Anda di halaman 1dari 2

Keajaiban Tak Bertuan

Lilis Banowati (SASI 9)

Impuls memberikan sinyal kepada otak untuk akhirnya diterjemahkan sebagai tulisan.
Menghasilkan sebuah goresan penelusuran maksud dari hati juga pikiran rongga kalbu. Salah
seorang kaum adam yang bagiku seperti simbiosis parasitisme. Tak pernah sedikit pun
menguntungkan di pihakku. Yang ada hanyalah perdebatan panas setiap kali rapat organisasi.
Walaupun, terkadang aku dan dia memiliki opini yang sama. Tetapi, dapat kupastikan bahwa
perihal tersebut hanya sebatas kebetulan.
Rapat organisasi adalah makananku setiap hari Senin. Malas merayap bersanding dengan
raga yang berjalan tergontai penuh paksaan. Kamu yang tak kuharapkan hadir dalam
perkumpulan tersebut, justru muncul secara tepat waktu. Di ambang pintu ruangan, pernah
sekali kejadian pahit menimpaku. Aku terkesiap tatkala bertabrakan denganmu yang saat itu
sedang bermain gadget. Kita sama-sama salah, namun cukup aku saja yang memberanikan
diri memohon maaf. Seisi ruang menjadikan kita sebagai pemandangan yang manis dilihat.
Betapa malunya aku yang sedikit pun tidak mendapat respon dari seseorang yang sibuk
dengan egonya.
Suatu hari, aku dan kamu mendapat kesempatan untuk menjadi kandidat ketua OSIS. Seluruh
senior berharap agar persaingan ini dilakukan secara sehat dan saling mendukung satu sama
lain. Aku mengaku bahwa kamu adalah siswa yang bisa dibilang cerdas, bijaksana, tegas, dan
yang pasti berjiwa pemimpin. Hanya saja, entah kenapa menurutku kamu terlalu sombong,
sehingga rasa simpatiku berkurang.
Menjadi seorang kandidat ketua OSIS merupakan suatu penghargaan luar biasa yang sudah
sewajarnya kusyukuri. Sayang, berbagai perintah senior yang mengharuskan aku dan kamu
terpaksa bekerjasama. Seperti dalam pembuatan pamflet, pengurusan berkas-berkas, dan
video kampanye. Sejak saat itulah kita mulai sedikit berkomunikasi.
Sore itu, diiringi dengan kerasnya petir, bumantara mengabarkan bahwa air langit akan segera
turun. Rumput berlenggang bersiap menerima terpaan air hujan. Berbagai jenis makhluk
hidup mulai menepi mencari tempat perlindungan. Suasana berubah menjadi nada
keheningan. Pikiranku mulai berselimut kekhawatiran. Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah
berdoa dan berharap agar angkot masih bersabar menunggu.
Datang sebuah keajaiban untuk pertama kalinya bagiku. Seseorang dengan jaket jeans kulit
berwarna coklat menawarkan motornya untuk aku tumpangi. Kubuang mukaku ini disertai
kalimat penolakan. Anehnya, masih saja kamu mengucapkan beberapa kalimat yang
menjadikanku untuk berpikir dua kali. Keputusan akhirnya menghendaki kebaikanmu.
Sejak adanya peristiwa tersebut, aku dan kamu mulai lebih mengenal. Dalam sifatmu yang
pendiam dan dingin, tersirat aroma keistimewaan yang patut dikagumi.
Astaghfirullahaladzim ... jangan sampai perasaanku ini terbawa oleh seorang pria yang sudah
memiliki ratu di hatinya. Bertepatan dengan perasaanku kepadamu, perjanjian ikatan antara
kamu dan seorang wanita satu organisasi terlukis.
Air bermakna luka tiba-tiba datang tanpa kusengaja. Kini, kamu dan segala kenangan
menyatu dengan waktu. Sedangkan aku sekarang hanya mampu menatapmu sebagai
bayangan. Tak ada yang lebih pedih daripada kehilangan dirimu. Pada akhirnya, kamu
sebatas benda berharga yang pernah masuk dalam bilik hati sekaligus bersinggah dalam
serambi benci dan suka.

Anda mungkin juga menyukai