dapat dicurigaisebagai histiositosis sel
Langerhans atau sifilis kongenital.
2) Pemeriksaan serologi untuk sifilis dilakukan
pada pasien yangdicurigai menderita sifilis
kongenital.
3) Kadar serum zink kurang dari 50 mcg/dl dapat
ditemukan pada pasien acrodermatitis
enteroherpatika
2. Pemeriksaan kerokan kulit. Pada pasien yang diduga
candidasis, pengikisan lesi papul atau pustule
menunjukan adanya pseudohifa, hifadan blastospora
dengan diameter 2-4 µm dengan menggunakan
larutanKOH 10%, larutan lugol atau air suling

102
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
1) ulkus punch-out 
2) granuloma gluteale infantum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


1. Konsultasi

V. INTERVENSI
1. Jalin hubungan baik dengan ibu agar tercipta  rasa saling percaya
antara ibu dan bidan.
R/ Rasa saling percaya berguna mempermudah pemberian intervensi
pada ibu sehingga berjalan dengan lancar.
2. Jelaskan kondisi keadaan bayi pada ibu.
R/ mengurangi rasa cemas pada ibu.
3. Pantau keadaan umum dan TTV.
R/ Pemantauan keadaan bayi berguna untuk mengetahui
perkembangan keadaan bayi.
4. Anjurkan pada ibu untuk mengganti popok bayinya sesering
mungkin setiap selesai BAB dan BAK
R/ Mengganti popok setiap bayi selesai BAB dan BAK bertujuan
agar kebersihan bayi tatap terjaga
5. Jelaskan pada ibu caramencegah dan mengatasi Diaper rash.
R/dengan adanya pengetahuan ibu tentang cara mengatasi dan
pencegahan diaper rash sehingga bayi tidak mengalami diaper rash
kembali
6. Beritahu ibu cara menjaga kebersihan daerah kemaluan bayinya serta
kebersihan popok bayinya.
R/ penyakit yang dapat ditularkan oleh yang kurang bersih dapat
dicegah seperti diaper rash
7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi atau
sewaktu waktu bila ada keluhan pada bayinya
R/ pemantauan keadaan bayi dan pencegahan komplikasi

103
VI. IMPLEMENTASI
1. Menjalin hubungan baik dengan ibu agar tercipta  rasa saling
percaya antara ibu dan bidan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya mengalami
diaper rash dan ibu tidak perlu khawatir.
3. Memantau keadaan umum dan TTV.
1) Nadi : 140    x/menit
2) RR   : 45      x/menit
3) Suhu : 36,5 C
4. Anjurkan pada ibu untuk mengganti popok bayinya sesering
mungkin setiap selesai BAB dan BAK untuk menjaga kebersihan
bayi
5.   Jelaskan pada ibu cara mencegah dan mengatasi Diaper rash
Cara mencegah:

1. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini
mencegah lembab pada kulit. Janganlah memakai popok
dengan ketat khususnya sepanjang malam hari.
2. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah
dan terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas.
3. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak
perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau
setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat
BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja
tidak mudah keluar.
4. Gunakan popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya.
5. Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat
menyebabkan masalah dengan pernapasan pada bayi anda.
6. Agar kulit bayi atau balita tidak lembab, setiap hari paling
sedikit 2-3 jam bayi atau balita tidak memakai popok.

104
7. Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat
mengeringkan kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut
dapat mengiritasi kulit bayi.

Penanganan :

1. Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin


2. Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali
mengganti popok.Gunakan air mengalir sehingga anda dapat
membersihkandan membilas tanpa tidak perlu menggosok.
3. Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di
udara terbuka sehingga benar-benar kering
4. Makanan tertentu mungkin dapat memperburuk ruam.
Misalnya, makanan-makanan asam seperti jeruk dan saos
tomat. Jangan memberikan makanan tersebut pada bayi sampai
ruam hilang
5. Jika ruam disebabkan oleh dermatitis alergi maka disarankan
untuk menghentikan penggunaan sabun atau deterjen baru
yang dapat menyebabkan ruam
6. Jika ruam ternyata disebabkan oleh infeksi candida maka cara
perwatannya menggunakan krim obat luar anti jamur
7. Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang
mengandung zinx oxide atau petrolatum) untuk membentuk
lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan
lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok
berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat
hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.

Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:

a. Melepuh atau terdapat nanah


b. Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
c. Menjadi lebih berat
8. Beritahu ibu cara menjaga kebersihan daerahkemaluan bayinya
serta kebersihan popok bayinya.

105
9. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi
atau sewaktu waktu bila ada keluhan pada bayinya untuk
memantau keadaan bayi dan mencegah komplikasi

VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebgaimna telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah.

Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien


Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis.

3.2. ASKEB TEORI ORAL TRUSH


I. PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan.Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data Subjektif, meliputi:
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.

106
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anak rewel dan tidak mau menyusui
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu


Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru
– paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta
penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit menahun
seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV /
AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
- Energi : 2050 kkal
- Protein : 50 gr
- Air : 2,5 Lt
- Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : berapa kali / hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi: padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak

107
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak
c. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana pasien
lakukan saat sehat.
d. Pola hygiene
- Mandi : berapa kali / hari
- Keramas : berapa kali / minggu
- Gosok gigi : berapa kali / hari
- Ganti pakaian : berapa kali / hari
8. Pola psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan orang tua,
keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah keluhan diare mengganggu
aktivitasnya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)

2. Pemeriksaan fisik khusus


1) Integumen :turgor (+), suhu ≥ 375° C
2) Kepala  : Rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak
ada sefal hematoma, tidak ada kaput
sucsedanium.
3) Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah
muda, sclera berwarna putih, bersih ,tidak
ada odema.
4) Hidung : Simetris, bersih ,tidak ada secret, tidak ada

108
polip, tidak ada gerakan cuping hidung.
5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada secret
6) Mulut  : ada lesi berwarna potih, membentuk plak
plak yang menutupi sebagian besar   lidah ,
kedua bibir, pipi bagian dalam dan gusi.
7) Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, tidak ada pembengkakan vena
jugularis, reflek menelan baik.
8) Dada  : simetris, tidak ada ronchi/wheezing.
9) Abdomen  : Normal tidak ada pembengkakan hepar,
tidakada tanda-tanda infeksi pada tali pusat,
tidak ada kembung, tidak ada perdarahan
pada tali pusat.
10) Punggung : Tidak ada benjolan spina bifida, bentuk
punggung lordosis.
11) Genetalia : bersih
12)  Anus           : Berlubang.
13)  Ekstremitas :tidak ada polidaktili/sindaktili,reflek
moro (+),Turgor kulit (+),Tonus otot (+)

3. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada
swab mukosa
2) Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan
swab atau kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsy

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan
mendukung diagnosa.

109
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung
diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
- Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


a. Diare
b. BB menurun
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
1. Konsultasi
2. Kolaborasi
V. INTERVENSI
1. Jalin hubungan baik dengan ibu agar tercipta  rasa saling percaya
antara ibu dan bidan.
R/ Rasa saling percaya berguna mempermudah pemberian
intervensi pada ibu sehingga berjalan dengan lancar.
2. Jelaskan kondisi keadaan bayi pada ibu.
R/ mengurangi rasa cemas pada ibu.
3. Jelaskan pada ibu caramencegah dan mengatasi Diaper rash.

110
R/dengan adanya pengetahuan ibu tentang cara mengatasi dan
pencegahan diaper rash sehingga bayi tidak mengalami diaper rash
kembali
4. Berikan bayi terapi dengan gentian violet 0,25% atau 1 ml suspensi
nistatin.
R/untuk pengobatan
5. Berikan bayi terapi mycostatin (oral mycoststin)
R/untuk proses penyembuhan
6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayinya
R/ penyakit yang dapat ditularkan oleh yang kurang bersih dapat
dicegah seperti oral trush
7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi atau
sewaktu waktu bila ada keluhan pada bayinya
R/ pemantauan keadaan bayi dan pencegahan komplikasi
VI. IMPLEMENTASI
1. Menjalin hubungan baik dengan ibu agar tercipta  rasa saling
percaya antara ibu dan bidan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya mengalami
oral trush dan ibu tidak perlu khawatir.
3.   Jelaskan pada ibu cara mencegah dan mengatasi Diaper r
Cara mencegah:
2. Jaga daerah ini agar tetap sekering mungkin
3. gunakan nystatin secara topikal, oral nystatin dapat mengurangi
jamur, 1 ml larutan  nystatin (100.000) unit 4x/hari dengan interval
6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak
meyebar luas ke rongga mulut.
4. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush merupakan hal yang lazim
terjadi pada bayi.
5. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush (warna putih pada bagian
mulut bayi) disebabkan karena hygene yang kurang.

111
6. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi oral trush, yaitu dengan
gentian violet 5% dengan teratur 3x/hari dan jaga kebersihan mulut
bayi.
4. Memberikan terapi Olesi mulut dengan gentian violet 0,25% atau 1
ml suspensi nistatin. Cara menyiapkan gentian violet adalah 1
bagian gentian violet 1% ditambah 3 bagian akuades. Misalnya 10
ml gentian violet 1% ditambah 30 ml akuades. Sedangkan Cara
menyiapkan suspensi nistatin adalah 2 tablet nistatin (500.000 unit)
disuspensi dalam 10 ml gliserin.
5. Memberikan mycostatin(oral mycoststin) kepada bayi 4x sehari
atau tiap 6 jam sebanyak 1 cc selama 1 minggu atau sampai
menghilang.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika bayi ada keluhan
VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebgaimna telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah.

Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien


Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

SEBORRHEA DAN
BISULAN

112
TINJAUAN KASUS

2.1. KONSEP DASAR TEORI SEBORRHEA


2.1.1. Definisi
Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas,
yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala,wajah,dan
terkadang pada bagian tubuh lainnya. Biasanya,proses pengertian
sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak
terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan.
Jika proses ini menjadi lebih cepat maka akan timbul gangguan
pada kulit kepala yang sering disebt ketombe. Gangguan yang
lebih parah adalah dermatitis seborik, yang berupa serpihan
berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Dermatitis sebororik, umumnya hanya terjadi pada
bayi.Sebab, hal ini terkait dengan hormone androgen milik ibunya
yang masih tersisa didalam tubuhnya. Namun, tidak semua bayi
mengalami dermatitis seborik: Jadi, hanya bayi tertentu, terutama
yang mengalami atopic, yakni kecenderungan untuk bereaksi
menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Apabila
reaksi menyimpang itu terjadi dikulit maka akan timbul dermatitis
seborik bahkan eksem. Jika dermatitis seboroik tidak ditangani
secara tepat, mungkin saja akan berlanjut akan infeksi.
Seborrhea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan
eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya,
biasanya di daerah kepala. Seborrhea adalah suatu peradangan pada
kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit
kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya. Biasanya
proses pergantian sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-
lahan dan tidak terlihat oleh mata, proses pergantian tersebut
terjadi setiap bulan. Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan
timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut ketombe.
Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa

113
serpihan berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit
kepala.Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas,
yang menyebabkan timbulnya sisik berminyak, tebal, lengket dan
biasanya berwarna kemerahan pada kulit kepala, wajah dan kadang
pada bagian tubuh lainnya.Sering juga disebut sarap atau borokan.
Pada Bayi
Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi
karena hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang
masih tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa
bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya
kadar hormon androgen."
Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis
seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami
atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap
bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu
terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara
tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya
disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya.
Ditandai dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.
Anak yang atopik umumnya lahir dari orang tua yang
berbakat atopik. "Bila orang tua menderita alergi terhadap benda-
benda tertentu, hal ini kemungkinan menurun pada anaknya,.
Biasanya, anak yang atopik akan mengalami eksim dan mengalami
kelainan di lipat-lipatan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, lipatan
leher, lipatan hidung, maupun di bagian tubuh lain yang memiliki
rambut, seperti alis dan di sekitar kemaluan pada anak yang sudah
puber. Hal ini terjadi karena kelenjar minyak selalu berada dalam
satu unit dengan folikel rambut. Oleh karena yang paling banyak
memiliki kelenjar minyak adalah kepala, maka gangguan pun
sering terjadi di situ seperti dermatitis seborrheic dan ketombean.

114
Kelainan Kulit Kepala Seperti diungkapkan tadi, selepas dari masa
bayi, maka dermatitis seborrheic segera menghilang karena hormon
androgen yang berasal dari ibu sudah habis. Namun bila lewat usia
ini masih juga muncul, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak
normal. Mungkin saja, sisik-sisik halus itu muncul karena adanya
kelainan pada kulit kepala anak balita. "Nah, pada usia balita
penyebabnya belum bisa dipastikan. Salah satu dugaan kuat adalah
tumbuhnya jamur, sehingga memicu peningkatan produksi kelenjar
minyak yang lumayan pesat."Normalnya, kata Ari, setiap sebulan
sel-sel kulit kepala yang sudah tua digantikan oleh sel-sel yang
muda, sehingga jumlah serpihan kulit kepala yang lepas pun tidak
banyak. Namun, sel kulit yang telah terkena jamur akan lebih cepat
lepas. Bisa setiap lima hari sekali. Peningkatan produksi kelenjar
kulit kepala umumnya disertai dengan rasa gatal, kerontokan
rambut, rambut berbau tak enak, lebih berminyak, dan sukar diatur.
Jadi, pada anak "ketombeannya" sedikit berbeda dari ketombe
orang dewasa. Ketombe pada orang dewasa adalah kelainan-
kelainan yang terjadi pada area yang berambut, yang terkait dengan
aktivitas kelenjar kulit. Umumnya bila kelenjar kulit kepala
berproduksi secara berlebihan, yang bisa saja terjadi tanpa adanya
campur tangan jamur atau yang lainnya, akan timbul sisik-sisik.
Menurut Boni E. Elewski, MD, seorang profesor dermatologi di
Universitas Alabama Birmingham (UAB), Amerika Serikat,
berdasarkan hasil penelitiannya, ada sejenis jamur yang kerap
menyerang kepala anak-anak, yaitu jamur T. Tonsurans. Jamur ini
bisa mengakibatkan infeksi tinea capitis atau ringworm. Hal ini
dipicu akibat adanya infeksi jamur pada kulit, yang awalnya
menimbulkan rasa gatal.
Anak-anak yang tinggal di kota besar, diamati Elewski,
lebih rentan menderita infeksi ini karena kondisi lingkungannya
yang lebih kurang bersih. Apalagi cara penularannya sangat
mudah, bisa dari binatang peliharaan yang terinfeksi, sisir rambut,

115
topi, sikat, serta media di kepala lainnya. Bila anak terkena
ringworm, gejala yang timbul umumnya ruam, bercak merah
berbentuk cincin atau uang logam di sekitar perut, leher, paha, dan
punggung yang pinggirannya terasa kasar serta halus di bagian
tengahnya. Nah, bila ringworm telah mengenai kulit kepala, maka
akan muncul sisik yang mirip dengan ketombe. Bila di kepala anak
timbul sisik, mungkin sisik yang dialaminya merupakan infeksi
akibat jamur ini.
Namun, lanjut Elewski, untuk mendeteksi apakah anak
mengalami ketombe atau terkena infeksi jamur ringworm,
bukanlah hal yang mudah, karena secara kasat mata gejalanya
sangat mirip. Namun terkadang, infeksi ringworm memperlihatkan
tanda dimana kulit kepala akan mengeras karena sisik yang
berlapis-lapis atau menyebabkan rambut rontok.
Meskipun infeksi jamur ringworm tidak berbahaya, tetapi
bila dibiarkan akan berdampak buruk pada kondisi rambut anak.
Soalnya, pada kondisi yang sudah parah, kerontokan rambut akan
semakin hebat dan menyebabkan terjadinya kebotakan secara
permanen. Juga anak merasa tidak enak badan.
Untuk menghindari penularan, maka lingkungan di sekitar
rumah harus mulai waspada terhadap anak yang terinfeksi
ringworm. Ia harus menggunakan peralatan-peralatan rambut
seperti sisir, topi, bandana, bando, pita, atau ikat rambut yang
tersendiri. Agar lebih terjaga, cucilah semua peralatan tersebut bila
ingin dipakai adik atau kakaknya
2.1.2. Etiologi
Penyebab seborrhea masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa ahli yang menyatakan beberapa faktor penyebab
seborrhea, yaitu sebagai berikut :
Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan
orang tua.
Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori.

116
Asupan minuman beralkohol.
Adanya gangguan emosi.
Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat
tingginya kadar hormon ibu yang mengalir didalam tubuh bayi.
Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-
bulan pertama kehidupan bayi. Gangguan ini akan hilang setelah
bayi berusia 6-7 bulan.
Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan
dalam suatu keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah
Pitysporum ovale (P. Ovale ). Walaupun namanya mungkin sedikit
menakutkan , tetapi P. Ovale adalah jamur yang secara alami
terdapat pada kulit kepala dan bagian kulit yang lain. Dalam jumlah
yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti.
Namun, dengan adanya perubahan cuaca, hormon, dan stress, kulit
kepala kita akan menghasilkan lebih banyak minyak, sehingga
menyebabkan jamur P. Ovale berkembang biak. Dengan
berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan gatal pada
kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama,
hasilnya timbul Ketombe.
Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea),
seringkali ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga ditemukan
di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea
berupa sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit
kepala.
Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik:
1) Stres
2) Kelelahan
3) Cuaca dingin
4) Kulit berminyak
5) Jarang mencuci rambut
6) Pemakaian losyen yang mengandung alkohol
7) Penyakit kulit (misalnya jerawat)

117
8) Obesitas (kegemukan)
Faktor lain yang berperan terjadinya dermatitis seboroik berkaitan
dengan proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit
sebagai flora normal. Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada
daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea
(misalnya kepala, tubuh, punggung).
Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan
orang tua
a. Intake makanan berlemak dan berkalori tinggi
b. Asupan minuman beralkohol
c. Adanya gangguan emosi
d. Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif
akibat tingginya kadar hormon ibu yang mengalir didalam
tubuh bayi
e. Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada
bulan-bulan pertama kehidupan sikecil. Gangguan ini akan
hilang setelah bayi berusia 6-7 bulan.
2.1.3. Manifestasi Klinis
Mula-mula nodul kecil yang mengalami peradangan pada folikel
rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan
menyembuh setelah pus keluar dan meninggal sikatrik. Proses
nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu.
a. Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung, lubang
telinga luar. ·
b. Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise,
mual).
c. Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuh.
d. Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan
dan jari-jari tangan, pantat dan daerah anogenital.

2.1.4. Tanda dan Gejala Seborrhea

118
Pada bayi dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal,
berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap).Kondisi ini tidak
menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau
dewasa .Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau
kuning.Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke
tiga atau ke empat setelah kelahiran.
Dermatitis seboroik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan
sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang
disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus
yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan
sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga,
di dalam saluran telinga, alis mata dan dada. Pada bayi baru lahir
yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit
kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna
kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam
di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok.Pada anak-
anak, dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal
di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
Adapun tanda dan gejala darei dermatitis seborik adalah seborik
adalah sebagai berikut :
1. Serpihan/sisik. Sisik merupakan tanda yang paling mudah
dilihat
2. Gatal.
Satu tanda lagi bahwa dermatitis seboroik menyebabkan gatal
pada kulit kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul
peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P.
ovale.
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala
(ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan
rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul

119
beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di
sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran
telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan,
dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng
berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang
tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau
beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering
disertai dengan ruam popok.Pada anak-anak, dermatitis
seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit
kepala yang sukar disembuhkan.
3. Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea.Dalam
kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar kulit kepala. Dapat
juga terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau
bagian dada.
2.1.5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat
ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis
2) Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan
penyakit sejenis.
2.1.6. Klasifikasi Seborrhea
1. Seborrhea adipose

2. Seborrhea neonaturum (saraf susu)

120
3. Seborrhea Squamosa (bersisik)

2.1.7. Penatalaksanaan Seborrhea


Penatalaksanaan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita:
1. Anak-anak.
Pada usia anak-anak,untuk mengatasi ruam bersisik tebal di kulit
kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat
secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada
malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan
sampo setiap hari setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2-
3x/minggu.
2. Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan
krim hydrocortisone. Selama ada sisik kulit kepala dicuci setiap hari
dengan sampo yang lembut, setelah sisik menghilang cukup dicuci 2-
3x/minggu.Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran
untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk
mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc
pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian
digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan
sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi
gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.

121
Satu mengklaim dapat membasmi jamur penyebab ketombe,yaitu
fungasol –ss.fungasol-SS mengandung ketoconazole,yang merupakan
bahan aktif yang paling banyak dijadikan resep oleh dokter-dokter
didunia untuk mengatasi ketombe. Dan sekarang telah dijual bebas
tanpa resep di apotek-apotek dan berbagai took obat :
1. Mengandung ketoconzale 1%.
2. Bahan aktif yang teruji secara klinis.
3. Ampuh membasmi ketombe.
4. Membunuh jamr P. ovele penyebab ketombe
Ketika memberikan sampo pada bayi guna mengatasi seborrhea,
sebaiknya beberapa hal berikut menjadi pertimbangan
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk
penyembuhan yang lebih maksimal:
1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan
produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari
kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul
diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa.Sampo
untuk orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan,
bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi
kulit dan mata.Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat
tambahan bahan-bahan yang bakal membahayakannya.Sampo
tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi dan
anak belum bekerja secara sempurna.
2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang
sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul
membutuhkannya.Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang
muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci
kepalanya.Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo
adalah seminggu dua kali atau tiga kali.Namun, umumnya sampo
bayi sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap
hari.

122
3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak
mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin
menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya
dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut
anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara
perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit
yang lepas.
5. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu
harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat
antijamur yang bisa didapat di apotek.Carilah produk-produk
yang mengandung 2% clotrimezol.Pada beberapa anak yang
sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun jika
terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk
mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
6. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit
kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penularan lebih lanjut.
7. Pengobatan dermatitis seboroik tergantung pada usia penderita,
yakni sebagai berikut

PATOFISIOLOGI

123
Patofisiologi yang sebenarnya belum diketahui secara pasti
berdasarkan tempat prediksi. Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar
sebasea .Selain itu erat kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan
ibuknya .Karena itu dermatitis seboroik atau Seborrhea bisa sembuh dalam
waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormon tersebut berkurang. Kelainan ini
biasanya akan berulang pada dewasa muda.
Beberapa faktor (misalnya tingkat hormon, infeksi jamur, defisit
nutrisi, dan faktor neurogenik) berhubungan dengan keadaan ini. Adanya
masalah hormonal mungkin dapat menjelaskan mengapa keadaan ini
muncul pada bayi, hilang secara spontan, dan muncul kembali setelah
puberitas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi beberapa

124
bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini
menurun. Juga didapati bahwa perbandingan komposisi lipid di kulit
berubah. Jumlah kolesterol, trigliserida, parafin meningkat dan kadar
sequelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.

Keadaan ini diperparah dengan peningkatan keringat. Stres


emosional memberikan pengaruh yang jelek pada masa pengobatan. Obat–
obat neuroleptik seperti haloperidol dapat mencetuskan dermatitis
seboroik serta faktor iklim. Lesi seperti DS dapat nampak pada pasien
defesiensi nutrisi, contohnya defesiensi besi, defesiensi niasin, dan pada
penyakit Parkinson. Seborrhea juga terjadi pada defesiensi pyridoxine.
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik,
pleomorfik, Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa
pasien dengan lesi pada kulit kepala. P. ovale dapat didapatkan pada kulit
kepala yang normal
2.2. Konsep dasar teori bisul
2.2.1. Pengertian
Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh
folikel rambut dan jaringan subkutan di sekitarnya. Penyebabnya

125
adalah bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh
bakteri lainnya atau jamur.
Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut yang
biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. (Kliegman, ann M. Arvin )
Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah
yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan
menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel rambut.
Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh
folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya. (Richard E.
Behrman)
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan
jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. (Wilson M. Lorraine)
Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah
dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung
atau telinga atau pada jari-jari tangan. Furunkel berawal sebagai
benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu
benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau
kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau
dipecahkan dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung
sedikit darah.
Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang.
Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang. Kadang
disertai demam, lelah dan tidak enak badan. Jika furunkel sering
kambuhan maka keadaannya disebut furunkulosis
Karbunkel adalah sekumpulan bisul yang menyebabkan
pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut.
Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus. Pembentukan dan
penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan bisul
tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena
merupakan infeksi yang lebih serius.

126
Lebih sering terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan
di leher bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah
diderita oleh penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan dan
dermatitis. Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh
lainnya dan bisa ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa
orang dalam sebuah rumah menderita karbunkel pada saat yang
sama.
Selulitis/ abses/ bisulan adalah infeksi pada kulit, dengan
gejala kulit merah/ bengkak, disertai nyeri hebat yang terbentuk
dalam kulit oleh peradangan terbatas dari korium pada jaringan
subkutan manapun. Bengkak disertai nyeri tekan (bayi menangis
bila disentuh ), serta bengkak disertai fluktuasi. Infeksi ini biasanya
dijumpai pada hari ke-3 atau lebih.
2.2.2. Bisul pada Neonatus Dan Bayi
Dalam keadaan yang normal, sekitar 50 persen bayi yang
lahir cukup bulan sering mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat
yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini
bisa timbul di seluruh tubuh bayi, entah itu di wajah, badan,
punggung, tangan, kaki, dan tempat-tempat lainnya.
Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi
berusia dua hari dan biasanya dialami selama kurang lebih dua
minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan
memandikan bayinya karena takut kondisinya akan memburuk.
Padahal dengan begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit
karena kulit si kecil berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan.
Jadi solusinya sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasa.
Belum sempurnanya fungsi kulit pada bayi juga membuat bayi
mudah terserang infeksi mikroorganisme. Salah satunya, infeksi
bakteri Stafilokokkus aureus, yang menyebabkan bisul. Bisul
seringkali dimulai dari peradangan folikel (akar rambut) dan
jaringan sekitarnya. Karena itu, pada bayi dan batita, bisul kerap
timbul di kulit kepala. Sebab memang pembentukan folikel rambut

127
di daerah ini belum sempurna dan keringat pun sering keluar dalam
jumlah banyak. Namun bisul juga dapat timbul di bagian kulit
mana saja, termasuk ketiak, leher, lipat paha, atau pantat.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Walaupun
demikian, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena
gangguan yang dalam bahasa lainnya Erythema Toxicum ini akan
hilang dengan sendirinya tanpa perlu diobati.
Namun dalam kondisi lain, yaitu keadaan yang abnormal
Erythema Toxicum biasanya merupakan suatu gangguan pada kulit
bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada gejala lain selain dari
gejala yang sudah diterangkan sebelumnya.
Bila orang tua menemukan bisul-bisul disertai dengan
adanya demam, gatal, bernanah dan lain sebagainya, si kecil
mungkin mengalami penyakit kulit. Bisa saja penyakit kulit
tersebut berupa infeksi, jamur atau bahkan alergi.

2.2.3. Etiologi
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh Staphylococcus Aureus
Faktor kebersihan memegang peran penting terjadi-
tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi akan
mudah terjadi. Karena itu, pada bayi, gejala bisul mudah

128
dijumpai. Bayi dan anak-anak identik dengan dunia eksplorasi
dalam bermain, apalagi bila terkena benda kotor semisal tanah.
Belum lagi setelah main, anak tidak dicuci tangannya.
Sehingga buka kebersihan anak dan bayi tak dijaga, akan
mempermudah terjadinya bisul.
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman.
Orang tua yang tidak menjaga kebersihan tubuh bayi dan
lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang
terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang
tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian,
dimana faktor kebersihannya terabaikan akan lebih mudah
bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di tempat yang
bersih tapi kalau jarang dimandikan dan dijaga kebersihkan
badan san bayi, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang.
 Daerah tropis
Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana
udaranya panas sehingga dengan mudah bayi akan
berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu
munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada kelenjar
keringat.
Kawasan penempatan yang sesak seperti di intitusi dan
rumah kebajikan.
 Faktor gizi
Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Gizi yang kurang
juga dapat memengaruhi timbulnya infeksi. Bila gizi kurang,
berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan
mempermudah timbulnya infeksi. Terlebih pada bayi,
kekebalan tubuhnya kurang dibandingkan orang dewasa.

2.2.4. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan histologis darifurunkel menunjukkan proses inflamasi dengan
PMN yang banyak di dermis danlemak subkutan
2.2.5. Tanda dan gejala

129
Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi, bergantung pada
beratnya penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk
halus, berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnya.
2. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustule.
3. Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus
minoris resistensiae.
4. Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan
sebagian dapat menghilang dengan sendirinya.
5. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai
3-10 cm atau bahkan lebih.
6. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat.
7. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mengering dan membentuk
lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan
dengan granulasi.
8. Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mg.
9. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
2.2.6. Penyebab
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor diantaranya :
a. Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat
alergi, maka hal yang menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari
agar tidak timbul bisul. Sebenarnya, tak ada hubungan langsung
antara bisul dengan alergi. Tetapi biasanya anak yang alergi lebih
sering mengalami bisulan. Pasalnya, bila anak sedang mengalami
alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang untuk menggaruk.
Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan kulit/luka yang akhirnya
dimasuki kuman lalu muncul bisul.
b. Faktor lingkungan

130
Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain anak
harus dijaga kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab.
Teman-teman bermain anak juga harus diawasi. Jangan sampai anak
melakukan kontak fisik dengan anak yang bisulan. Karena bakteri
penyebab bisul bisa menempel pada kulit anak yang masih rentan,
kontak kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya.
c. Faktor kebersihan tubuh
Faktor kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian
yang ketat atau terbuat dari bahan yang kurang menyerap keringat.
Ini akan menghambat proses sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan
kulit lembab, dan memudahkan berkembangbiaknya kuman. Bedak
juga memicu terjadinya bisul. “Banyak ibu beranggapan, bedak
dapat mengatasi biang keringat yang kerap timbul pada kulit anak.
Padahal bedak justru merupakan media yang baik untuk timbulnya
bisul, karena bedak menghambat keluarnya keringat.
Bisul bisa terjadi pada siapa saja, bayi, anak-anak maupun dewasa,
terutama bila ada faktor pemicu. Beberapa faktor pemicu adalah
kurangnya daerah tropis yang memudahkan keringat muncul
sehingga kulit menjadi lembab dan lebih mudah terinfeksi kuman,
serta daya tahan tubuh bayi yang tak baik sehingga mudah terserang
penyakit.
2.2.7. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis)
yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus (nanah) yang dekat
sekali dengan kulit disebut pustula. Pustula ini menyebabkan kulit
diatasnya sangat tipis, sehingga pus di dalam dapat dengan mudah
mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya (furunkel) sendiri berada pada
daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang pus yang berada di dalam bisul
diserap sendiri oleh tubuh, tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui
lubang yang ada di kulit.
Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau
robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus

131
aureus adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut
untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi
oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan
sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang
dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut
menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri,
dan sel kulit mati).

Bakteri stafilokokus aureus


2.2.8.  Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari
keadaan penyakit yang dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah :
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan
sembuh dengan sendirinya.
2. Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta
daerah sekitarnya.
3. Pengobatan topikal, lakukan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri dan melunakkan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan
sambil menutup ruam untuk mencegah penularan kedaerah lainnya.
4. Jangan memijit furunkel terutama didaerah hidung dan bibir atas
karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen.
5. Bila furunkel terjadi didaerah yang janggal seperti pada hidung atau
telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan
insisi.
6. Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara :

132
7. Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform concent.
8. Minta seseorang untuk memegangi anak.
9. Ambilah sebuah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan
segera pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam
luka dan bukalah penjepitnya. Dengan cara ini, akan membukan
jalan keluar untuk nanah tanpa mengganggu sesuatu pisau bedah
jangan sampai masuk kedalam karena dapat melukai pembuluh
darah besar.
10. Pemberian analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk
mengatasi nyeri.
11. Tutuplah luka dengan kain kasa kering usahakan agar satu sudut dari
kasa kering, usahakan agar satu sudur dari kasa dimasukkan agar
tetap terbuka, sehingga nanah dapat keluar.
12. Bersihkan alat-alat
13. Pesankan agar ganti perban.
14. Terapi antibiotika dan antiseptik diberikan bergantung pada luas dan
beratnya penyakit. Misalnya dengan pemberian Achromyem 250 mg
3 atau 4 kali per hari.
15. Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam
jumlah yang banyak maka kenali faktor perdisposisi adanya diabetes
melitus.
2.2.9. Pencegahan
a) Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat
anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi
atau mencegah penularan.
b) Agar bayi tidak mudah bisulan, dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut segera
dikeringkan
2. Biang keringat yang timbul pada kulti bayi harus dibersihkan dengan
handuk basah

133
3. Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan sering
memandikannya jika terlalu banyak keringat yang keluar
4. Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih
5. Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan bayi
tidak lembab
6. Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan yang tidak
menyerap keringat
7. Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor
8. Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat
9. Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.
10. Pahami penanganannya
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi Berikut adalah beberapa komplikasi furunkel:
a. furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga
yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh
karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan
anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai
katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa
menjadi meningitis.
b. selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan
meluas.
c. bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat
mengenai katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral
khususnya ginjal
d. furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk.
2.2.8. Manifestasi
Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka
manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala
dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor),
pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi. Abses
dapat terjadi pada setiap jaringan solid, tetapi paling sering terjadi pada
permukaan kulit, pada paru-paru, otak, gigi, ginjal, dan tonsil. Komplikasi

134
mayor abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren).
Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan
ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal (meskipun jarang) apabila abses
tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang
dapat menekan trakhea.
2.2.9. Jenis- jenis
Dari jenis-jenisnya, secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:
a. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar
rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja
dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut profunda.
b. Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan
sekitarnya. Biasanya jumlahnya hanya satu.
c. Furunkel losis
Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkel-nya lebih dari satu.
d. Karbunkel
Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel,
secara medis diistilahkan sebagai karbunkel.
e. Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya
banyak, bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan
sebagainya. Bisul jenis ini paling banyak menyerang anak-anak.
f. Hidra adenitis
Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul
tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini
diistilahkan sebagai hidra adinitis.
g. Skrofulo derma

135
Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan
pada getah bening karena penyakit TBC.

ASKEB

3.1. ASKEB TEORI SEBORRHEA


I.PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan. Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kulit kepalanya anaknya ada bintik-bintik
kemerahan
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun

136
seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti
HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan
hipertensi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit
menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit
menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti
diabetes dan hipertensi.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
- Energi : 2050 kkal
- Protein : 50 gr
- Air : 2,5 Lt
- Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : berapa kali / hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi: padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak
c. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana
pasien lakukan saat sehat.
d. Pola hygiene
- Mandi : berapa kali / hari
- Keramas : berapa kali / minggu
- Gosok gigi : berapa kali / hari
- Ganti pakaian : berapa kali / hari

137
8. Pola psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan orang tua,
keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah keluhan diare
mengganggu aktivitasnya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : - Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
- RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
- Suhu ( normal : 365 – 375° C)
2. Pemeriksaan fisik khusus
a) Kepala : Rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada sefal
hematoma, tidak ada kaput sucsedanium.ada bintik-bintik
kemerahan
b) Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah muda,
c) sclera berwarna putih, bersih ,tidak ada odema.
d) Hidung: Simetris, bersih ,tidak ada secret, tidak ada polip,tidak ada
gerakan cuping hidung.
e) Telinga: Simetris, bersih, tidak ada secret
f) Mulut  : tidak ada bercak keputihan pada mulut, tidak ada
g) stomatitis, tidak sumbing,
h) Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
i) tidak ada pembengkakan vena jugularis, reflek menelan baik.
j) Dada  : simetris, tidak ada ronchi/wheezing,
k) Abdomen  : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali
pusat, tidak ada kembung, tidak ada perdarahan pada tali pusat.
l) Punggung : Tidak ada benjolan dan spina bifida, bentuk
m)punggung lordosis.
n) Genetalia : bersih
o)  Anus : Berlubang.

138
p) Ekstremitas : normal, tidak ada polidaktili/sindaktili,reflek
moro (+),Turgor kulit (+),Tonus otot (+)
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik.
Dapat ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan
paraketatosis
b) Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan
penyakit sejenis

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan mendukung
diagnosa.
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat
ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis
2. Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan
penyakit sejenis

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


-

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


-

V. INTERVENSI

139
i. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum
korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya
kulit danperluasan kelainan primer.
ii. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari
friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam
proses terjadinya sebagian penyakit kulit.
iii. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa
(bantalan pemanas,radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas
terhadap panas.

VI. IMPLEMENTASI
i. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum
korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.
ii. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari
friksi.
iii. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat
dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan
pemanas,radiator).

VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimna telah diidentifikasi dalam diagnosa dan
masalah.
Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien
Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

3.2 ASKEB TEORI BISUL

140
I. PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan. Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. DATA SUBYEKTIF
i. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

ii. Keluhan utama


Ibu mengatakan bahwa anaknya sejak 2 hari dan terdapat benjolan
berwarna merah pada ketiak kanannya dan sangat rewel
iii. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang
iv. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam,
paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS,
serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
v. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit
menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular

141
seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan
hipertensi.
vi. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
vii. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
- Energi : 2050 kkal
- Protein : 50 gr
- Air : 2,5 Lt
- Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : berapa kali / hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi: padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak
c. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana
pasien lakukan saat sehat.
d. Pola hygiene
- Mandi : berapa kali / hari
- Keramas : berapa kali / minggu
- Gosok gigi : berapa kali / hari
- Ganti pakaian : berapa kali / hari
viii. Pola psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan orang tua,
keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah keluhan diare
mengganggu aktivitasnya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum

142
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
2. Pemeriksaan fisik khusus
a) Kepala  : Rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada sefal
hematoma, tidak ada kaput sucsedanium,benjolan pada kulit
kepala
b) Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah muda,sclera
berwarna putih, bersih ,tidak ada odema.
c) Hidung : Simetris, bersih ,tidak ada secret, tidak ada
polip,tidak ada gerakan cuping hidung.
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada secret
e) Mulut  : tidak ada bercak keputihan pada mulut, tidak ada
stomatitis, tidak sumbing,
f) Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis, reflek menelan baik.
g) Dada  : simetris, tidak ada ronchi/wheezing,
h) Abdomen : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali
pusat, tidak ada kembung, tidak ada perdarahan pada tali
pusat.
i) Punggung : Tidak ada benjolan dan spina bifida, bentuk
punggung lordosis.
j) Genetalia : bersih
k)  Anus : Berlubang.
l) Ekstremitas :terdapat benjolan berwarna merah pada tangan
kanan tepatnya diaxila kanan dan tidak kaku reflek moro
(+),Turgor kulit (+),Tonus otot (+)
3. Pemeriksaan penunjang

143
Pemeriksaan histologis darifurunkel menunjukkan proses
inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis danlemak
subkutan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan mendukung
diagnosa.
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan histologis darifurunkel menunjukkan proses inflamasi dengan
PMN yang banyak di dermis danlemak subkutan

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


a. furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang
dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat
meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary
dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke
sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis.
b. selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai
katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal
d. furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi
V.INTERVENSI

144
1. Jelaskan kondisi keadaan bayi pada ibu.
R/ mengurangi rasa cemas pada ibu.
2. Anjurkan ibu untuk tidak membedaki di area furunkel
R/untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Anjurkan setelah bisul pecah tutupi dengan perban yang bersih
R/untuk melindungi kulit da menyerap nanah yang masih keluar

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kondisi keadaan bayi pada ibu
2. Menganjurkan ibu untuk tidak membedaki di area furunkel
3. Menganjurkan setelah bisul pecah tutupi dengan perban yang bersih

VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimna telah diidentifikasi dalam diagnosa dan
masalah.
Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien
Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan
atau tim medis

MILLIARIASIS DAN
DIARE
TINJAUAN PUSTAKA

145
2.1 KONSEP DASAR TEORI MILLIARIASIS
2.1.1 DEFINISI
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
tertutupnya saluran kelenjar keringat (Hassan, 1984).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan adanya vesikel milier (Adhi Djuanda, 1987).
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab
seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim
hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat
maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau
duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan
sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan
oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang
diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose sendiri
mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang
terjadi akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis
menyebabkan papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat,
yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada
dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh
produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil
berair (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan adanya vesikel milier (Vivian, 2010).

146
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus, atau pickle heat .

2.1.2 ETIOLOGI
1) Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2) Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3) Aktivitas yang berlebihan
4) Setelah menderita demam atau panas
5) Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum

2.1.3 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-
pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang
dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian
diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3
bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4
minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama
dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya (Vivian, 2010).

Keringat tertahan

Ditandai

Vesikel

Radang Edema

147
Milliariasis

Vesikel brgrombol, Papul merah, Papula putih, Gatal, tegas


Radang gatal, pedih kecil, keras pustel supefisial

Milliariasis Milliariasis Milliariasis Milliariasis


Kristalina Rubra Profunda Pustulosa

Impetigo Folikulitis

2.1.4 KLASIFIKASI MILLIARIASIS


Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa bentuk
miliaria, diantaranya yaitu:
1) Miliaria kristalina

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi


cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada
badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas.
Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau
inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya
tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang
halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan
menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi

148
yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat (Adhi Djuanda,
1987).
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat
paha dan punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak
sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-
tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan
subjektif (Hassan, 1984).
Ia timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti
pasien demam di ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat
superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan,
asimptomatik dan berlangsung singkat dan cenderung mudah
pecah akibat trauma teringan pun (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988).

2) Miliaria rubra

Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina.


Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun
gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular
ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini
terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.
Kelainan bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2
mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok (Adhi Djuanda,
1987).
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua
pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak
keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya
sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi

149
sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua
mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit
menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara
kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki
peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada
stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit
dan perifer kulit di epidermis (Adhi Djuanda, 1987).
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina.
Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal
dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering
terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban.
Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi
sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada
anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup
pakaian seperti punggung dan dada (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988).

3) Miliaria profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis.


Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra. Ditandai
dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama
terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi
keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa
papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema
(Adhi Djuanda, 1987).
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar
keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi
sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan

150
kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang
baik, dan menggunakan pakaian yang tipis.
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak,
tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah
daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal,
disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar
keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi.

4) Miliaria pustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang


menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel
superfisial (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang
gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel
rambut.

2.1.5 TANDA dan GEJALA


Milliariasis pada bayi baru lahir memiliki gejala atau tanda sebagai
berikut :
1) Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi.
Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut.
Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna
saat dilap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika
pada bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
2) Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian
tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama
ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan
warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran

151
kecil (1-2 mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang terutama
jika udara panas dan berkeringat.
3) Bayi rewel dan berat badan menurun

2.1.6 KOMPLIKASI
1) Impetigo

2) Folikulitis

(Hassan, 2000)

2.1.7 KRITERIA DIAGNOSA


Diagnosis dermatitis atopik lebih banyak didasarkan dari klinis.
Kriteria klinis yang dimaksud:
1) Riwayat hiperhidrosis, berada di lingkungan panas dan lembab,
bayi yang dirawat dalam inkubator
2) Miliaria kristalina: terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), tanpa
tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan terjadi
deskuamasi dalam beberapa hari
3) Miliaria rubra: jenis tersering, vesikel miliar atau papulovesikel,
di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret

152
4) Miliaria pustulosa: berasal dari miliaria rubra yang vesikelnya
berubah menjadi pustul
5) Miliaria profunda: merupakan kelanjutan miliaria rubra,
berbentuk papul, mirip folikulitis, dapat disertai pustul

2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes
laboratorium diperlukan.
1) Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler gagal
untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear peradangan sel
raksasa (seperti yang diharapkan pada vesikula herpes).
2) Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologi dari pustula
mengungkapkan isi sel-sel inflamasi. Tidak seperti eritema
toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol.
3) Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif
(misalnya, staphylococci).
 Temuan histologis
1) Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau intracorneal
berkomunikasi dengan kelenjar keringat eccrine, tanpa sel-sel
peradangan sekitarnya. Terhalangnya saluran eccrine dapat
diamati di stratum corneum.
2) Dalam Miliaria rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis
diamati dalam lapisan Malphigi, bekerjasama dengan keringat
eccrine duktus. Peradangan Periductal juga muncul.
3) Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi infiltrasi
limfositik periductal muncul dalam papiler dermis dan
epidermis bawah. Sebuah PAS-positif eosinofilik diastase-
resistant cast dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada lesi
selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang muncul lebih
rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki saluran

153
ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic
hyperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati.

2.1.9 PENATALAKSANAAN
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan
milliaria bergantung pada beratnya penyait dan keluhan yang dialami.
Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
dengan sendirinya. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai
berikut:
1) Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta
daerah sekitarnya
2) Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri dan melunakkan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan
sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke daerah
lainnya
3) Jangan memijit furunkel terutama di daerah hidung dan bibir
atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara
homogen
4) Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung
atau telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk
melakukan insisi
5) Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara :
a. Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform
consent
b. Minta seseorang untuk memegangi anak
c. Ambilah sebuah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul
dengan segera pada puncaknya saja.Kemudian masukkan
penjepit dalam luka dan bukalah penjepitnya. Dengan cara
ini, akan membuka jalan keluar untuk nanah tanpa
mengganggu sesuatu pisau bedah jangan sampai masuk ke
dalam karena dapat melukai pembuluh darah syaraf

154
6) Pemberian analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk
mengatasi nyeri
7) Tutuplah luka dengan kain kasa kering, usahakan agar satu
sudut dari kassaa dimasukkan agar tetap terbuka, sehingga
nanah dapat keluar
8) Bersihkan alat – alat
9) Pesankan akan ganti perban
10) Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada
luas dan beratnya penyakit. Misalnya dengan pemberian
Achromyem 250mg 3 atau 4 kali per hari
11) Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam
jumlah yang banyak maka kenali faktor predisposisi adanya
diabetes melitus
12) Topikal terapi
Lanolin anhydrous diyakini untuk mencegah penyumbatan
duktus, membiarkan keringat mengalir ke permukaan kulit.
Calamine memberikan gejala pendinginan setelah Miliaria
berkembang
13) Miliaria yang profilaksis dengan antibiotik oral dilaporkan.
Pasien juga telah diobati dengan oral retinoid, vitamin A, dan
vitamin C, dengan variabel keberhasilan. Percobaan telah
dilakukan untuk menunjukkan efektivitas dari setiap terapi
sistemik ini
14) Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat
eksperimental.

2.1.10 PROGNOSIS
Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan minggu, setelah
mereka pindah ke lingkungan yang lebih dingin.

2.1.11 PENCEGAHAN

155
1) Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung
zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah
terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
2) Agar bayi tidak mudah bisulan, dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
3) Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut
segera dikeringkan
4) Biang keringat yang timbul pada kulti bayi harus dibersihkan
dengan handuk basah
5) Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan sering
memandikannya jika terlalu banyak keringat yang keluar
6) Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih
7) Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan
bayi tidak lembab
8) Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan yang
tidak menyerap keringat
9) Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor
10) Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat
11) Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.
12) Pahami penanganannya

2.1 KONSEP DASAR TEORI DIARE

156
2.2.1 DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cairan, dengan demikian kadungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100 – 200 ml / sekali defekasi
(Hendrawanto, 1999).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari
3 kali sehari. Diare akut ad
alah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali dalam sehari.
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Diare adalah defekasi encer <lebih dari 3 kali shari dengan atau tanpa
darah/ lendirdalam tinja (Arif manjoer,2000)
Diare adalah frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak konsistensi feses encer/
bercampur darah/ lender saja. (Ngastiyah, 1997)

157
Diare adalah Kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi lebih dari satu kali buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer/ cair. (Rita Yuiliani. 2001)
Diare merupakan mekanisme alamiah tubuh mengeluarkan isi usus
yang “busuk” dan akan berhenti sendiri jika telah bersih. Diare
sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala awal
gangguan kesehatan (Achmad, 2005)

2.2.1 MACAM – MACAM DIARE


1. Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya.
2. Diare kronik : diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu
disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambah berat
badannya selama masa tersebut.

2.2.3 ETIOLOGI

1. Faktor Infeksi
a. Faktor enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada
anak.
- Infeksi bakeri : vibrio, escherichia coli dan salmonella,
shigella, campylobactere, yesnia
aeromona dan lain-lain.
- Infeksi virus : entevirus, adenovirus, rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit : cacing, prozoa, jamur.

158
b. Infeksi Parenteral : infeksi diluar alat perencanaan makanan
seperti otits media, akut, tonsilis /
tonsilofaringitis, bronkopneusmonia,
ensefalitis, biasanya terjadi pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsobsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Karena disakarida (intoleransi laktosa, mlatosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fretosa dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
a. Diet
Insiden diare dapat terjadi karena makanan terlalu banyak
makanan yang sulit dicerna, makanan basi, beracun, ataupun
alergi pada makanan.
b. Gizi
Diare dapat terjadi pada anak kekurangan gizi, seperti pada
kwashiorkor.
4. Faktor Psikologis
Misalnya disebabkan oleh gangguan emosional, stress, tegang
(nervous) dan depresi.

2.2.4 MANIFESTASI KLINIS


Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah – muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut atau kejang perut. Seseorang yang
kekurangan cairan dan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak menonjol, turgor kulitmenurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik.

159
Karena kehilangan bikarbonat maka perbandingannya dengan asam
bikarbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernafasan.
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda denyut nadi cepat (> 120 x / menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai geliah, muka
pucat.

2.2.5 KOMPLIKASI
a. Akibat paling fatal dari diare akut tanpa dehidrasi yang adekuat
adalah kematian
b. Akibat paling fatal dari diare akut deng dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguang biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berkanjut
c. Gagal ginjal akut
d. Dehidrasi
e. Febris
f. Renjatan hipolemik
g. Hipoklemia (gejala : meteroismus, hipotensi otot, lemah,
bradikardi A perubahan pada EKG)
h. Hipoglikemia
i. Gangguan elektrolit
j. Intoleransi laktosa sekunder
k. Kejang
l. Malnutrisi EP
m. Kerusakan hepar

160
2.2.6 PATOFISIOLOGI
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningkatnya toksin tak dapat cemas


kembang dlm usus tek. osmotik diserap

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal mual, muntah

gg. kes. cairan & elektrolit As. Metabl nafsu makan menurun

Resiko hipovolemi syok sesak BB menurun

Gang. Oksigensi gangguan tumbuh


kembang

Diare disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor infeksi, faktor


malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologi. Peningkatan cairan
intra luminal menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena
meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya
bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan
waktu sentuh makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan
elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Sehingga transport cairan dan

161
elektrolit intestinal tidak normal dan menurunnya kesempatan ususs
untuk menyerap makanan dan menyebabkan diare.
Diare menyebabkan frekuensi BAB meningkat dan nyeri pada
abdomen sehingga tubuh kehilangan cairan dan erlektolit. Tubuh juga
akan merasakan mual, muntah dan nafsu makan yang menurun. Diare
yang tidak segera ditangani akan menyebabkan sesak, berat badan
menurun, hingga resiko syok hipovolemi.

2.2.7 PATOGENESIS
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut
karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri
atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus
intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga
mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti
dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan
kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus
pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta
mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas
tubuh dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih
tinggi pada mereka yang kekurangan Ig-A. Percobaan lain
membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang suatu toksoid
berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang
menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada
mikroflora usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi
toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang
dapat menginduksi diare.

162
Berdasarkan kemampuan invasi kuman menembus mukosa usus,
bakteri dibedakan atas:
1. Bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Misalnya V. cholera/eltor, Enterotoxigenic E Coli (ETEC) dan
C. perfringens tidak merusak mukosa, mengeluarkan toksin
yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah
diproduksi yang mengaktivasi sekresi anion klorida dari sel ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion bokarbonat, natrium
dan kalium sehingga tubuh akan kekurangan cairan dan
elektrolit yang keluar bersama tinja.
2. Bakteri enterovasif
Misalnya Enteroinvasive E. Coli (EIEC), Salmonella, Shigella,
Yersinia, dan C. perfringens type CV. cholera/eltor,
Enterotoxigenic E Coli dan C. perfringens.
Dalam hal ini, diare terjadi akibat nekrosis dan
ulserasi dinding usus. Sifat diarenya sekretorik
eksudatif., dapat tercampur lendir dan darah.
Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-kuman
ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare
koleriformis.
No. Agen Penyebab Karakteristik
1. Viral agent Fever 38°C atau lebih,
a. Rotavirus vomiting, nyeri abdomen,
b. Norwalk diare bisa lebih dari 1 mgg.
2. Bacterial agent Diare cair disertai mukus dan
a. E. Colli darah, vomiting, nausea,
b. Salmonella group diare disertai darah dan
gram positif mukus, fever mencapai 40°C,
c. S. Thypi bising usus meningkat, sakit
d. Shigella group kepala, malaise, letargi,
gram negatif fatigue, nyeri abdomen,
e. Campylobacter anoreksia, penurunan berat

163
jejuni badan, delirium, iritasi anal.
f. Vibrio cholera
group
3. Food Poisoning Nausea, vomiting, shok dapat
a. Staphylococcus terjadi pada kasus berat,
b. Clostridium demam ringan, nyeri
perfringens epigastrium, diare, bibir
c. Clostridium kering.
botulinum

2.2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

2.2.9 MANIFESTASI KLINIK


1) Anak menjadi cekung
2) Gelisah
3) Suhu badan mungkin meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) BAB lebih dari 3x / hari
6) Konsistensi tinja makin cair
7) Mungkin mengandung lendir / darah
8) Warna tinja berubah menjadi hijau karena tercampur dengan
empedu
9) Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam
10) Gejala – gejala GE
 Muntah

164
 Dehidrasi
 Berat badan turun
 Ubun – ubun besar cekung
 Turgor kulit berkurang
 Selaput lendir mulut dan bibir keRing
Dengan Kritera Dehidrasi:
N
Kriteria Sedang Ringan Berat
o
1 Keadaan Baik, sadar, Gelisah, Lesu, lunglai
umum rewel, / tdk sadar
sangat
cekung dan
air mata
kering

2 Mata Normal Cekung

3 Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

4 Mulut dan Basah Kering Kering


Lidah

5 Rasa haus Biasa / Haus, ingin Malas


tidak haus minum minum / tdk
banyak bisa minum

6 Turgor kulit Kembali Kembali Kembali


Hasil cepat lambat sangat
pemeriksaa Tanpa Dehidrasi lambat
n dehidrasi ringan atau
sedang

165
2.2.10 PENATALAKSANAAN DIARE
 Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa)
seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus
pada diare usia > 3 bulan.

2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran
menurun)

3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :


1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).

4. Jadwal / kecepatan cairan


1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat
badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.

166
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang : + 50 cc/kg/3
jam atau 5 tetes/kg/mnt

 Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosis minimal 30
mg
2. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
3. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
4. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

 Dietetik
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
- Susu (ASI atau susu formula dengan mengandung
laktosa rendah dan asam lemaj tak jenuh, misal LLM, A
(minon)
- Makanan setengah padat (bubur atau nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelamin yang
ditemukan.
Caranya :
Hari I : - setelah dehidrasi segera diberikan makanan
peroral
- bila diberi ASI atau susu formula diare masih
sering bisa diberikan tambahan oralit atau air
tawar selang-seling dengan ASDI. Misal 2 kali
ASI / susu formula, 1 kali orlait.
Hari 2-4 : ASI atau susu formula lebih rendah laktosa penuh.
Hari 5 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan.
b. Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg.
Jenis makanannya makan padat atau makana cair / susu sesuai
dengan kebiasaan makanan dirumah.

167
 Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

2.2.11 KLASIFIKASI DIARE


Klasifikasi Gejala Klasifikasi Tindakan Pengobatan
Diare
Dehidrasi Terdapat 2 atau a. Diare Berat - jika tidak ada
lebih tanda – klasifikasi berat lain
tanda berikut: berikan cairan untuk
1. latergis / tidak dehidrasi berat dan
sadar tablet zink
2. mata cowong - jika anak
3. tidak bisa mempunyai
minum klasifikasi berrat lain:
4. turgor (-) 1. rujuk segera
2. jika masih bisa
minum, berikan ASI
dan larutan oralit
selama perjalanan
Terdapat dua b. Dehidrasi - berikan cairan dan
atau lebih tanda Ringan / makanan sesuai
– tanda berikut: Sedang rencana terapi dan
1. gelisah, tablet zink (10 hari
rewel, marah berturut)
2. Mata cowong - jika anak
3. haus, minum mempunyai
dengan lahap klasifikasi berat lain:
4. turgor sangat 1. rujuk segera
lambat tidak 2. jika masih bisa
kembali dalam 5 minum, berikan ASI
detik dan larutan oralit
selama perjalanan

168
- nasihati kapn segera
kembali
- Kunjungan ulang 3
hari, jika tidak ada
perbaikan
Tidak cukup c. Diare - berikan cairan dan
tanda – tanda Tanpa makanan sesuai
untuk di Dehidrasi rencana terapi a dan
klasifikasikan tablet zink
sebagai diare - nasihati kapan
dehidrasi berat, segera kembali
ringan, atau - Kunjungan ulang 3
sedang hari, jika tidak ada
perbaikan
Jika diare Ada dehidrasi a. Diare - atasi dehidrasi
14 hari Persisten sebelum di rujuk,
atau lebih Berat kecuali ada klasifikasi
berat lain
- rujuk
Tanpa Dehidrasi b. Diare - naishati pemberian
Persisten untuk diare persisten
- beri tablet zink
Kunjungan ulang 5
hari
Darah Ada darah a. Disentri - beri antibiotik yang
dalam dalam tinja sesuai
tinja - beri tablet zink
- nasihati kapan
segera kembali
- kunjungan ulang 2
hari

 Derajat Dehidrasi

169
Derajat Dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)
Ringan 5%

Sedang 8%

Berat 10%

* Rumus Kebutuhan Cairan

skor
Kebutuhan cairan = x 10 % x kg BB x 1 liter
15

 Metode daldiyono (dalam penilaian skor)


Klinis Skor
Rasa haus / muntah 1

Tekanan darah sistolik 60 – 90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2

Frekuensi nadi > 120 x/menit 1

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen sospor / koma 2

Frekuensi nafas > 30 x/menit 1

Fasres kolerika 2

Vox. Cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer women’s hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

170
Umur 50 – 60 thn -1

Umur > 60 thn -2

2.2.12 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap diare dapat diakukan dengan :


- Mencuci tangan sebelum dan sesudahmakan serta sesudah BAB
dengan benar.
- Mencuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi
- Memberikan ASI dengan cara yang benar
- Memberikan susu bersih dengan komposisi yang tepat
- Membersihkan alat makanan dengan benar
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Tidak BAB di sembarang tempat
ASKEB TEORI

3.1 ASKEB TEORI MILLIARIASIS

171
I. PENGKAJIAN DATA
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan. Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data Subjektif, meliputi:
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kulit anaknya terdapat bintik kemerahan dan
disertai banyak gelembung kecil berair
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam,
paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS,
serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit
menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular

172
seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan
hipertensi.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
- Energi : 2050 kkal
- Protein : 50 gr
- Air : 2,5 Lt
- Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : berapa kali / hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi: padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak
b. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana
pasien lakukan saat sehat.
c. Pola hygiene
- Mandi : 2x / hari
- Keramas : 3x / minggu
- Gosok gigi : 2x / hari
- Ganti pakaian : 2x / hari

d. Pola psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan orang
tua, keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah keluhan diare
mengganggu aktivitasnya.
B. Data Objektif

173
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)

2. Pemeriksaan fisik khusus


a. Integumen : terdapat furunkel, turgor menurun, sering berkeringat,
adanya nyeri tekan
b. Kepala : bersih, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata
c. Muka : simetris, bintik- bintik merah pada dahi
d. Hidung: simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada penyumbatan
e. Mulut : simetris, bersih, bibir berwarna merah muda
f. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid
maupun vena jugularis
g. Mammae : simetris, tidak ada lesi, bersih
h. Dada : simetris, tidak ada ronchi atau wheezzing, terdapat
bintik – bintik kemerahan
i. Abdomen : simetris, tidak ada nyeri tekan
j. Genetalia : bersih
k. Anus : bersih, tidak ada hemoroid
l. Ektremitas : normal, tidak edema, tidak sindaktili atau polidaktili

3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes
laboratorium diperlukan.

174
4) Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler gagal
untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear peradangan sel
raksasa (seperti yang diharapkan pada vesikula herpes).
5) Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologi dari pustula
mengungkapkan isi sel-sel inflamasi. Tidak seperti eritema
toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol.
6) Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif
(misalnya, staphylococci).
 Temuan histologis
4) Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau intracorneal
berkomunikasi dengan kelenjar keringat eccrine, tanpa sel-sel
peradangan sekitarnya. Terhalangnya saluran eccrine dapat
diamati di stratum corneum.
5) Dalam Miliaria rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis
diamati dalam lapisan Malphigi, bekerjasama dengan keringat
eccrine duktus. Peradangan Periductal juga muncul.
6) Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi infiltrasi
limfositik periductal muncul dalam papiler dermis dan
epidermis bawah. Sebuah PAS-positif eosinofilik diastase-
resistant cast dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada lesi
selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang muncul lebih
rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki saluran
ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic
hyperkeratosis dari acrosyringium dapat diamati.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan
mendukung diagnosa.

175
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung
diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
- Penyebaran vesikel, ukuran, dan isi furunkel
- Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes
laboratorium diperlukan.
1) Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler
gagal untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear
peradangan sel raksasa (seperti yang diharapkan pada
vesikula herpes).
2) Dalam Miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologi dari pustula
mengungkapkan isi sel-sel inflamasi. Tidak seperti eritema
toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol.
3) Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif
(misalnya, staphylococci).
 Temuan histologis
1) Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau
intracorneal berkomunikasi dengan kelenjar keringat
eccrine, tanpa sel-sel peradangan sekitarnya. Terhalangnya
saluran eccrine dapat diamati di stratum corneum.
2) Dalam Miliaria rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis
diamati dalam lapisan Malphigi, bekerjasama dengan
keringat eccrine duktus. Peradangan Periductal juga
muncul.

176
3) Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi
infiltrasi limfositik periductal muncul dalam papiler dermis
dan epidermis bawah. Sebuah PAS-positif eosinofilik
diastase-resistant cast dapat dilihat dalam lumen duktus.
Pada lesi selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang
muncul lebih rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat
memasuki saluran ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis
dan parakeratotic hyperkeratosis dari acrosyringium dapat
diamati.

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


3) Impetigo
4) Folikulitis
(Hassan, 1984)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


2. Konsultasi
3. Kolaborasi

V. INTERVENSI
1) Pantau keadaan vesikel baik dari ukuran, isi vesikel maupun
penyebarannya
R/ untuk mengetahui perkembangan yang terjadi
2) Beritahu ibu agar tidak memijat frunkel
R/ mencegah penyebaran kuman secara homogen
3) Anjurkan ibu mengkompres dengan air hangat dengan menutup ruam
R/ mencegah penularan ke daerah lainnya
4) Beritahu ibu personal hygiene
R/ agar frunkel tidak bertambah parah
5) Kolaborasi dengan dokter dan tim medis untuk pemberian analgetik
dan antibiotika
R/ mempercepat proses penyembuhan

177
VI. IMPLEMENTASI
1) Memantau keadaan vesikel baik dari ukuran, isi vesikel maupun
penyebarannya untuk melihat perkembangannya
2) Memberitahu ibu agar tidak memijat frunkel umtuk mencegah
penyebaran kuman
3) Menganjurkan ibu untuk mengkompres dengan air hangat dengan
menutup ruam
4) Beritahu ibu personal hygiene dengan menjaga tubuh bayi tetap bersih
dan kering, memandikan bayi jika sering berkeringat dan mengganti
pakaiannya segera mungkin jika basah
5) Melakukan kolaborasi dengan dokter dan tim medis untuk pemberian
analgetik dan antibiotika

VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebgaimna telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah.

Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien


Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

3.2 ASKEB TEORI DIARE


I. PENGKAJIAN DATA

178
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan. Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data Subjektif, meliputi:
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.
2. Keluhan utama
BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi encer.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang sedang di derita pasien sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Apakah pasien pernah menderita penyakit menahun
seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti
HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan
hipertensi.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit
menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit
menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti
diabetes dan hipertensi.

179
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas, penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
a. Pola nutrisi
o Energi : 2050 kkal
o Protein : 50 gr
o Air : 2,5 Lt
o Vit dan Mineral : 0,7 – 0,9 gr
b. Pola eliminasi
BAB: BAK:
- Frekuensi : lebih dari 3x/ hr - Frekuensi : berapa kali/ hr
- Konsistensi : padat / encer - Konsitensi : Cair
- Bau : khas / tidak - Bau : khas / tidak
- Warana : khas / tidak - Warna : khas / tidak
c. Pola aktivitas
Selama sakit pasien tidak melakukan aktivitas sebagaimana
pasien lakukan saat sehat.
d. Pola hygiene
- Mandi : 2x / hari
- Keramas : 3x / minggu
- Gosok gigi : 2x / hari
- Ganti pakaian : 2x / hari
e. Pola psikososial
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan
orang tua, keluarga, tetangga, dan sekitar serta apakah
keluhan diare mengganggu aktivitasnya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)

180
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
2. Pemeriksaan fisik khusus
1)Integumen : warna pucat, turgor kembali cepat jika tidak disertai
dehidrasi, suhu ≥ 375° C
2)Dehidrasi sedang : turgor kembali dengan lambat
3)Dehidrasi ringan : turgor kembali dengan lambat
4)Dehidrasi berat : turgor kembali dengan sangat lambat
5)Kepala : penyebaran rambut merata, hitam, tidak ada nyeri tekan
6)Muka : pucat, tidak edema, tulang pipi lebih menonjol pada diare
yang disertai dehidrasi, simetris
7)Mata : simetris
8)Dehidrasi sedang : normal, ada air mata
9)Dehidrasi ringan : cekung, tidak ada air mata
10) Dehidrasi berat : sangat cekung dan air mata kering
11) Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip
12) Mulut : simetris, tidak stomatitis
13) Dehidrasi sedang : mulut dan lidah basah, tidak merasa haus
14) Dehidrasi ringan : mulut dan lidah kering, terasa haus dan
ingin banyak minum
15) Dehidrasi berat : mulut dan lidah kering, malas minum,
susah jika dibuat minum
16) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid
maupun vena jugularis
17) Mammae : simetris, tidak ada lesi, bersih
18) Dada : simetris, tidak ada ronchi atau wheezzing
19) Abdomen: ada nyeri tekan, peristaltik meningkat > 35x/mnt,
mual
20) Genetalia : bersih
21) Anus : bersih, tidak ada hemoroid
22) Ektremitas: normal, tidak edema, tidak sindaktili atau polidaktili

181
3. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data Subjektif : Data yang diperoleh dari pernyataan pasien dan
mendukung diagnosa.
Data Objektif : Data yang diperoleh dari petugas dan mendukung
diagnosa.
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Data antropometri (BB,TB)
- TTV : Nadi ( normal : 120 – 160 x / menit)
RR ( normal : 30 – 60 x / menit)
Suhu ( normal : 365 – 375° C)
- Pemeriksaan penunjang
3) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,
pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
4) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


Keadaan yang mungkin terjadi pada pasien diare:

182
c. Akibat paling fatal dari diare akut tanpa dehidrasi yang adekuat
adalah kematian
d. Akibat paling fatal dari diare akut deng dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguang biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berkanjut
e. Gagal ginjal akut
f. Dehidrasi
g. Febris
h. Renjatan hipolemik
i. Hipoklemia (gejala : meteroismus, hipotensi otot, lemah,
bradikardi A perubahan pada EKG)
j. Hipoglikemia
k. Gangguan elektrolit
l. Intoleransi laktosa sekunder
m. Kejang
n. Malnutrisi EP
o. Kerusakan hepar

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


3. Konsultasi
4. Kolaborasi

V. INTERVENSI
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan

183
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

VI. IMPLEMENTASI
1) Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Memantau intake dan output
3) Menimbang berat badan setiap hari
4) Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien,
2-3 lt/hr
5) Kolaborasi :
- Melakukan pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,
BUN)
- Memberi cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
- Memberi obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

VII. EVALUASI
Melakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang suah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebgaimna telah diidentifikasi
dalam diagnosa dan masalah.

184
Subjektif : Data yang diperoleh dari keterangan pasien
Objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan
Assement : Pendokumentasian dari hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif
Planning : Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau tim medis

OBSTIPASI, INFEKSI DAN BAYI


MENINGGAL MENDADAK
TINJAUAN PUSTAKA

A.  OBSTIPASI
1.  Definisi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the
way = perjalanan  dan Stipare yang berarti to
compress = menekan .Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi
parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses
dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi
pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan
pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.
Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
2.  Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam :
a.  Obstipasi  Total

185
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rectum.
b.  Obstipasi  Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari,
tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
3.  Etiologi
a.   Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan
buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat kelaparan, dehidrasi,
makanan kurang mengandung selulosa.
b.   Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya
kanker dalam dinding usus.
 
a.    Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat
penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor
dalam abdomen yang menekan rectum.
b.   penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan
makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan
pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang
mengandung polisakarida atau serat.
c.    Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit
Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
 4. Tanda dan gejala
Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,
pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
a.      Sakit dan kejang pada perut.
b.      Bayi sering menangis.
c.      Susah tidur dan gelisah
d.      Kadang-kadang muntah.
e.      Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).

186
f.       Bayi susah/tidak mau menyusui.
g.      Bising usus yang janggal.
h.      Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
i.       Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rektum
j.       Terdapat luka pada anus
5. Patofisiologi dan patogenesis
Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong,
kecuali bila ada refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam
rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan
stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulasi
pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding
abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut :
a.       Asupan cairan yang adekuat.
b.      Kegiatan fisik dan mental.
c.       Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna
memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan.
Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair
menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum,
feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi.
Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat,
produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan
segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga
penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat
dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab
bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya
luka. Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan
terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang
peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran

187
cerna menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga
menyebabkab obstipasi.
6.Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :
a.  Perdarahan
b.  Ulserasi
c.  Obstruksi parsial
d.  Diare intermiten
e.  Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang
mengawali proses defekasi.

7.Menegakan Diagnosa Obstipasi


Obstipasi didiagnosa melalui cara:
a.  Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik
feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi
total atau partial Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam
riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi
terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut,
dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya
penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah
kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
b.  Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi,
perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri
abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada fase lanjut
tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal
untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi
akibat hernia inguinal kolon sigmoid

188
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi
kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan
memberikan gambaran tentang isi rectum.
c.  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita
obstipasi adalah :
1)      Pemeriksaan Hb
2)      Pemeriksaan Urine
3)      Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
d.  Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan
kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa
udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat
udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat
digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
e.  Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada
anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat
neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi
untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi
2. Penatalaksanaan Obstipasi
a.  Penatalaksanan yang dilakukan adalah
1)   Mencari penyebab obstipasi
2)   Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
3)   Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan
untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, obat-obatan
4)   Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung
makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5)    Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.

189
6)   Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-
obat oral.
7)   Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya
bila diperlukan saja.
8)   Peningkatan intake cairan
9)   Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes
tekanan usus.
10)  Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau
ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan
pada botol  pagi dan malam hari
1. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4
bulan
2. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan
sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau
prem.
3. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat
tinggi seperti buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik
graham,buncis dan bayam.
a.   Perawatan medis
Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit
tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi
parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan
pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya
sakit.
b.   Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab
obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat
tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat
sangat urgen untuk dilakukan tindakan segera dimana
jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan
perforasi usu, karena terdapat peningkanan tekanan
feses yang besar.

190
B. KONSTIPASI
1.  Definisi
Konstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi keras dan
sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air
besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasa. Pada
anak normal, konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-beda. Bayi
yang disusui ASI mungkin men galami BAB setiap selesai disusui atau
hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula dan anak yang
lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari.
Frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses yang sedikit
lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi.
Penanganan konstipasi hanya diperlukan jika pola BAB atau konsistensi
feses me nyebabkan masalah pada anak. Umumnya dengan nutrisi yang
baik, perbaikan kebiasaan BAB, dan pengunaan obat yang sesuai jika
diperlukan, masalah ini dapat ditangani.
Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip, dimana terdapat
kesukaran mengeluarkan faeces (defekasi). Namun obstipasi di bedakan dari
konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan
selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi
intestinal.
2.  Gejala dan tanda
Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut :
a. Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
b. Turun atau hilangnya napsu makan
c. Rewel
d. Mual atau muntah
e. Turunya berat badan
f. Noda feses dicelana dalam anak
g. Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan
robekan kecil pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan
h. Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih

191
3.Penyebab Obstipasi/konstipasi
a. Kecenderun gan alami gerakan usus yang lebih lambat
b. Nutrisi yang buruk
c. Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi
d. Kebiasaan BAB yang tidak baik
e. Kurangnya asupan cairan
f. Kurangnya aktivitas fisik
g. Adanya kondisi anus yan g menyebabkan nyeri
h. Tiolet training yang dipaksakan
i. Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual
abuse)

4.  Penanganan
Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik
yang mungkin menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat,
terutama apabila konstipasi disertai gejala lain seprti : Keluarnya feses
pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang kecil, gagal
tumbuh, demam, diare yang disertai darah, muntah kehijauan, atau
terabanya benjolan diperut. Perlu dilakukan rujukan, karena kemungkinan
bayi mengalami megacolon konginetal, perut yang kembung, karena
lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung
bagian bawah, diare, pneumonia berulang ; selalu tampak lelah, tidak
tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat banyak BAK, banyak
minum ; anus yan g tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya,
lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi
fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya)
Penanganan pada kasus diare, kebiasaan BAB yang baik: anak yang
mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan BAB
yang baik, salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di toilet
secara teratur sekitar lima menit stelah sarapan, bahkan jika anak tidak
merasa ingin BAB, anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika
anak telah menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis.

192
Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan
menggunakan toilet di sekolah. Jika orang tua
mencuriga adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan
masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah
Makanan tinggi serat : serat membuat BAB lebih lunak karena
menahan lebih banyak air dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Memperbanyak jumlah serat dalam makanan anak dapat mencegah
konstipasi. Beberapa cara untuk memenuhi ke butuhan serat anak adalah :
a.  Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan
beserta kulitya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak
kendungan serat.
b.  Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari
c.  Berikan sereal yang tinggi serat seperti bran, wheat. Whole grain, dan
oatmeal. Hindari sereal seperti corn flakes.
d.  Berikan roti ga ndum (wheat) sebagai ganti roti putih
e.  Banyak minum dapat mencegah ko nstipasi. Biasakan anak untuk
minum setiap kali makan, sekali di anatar waktu makan, dan sebelum
tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak susu sapi atau
produk susu lainya (keju, yogurt) justru dapat me ngakibatkan
konstipasi pada sebagian anak.

ASKEB TEORI

I. ASKEB OBSITIPASI DAN INFEKSI


2.2.1 Pengkajian Data

193
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan anemnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit.
A. Data subjektif
1. Identitas
Nama : berupa nama lengkap sebagai identitas
diri agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberi asuhan.
Umur : digunakan untuk penilaian klinis yang di
sesuaikandengan umur.
Jenis kelamin : diperlukan sebagai penilaian data
pemeriksaan klinis
Nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan ortu
sebagai identitas tambahan yang
menggambarkan keakuratan data.
Agama & Suku : untuk memberi dorongan spiritual yang
sesuai dengan kepercayaaan yang di anut
Alamat : beri alamat lengkap agar mudah untuk di
hubungi apabila ada kepentingan.

2. Keluhan utama
Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini, yang disebabkan pasien
dibawa berobat ke rumah sakit atau BPS
3. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah anak sekarang menderita suatu
penyakit.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah anak pernah menderita penyakit
menurun atau menular yang dapat mempengaruhi
perkembangannya sekarang.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adakah penyakit menurun atau menular yang
diderita anggota keluarga yang bisa mempengaruhi kesehatan
anak dan adakah keturunan kembar dalam keluarga
6.Riwayat imunisasi

194
Untuk mengetahui imunisasi pasien,khususnya imunisasi
BCG,DPT,Polio,Campak,dan Hepatitis B hal tersebut juga untuk
membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu.
7.Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Pola makan anak.berapa kali anak makan (3 kali / hari)
makanan yang dikonsumsi anak nasi, sayur, lauk pauk atau
bubur dan apakah ada kebiasaan minum susu.
b. Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas (motorik kasar dan halus) anak
apakah sesuai dengan usia anak atau tidak. Seperti dapatkah
anak menendang bola
c. Pola Eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali anak BAB ( 1 kali/
hari,warnanya,baunya) dan BAK (7-8 kali/hari, warnanya,
baunya)
d. Pola Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali anak mandi, ganti baju.( 2 kali/
hari)
e. Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat atau tidur berapa jam/ hari.
Tidur siang (2-3 jam/ hari) dan tidur malam ( 8-9 jam/ hari)

f. Pola Psikososial dan budaya


1) Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran
anaknya
2) Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak.
3) Budaya

195
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang
merugikan termasuk pantang makanan, minum jamu dan
kebiasaan berobat jika sakit.
g. Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang
diyakininya.
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetris
Data antropometri : BB : apakah berat badan anak dalam keadaan
normal (≥ 2500 gr)
TB : apakah tinggi badan anak dalam keadaan
normal (≥45 cm)
LILA :  lingkar lengan anak menentukan status
gizi anak ( ±11 cm)
LIKA :  apakah lingkar kepala anak dalam
keadaan normal ( ±32 cm)
Tanda-tanda vital : TD : -
S : 36,5 o c-37,5o c
N : 120-160x/menit
RR : 40-60x/menit

2. Pemeriksaan fisik khusus


(Terdiri dari inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi)
Kepala : tidak ada benjolan,bersih,bentuk
simetris,rambuthitam.
Muka : Tampakkemerahan,tidak oedema,tidakpucat.
Mata : simetris,konjungtiva merah muda,sclera putih.
Hidung : Simetris,tidak secret,tidak polip.
Mulut : Bibir tidak kering,tidak stomatitis.

196
Telinga : Simetris,bersih,tidak ada secret.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis,tiroid.

Dada : Simetris,tidak ada kelainan wheezing dan ronchi.


Abdomen : Tidakadabenjolan abnormal,tidak meteorismus.

Genetalia : Simetris,bersih
Anus : tidak ada hemoroid,bersih
Ekstremitas : normal,tidakoedema,tidak sidaktili,tidak polidaktili

2.2.2 INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : Am”…” umur…dengan tumbuh kembang
Data subyektif : Data yang diperoleh dari pernyataan Pasien
Data obyektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan petugas
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetris
Data antropometri : BB : apakah berat badan anak dalam
keadaan normal (≥ 2500 gr)
TB : apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal (≥45
cm)
LILA :  lingkar lengan anak menentukan status gizi anak
( ±11 cm)
LIKA :  apakah lingkar kepala anak dalam keadaan
normal ( ±33 cm)
Tanda-tanda vital : TD : -
S : 36,5 o c-37,5o c
N : 120-160x/menit
RR : 40-60x/menit
III.IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenannya, yaitu ;

197
1. Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus,
posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada
bayi bibir sumbing
2. Infeksi telinga dan hilangnya. Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik
saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan
jika tidak segera diatasi makan akan kehilangan pendengaran.
3. Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan
fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara
bahkan dapat menghambatnya
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
5. Distress pernafasan
6. Risikoinfeksisalurannafas
7. Pertumbuhandanp
8. erkembanganterhambat

VI. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tindakan pertama dan utama untuk mengatasi masalah dan mencegah
terjadinya masalah potensial yang mengancam keselamatan jiwa pasien
seperti konsultasi, kolaborasi, dan rujukan

V.INTERVENSI
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan/ kondisi bayinya.
R : Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi kecemasan ibu
2. Pantau keadaan bayi selama dirawat
R :Deteksi dini adanya kelainan
3. Lakukan perawatan pada bayi baru lahir
R : Agar kondisi bayi tetap stabil
4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin.
R : Untuk memenuhi nutrisi bayi.

198
5.Jangan lakukan rawat gabung/ rooming in
R : Untuk melakukan observasi intensif, karena bayi dengan komplikasi.
6. Jaga kehangatan bayi
R : Agar bayi tidak mengalami hipotermi.
7. Segera beri oksigen
R : Agar bayi tidak sesak napas, dan mengalami syok.
8. Segera lakukan persiapan operasi
R : Melakukan pembedahan pada Hernia diafragmatika untuk
mengembalikan usus ke rongga abdomen, agar tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut pada paru dan jantung.

VI. IMPLEMENTASI
Menjelaskan pada ibu bahwa keadaan bayinya tidak cukup sehat, dan
dilihat dari geraknya yang kurang aktif, warna kulit kebiruan, walau lahir
langsung namun bayi mengalami sianosis.

VII. EVALUASI

199

Anda mungkin juga menyukai