Anda di halaman 1dari 131

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2019

Formulasi Lilin Aromaterapi Kombinasi


Minyak Bunga Lavender dan Minyak
Jeruk Lemon dengan Minyak Nilam
Sebagai Pengikat

Siregar, Arifin
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/22971
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI LILIN AROMATERAPI DARI KOMBINASI
MINYAK BUNGA LAVENDER DAN MINYAK JERUK
LEMON DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI PENGIKAT

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
padaFakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ARIFIN SIREGAR
NIM 151501044

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


FORMULASI LILIN AROMATERAPI DARI KOMBINASI
MINYAK BUNGA LAVENDER DAN MINYAK JERUK
LEMON DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI PENGIKAT

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
padaFakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ARIFIN SIREGAR
NIM 151501044

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia yang

melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul ‘’Formulasi Lilin Aromaterapi Kombinasi Minyak Bunga Lavender dan

Minyak Jeruk Lemon dengan Minyak Nilam sebagai Pengikat’’. Skripsi ini

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penggunaan Lilin Aromaterapi saat ini sering sekali digunakan, karena

hemat energi, tidak membutuhkan energi listrik, dan juga memiliki efek samping

yang minimal karena tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya.

Pemakaian bahan alam saat ini memang cenderung meningkat, diantaranya adalah

untuk aromaterapi. Bahan alam yang digunakan untuk aromaterapi salah satunya

ialah bunga lavender dan jeruk lemon. Tujuan penelitian ini adalah untuk

memformulasikan lilin aromaterapi, untuk mengetahui efek terapi yang dihasilkan

dari kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak

nilam sebagai pengikat dan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi minyak atsiri

yang disukai dalam sediaan lilin aromaterapi menggunakan kombinasi minyak

bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak nilam sebagai pengikat.

Diperoleh hasil basis lilin terbaik dengan perbandingan paraffin wax dan stearin

40%:60%, uji kesukaan aroma sebelum dibakar yang paling disukai pada

konsentrasi 4% (2%:2%), uji deteksi aroma tercepat pada konsentrasi 4%

(3%:1%), efek terapi terbaik yang dirasakan yaitu rileks pada konsentrasi 4%

(2%:2%). Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai sumber

informasi dalam pembuatan lilin aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, dorongan serta

bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Drs.

Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam

membimbing penulis, memberikan petunjuk dan saran selama penelitian hingga

selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak

Dra. Suryanto, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Dra. Djendakita Purba,

M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk

menyempurnakan skripsi ini, tidak lupa juga terimakasih kepada ibu Prof. Dr.

Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan

fasilitas penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi dan staf pengajar dan staf

akademik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada orangtua tercinta (Bapak Abdul Rahman Siregar / Ibu Rosida Pane) dan

saudara saya tercinta Rahma Ida Siregar, Fitri Ani Siregar, Andika Syaputra

Siregar atas limpahan kasih sayang, doa dan semangat yang tak ternilai dengan

apapun, serta semua pihak yang telah banyak membantu hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dibidang farmasi.

Medan, 28 Mei 2019


Penulis

Arifin Siregar
NIM 151501044

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Arifin Siregar

NIM : 151501044

Program Studi : S-1 Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Lilin Aromaterapi Kombinasi Minyak Bunga


Lavender dan Minyak Jeruk Lemon dengan Minyak Nilam
sebagai Pengikat.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri

dan bukan plagiat. Apabila dikemudian hari diketahui skripsi saya tersebut

terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun

oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian Surat Pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam

keadaan sehat.

Medan, 27 Mei 2019

Arifin Siregar

NIM 151501044

Universitas Sumatera Utara


FORMULASI LILIN AROMATERAPI DARI KOMBINASI MINYAK
BUNGA LAVENDER DAN MINYAK JERUK LEMON DENGAN
MINYAK NILAM SEBAGAI PENGIKAT

ABSTRAK

Latar Belakang: Penggunaan Lilin Aromaterapi saat ini sering sekali digunakan,
karena hemat energi dan tidak membutuhkan energi listrik. Pemakaian bahan
alam saat ini memang cenderung meningkat. Bahan alam yang digunakan untuk
aromaterapi ialah bunga lavender dan jeruk lemon yang dikombinasikan untuk
tujuan meningkatkan efek terapi serta memperkaya aroma lilin.
Tujuan: Untuk memformulasikan lilin aromaterapi dari kombinasi minyak bunga
lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak nilam sebagai pengikat,
evaluasi fisik lilin aromaterapi dan uji kesukaan panelis terhadap lilin aromaterapi
yang dibuat.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang
dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan pengujian basis untuk
mendapatkan basis lilin terbaik dari kombinasi paraffin wax dan stearin dengan
perbandingan 10%:90% (A1), 20%:80% (A2), 30%:70% (A3), 40%:60% (A4),
50%:50% (A5), 60%:40% (A7), 70%:30% (A8), 80%:20% (A9), 90%:10%
(A10). yaitu uji penampakan lilin secara keseluruhan berdasarkan SNI,
gelembung udara, waktu bakar, titik leleh berdasarkan SNI, selanjutnya dipilih
basis lilin terbaik dan ditambahkan zat pewarna dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 2%
dan dilakukan uji kesukaan warna secara visual oleh panelis. Tahap kedua
penentuan kesukaan panelis berupa kesukaan terhadap aroma lilin sebelum
dibakar, kesukaan aroma lilin saat dibakar, deteksi aroma tercepat, deteksi
terhadap efek terapi dirasakan pertama kali, efek terapi yang dirasakan terhadap
sediaan lilin dengan penambahan kombinasi minyak bunga lavender dan minyak
jeruk lemon dengan konsentrasi 2%, 3%, 4% dengan minyak nilam sebagai
pengikat 10% dari jumlah minyak atsiri
Hasil: Basis lilin terbaik yaitu lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin
40%:60% (A4), semua formula memenuhi syarat SNI kecuali pada lilin formula
A1, A2, A3, setiap formula lilin yang dibuat menunjukkan tidak adanya
gelembung udara, waktu bakar terlama ditunjukkan oleh formula (A4), dan warna
yang disukai pada konsentrasi zat pewarna sebesar 1%. Tahap kedua diperoleh
hasil aroma lilin yang disukai sebelum dibakar, aroma lilin yang disukai saat
dibakar dan efek terapi yang dirasakan berupa rileks dan nyaman pada konsentrasi
campuran minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon 4% (2%:2%), deteksi
aroma tercepat dan efek terapi tercepat adalah ditunjukkan pada konsentrasi
campuran minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon 4% (2%:2%)
Kesimpulan : Formulasi lilin aromaterapi terbaik dengan perbandingan paraffin
wax dan stearin 40%:60%, konsentrasi minyak bunga lavender 2%, minyak jeruk
lemon 2%, dan minyak nilam 10% dari minyak atsiri yang digunakan yang
menghasilkan efek terapi yaitu rileks dan nyaman

Kata kunci : aromaterapi, lilin, minyak atsiri, bunga lavender, jeruk lemon,
minyak nila

Universitas Sumatera Utara


AROMATERAPY CANDLE FORMULATION FROM THE
COMBINATION OF LAVENDER FLOWER OIL AND LEMON OIL
WITH PAUTCHOULI OIL AS A FIXATIVE

ABSTRACT

Background: The usage of Aromatherapy Candles often used nowdays, because


of energy saving, no need electrical energy, and also has minimal side effects
because it did not use any dangerous chemical chemicals. The usage of natural
materials nowdays tends to increase. Natural ingredients used for aromatherapy
are lavender and lemon oranges which are combined for the purpose of increase
the therapeutic effect and enrich the aroma of the candle.
Purpose: To formulate aromatherapy candles from the combination of lavender
oil and lemon oil with patchouli oil as a fixative, physical evaluation of
aromatherapy candles and hedonic test.
Methods: This research used an experimental method which was conducted in
two steps. The first step was carried out base evaluation to get the best candle base
from a combination of paraffin wax and stearin with a ratio of 10%:90% (A1),
20%:80% (A2), 30%:70% (A3), 40%:60% (A4), 50%:50% (A5), 60%:40% (A7),
70%:30% (A8), 80%:20% (A9), 90%:10% (A10), such as the test of candle
appearance as a whole based on SNI, air bubbles, combustion time, melting point
based on SNI, then selected the best wax base and added coloring agents with a
concentration of 0.5%, 1%, 2% and tested the color preference visually by the
panelists . The second step of determined hedonic test was preference for the
aroma of the candle before it was burned, the aroma of candles when burned,
detection of the fastest aroma, detection of the therapeutic effect was felt for the
first time, the therapeutic effect felt on the wax preparation by concentrated the
combination of lavender oil and lemon oil 2%, 3%, 4% with patchouli oil as a
binder of 10% of the amount of essential oil
Results: The best candle base was wax with a ratio of paraffin wax and stearin
40%: 60% (A4), all of the formula meet SNI requirements except for formula
candles A1, A2, and A3, every candle formula that made shows no air bubbles,
burn time the longest was indicated by the formula (A4), and the color was
preferred at the dye concentration of 1%. The second step was the result of the
aroma of candles that are preferred before being burned, the aroma of candles that
are preferred when burned and the therapeutic effects felt to be relaxed and
comfortable was showed a mixture of lavender and lemon oil 4% (2%: 2%), the
fastest aroma and the fastest detection of therapeutic effect was indicated by a
mixture of lavender and lemon oil 4% (2%: 2%)
Conclusion: The best aromatherapy wax formulation with a ratio of paraffin wax
and stearin 40%: 60%, the concentration of 2% lavender oil, 2% lemon oil, and
10% patchouli oil from essential oils that are used to produce therapeutic effects
which are relaxed and comfortable

Keywords: aromatherapy, candles, essential oils, lavender flowers, lemon,


patchouli oil

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 LatarBelakang ....................................................................................................1
1.2 PerumusanMasalah ............................................................................................2
1.3 Hipotesis.............................................................................................................2
1.4 TujuanPenelitian ................................................................................................3
1.5 ManfaatPenelitian ..............................................................................................3
1.6 KerangkaPenelitian ............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 LilinAromaterapi ................................................................................................6
2.1.1 Lilin .................................................................................................................6
2.1.2 Aromaterapi.....................................................................................................7
2.1.3 Manfaatdan Kegunaan Aromaterapi ...............................................................7
2.1.4 Proses AromaterapiTerhadapTubuh ...............................................................8
2.2 MinyakAtsiridanIsolasinya ................................................................................9
2.2.1 MinyakAtsiri ...................................................................................................9
2.2.2 IsolasiMinyakAtsiri .......................................................................................10
2.3 Lavender...........................................................................................................11
2.3.1 TaksonomiBunga Lavender ..........................................................................11
2.3.2 MorfologiBunga Lavender ............................................................................11
2.3.3 KandunganBunga Lavender ..........................................................................12
2.4 Jeruk Lemon .....................................................................................................13
2.4.1 TaksonomiJeruk Lemon ................................................................................13
2.4.2 MorfologiJeruk Lemon .................................................................................13
2.4.3 KandunganJeruk Lemon ...............................................................................14
2.5 MinyakNilam ...................................................................................................14
2.5.1 Morfologi Tanaman Nilam ...........................................................................14
2.5.2 Taksonomi TanamanNilam ...........................................................................15
2.5.3 KandunganTanamanNilam ...........................................................................15
2.6 Paraffin Wax ....................................................................................................16
2.7 Stearin ..............................................................................................................17
2.8 PewarnaLilin ....................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................18
3.1 Alat ...................................................................................................................18
3.2 Bahan ...............................................................................................................19
3.3 ProsedurPenelitian............................................................................................19
3.3.1 Proses Pembuatan Basis LilinAromaterapi ...................................................21

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 ProsedurPembuatanLilinAromaterapi ...........................................................24
3.4 ProsedurPengujian ...........................................................................................24
3.4.1 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan...................................................24
3.4.2 Uji Gelembung Udara ...................................................................................24
3.4.3 Uji Waktu Bakar ...........................................................................................25
3.4.4 Uji Titik Leleh ...............................................................................................25
3.4.5 Uji Kesukaan Warna Secara Visual ..............................................................25
3.4.6 UjiKesukaanTerhadap Aroma LilinSebelumDibakar ...................................25
3.4.7 UjiKesukaanTerhadap Aroma LilinSaatDibakar ..........................................26
3.4.8 UjiDeteksi Aroma Pertama Kali ...................................................................26
3.4.9 UjiDeteksiTerhadapEfekTerapi yang DirasakanPertama Kali .....................26
3.4.10 UjiEfekTerapi yang Dirasakan ....................................................................27
3.5 Analisis Data ....................................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................28
4.1 Uji Basis Lilin ..................................................................................................28
4.1.1 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan...................................................28
4.1.2 Uji Gelembung Udara ...................................................................................30
4.1.3 Uji Waktu Bakar ...........................................................................................31
4.1.4 Uji Titik Leleh ...............................................................................................32
4.2 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan......................................................34
4.3 Uji Kesukaan Warna Secara Visual .................................................................35
4.4 Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Sebelum Dibakar ..................................36
4.5 Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Saat Dibakar .........................................38
4.6 Uji Deteksi Aroma Pertama Kali .....................................................................39
4.7 Uji Deteksi Waktu Terhadap Efek Terapi yang Dirasakan Pertama................40
4.8 Uji Efek Terapi yang Dirasakan .......................................................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................44
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................44
5.2 Saran .................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................45
LAMPIRAN ...........................................................................................................48

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

3.1 Formula pemilihan basis lilin aromaterapi terbaik...........................................21

3.3 Formula pemilihan konsentrasi warna yang disukai ........................................22

3.3 Formula pemilihan aroma yang disukai ...........................................................23

4.1 Perbedaan penampakan lilin secara keseluruhan .............................................28

4.2 Pengamatan terhadap ada tidaknya gelembung udara .....................................31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

4.3 Lamanya waktu bakar bakar lilin .....................................................................32

4.4 Titik leleh lilin ..................................................................................................33

4.5 Persentase kesukaan lilin secara keseluruhan ..................................................34

4.6 Persentase kesukaan panelis terhadap warna lilin secara visual ......................36

4.7 Persentase kesukaan panelis terhadap aroma lilin sebelum dibakar ................37

4.8 Persentase kesukaan panelis terhadap aroma lilin saat dibakar .......................38

4.9 Persentase selang waktu deteksi aroma pertama kali oleh panelis ..................40

4.10 Persentase selang waktu deteksi terhadap efek terapi yang dirasakan pertama
kali oleh panelis ..............................................................................................42

4.11 Persentase efek terapi yang dirasakan oleh panelis........................................43

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Sertifikat Minyak Bunga Lavender ....................................................................48


2. Sertifikat Minyak Jeruk Lemon .........................................................................49
3. Sertifikat Minyak Nilam ....................................................................................50
4. Gambar Minyak Bunga Lavender ......................................................................51
5. Gambar Minyak Jeruk Lemon ...........................................................................52
6. Gambar Minyak Nilam ......................................................................................53
7. Bagan alir pembuatan basis lilin aromaterapi ....................................................54
8. Bagan alir pembuatan lilin aromaterapi .............................................................55
9. Bagan alir pengujian titik leleh lilin aromaterapi ...............................................56
10. Gambar Basis Sediaan Lilin Aromaterapi........................................................57
11. Gambar Hasil Lilin Aromaterapi .....................................................................62
12. Gambar hasil pengujian titik leleh lilin ............................................................63
13. Gambar pipa kapiler berisikan lilin pada pengujian titik leleh
lilin ..................................................................................................................64
14. Contoh Lembar Kuisioner Penilain Kesukaan (hedonoic test) ........................65
15. Rumus perhitungan persentase kesukaan panelis ............................................72
16. Hasil uji penampakan lilin secara keseluruhan ................................................73
17. Perhitungan persentase hasil uji penampakan lilin secara
keseluruhan .....................................................................................................75
18. Hasil uji kesukaan warna lilin ..........................................................................76
19. Perhitungan persentasi hasil uji kesukaan warna lilin......................................80
20. Hasil uji kesukaan terhadap aroma lilin sebelum dibakar ................................85
21. Perhitungan persentase hasil uji kesukaan terhadap aroma
lilin sebelum dibakar .......................................................................................87
22. Hasil uji kesukaan terhadap aroma lilin saat dibakar .......................................91
23. Perhitungan persentase hasil uji kesukaan terhadap aroma saat
dibakar.............................................................................................................93
24. Hasil uji deteksi aroma pertama kali ................................................................97
25. Perhitungan persentase hasil deteksi aroma pertama kali ................................99
26. Hasil uji deteksi waktu terhadap efek yang dirasakan pertama
kali.................................................................................................................104
27. Perhitungan persentase hasil uji deteksi waktu terhadap efek
yang dirasakan pertama kali..........................................................................106
28. Hail uji efek yang dirasakan ...........................................................................111
29. Perhitungan persentase hasil uji efek terapi yang dirasakan ..........................113

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 5000 tahun yang lalu, sebelum gas dan listrik menjadi sumber daya

yang umum digunakan, lilinlah yang menjadi sumber penerangan utama. Selain

sebagai sumber penerangan, lilin juga bisa sebagai aromaterapi (Murhananto,

1999). Salah satu cara merelaksasikan pikiran setelah penat di tempat kerja adalah

dengan mencium aromaterapi. Segala lelah dan penat akan segera hilang dan

pastinya akan bisa kembali segar dan rileks. Ada banyak sekali pilihan

aromaterapi yang hadir di pasaran, misalnya bentuk minyak essensial, miyak

untuk pijat, sabun mandi, garam aromaterapi, dupa, pasta gigi, gel aromaterapi,

krim pijat, roll on, salah satunya tersedia dalam bentuk lilin aromaterapi

(Muchtaridi, 2009). Penggunaan sediaan lilin sebagai aromaterapi saat ini

seringkali digunakan, karena hemat energi, tidak membutuhkan energi listrik, dan

juga memiliki efek samping yang minimal, karena tidak menggunakan bahan

kimia yang berbahaya (Faidliyah et al., 2017)

Lilin aromaterapi adalah alternatif aplikasi secara inhalasi (penghirupan),

yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan. Lilin aromaterapi akan

menghasilkan aroma yang memberikan efek terapi bila dibakar. Saat ini lilin

aromaterapi banyak diformulasikan dengan mempunyai fungsi ganda yaitu, selain

sebagai aromaterapi bisa juga menjadi sumber penerangan (Primadiati, 2002).

Pemakaian bahan alam saat ini memang cenderung meningkat,

diantaranya adalah untuk aromaterapi. Bahan alam yang digunakan untuk

aromaterapi salah satunya ialah bunga lavender dan jeruk lemon. Kedua bahan

Universitas Sumatera Utara


tersebut digunakan sebagai aromaterapi karena mengandung minyak atsiri yang

dapat merelaksasi, memberikan ketenangan dan juga membuat nyaman (Yongki,

2008).

Penelitian aktivitas aromaterapi secara ilmiah masih sedikit di Indonesia.

Untuk itu perlu dilakukannya pengembangan melalui penelitian. Berdasarkan

uraian diatas, peneliti membuat penelitian pembuatan lilin aromaterapi dengan

menggunakan kombinasi paraffin wax dan stearin sebagai basis lilin, kombinasi

minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak nilam sebagai

pengikat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka diperoleh perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah kombinasi paraffin wax dan stearin dapat diformulasikan sebagai

basis lilin aromaterapi

b. Apakah aroma yang dihasilkan dari kombinasi minyak bunga lavender dan

minyak jeruk lemon dengan minyak nilam sebagai pengikat memberikan

khasiat terapi

c. Apakah perbedaan konsentrasi minyak atsiri yang disukai dalam sediaan


lilin aromaterapi menggunakan kombinasi minyak bunga lavender dan
minyak jeruk lemon

1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut

a. Kombinasi paraffin wax dan stearin dapat diformulasikan sebagai basis

sediaan lilin aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


b. Aroma yang dihasilkan dari kombinasi minyak bunga lavender dan

minyak jeruk lemon memberikan khasiat terapi

c. Perbedaan konsentrasi minyak atsiri dalam sediaan lilin

aromaterapidengan kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk

lemon berpengaruh terhadap kesukaan panelis

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memformulasikan paraffin wax dan stearin sebagai basis sediaan

lilin aromaterapi

b. Untuk mengetahui efek terapi yang dihasilkan dari kombinasi minyak

bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak nilam sebagai

pengikat pada sediaan lilin

c. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi minyak atsiri yang disukai

dalam sediaan lilin aromaterapi menggunakan kombinasi minyak bunga

lavender dan minyak jeruk lemon

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai sumber

informasi bahwa kombinasi paraffin wax dan stearin dapat diformulasi sebagai

lilin aromaterapi, kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon

dengan minyak nilam sebagai pengikat memberikan efek terapi.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian penentuan basis dapat dilihat pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Waktu Bakar Lilin

Titik Leleh Lilin

Perbandingan
Konsentrasi Penampakan Lilin
Basis lilin
paraffin wax dan Secara Keseluruhan
stearin, pewarna
Gelembung Udara

Kesukaan Warna
secara Visual

Gambar 1.1 Kerangka berpikir penelitian penentuan basis lilin

Universitas Sumatera Utara


Kerangka berpikir penambahan minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon
kedalam basis lilin terbaik dapat dilihat pada Gambar 1.2

Variabel Bebas Variabel terikat Parameter

Kesukaan Terhadap
Aroma Lilin Sebelum
Dibakar

Kesukaan Terhadap
Aroma Lilin Saat
Perbandingan
Dibakar
Konsentrasi minyak
bunga lavender dan
Lilin Deteksi Aroma Pertama
minyak jeruk lemon
aromaterapi Kali
dengan minyak
nilam, pewarna lilin
Deteksi Waktu
Terhadap Efek Terapi
yang Dirasakan
Pertama Kali

Efek Terapi yang


Dihasilkan

Gambar 1.2 Kerangka berpikir penambahan minyak bunga lavender dan minyak
jeruk lemon dengan minyak nilam, pewarna lilin kedalam basis
lilin terbaik

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lilin Aromaterapi

2.1.1 Lilin

Lilin atau malam adalah ester antara asam lemak suku tinggi dengan

akohol monovalen yang mempunyai bobot molekul yang besar. Ada juga lilin

dengan alkohol penyusunannya berupa kolestrol. Pada suhu biasa, lilin berupa zat

padat yang mudah meleleh, tetapi tidak mudah terhidrolisis (Mira, 2013).

Malam lebah (beeswax), yang disekresikan oleh kelenjar khusus lebah,

adalah campuran dari beberapa ester, alcohol dan hidrokarbon. Mirisil palmitat

merupakan komponen terbesar (sekitar 80%), dan asam lemak penyusun yang

banyak adalah asam serotat. Lanolin yang dikenal sebagai lilin-wool,

mengandung ester dengan alcohol penyusunnya berupa kolestrol. Asilkolestrol ini

dapat bercampur dengan air sehingga dapat dijadikan salep untuk obat atau bahan

kosmetik. Lilin karnauba (Carnauba wax) terdapat pada pohon palem (Copernicia

cerifera), yang banyak tumbuh di Brazilia. Lilin ini mengandung ester mirisil

serotat (Mira, 2013).

Jenis lilin pada dasarnya bisa kita bedakan menjadi 3 menurut macamnya,

yaitu :

a. Lilin (wax) yang berasal dari bahan tambang

Dalam dunia perdagangan biasa disebut dengan nama parafin wax,

mencair pada pemanasan 50-60⁰C. Parafin wax lokal (produksi pertamina)

memiliki sifat kurang lentur dibandingkan paraffin dari RRC, disamping itu

produksi lokal warnanya dapat berubah menjadi kekuningan.

Universitas Sumatera Utara


b. Lilin (wax) yang diperoleh dari tumbuhan (vegetable wax)

Vegetable wax yang sering dipakai adalah soy dan palm wax (sawit).

Bahan ini berbentuk serpihan (flake) atau berbentuk butiran kecil-kecil (granul)

berwarna putih.

c. Lilin (wax) yang diperoleh dari binatang (animal wax)

Bahan yang sering digunakan adalah bees wax yaitu berasal dari lebah,

selain menghasilkan aroma yang manis saat dibakar, lili jenis ini memiliki waktu

nyala lebih lama dibandingkan paraffin wax atau paraffin coax (Mira, 2013).

2.1.2 Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti

bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga aromaterapi

adalah salah satu pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan umumnya

digunakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, harumdisebut minyak atsiri atau

essensial oil (Mira, 2013).

2.1.3 Manfaat Aromaterapi

Aromaterapi murni yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, pikiran

dan jiwa. Sari pati tumbuhan tersebut, biasa disebut minyak esensial yang bisa

digunakan sebagai aromaterapi. Beberapa esensial yang umum digunakan dalam

aromaterapi karena sifatnya yang serbaguna adalah langon kleri, eukaliptus,

geranium, lavender, lemon, peppermint, petigrain, rosemary, pohon teh, dan

ylang-ylang. Aromaterapi yang merupakan penyembuhan kuno yang digunakan.

Manfaat aromaterapi berbeda-beda berdasarkan esensial yang digunakan. Pada

dasarnya manfaat aromaterapi adalah sebagai berikut :

a. Mempercepat peremajaan kulit melalui minyak essensial yang melalui kulit.

b. Mencegah timbulnya berbagai penyakit karena bersifat antibakteri

Universitas Sumatera Utara


c. Menetralkan ketegangan dan mengurangi stress

d. Memberi kenyamanan (relaxing) melalui aroma minyak essensial yang

terhirup

e. menstimulasi proses terapi (Ali B et al., 2015).

Selain dari pada itu aromaterapi bunga lavender berpengaruh terhadap

penurunan tingkat Premenstrual Syndrom pada wanita (Liswanto dkk., 2014).

2.1.4 Proses Aromaterapi Terhadap Tubuh

Efek aromaterapi positif karena aroma yang segar dan harum merangsang

sensori dan akhirnya mempengaruhi organ lainnya sehingga dapat menimbulkan

efek yang kuat terhadap emosi. Aromaterapi ditangkap oleh reseptor hidung,

kemudian memberikan informasi yang lebih jauh karena di otak yang mengontrol

emosi dan memori serta memberikan informasi ke hipotalamus yang merupakan

pengatur sistem internal tubuh, sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap

stress (Hale, 2008). Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusi

berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem

penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan

emosi seseorang (Wong, 2010).

2.2 Minyak Atsiri dan Isolasinya

2.2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan campuran kompleks dari senyawa organik

mudah menguap sebagai metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan..

Minyak atsiri itu sendiri memiliki beberapa fungsi diantara lain sebagai pelindung

dari serangga, jamur dan bakteri (Debboun dkk., 2015).

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak mudah menguap atau

minyak terbang. Menurut Encyclopedia of Chemical Technology pengertian

Universitas Sumatera Utara


minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang

diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun

dari bunga dengan cara ekstraksi (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau

minyak terbang diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik

maupun dengan cara dipress atau dikempa yang diperoleh dari bagian tanaman,

akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan.

Minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu minyak atsiri yang mudah

dipisahkan menjadi komponen atau penyusun murninya, contohnya minyak serai,

minyak daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin, dan minyak yang

sukar dipisahkan menjadi komponen murninya, contohnya minyak nilam dan

minyak kenanga (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan,

minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan

karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum,

kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat (Buchbauer, 1991).

Minyak bungan lavender dan minyak jeruk lemon dapat diambil dengan

penyulingan atau sering dikenal sebagai destilasi, proses destilasi ini bertujuan

untuk mendapatkan destilat bunga lavender dan buah jeruk atau uap air yang telah

didinginkan melalui kondensor. Metode destilasi dingunakan karena memiliki

beberapa keuntungan diantaranya, memberikan aroma pada tumbuhan, minyak

atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik

tertentu volume langsung bisa diketahui, kecepatan dehidrasi diketahui, suhu

konstan dapat dipertahankan, waktunya cepat, dan alatnya sederhana

(Sastrohamidjojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi minyak atsiri atau minyak menguap (Permadi, 1983) :

a. Kelas I (Top Note)

Adalah kelas yang paling mudah menguap. Contohnya: Eucalyptus (Minyak

kayu putih).

b. Kelas II (Middle Note)

Adalah wangi yang muncul setelah top note memudar atau kelas yang derajat

penguapannya lebih rendah dari top note. Contohnya: Camomile.

c. Kelas III (Base Note)

Adalah kelas dengan derajat penguapan paling rendah. Golongan kelas ini juga

dikenal sebagai fiksatif (pengikat) karena golongan ini juga digunakan dalam

campuran dengan minyak menguap kelas I untuk menghambat daya

penguapannya yang begitu tinggi. Contohnya: Patchouli (minyak nilam).

2.2.2 Isolasi Minyak Atsiri

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas). Dalam

penyulingan, campuran zat didihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian

didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Penerapan proses ini didasarkan pada

teori bahwa pada suatu larutan, untuk menghambat daya penguapannya yang

begitu tinggi.masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.3 Lavender (Lavandula angustifolia Chaix)

2.3.1 Taksonomi Bunga Lavender (Lavandula angustifolia Chaix)

Taksonomi tanaman lavender (Lavandula angustifolia Chaix) menurut

sistem taksonomi dari (Cronquist, 1981) sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Lavandula

Spesies : Lavandula angustifolia Chaix

2.3.2 Morfologi Bunga Lavender

Lanvender (Lavandula angustifolia Chaix) merupakan tanaman dengan

tinggi 1-2 m yang terlihat seperti rumput dan sering juga disebut sebagai rumput

raksasa. Susunan bunganya terdiri dari 6-8 bunga pada setiap gerombolannya

yang mengumpul ditengah berwarna ungu kecil-kecil dengan panjang 2-8 cm

kebiruan diujung daun dan mengeluarkan aroma wangi. Ukuran daun 2-3 cm,

lebar daun 4-6 mm bertulang sejajar, tangkai daunnya pendek berwarna hijau

yang tumbuh diujung batang bunga. Batang bunga berwarna coklat abu-abu atau

coklat gelap dengan kulit kayu mempunyai pola memanjang sesuai dengan batang

kayunya (WHO Monographs, 2007).

Tanaman ini tumbuh liar di Indonesia, membutuhkan sedikit air, tetapi

tidak baik tumbuh di tanah yang selalu lembab. Tanaman ini sering dipakai

sebagai tanaman hias. Asal tumbuhan ini dari laut tengah, afrika timur sampai

india, dan sejak kapan tumbuhan ini masuk ke Indonesia belum ada data yang

jelas (WHO Monographs, 2007). Tanaman lavender tumbuh baik di ketinggian

600-1350 m diatas permukaan laut. Semakin tinggi tempat tumbuh, kualitas

minyak yang dihasilkan semakin bagus. Menggunakan biji, tetapi biasanya

Universitas Sumatera Utara


menggunakan biji yang sudah tua dan sehat, apabila benihnya sudah tumbuh dapat

dipindahkan kedalam polybag.

2.3.2 Kandungan Bunga Lavender (Lavandula angustifolia Chaix)

Kandungan minyak lavender sangat bervariasi, tergantung dari musim dan

maturasi tanaman tersebut saat dipanen. Selain dari pada itu yang mempengaruhi

konsentrasi zat dalam minyak atsiri ialah cara ekstraksi (Chu dkk, 2001). linalool

dan linalil asetat dalam konsentrasi yang paling tinggi dibandingkan dengan

menggunakan metode destilasi air superficial ( Chu dkk, 2001).

Bunga lavender mengandung beberapa senyawa, seperti: minyak esensial (1-3%),

linalyl acetate (26,32%), linalool (26,12%), alpha-pinene (0,22%), camphor

(1,6%), beta myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol

(0,51%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), geranyl acetate (2,14%), dan

caryophyllene (7,55%). Berdasarkan hasil persentase kandungan minyak lavender

diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah

linalool dan linalyl asetat (Cox, 2005; Mclain, 2009).

Aromaterapi lavender dapat memberikan ketenangan, keseimbangan, rasa

nyaman, rasa keterbukaan, dan rasa keyakinan. Disamping itu juga dapat

mengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang, hysteria,

sara frustasi dan kepanikan. Lavender dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa

nyeri, dan dapat memberikan relaksasi (Hutasoit, 2002).

2.4 Jeruk Lemon (Citrus limon L)

2.4.1 Taksonomi Jeruk Lemon (Citrus limon L)

Taksonomi jeruk lemon (Citrus limon L) menurut sistem taksonomi dari

(Chaturdevi et al, 2016) sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Kingdom : Plantae

Subkingdom : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Marga : Citrus

Jenis : Citrus limon L

2.4.2 Morfologi Jeruk Lemon (Citrus limon L)

Jeruk lemon merupakan tanaman berduri, tinggi pohon tanaman yang kecil

mencapai 10-20 kaki. Daun lemon berbentuk oval dan berwarna hijau gelap. Daun

jeruk lemon tumbuh tersusun pada batangnya. Aroma harum pada bunganya yang

berwarna putih dan tersusun atas 5 kelopak. Jeruk lemon memiliki warna kuning

hijau hingga kuning cerah dengan bentuk membundar (panjang 8-9 cm). Jeruk

lemon sangat mirip dengan jeruk nipis, namun jeruk lemon akan berwarna kuning

saat matang, dimana jeruk nipis akan tetap berwarna hijau dan jeruk lemon

memiliki ukuran yang lebih besar pula (Chaturvedi et al., 2016).

2.4.3 kandungan Jeruk Lemon (Citrus limon L)

Jeruk lemon memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi

dibandingkan jeruk nipis serta sebagai sumber vitamin A, B1, B2, fosfor, kalsium,

pectin, minyak atsiri 70%, limone, felandren, kumarins bioflavonoid, geranil

asetat, asam sitrat, linalil asetat, linalool, kalsium, dan serat. Lemon memiliki

berbagai macam penggunaan. Buah lemon terkenal sebagai bahan untuk diperas

dan diambil dari buahnya sebagai pembuatan minuman. Dalam pengobatan

Universitas Sumatera Utara


tradisional air perasan lemon dapat ditambahkan kedalam teh untuk mengurangi

demam, asam lambung, radang sendi, dan menyembuhkan sariawan (Noghata et

al., 2006).

Aromaterapi pada lemon merupakan jenis aromaterapi yang dapat

digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon

salah satunya adalah linalool yag berguna untuk menstabilkan sistem saraf

sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya

(Wong, 2010).

2.5 Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth)

2.5.1 Morfologi Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropik, tanaman ini termasuk

family labiatae dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-

1,3 meter. Tanaman nilam berakar serabut, berbatang lunak dan berbuku-buku.

Buku batangnya menggembung dan berair, pada batangnya berwarna hijau coklat

(Santoso, 1990).

Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau

lonjong, melebar di tengah, meruncing ke ujung dan tepinya bergerigi. Tulang

daunnya bercabang-cabang kesegala penjuru. Daun nilam merupakan bagian dari

tanaman yang paling berharga, karena minyak nilam yang baik berasal dari

daunnya. Tanaman nilam berakar serabut, berbatang lunak dan berbuku-buku.

Buku batangnya menggembung dan berair, pada batangnya berwarna hijau coklat

Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada jenisnya. Nilam yang

berbunga, bunganya berwarna putih dan tersusun di tangkai. (Santoso, 1990).

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Taksonomi Tanaman Nilam

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Ordo : Labiatales

Family : Labiatae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon cablin Benth (Rukman, 2003)

2.5.3 Kandungan Tanaman Nilam

Beberapa kandungan utama yang menjadi bahan senyawa penyusun

minyak nilam meliputi patchouli alcohol, patchouli camphor, eugenol,

benzaldehyde, cinnamic aldehyde dan cadiene. Namun komponen penyususn

yang paling menentukan mutu minyak nilam tersebut ialah patchouli alcohol yang

kadarnya kurang dari 30% (Lutony dan Yeyet, 2000). Minyak nilam memiliki

titik didih yang tinggi yaitu 280,37⁰C (Yanyan dkk, 2004).

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri

yang dikenal dengan minyak nilam (Patchouli oil). Namun komponen penyususn

yang paling menentukan mutu minyak nilam tersebut ialah patchouli alcohol yang

kadarnya kurang dari 30% (Lutony dan Yeyet, 2000).Minyak nilam ini banyak

dipergunakan dalam industry kosmetik, parfum, sabun, anti septic, dan

insektisida. Keunggulan minyak nilam dalam industri parfum yaitu minyak nilam

bersifat fiksatif yaitu kemampuannya dalam mengikat minyak lainnya sehingga

harumnya dapat bertahan lama dan hingga kini belum dapat dibuat secara sintetik

(Kadir, 2011).

Universitas Sumatera Utara


2.6 Paraffin Wax

Paraffin wax merupakan campuran murni dari padatan hidrokarbon jenuh

yang mempunyai rumus umum 𝐶𝑛 𝐻2𝑛+2 . Paraffin wax memiliki organoleptis

tidak berbau, tidak berwarna dan merupakan padatan putih (Rowe dkk, 2009).

Paraffin wax memiliki berat molekul rata-rata 300-700 gram/mol. Titik leleh

paraffin wax adalah 45-65⁰C. Paraffin wax memiliki sifat basa karena memiliki

pH 11 (Mozes, 1983).

Paraffin wax adalah bahan utama pembuatan lilin. Paraffin adalah residu

dari minyak bumi. Bahan berbentuk padat ini ada dua jenis, yaitu lokal dan impor.

Paraffin impor yang paling banyak dipasaran adalah yang berasal dari China.

Pafaffin lokal dicirikan dari warnanya yang putih kekuningan. Sementara itu,

paraffin impor putih bening. Paraffin lokal lebih lembek dibandingkan paraffin

impor. Dengan tingkat kepadatan yang lebih tinggi, paraffin impor memiliki masa

bakar yang lebih lama. Hal ini berkaitan juga dengan harga jual dipasaran,

paraffin impor umumnya lebih mahal dibandingkan dengan paraffin lokal (Veri

dan Murhananto, 1966).

2.7 Stearin

Stearin merupakan campuran berbagai asam lemak jenuh dan asam lemak

tidak jenuh, dengan komponen terbesar adalah asam palmitat. Asam palmitat

adalah asam lemak jenuh yang berbentuk padat pada suhu kamar (Ketaren, 1986).

Komponen terbesar kedua adalah asam oleat yang merupakan asam tak jenuh dan

memiliki titik leleh rendah yaitu 14⁰C (Ketaren, 1986). Titik leleh stearin menurut

buku ‘’The Merck Index’’ adalah ± 55⁰C dan menurut (Pantzaris, 1994) adalah

46-56⁰C. Semakin banyak stearin yang digunakan, komponen ini menjadi

Universitas Sumatera Utara


dominan dalam lilin dan menghasilkan struktur padat dan kristal. Penambahan

stearin yang lebih banyak pada paraffin akan membuat produk lilin lebih keras

dan memiliki penampakan Kristal (Oppenheimer, 2001; Warth, 1956).

2.8 Pewarna Lilin

Pewarna lilin berbahan dasar minyak, sesuai dengan karakter lilin.

Pewarna ini bercampur sempurna dengan adonan lilin. Dengan demikian, warna

lilin menjadi rata. Penggunaan warna ini cukup irit. Hal lain, pewarna lilin tidak

menyebabkan proses pembakaran lilin menjadi terganggu (Saraswati, 1956).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang terdiri dari variabel

bebas yaitu perbandingan konsentrasi paraffin wax denganstearin sebagai basis

lilin dan perbandingan minyak bunga lavender dengan minyak jeruk lemon

sebagai aromaterapi dengan minyak nilam sebagai pengikat, variabel terikat

paraffin wax, stearin, minyak bunga lavender, minyak jeruk lemon, minyak nilam

sebagai pengikat dengan parameter uji penentuan titik leleh, waktu bakar,

penampakan lilin secara keseluruhan, gelembung udara, kesukaan warna secara

visual, kesukaan terhadap aroma lilin sebelum dibakar, kesukaan terhadap aroma

lilin saat dibakar, deteksi aroma pertama kali, deteksi waktu terhadap efek terapi

yang dirasakan pertama kali, efek terapi yang dihasilkan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai dengan Bulan

Februari 2019 di Laboratorium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan lilin aromaterapi ini adalah

batang pengaduk, cawan penguap, gelas lilin, kertas perkamen, kompor gas,

timbangan digital (AD gf 2000), penjepit tabung, pisau, spatula, waterbath, pipa

kapiler, stop watch, termometer skala 0-110⁰C.

3.2 Bahan

Universitas Sumatera Utara


Bahan yang digunakan meliputi paraffin wax, stearin, minyak atsiri

sebagai aromaterapi yaitu minyak bunga lavender, minyak jeruk lemon, minyak

nilam sebagai fiksatif, pewarna lilin dan sumbu lilin dengan panjang 4,5 cm.

3.3 Prosedur Penelitian

Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan formula yang

dimodifikasi dari formula standar menurut Sapta Raharja dkk (2006).

Formula standar menurut Sapta Raharja dkk (2006).

Ai : Komposisi bahan lilin 3 taraf


a1 : 10 stearin : 90 parafin wax
a2 : 50 stearin : 50 parafin wax
a3 : 90 stearin : 10 parafin wax

Bi : Konsentrasi minyak atsiri, 2 taraf


b1 : 2%
b2 : 4%

C1 : Jenis minyak atsiri, 2 taraf


c1 : minyak melati
c2 : minyak lavender

Formula yang di modifikasi

Komposisi basisi lilin


A1 : Paraffin wax dan stearin (10% : 90%)
A2 : Paraffin wax dan stearin (20% : 80%)
A3 : Paraffin wax dan stearin (30% : 70%)
A4 : Paraffin wax dan stearin (40% : 60%)
A5 : Paraffin wax dan stearin (50% : 50%)
A6 :Paraffin wax dan stearin (60% : 40%)
A7 : Paraffin wax dan stearin (70% : 30%)
A8 : Paraffin wax dan stearin (80% : 20%)
A9 : Paraffin wax dan stearin (90% : 10%)

Konsentrasi minyak atsiri


B1 : Formula dengan konsentrasi minyak 2%
B2 : Formula dengan konsentrasi minyak 3%
B3 : Formula dengan konsentrasi minyak 4%
C1: Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 0,5%:1,5%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


C2 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 1%:1%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C3 : Kombinasi minyak bunga lavender da minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 1,5%:0,5%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C4 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 1%:2%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C5 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 1,5%:1,5%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C6 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 2%:1%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C7 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 1%:3%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C8 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 2%:2%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan
C9 : Kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon dengan minyak
nilam 3%:1%:10% dari konsentrasi minyak atsiri yang digunakan

D1 : Konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 0,5%


D2 : Konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 1%
D3 : Konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 2%

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama, penelitian

pendahuluan (orientasi) dan tahap kedua, penelitian utama. Pada tahap pertama,

penelitian pendahuluan dilakukan dua langkah yaitu langkah pertama penentuan

basis lilin terbaik, langkah kedua penentuan konsentrasi warna lilin yang disukai,

tahap kedua, penentuan konsentrasi aroma yang disukai. Dilakukan orientasi yang

bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi lilin terbaik. Pada langkah pertama

orientasi, memvariasikan konsentrasi paraffin wax dan stearin pada formula yang

digunakan untuk mendapatkan basis lilin terbaik dengan perbandingan 10%:90%,

20%:80%, 30%:70%, 40%:60%, 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%, 80%:20%,

90%:10%. Dibuat lilin aromaterapi dengan bobot 50 g. Diharapkan pencampuran

kedua bahan dapat menghasilkan lilin yang keras, waktu bakar yang lama, titik

leleh yang memenuhi persyaratan SNI, tidak adanya keretakan pada lilin, dan

tidak adanya gelembung udara sehingga dapat digunakan pada langkah kedua

Universitas Sumatera Utara


orientasi. Dilakukan pengujian pada langkah pertama ini berupa uji titik leleh,

waktu bakar, penampakan lilin secara keseluruhan, gelembung udara.

Formula tahap pertama penelitian dalam penentuan basis lilin terbaik

dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Formula pemilihan basis lilin aromaterapi terbaik

Bahan A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9

Paraffin wax (g) 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Stearin (g) 45 40 35 30 25 20 15 10 5

Keterangan :
A1 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 10%:90%
A2 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 20%:80%
A3 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 30%:70%
A4 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 40%:60%
A5 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 50%:50%
A6 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 60%:40%
A7 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 70%:30%
A8 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 80%:20%
A9 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 90%:10%

3.3.1 Proses pembuatan basis lilin aromaterapi

Air dipanaskan dalam waterbath. Ditimbang paraffin wax dan stearin

sesuai dengan perbandingan konsentrasi yang sudah ditentukan, dimasukkan

paraffin wax dan stearin sesuai dengan perbandingan konsentrasi yang sudah

ditentukan kedalam cawan penguap, kemudian dilelehkan sempurna diatas

waterbath pada kisaran suhu 65-84⁰C (Raharja, 2006). Setelah itu diaduk dan

dihomogenkan menggunakan batang pengaduk, ditunggu hingga suhunya turun

pada kisaran 55⁰C yaitu pada suhu dimana stearin mulai memadat kembali,

dimasukkan ke dalam cetakan yang sudah dipasangkan sumbu lilin dengan

panjang 4 cm pada bagian tengahnya.

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya dilakukan langkah kedua pada orientasi ini yaitu, pemilihan

konsentrasi warna yang disukai. Konsentrasi pewarna yang ditambahkan ke dalam

lilin hasil trial and error tidak lebih dari 2%, karena akan menghasilkan warna

yang sangat pekat pada sediaan lilin. Dalam tahap kedua ini dipilih konsentrasi

0,5%, 1%, 2% hasil trial and error, dengan menggunakan basis lilin terbaik yang

diperoleh pada tahap pertama pada penelitian yaitu perbandingan konsentrasi

paraffin wax dan stearin 40%:60%. Pengujian yang dilakukan pada langkah kedua

ini berupa kesukaan warna secara visual yang diujikan kepada 20 panelis.

Formula pemilihan konsentrasi warna yang disukai dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Formulapemilihan konsentrasi warna yang disukai

Basis D1 D2 D3
Basis konsentrasi paraffin dan 0,25 0,5 1
stearin 40:60 (g)

Keterangan :
D1 : Formula konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 0,5%
D2 : Formula konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 1%
D3 : Formula konsentrasi pewarna berbahan dasar minyak 2%

Tahap kedua, pemilihan aroma yang disukai dengan menggunakan basis

lilin terbaik dan warna yang disukai dari tahap pertama. Basis lilin terbaik yang

digunakan pada tahap kedua ini adalah basis lilin dengan perbandingan paraffin

wax dan stearin 40%:60% dengan zat warna 1%. Wangi yang disukai didapatkan

dengan memvariasikan tiga konsentrasi kombinasi minyak atsiri dengan

konsentrasi 2%, 3%, 4% hasil trial and error, konsentrasi minyak yang diperoleh

juga didasarkan pendapat Oppenheimer (2001), bahwa secara umum malam atau

lilin hanya dapat menerima 2 sampai 4 persen minyak atsiri murni. Dengan

membuat perbandingan konsentrasinya. Konsentrasi 2% dibuat perbandingan

kombinasi minyak bunga lavender dan minyak jeruk lemon yaitu 0,5%:1,5%,

Universitas Sumatera Utara


1%:1%, 1,5%:0,5%. Konsentrasi 3% dibuat perbandigan kombinasi minyak bunga

lavender dan minyak jeruk lemon yaitu 1%:2%. 1,5%:1,5%, 2%:1%. Pada

konsentrasi 4% dibuat perbandingan kombinasi minyak bunga lavender dan

minyak jeruk lemon yaitu 1%:3%, 2%:2%, 3%:1%. Sebagai pengikat

ditambahkan minyak nilam 10% dari setiap konsentrasi minyak (Ketaren, 1984).

Formula tahap kedua penelitian dalam penentuan aroma yang disukai

dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Formula pemilihan aroma yang disukai

B1 B2 B3
Bahan C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9
Miyak bunga lavender 0,25 0,5 0,75 0,5 0,75 1 0,5 1 1,5
(g)
Minyak jeruk lemon (g) 0,75 0,5 0,25 1 0,75 0,5 1,5 1 0,5
Minyak nilam (g) 0,1 0,1 0,1 0,15 0,15 0,15 0,2 0,2 0,2
Keterangan :
B1 : Formula dengan konsentrasi minyak 2%
B2 : Formula dengan konsentrasi minyak 3%
B3 : Formula dengan konsentrasi minyak 4%
C1 : Formula dengan perbandingan kombinasi 0,5%:1,5%:10% dari kons. minyak
C2 : Formula dengan perbandingan kombinasi 1%:1%:10% dari kons. minyak
C3 : Formula dengan perbandingan kombinasi 1,5%:0,5%:10% dari kons. minyak
C4 : Formula dengan perbandingan kombinasi 1%:2%:10% dari kons. minyak
C5 : Formula dengan perbandingan kombinasi 1,5%:1,5%:10% dari kons. minyak
C6 : Formula dengan perbandingan kombinasi 2%:1%:10% dari kons. minyak
C7 : Formula dengan perbandingan kombinasi 1%:3%:10% dari kons. minyak
C8 : Formula dengan perbandingan kombinasi 2%:2%:10% dari kons. minyak
C9 : Formula dengan perbandingan kombinasi 3%:1%:10% dari kons. Minyak

Dari sembilan formula tersebut dipilih formula lilin yang menghasilkan

aroma yang disukai, diuji pada 20 panelis. Adapun pengujian yang dilakukan

pada tahap kedua yaitu, kesukaan terhadap aroma lilin sebelum dibakar, kesukaan

terhadap aroma saat dibakar, deteksi aroma pertama kali, deteksi waktu terhadap

efek terapi yang dirasakan pertama kali, dan efek yang dihasilkan. Pengujian

dilakukan dengan menginstruksikan panelis mencium aroma lilin sebelum

Universitas Sumatera Utara


dibakar, pembakaran lilin pada setiap konsentrasi lilin yang sudah dibuat di

hadapan panelis dan panelis menilai kesukaan aroma saat dibakar, setelah itu

mendeteksi waktu aroma pertama kali dirasakan, deteksi waktu terhadap efek

yang dirasakan, dan menuliskan efek terapi yang dirasakan oleh panelis.

3.3.2 Prosedur Pembuatan Lilin Aromaterapi

Ditimbang paraffin wax, stearin, dan pewarna sebanyak yang dibutuhkan.

Air dipanaskan didalam water bath, dimasukkan paraffin wax, stearin, dan

pewarna kedalam cawan penguap sesuai dengan konsentrasi yang sudah

ditentukan, kemudian dilelehkan sempurna di atas waterbath pada kisaran suhu

65-84⁰C. Setelah itu diaduk dan dihomogenkan menggunakan batang pengaduk,

ditunggu hingga suhunya turun pada kisaran 55⁰C yaitu pada suhu dimana stearin

mulai memadat kembali, kemudian diteteskan kombinasi minyak bunga lavender

dan minyak jeruk lemon dan minyak nilam sebagai fiksatif sesuai dengan

konsentrasi yang telah ditetapkan, diaduk dan dihomogenkan dengan

menggunakan batang pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam cetakan yang

sudah dipasangkan sumbu lilin dengan panjang 4 cm pada bagian tengahnya dan

ditunggu hingga lilin memadat menjadi lilin.

3.4 Prosedur Pengujian Basis Lilin


3.4.1 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan

Keadaan fisik lilin adalah warna sama merata, tidak retak, tidak cacat dan

tidak patah. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara visual

terhadap lilin secara subjektif oleh masing masing panelis, jumlah panelis yang

digunakan pada uji ini sebanyak 20 orang. Hasil penilaian panelis dimuat dalam

skala 1-5.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Uji Gelembung Udara

Adanya gelembung udara pada permukaan akan menurunkan tingkat

kesukaan terhadap lilin. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati secara

visual ada tidaknya gelembung pada lilin aromaterapi yang dihasilkan.

3.4.3 Uji Waktu Bakar

Waktu bakar adalah selang waktu yang menunjukkan daya tahan lilin

dibakar sampai habis. Pengujian ini dilakukan dengan cara membakar sumbu lilin

sehingga terbentuk nyala api pada lilin. Waktu bakar diperoleh dari selisih antara

waktu awal pembakaran dan waktu saat sumbu lilin habis terbakar (padam).

3.4.4 Uji Titik Leleh

Pengujian titik leleh dengan aspek yang diuji berupa titik leleh terbaik

yang memenuhi persyaratan SNI dari konsentrasi kombinasi paraffin wax dan

stearin.Pengujian titik leleh menggunakan metode pipa kapiler. Lelehan lilin

dihisap kedalam pipa kapiler, kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4-

10⁰C selama 16 jam.Pipa kapiler diikatkan pada termometer dan dimasukkan ke

dalam gelas beker 500 ml yang berisi air setengah bagian.Gelas beker

dipanaskan.Pada saat lilin dalam pipa kapiler bergerak pertama kali, angka yang

terlihat pada termometer dicatat sebagai titik leleh lilin (AOAC, 1984).

3.5 Uji Kesukaan Warna Secara Visual

Komposisi bahan lilin memberikan pengaruh yang nyata pada tingkat

kesukaan terhadap warna lilin. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati

secara visual warna lilin aromaterapi yang dihasilkan secara subjektif oleh

masing-masing panelis. Pengamatan dilakukan oleh panelis sebanyak 20 orang.

Penilaian tingkat kesukaan dimuat dalam skala 1-5.

3.6 Uji kesukaan Terhadap Aroma Lilin Sebelum Dibakar

Universitas Sumatera Utara


Aroma lilin dihasilkan dari kombinasi minyak bunga lavender dan minyak

jeruk lemon. Aroma yang dihasilkan memberikan rangsangan yang berbeda-beda

bagi setiap panelis, masing-masing panelis menilai secara subjektif. Pengujian ini

dilakukan dengan cara panelis diberikan mencium aroma lilin sebelum dibakar.

Pengamatan dilakukan oleh panelis sebanyak 20 orang. Hasil yang diperoleh

menunjukkan tigkat kesukaan terhadap aroma lilin sebelum dibakar.Penilaian

tingkat kesukaan aroma lilin sebelum dibakar ini dimuat dalam skala 1-5.

3.7 Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Saat Dibakar

Uji kesukaan aroma lilin saat dibakar akan memberikan hasil penilaian

yang lebih akurat terhadap aroma yang dihasilkan dari kombinasi minyak bunga

lavender dan minyak jeruk lemon dibandingkan uji kesukaan aroma sebelum

dibakar. Pengujian dilakukan dengan cara membakar lilin aromaterapi yang telah

dibuat di dalam ruangan tertutup berukuran 3X6 meter dengan jarak antara panelis

ke lilin ±60 cm, dan disiapkan panelis sebanyak 20 orang untuk mengamati

aroma yang keluar dari lilin setelah dibakar dengan jarak lilin dengan panelis ±60

cm, masing-masing panelis menilai secara subjektif apa yang mereka rasakan.

Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma lilin

pada saat dibakar yang dimuat dalm 5 skala.

3.8 Uji Deteksi Aroma Pertama Kali


Pengujian deteksi aroma pertama kali dilakukan dengan mencatat waktu

saat aroma lilin dideteksi atau dirasakan oleh panelis pertama kali. Pengamatan

aroma pertama kali dilakukan oleh panelis sebanyak 20 orang di dalam ruangan

tertutup berukuran 3X6 meter dengan jarak antara panelis ke lilin ±60 cm, dengan

Universitas Sumatera Utara


mendeteksi aroma yang dirasakan panelis pertama kali setelah lilin aromaterapi

dibakar yang mana pmasing-masing panelis menilai secara subjektif apa yang

mereka rasakan. Waktu deteksi aroma pertama kali dimuat dalam 6 kategori.

3.9 Uji Deteksi Waktu Terhadap Efek Terapi yang Dirasakan Pertama Kali

Selama lilin dibakar, aroma yang dihasilkan akan memberikan efek terapi

bagi yang menciumnya. Efek terapi dapat dirasakan apabila mencium aroma lilin

beberapa saat setelah dibakar. Pengujian efek terapi yang dirasakan panelis

sebanyak 20 orang pertama kali dilakukan secara subjektif oleh masing-masing

panelis dengan menghitung waktu antara awal penciuman aroma sampai adanya

efek terapi yang dirasakan oleh panelis setelah beberapa saat mencium aroma lilin

yang dibakar pada ruangan tertutup berukuran 3X6 meter dengan jarak antara

panelis ke lilin ±60 cm. Deteksi waktu efek terapi dimuat dalam 6 kategori.

3.10 Uji Efek Terapi yang Dirasakan

Hasil penilaian efek terapi terhadap aroma lilin didasarkan pada pendapat

masing-masing panelis secara subjektif, dengan acuan skala efek aroma 1-11.

Pengujian dilakukan terhadap 20 orang panelis di dalam ruangan tertutup

berukuran 3X6 meter dengan jarak panelis ke lilin ±60 cm. Hasil yang dirasakan

dimuat dalam skala 1-11.

3.11 Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya

untuk setiap konsentrasi dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada

tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006)

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Basis Lilin

Dilakukan pengujian basis lilin dengan aspek yang diuji berupa uji

penampakan lilin secara keseluruhan, uji gelembung udara, uji waktu bakar, dan

uji titik leleh terbaik yang diperoleh dari kombinasi paraffin wax dan stearin yang

digunakan sebagai basis lilin.

4.1.1 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa warna yang

merata, tidak adanya retak dan cacat pada lilin, dan tidak adanya cekungan pada

lilin..

Perbedaan penampakan lilin secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perbedaan penampakan lilin secara keseluruhan

Formula Sifat Lilin


A1 Warna lilin merata, retak dan tidak cacat, tidak ada cekungan
A2 Warna lilin merata, retak dan cacat, cekungan yang dalam
A3 Warna lilin merata, tidak retak dan cacat, cekungan yang dalam
A4 Warna lilin merata, tidak retak dan tidak cacat, cekungan sedikit
A5 Warna lilin merata, tidak retak dan tidak cacat, ada cekungan
A6 Warna lilin merata, tidak retak dan tidak cacat, ada cekungan
A7 Warna lilin merata, tidak retak dan tidak cacat, ada cekungan
A8 Warna lilin tidak merata, tidak retak dan tidak cacat, ada cekungan
A9 Warna lilin tidak merata, tidak retak dan tidak cacat, ada cekungan
Keterangan:
A1 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 10%:90%
A2 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 20%:80%
A3 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 30%:70%
A4 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 40%:60%
A5 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 50%:50%
A6 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 60%:40%
A7 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 70%:30%
A8 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 80%:20%
A9 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 90%:10%

Universitas Sumatera Utara


Keadaan fisik lilin adalah warna sama dan merata, tidak retak, tidak cacat

dan tidak patah menurut SNI 0386-1989-A/II 0348-1980. Hasil pengamatan

terhadap penampakan lilin secara keseluruhan dalam penentuan basis lilin

aromaterapi terbaik, bahwa lilin dengan formula A4, A5, A6, A7 memiliki

penampakan lilin yang bagus dengan warna yang merata, tidak adanya cacat dan

retak tetapi ada cekungan pada semua lilin. Cekungan yang terbentuk pada lilin

merupakan hal yang biasa dalam pembuatan lilin, cekungan dapat diatasi dengan

teknik pembuatan khusus agar cekungan tidak terbentuk pada proses pembuatan

lilin, untuk itu dipilih basis lilin dengan cekungan yang sedikit yaitu pada formula

A4. Jadi formula basis yang digunakan pada pembuatan lilin aromaterapi adalah

formula A4 dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 40%:60%.

Komposisi bahan paraffin dan stearin yang berbeda memberikan pengaruh

yang nyata pada penampakan lilin secara keseluruhan. Perbandingan komposisi

bahan 10%:90% (A1) menghasilkan penampakan warna yang merata, terbentuk

seperti Kristal, adanya retakan pada lilin, tetapi tidak ada cacat dan cekungan pada

lilin. Lilin dengan perbandingan 20%:80% (A2) menghasilkan penampakan warna

yang merata, tetapi lilin yang terbentuk cacat, adanya retakan dan cekungan yang

dalam. Lilin dengan perbandingan 30%:70% (A3) menghasilkan warna yang

merata, tetapi lilin yang terbentuk cacat, adanya retakan dan adanya cekungan

yang dalam.Lilin dengan perbandingan 40%:60% (A4) menghasilkan

penampakan warna yang merata, tidak ada cacat, tidak ada retak dan cekungan

yang terbentuk sedikit.Lilin dengan perbandingan 50%:50% (A5) menghasilkan

penampakan warna yang merata, tidak ada cacat, tidak ada retak tetapi ada

cekungan. Lilin dengan perbandingan 60%:40% (A6) menghasilkan penampakan

warna yang merata, tidak ada cacat, tidak ada retak, tetapi ada cekungan.Lilin

Universitas Sumatera Utara


dengan perbandingan 70%:30% (A7) menghasilkan penampakan Warna yang

merata, tidak ada cacat, tidak ada retak tetapi ada cekungan. Lilin dengan

perbandingan 80%:20% (A8) menghasilkan penampakan warna yang tidak

merata, adanya bintik-bintik berwarna ungu yang lebih mencolok warnanya dari

warna keseluruhan lilin, tetapi lilin yang terbentuk tidak retak, dan tidak cacat,

dan adanya cekungan.Lilin dengan perbandingan 90%:10% (A9) menghasilkan

penampakan warna yang tidak merata, adanya bintik-bintik berwarna ungu yang

lebih mencolok dari warnanya dar warna keseluruhan lilin, tetapi lilin yang

terbentuk tidak cacat, tidak retak, dan adanya cekungan. Penambahan jumlah

stearin yang lebih banyak menghasilkan lilin seperti Kristal dan adanya kecacatan

dan keretakan pada lilin, sedangkan penambahan jumlah stearin yang lebih sedikit

menghasilkan warna yang tidak merata pada lilin.

4.1.2 Uji Gelembung Udara

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji yaitu ada tidaknya

gelembung udara yang terbentuk pada lilin aromaterapi.Terbentuknya gelembung

pada permukaan lilin disebabkan suhu lilin cair yang lebih rendah (kurang dari

40⁰C) saat pencetakan dan penuangan lilin yang terlalu cepat ke dalam cetakan

(Bardey, 1999; Oppenheimer, 2001).Adanya gelembung udara pada lilin

menurunkan tingkat kesukaan panelis dari segi penampakan lilin secara

keseluruhan.

Hasil pengamatan menunjukkan tidak adanya gelembung udara yang

terbentuk pada setiap lilin pada formula dengan perbandingan 10%:90% (A1),

20%:80% (A2), 30%:70% (A3), 40%:60% (A4), 50%:50% (A5), 60%:40% (A6),

70%:30% (A7), 80%:20% (A8), kecuali pada konsentrasi 90%:10% (A9).

Pengamatan terhadap ada tidaknya gelembung udara dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Pengamatan terhadap ada tidaknya gelembung udara

Formula Sifat Lilin


A1 Tidak ada gelembung udara
A2 Tidak ada gelembung udara
A3 Tidak ada gelembung udara
A4 Tidak ada gelembung udara
A5 Tidak ada gelembung udara
A6 Tidak ada gelembung udara
A7 Tidak ada gelembung udara
A8 Tidak ada gelembung udara
A9 Ada gelembung udara
Keterangan:
A1 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 10%:90%
A2 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 20%:80%
A3 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 30%:70%
A4 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 40%:60%
A5 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 50%:50%
A6 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 60%:40%
A7 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 70%:30%
A8 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 80%:20%
A9 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 90%:10%

4.1.3 Uji Waktu Bakar

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa lamanya waktu

bakar lilin pada saat dibakar sampai habis. Diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan waktu bakar berkisar 6 jam 18 menit sampai 10 jam 14 menit. Lilin

dengan waktu bakar terlama adalah lilin dengan perbandingan komposisi

10%:90% (A1) waktu bakar 10 jam 14 menit. Lilin yang paling cepat waktu

bakarnya lilin dengan perbandingan komposisi 90%:10% (A9) waktu bakar 6 jam

18 menit.

Lilin dengan bahan 90 bagian stearin memiliki waktu bakar yang lebih

lama dibandingkan yang lainnya, lilin yang mengandung stearin yang lebih

banyak menghasilkan lilin yang padat, keras dan berkristal. Sehingga pada saat

dibakar lilin tersebut tidak cepat meleleh.Panas pembakaran lilin akan sulit

menembus struktur lilin yang padat, dan keras. Pencampuran paraffin dan stearin

Universitas Sumatera Utara


Bertujuan untuk meningkatkan lama waktu bakar lilin (Bardey, 1999; Cleary,

1999).Lama waktutiap perbandingan konsentrasi lilin dapat dilihat pada Gambar

4.3.

Waktu Bakar, Waktu Bakar


A1, 10.1410.02Waktu Bakar,
Waktu Bakar,
A3, 9.49 A4, 9.48 A1
Waktu Bakar,
Waktu Bakar,
A5, 8.34 A6, 8.2 A2
Waktu Bakar,
A7, 7.24 A3
Waktu Bakar,
Waktu Bakar,
A8, 6.38A9, 6.18
A4
A5
A6
A7
A8
A9

Gambar 4.3 Lamanya waktu bakar bakar lilin


Keterangan:
A1 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 10%:90%
A2 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 20%:80%
A3 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 30%:70%
A4 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 40%:60%
A5 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 50%:50%
A6 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 60%:40%
A7 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 70%:30%
A8 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 80%:20%
A9 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 90%:10%

4.1.4 Uji Titik Leleh

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa penentuan titik

leleh lilin aromaterapi yang sesuai dengan SNI. Diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan kisaran titik leleh 51,5⁰C sampai 57⁰C. Kisaran titik leleh ini masih

berada dalam kisaran titik leleh lilin berdasarkan SNI 0386-1989-A/SII 0348-

1980 yaitu 50 sampai 58⁰C. Titik leleh tertinggi adalah 57⁰C pada lilin dengan

perbandingan paraffin dan stearin 90:10 (A9). Titik leleh terendah adalah 51,5⁰C

Universitas Sumatera Utara


Pada lilin dengan perbandingan paraffin dan stearin 10:90 (A1). Perbedaan titik

leleh lilin dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Titik leleh, A9,


Titik Leleh Titik leleh, A8,57
56.5 A1
Titik leleh, A7,
55 A2
Titik leleh, A6,
Titik leleh, A5, 54 A3
Titik leleh, A4,53.5
Titik leleh, A3, 53 A4
Titik leleh, A2,52.5 A5
Titik leleh, A1,52
51.5 A6
A7
A8
A9

Gambar 4.4 Titik leleh lilin


Keterangan:
A1 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 10%:90%
A2 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 20%:80%
A3 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 30%:70%
A4 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 40%:60%
A5 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 50%:50%
A6 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 60%:40%
A7 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 70%:30%
A8 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 80%:20%
A9 : Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin sebesar 90%:10%

Komponen terbesar kedua dalam stearin adalah asam oleat yang

merupakan asam tak jenuh dan memiliki titik leleh rendah yaitu 14⁰C (ketaren,

1986).Dalam pembuatan lilin penggunaan stearin yang banyak dapat

meningkatkan jumlah asam oleat. Semakin banyak jumlah asam oleat maka lilin

yang terbentuk akan memiliki titik leleh yang rendah. Penambahan stearin

kedalam paraffin akan menurunkan titik leleh lilin (Oppenheimer, 2001; Warth

1956).Lilin dengan perbandingan paraffin dan stearin 90:10 (A9) jumlah stearin

yang digunakan lebih sedikit sehingga memiliki titik leleh yang tinggi, oleh

karena itu asam oleat yang terkandung dalam lilin lebih sedikit. Lilin dengan

Universitas Sumatera Utara


perbandingan paraffin dan stearin 10:90 (A1) jumlah stearin yang digunakan lebih

banyak sehingga memiliki titik leleh yang rendah. Lilin dengan perbandingan

paraffin dan stearin 90:10 (A9) memiliki titik leleh lebih tinggi dibandingkan

dengan perbandingan paraffin dan stearin 10:90 (A1), jumlah stearin yang

dominan pada lilin yang menyebabkan hal tersebut. Untuk itu titik leleh stearin

sebagai acuan titik leleh lilin.

Hal lain yang mempengaruhi titik leleh lilin ialah bahan bakunya, yaitu

paraffin dan stearin. Titik leleh paraffin adalah 42-60⁰C (Bennet, 1963) dan

stearin menurut buku ‘’The Merck Index’’yaitu ± 55⁰C sedangkan menurut

Pantzaris (1994) 46-56⁰C.

4.2 Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa keadaan fisik lilin

adalah warna sama merata, tidak retak, tidak cacat dan tidak patah menurut SNI

0386-1989-A/II 0348-1980.Persentase kesukaan lilin secara keseluruhan dapat

dilihat pada Gambar 4.5


Persentase kesukaan
panelis

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Suka (4) 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
Sangat suka (5) 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%

Gambar 4.5 Persentase kesukaan lilin secara keseluruhan.

Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%

Universitas Sumatera Utara


A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Hasil pengamatan kesukaan panelis terhadap penampakan lilin secara

keseluruhan dimuat dalam skala 1-5. Semua konsentrasi lilin memiliki nilai

kesukaan yang sama yaitu pada skala 4 (Suka) dengan persentase kesukaan 50%

dan pada skala 5 (Sangat Suka) dengan persentase kesukaan 50%.

4.3 Uji Kesukaan Warna Secara Visual

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa kesukaan

terhadap warna lilin. Hasil pengujian organoleptis kesukaan panelis terhadap

penampakan lilin secara keseluruhan dimuat dalam skala 1-5. Semua konsentrasi

lilin memiliki nilai kesukaan yang sama yaitu pada skala 3 (Biasa saja) dengan

persentase 5%, skala 4 (Suka) dengan persentase kesukaan 60%, dan pada skala 5

(Sangat Suka) dengan persentase kesukaan 35%. Komposisi bahan lilin

memeberikan pengaruh yang nyata pada tingkat kesukaan panelis terhadap warna

lilin.

Persentase kesukaan panelis terhadap warna lilin secara visual dapat

dilihat pada Gambar 4.6

Universitas Sumatera Utara


Persentase kesukaan panelis

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Biasa saja (3) 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Suka (4) 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60%
Sangat suka (5) 35% 35% 35% 35% 35% 35% 35% 35% 35%

Gambar 4.6 Persentase kesukaan panelis terhadap warna lilin secara visual
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

4.4 Uji kesukaan Terhadap Aroma Lilin Sebelum Dibakar

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji tigkat kesukaan terhadap

aroma lilin sebelum dibakar. Hasil pengujian secara sensori dimuat dalam skala 1-

5, dengan nilai kesukaan tertinggi pada skala 5 dengan persentase 60% pada lilin

(A8), 40% pada lilin (A9), 15% pada lilin (A7), dan 5% pada lilin (A5). Dari hasil

tersebut menunjukkan lilin dengan konsentrasi minyak 4% lebih mudah dan cepat

Universitas Sumatera Utara


diidentifikasi oleh panelis sebelum lilin dibakar. Persentase kesukaan panelis

terhadap aroma lilin sebelum dibakar dapat dilihat pada Gambar 4.7

persentase kesukaan panelis

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Tidak suka (1) 60% 55% 55% 20% 0% 0% 0% 0% 0%
Kurang suka (2) 15% 15% 15% 75% 0% 0% 0% 0% 0%
Biasa saja (3) 25% 30% 30% 5% 75% 75% 35% 0% 0%
Suka (4) 0% 0% 0% 0% 20% 20% 40% 40% 40%
Sangat suka (5) 0% 0% 0% 0% 5% 0% 15% 60% 60%

Gambar 4.7 Persentase kesukaan panelis terhadap aroma lilin sebelum dibakar
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Universitas Sumatera Utara


4.5 Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Saat Dibakar

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa tingkat kesukaan

panelis terhadap aroma lilin pada saat dibakar. Persentase kesukaan panelis

terhadap aroma lilin saat dibakar dapat dilihat pada Gambar 4.8
persentase kesukaan

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Tidak suka (1) 35% 35% 35% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kurang suka (2) 40% 40% 40% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Biasa saja (3) 25% 25% 25% 75% 40% 40% 15% 0% 0%
Suka (4) 0% 0% 0% 25% 50% 55% 60% 50% 20%
Sangat suka (5) 0% 0% 0% 0% 10% 5% 25% 50% 80%

Gambar 4.8 Persentase kesukaan panelis terhadap aroma lilin saat dibakar
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Hasil pengujian secara sensori dimuat dalam skala 1-5, dengan nilai

kesukaan tertinggi pada skala 5 dengan persentase 80% pada lilin (A9), 50% pada

Universitas Sumatera Utara


lilin (A8). Dari hasil tersebut menunjukkan lilin dengan konsentrasi minyak 4%

memberikan efek yang menyenangkan dan diterima baik oleh indera penciuman

saat lilin dibakar.

4.6Uji Deteksi Aroma Pertama Kali

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa waktu saat aroma

lilin dideteksi atau dirasakan oleh panelis pertama kali. Hasil deteksi aroma

pertama kali memberikan selang waktu yang berbeda-beda untuk setiap lilinnya.

Selang waktu terbaik yaitu 61-120 detik dengan persentase 60% pada lilin (A9),

persentase terbesar juga pada lilin (A7) dengan persentase 90%, pada lilin (A8)

dengan persentase 70% masing-masing dengan selang waktu121-180 detik.

Persentase terbesar juga pada lilin (A1), (A2), (A3), (A4), (A5), (A6) dengan

persentase 85% masing-masing dengan selang waktu 181-240 detik. Persentase

selang waktu deteksi aroma pertama kalidapat dilihat pada Gambar 4.9
persentase waktu

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
0-60 detik (1) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
61-120 detik (2) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 5% 25% 60%
121-180 detik (3) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 90% 70% 35%
181-240 detik (4) 10% 10% 10% 10% 10% 10% 5% 5% 5%
241-200 detik (5) 85% 85% 85% 85% 85% 85% 0% 0% 0%
>300 detik (6) 5% 5% 5% 5% 5% 5% 0% 0% 0%

Gambar 4.9 Persentase selang waktu deteksi aroma pertama kali oleh panelis
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%

Universitas Sumatera Utara


A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Dari hasil yang diperoleh, diperoleh waktu deteksi tercepat adalah 61-120

detik pada lilin (A9) dan waktu deteksi terlama 181-240 detik pada lilin (A1),

(A2), (A3), (A4), (A5), (A6). Dapat diketahui dari hasil persentase deteksi aroma

pertama kali bahwa minyak dengan konsentrasi 4% pada lilin (A9) lebih mudah

dan cepat dideteksi oleh panelis.

4.7 Uji Deteksi Waktu Terhadap Efek Terapi yang Dirasakan Pertama Kali

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa waktu antara awal

penciuman aroma sampai adanya efek terapi yang dirasakan oleh panelis. Hasil

pengujian dimuat dalam skala 1-6, dengan waktu deteksi terbaik yaitu 121-180

detik pada lilin (A9) persentase 85%, pada lilin (A8) persentase 50%. Persentase

terbesar juga pada lilin (A7) persentase 50% dengan selang waktu 181-240 detik,

pada lilin (A6) dan (A5) persentase 70%, pada lilin (A4) persentase 80% dengan

selang waktu 241-300 detik, pada lilin (A1), (A2), (A3) persentase 90% dengan

selang waktu >300 detik. Dari hasil yang diperoleh, diperoleh waktu deteksi

tercepat adalah 121-180 detik pada lilin (A9) dan waktu deteksi terlama >300

Universitas Sumatera Utara


detik pada lilin (A1), (A2), (A3). Dapat diketahui dari hasil persentase deteksi

aroma terhadap efek terapi yang dirasakan pertama kali bahwa minyak dengan

konsentrasi 4% pada lilin (A9) lebih cepat memberikan efek terapi kepada panelis.

Persentase selang waktu deteksi terhadap efek terapi yang dirasakan

pertama kali dapat dilihat pada Gambar 4.10


persentase waktu

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
0-60 detik (1) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
61-120 detik (2) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 5% 10% 10%
121-180 detik (3) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 40% 50% 85%
181-240 detik (4) 5% 5% 5% 20% 30% 30% 50% 40% 5%
241-200 detik (5) 5% 5% 5% 80% 70% 70% 5% 0% 0%
>300 detik (6) 90% 90% 90% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Gambar 4.10 Persentase selang waktu deteksi terhadap efek terapi yang
dirasakan pertama kali oleh panelis
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Universitas Sumatera Utara


4.8 Uji Efek Terapi yang Dirasakan

Pengujian ini dilakukan dengan aspek yang diuji berupa apa efek terapi

yang dirasakan setelah mencium aroma lilin beberapa saat setelah dicium.

Persentase efek terapi yang dirasakan dapat dilihat pada Gambar 4.11
persentase efek

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Tidak ada efek(1) 5% 95% 95% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Agak pening (4) 95% 5% 5% 0% 0% 5% 0% 0% 0%
Rileks (5) 0% 0% 0% 5% 5% 0% 20% 70% 25%
Nyaman (6) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 30% 45%
Segar (7) 0% 0% 0% 0% 45% 50% 50% 0% 30%
Agak segar (8) 0% 0% 0% 95% 50% 45% 25% 0% 0%
Tenang (11) 0% 0% 0% 0% 0% 0% 5% 0% 0%

Gambar 4.11 Persentase efek terapi yang dirasakan oleh panelis


Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 0,2%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 0,2%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 38,9%:58,9%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 0,2%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 0,3%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 0,3%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 36,7%:56,7%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 0,3%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 0,4%
A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 0,4%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 37,8%:57,8%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 0,4%

Universitas Sumatera Utara


Pengujian terhadap efek terapi yang dirasakan dimuat dalam skala 1-

11.Hasil penilaian terhadap efek terapi yang dirasakan panelis berdasarkan

pendapat masing-masing panelis, hasil yang diperoleh menunjukkan lilin (A8),

menghasilkan efek terapi yang terbaik yaitu rileks (5) persentase 70%, efek

aromaterapi terburuk adalah tidak ada efek (1) pada lilin (A1), (A2), (A3) dengan

persentase 95%. Aromaterapi lavender dapat memberikan ketenangan,

keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaan, dan rasa keyakinan. Disamping itu

juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak

seimbang, hysteria, rasa frustasi, kepanikan. menstabilkan sistem saraf sehingga

dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010;

Hutasoit, 2002).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Kombinasi paraffin wax dan stearin dapat digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan lilin aromaterapi.

c. Efek terapi yang dihasilkan dari kombinasi minyak bunga lavender dan minyak

jeruk lemon pada sediaan lilin aromaterapi yang dibuat yaitu rileks dan

nyaman.

d. Konsentrasi minyak atsiri yang disukai panelis pada sediaan lilin aromaterapi

yang dibuat yaitu konsentrasi 4% dengan perbandingan antara minyak bunga

lavender dan minyak bunga lavender 3%:1%.

5.2 Saran

a. Disarankan pada peneliti selanjutnya dapat menggunakan basis lainnya yang

berasal dari tumbuhan seperti palm wax, soy wax sebagai pengembangan

menjadi biolilin.

b. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian kekerasan

dan pengkajian umur simpan dari sediaan lilin aromaterapi sebagai

pengembangan komersial produk

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ali B, et al. 2015. Essential Oils Used InAromatherapy: A Systemic Review.


Asian Pac J Trop Biomed.; 5(8): 601-11.
Apriyanto, V., dan Murhananto. 2003. Membuat Lilin Motif Berjuta Keunikan.
Jakarta: Kawan Pustaka. Halaman 7, 15.
Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analytical
Chemist 14 ed. Virginia: AOAC Inc Arlington. Halaman 215.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Naional Indonesia 01-2332.2:2006.
Jakarta: BSN. Halaman 137.
Bardey, C. 1999. Making Candles and Potpourri. New York: Black Dog and
Leventhal Inc. Halaman 70.
Bennet, H. 1963. Industrial Waxes, Natural and Synthetic Waxes. New York:
Publishing Company Inc. Halaman 77.
Buchbauer, G., W. Jager, H. Dietrich, , Ch. Plank, , and E. Karamat. 1991.
Aromatherapy: Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender
after Inhalation. Journal of Biosciences; 46c, 1067-1072.
Chaturdevi et al. 2016. Basketful Benevit of Citrus Limon. International Research
of Journal Pharmacy, Vol. 7 No. 6. Halaman 33.
Chu, C. J., dan Kemper, K. J. 2001. Lavender (Lavandula ssp). Longwood Herbal
Task Force :http://www.mcp.edu/herbal/.
Cox, C. 2005. Plant Based Mosquito Repellents: Making A Careful Choice.
Jurnal Of Pesticide Reform, 3(25), 6-7.
Cleary, R. 1999. Fragrant Candle. Sally Milner Publishing Pty Ltd Australia.
Halaman 22.
Cronquist. 1981. An Integrated System Of Classification Of Flowering Plants.
New York: Colombia University Press. Halaman 156.
Debboun, M., S. P. Frances., and D. A. Strickman. 2015. Insect Reppellents
Handbook. Boca Raton: CRC Press. Halaman 122-123.
Faidliyah et al. 2017. Pembuatan Lilin Aromaterapi Berbasis Bahan Alami. Jurnal
Teknik Industri, Vol 7 No 1. Halaman 29.
Halimah, D. P. P., dan Zetra, Y. 2011. Minyak Atsiri dari Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Melalui Metode Fermentasi dan Hidrolisa
Serta Uji Bioaktivitasnya. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
November. Halaman 2, 21-23.
Hutasoit, A. S. 2002. Panduan Praktik Pijat Aromaterapi untuk Pemula. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 235.
Kadir, A. 2011. Identifikasi Klon Harapan Tanaman Nilam Toleran Cekaman
Kekeringan Berdasarkan Kadar Proline dan Karakter Morfologi dan
Fisiologi. Jurnal Agrisistem. Halaman 13-21.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Halaman 19, 21, 38-42, 47-48.
Lutony, T. L., Dan Yeyet, R. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 84, 95-96.
Mira, Ari Kusuma. 2013. Pengaruh Aromaterapi Bunga Lavender Terhadap
Kualitas Tidur Lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang. Malang.
Halaman 3-4.
Mozes, G. Y. 1983. Paraffin Product. New York: Elseiver Science Publishing
Company. Halaman 266-267.

Universitas Sumatera Utara


Murhananto, Ria Aryasatyani. (1999). Membuat dan Mendekorasi Lilin. Jakarta:
Puspa Swara. Halam 31-32.
Muchtaridi. 2009. Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterapi
Dan Potensinya Sebagai Produk Sediaan Farmasi. Jurnal Teknik Industri
Pertanian. Halaman 80-88
Noghata, Y., S, Sakamoto., H. Siratsuchi., T. Ishii., M. Yono., H. Ohto. 2006.
Flavonoid Composition Of Fruit Tissue Of Citrus Species, Biosc,
Biotecnol, Biochem. London: Heineman. Halaman 70.
Oppenheimer, B. 2001. The Candlemakers Companion. Massachusetts USA:
Storey Books. Halaman 46-47.
Pantzaris TP, 1994. Pocket Book of Palm Oil Uses. Kuala Lumpur: PORIM.
Halaman 45.
Permadi, P. 1983. Pedoman Praktik Belajar Teori Aromaterapi. Bandung:
Alumni. Halaman 22-23.
Primadiati, R. 2002. Aromaterapi: Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 61.
Raharja, S., Setyaningsih, D., Turnip DMS. 2006. Pengaruh perbedaan komposisi
bahan , konsentrasi, dan jenis minyak atsiri pada pembuatan lilin
aromaterapi. Jurnal Teknologi Pertanian 1(2): 50-59.
Rowe dkk, 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. USA: The
Pharmaceutical Press. Halaman 110-111.
Rukman, R. 2003. Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya Nilam. Yogyakarta:
Kanisius. Halaman 14.
Santoso, H. B. 1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta:
Kanisius. Halaman 18-23.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Halaman 56-57.
Saraswati. 1956. Berkreasi dengan Lilin. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Halaman
55.
Standar Nasional Indonesia (SNI) . 1989. Lilin (SNI 0386-1989). Jakarta: Badan
Standar Nasional. Halaman 75.
Taufik, A., Tuhana.2008. Menyuling Minyak Atsiri. Yogyakarta: Citra Aji
Parama. Halaman 12.
World Health Organization. 2007. WHO Monographs On Selected Medicinal
Plants. Ottawa: WHO. Vol 3.
Wong. 2010. Easing Anxiety With Aromatherapy about.com. Alternative Medicine
[Jurnal Online]. Diperoleh Tanggal 2 Februari 2019
dari http://altamedicine.about.com/od/anxiety/a/anxietyacupunture.htm.
Yanyan, F. N., Zainuddin, A., dan Sumiarsa, D. 2004. Peningkatan Kadar
Patchouli Alkohol dalam Minyak Nilam dan Usaha Derivatisasi
Komponen Minornya, Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran. Halaman 46.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Sertifikat Minyak Bunga Lavender

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Sertifikat Minyak Jeruk

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Sertifikat Minyak Nilam

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Gambar Minyak Bunga Lavender

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Gambar Minyak Jeruk Lemon

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Gambar Minyak Nilam

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Bagan alir pembuatan basis lilin aromaterapi

Paraffin wax
dan stearin

Paraffin wax
Ditimbang
40%, stearin 60%

Dilebur diatas waterbath ±65-84⁰C

Diaduk hingga homogen

Ditunggu suhunya turun ± 55⁰C

Dituangkan ke dalam wadah

Dibiarkan pada suhu ruang hingga


mengeras

Basis lilin
aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Bagan alir pembuatan lilin aromaterapi

Paraffin wax,
stearin, dan
pewarna

Paraffin wax
40%, stearin Ditimbang
60%, pewarna

Dilebur diatas waterbath ±65-84⁰C

Diaduk hingga homogen


Diteteskan minyak
bunga lavender,
minyak jeruk
Ditunggu suhunya turun ± 55⁰C
lemon 2%, 3%,
4%, dan minyak
nilam 10%
Dituangkan ke dalam wadah

Dibiarkan pada suhu ruang hingga


mengeras

Basis lilin
aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Bagan alir pengujian titik leleh lilin aromaterapi

Lelehan lilin

Dihisap ke dalam pipa kapiler

Disimpan ke dalam lemari es pada


suhu 4-10⁰C selama 16 jam

Dibiarkan beberapa saat dalam


temperaturesuhu kamar

Diikatkan pipa kapiler pada


termometer

Dimasukkan kedalam gelas beker 50


ml berisi air setengah bagiannya

Dipanaskan gelas beker

Diamati pergerakan lilin di dalam pipa


kapiler

Dicatat titik leleh lilin pada saat


pergerakan pertama lilin

Titik leleh lilin aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Gambar Basis Sediaan Lilin Aromaterapi

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 10%:90%

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 20%:80%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Lanjutan

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 30%:70%

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 40%:60%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Lanjutan

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 50%:50%

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 60%:40%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Lanjutan

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 70%:30%

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 80%:20%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Lanjutan

Gambar Lilin dengan perbandingan paraffin wax dan stearin 90%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Gambar Lilin Aromaterapi

Gambar Hasil Lilin Aromaterapi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Gambar Pewarna Lilin

Gambar pewarna lilin yang digunakan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Gambar hasil pengujian titik leleh lilin

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14. Gambar pipa kapiler berisikan lilin pada pengujian titik leleh lilin

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15 . Contoh Lembar Kuisioner Penilain Kesukaan (hedonoic test)

KUISIONER PENILAIAN SEDIAAN LILIN AROMATERAPI

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Suku :

A.Uji Penampakan Lilin Secara Keseluruhan

Pengamatan secara visual terhadap keadaan fisik lilin meliputi warna yang merata,

tidak ada retak, tidak ada cacat dan tidak patahan pada lilin. Penilaian terhadap

kesukaan lilin secara visual dimuat dalam skala 1-5

1. Tidak suka

2. Kurang suka

3. Biasa saja

4. Suka

5. Sangat suka

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

B. Uji Kesukaan Warna Secara Visual

Pengujian dilakukan dengan mengamati warna lilin secara visual. Penilaian

terhadap kesukaan lilin dimuat dalam skala 1-5

1. Tidak suka

2. Kurang Suka

3. Biasa saja

4. Suka

5. Sangat suka

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

C. Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Sebelum Dibakar

Pengujian dilakukan dengan cara pencium secara langsung aroma sediaan lilin.

Penilaian terhadap kesukaan aroma lilin sebelum dibakar dimuat dalam skala 1-5

1. Tidak suka

2. Kurang Suka

3. Biasa saja

4. Suka

5. Sangat suka

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

D. Uji Kesukaan Terhadap Aroma Lilin Saat Dibakar

Pengujian dilakukan dengan cara mencium aroma lilin yang sudah dibakar.

Penilaian terhadap kesukaan aroma lilin saat dibakar dimuat dalam skala 1-5

1. Tidak suka

2. Kurang Suka

3. Biasa saja

4. Suka

5. Sangat suka

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

E. Uji Deteksi aroma Pertama Kali

Pengujian dilakukan dengan mencatat waktu saat aroma lilin dideteksi atau

dirasakan oleh panelis pertama kali setelah lilin dibakar beberapa saat. Waktu

deteksi aroma pertama kali dibagi menjadi 6 kategori.

1. 0-60 detik

2. 61-120 detik

3. 121-180 detik

4. 181-240 detik

5. 241-300 detik

6. >300 detik

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

F. Uji Deteksi Waktu Terhadap Efek yang Dirasakan Pertama Kali

Pengujian dilakukan dengan mencium aroma lilin beberapa saat dan merasakan

efek yang ditimbulkan pertama kali setelah mencium aroma lilin tersebut, setelah

itu mencatat waktu pertama kali aroma lilin memberikan efek. Waktu deteksi

terhadap efek yang dirasakan pertama kali dibagi menjadi 6 kategori.

1. 0-60 detik

2. 61-120 detik

3. 121-180 detik

4. 181-240 detik

5. 241-300 detik

6. >300 detik

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 15. Lanjutan

G. Uji Efek Terapi Yang Dirasakan

Pengujian dilakukan dengan cara mencium aroma lilin yang dibakar setelah

beberapa saat dan merasakan efek terapi yang di dapatkan setelah mencium aroma

lilin tersebut. Efek terapi yang dirasakan dimuat dalam skala 1-11.

1. Tidak ada efek

2. Sesak

3. Pening

4. Agak pening

5. Rileks

6. Nyaman

7. Segar

8. Agak segar

9. Mengantuk

10. Agak mengantuk

11. Tenang

2% 3% 4%

0,5:1,5 1:1 1,5:0,5 1:2 1,5:1,5 2:1 1:3 2:2 3:1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 16. Rumus perhitungan persentase kesukaan panelis

Untuk menghitung persentase kesukaan panelis terhadap sediaan lilin

aromaterapi yang dibuat, digunakan rumus sebagai berikut :

bagian
Persentase (%) = seluruh x 100%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 17. Hasil uji penampakan lilin secara keseluruhan

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 5 5 5 5 5 4 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 5 5 5 5 5 5 5 5 5
13 4 4 4 4 4 5 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 5 5 5 5 5 4 5 5 5
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 4 4 4 4 4 5 4 4 4
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
Lampiran 17. Lanjutan

Universitas Sumatera Utara


A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
4 : Suka
5 : Sangat suka

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Perhitungan persentase hasil uji penampakan lilin secara
keseluruhan

Formula A1

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A2

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A3

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Lanjutan

Formula A4

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A5

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A6

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 18. Lanjutan

Formula A7

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A8

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A9

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19. Hasil uji kesukaan warna lilin

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 5 5 5 5 5 5 5 5 5
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19
4 4 4 4 4 4 4 4 4
20
5 5 5 5 5 5 5 5 5
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 19. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
3 : Biasa saja
4 : Suka
5 : Sangat suka

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Perhitungan persentasi hasil uji kesukaan warna lilin

Formula A1

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A2

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A3

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100% = 5%
20

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Lanjutan

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A4

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A5

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Lanjutan

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A6

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A7

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Lanjutan

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A8

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Formula A9

• Biasa saja (3)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 20. Lanjutan

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 21. Hasil uji kesukaan terhadap aroma lilin sebelum dibakar

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 2 2 2 2 3 3 3 4 5
2 2 2 2 2 4 4 3 4 4
3 3 3 3 3 4 4 3 5 5
4 3 3 3 3 4 4 3 5 5
5 3 3 3 3 4 4 3 5 5
6 1 1 1 3 3 3 4 5 4
7 1 1 1 3 3 3 4 5 4
8 1 3 3 3 5 4 5 5 4
9 2 2 2 4 3 3 4 4 5
10 1 1 1 3 3 3 4 5 4
11 1 1 1 3 3 3 4 4 5
12 1 1 1 3 3 3 4 5 4
13 1 1 1 2 3 3 3 5 4
14 1 1 1 2 3 3 3 4 4
15 1 1 1 3 3 3 4 4 4
16 1 1 1 3 3 3 4 4 4
17 1 1 1 3 3 3 4 4 4
18
1 1 1 3 3 3 4 5 4
19
3 3 3 3 3 3 5 5 5
20
3 3 3 3 3 3 5 5 5
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 21. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
1 : Tidak suka
2 : Kurang suka
3 : Biasa saja
4 : Suka
5 : Sangat suka

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Perhitungan persentase hasil uji kesukaan terhadap aroma lilin
sebelum dibakar

Formula A1

• Tidak suka (1)


12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Kurang suka (2)


3
Persentase (%) = x 100%
20

= 15%

• Biasa saja (3)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A2

• Tidak suka (1)


11
Persentase (%) = x 100%
20

= 55%

• Kurang suka (2)


3
Persentase (%) = x 100%
20

= 15%

• Biasa saja (3)


6
Persentase (%) = x 100%
20

= 30%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Lanjutan

Formula A3

• Tidak suka (1)


11
Persentase (%) = x 100%
20

= 55%

• Kurang suka (2)


3
Persentase (%) = x 100%
20

= 15%

• Biasa saja (3)


6
Persentase (%) = x 100%
20

= 30%

Formula A4

• Kurang suka (2)


4
Persentase (%) = x 100%
20

= 20%

• Biasa saja (3)


15
Persentase (%) = x 100%
20

= 75%

• Suka (4)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Lanjutan

Formula A5

• Biasa saja (3)


15
Persentase (%) = x 100%
20

= 75%

• Suka (4)
4
Persentase (%) = x 100%
20

= 20%

• Sangat suka (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A6

• Biasa saja (3)


15
Persentase (%) = x 100%
20

= 75%

• Suka (4)
5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A7

• Biasa saja (3)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 22. Lanjutan

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


3
Persentase (%) = x 100%
20

= 15%

Formula A8

• Suka (4)
8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• Sangat suka (5)


12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

Formula A9

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 23. Hasil uji kesukaan terhadap aroma lilin saat dibakar

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 2 2 2 4 4 4 5 5 5
2 2 2 2 4 4 4 5 5 5
3 1 1 1 3 3 3 4 4 5
4 1 1 1 3 3 3 4 4 5
5 2 2 2 4 4 4 5 5 5
6 2 2 2 3 4 4 4 4 4
7 2 2 2 3 4 4 4 5 5
8 2 2 2 3 4 4 4 5 5
9 1 1 1 3 3 3 4 4 5
10 1 1 1 3 3 3 4 4 5
11 1 1 1 3 3 3 4 4 5
12 3 3 3 4 5 4 5 5 4
13 3 3 3 4 5 5 5 5 5
14 1 1 1 3 3 3 4 4 5
15 1 1 1 3 3 3 4 4 5
16 3 3 3 3 4 4 3 5 5
17 3 3 3 3 4 4 3 5 5
18 3 3 3 3 4 4 3 5 5
19 2 2 2 3 4 4 4 4 4
20 2 2 2 3 3 3 4 4 4
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 23. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
1: Tidak suka
2: Kurang suka
3: Biasa saja
4: Suka
5: Sangat suka

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Perhitungan persentase hasil uji kesukaan terhadap aroma saat
dibakar

Formula A1

• Tidak suka (1)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

• Kurang suka (2)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• Biasa saja (3)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A2

• Tidak suka (1)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

• Kurang suka (2)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• Biasa saja (3)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Lanjutan

Formula A3

• Tidak suka (1)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

• Kurang suka (2)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• Biasa saja (3)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A4

• Biasa saja (3)


15
Persentase (%) = x 100%
20

= 75%

• Suka (4)
5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A5

• Biasa saja (3)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Lanjutan

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

Formula A6

• Biasa saja (3)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• Suka (4)
11
Persentase (%) = x 100%
20

= 55%

• Sangat suka (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A7

• Biasa saja (3)


3
Persentase (%) = x 100%
20

= 15%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 24. Lanjutan

• Suka (4)
12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• Sangat suka (5)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

Formula A8

• Suka (4)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Sangat suka (5)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A9

• Suka (4)
4
Persentase (%) = x 100%
20

= 20%

• Sangat suka (5)


16
Persentase (%) = x 100%
20

= 80%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 25. Hasil uji deteksi aroma pertama kali

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 6 6 6 5 5 5 4 4 4
2 5 5 5 3 3 3 2 2 2
3 5 5 5 4 3 3 3 2 2
4 5 5 5 4 3 3 3 2 2
5 5 5 5 4 3 3 3 2 2
6 5 5 4 4 4 4 3 3 2
7 5 5 4 4 4 4 3 3 2
8 4 4 4 4 4 3 3 3 3
9 4 4 4 3 3 3 2 2 2
10 5 5 4 4 4 4 3 3 2
11 5 5 4 4 4 4 3 3 2
12 5 5 4 4 4 4 3 3 2
13 5 5 5 4 4 4 3 3 3
14 5 5 5 4 4 4 3 3 3
15 5 5 5 4 4 4 3 3 3
16 5 5 5 4 4 4 3 3 3
17 5 5 4 4 4 4 3 3 2
18 5 5 4 4 4 4 3 3 2
19 5 5 5 4 4 4 3 3 3
20 5 5 5 4 4 4 3 3 3
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 25. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
1 : 0-60 detik
2 : 61-120 detik
3 : 121-180 detik
4 : 181-240 detik
5 : 241-300 detik
6 : >300 detik

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Perhitungan persentase hasil deteksi aroma pertama kali

Formula A1

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A2

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Lanjutan

Formula A3

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A4

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Lanjutan

Formula A5

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A6

• 181-240 detik (4)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 421-300 detik (5)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

• >300 detik (6)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Lanjutan

Formula A7

• 61-120 detik (2)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• 121-180 detik (3)


18
Persentase (%) = x 100%
20

= 90%

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A8

• 61-120 detik (2)


5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

• 121-180 detik (3)


14
Persentase (%) = x 100%
20

= 70%

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 26. Lanjutan

Formula A9

• 61-120 detik (2)


12
Persentase (%) = x 100%
20

= 60%

• 121-180 detik (3)


7
Persentase (%) = x 100%
20

= 35%

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 27. Hasil uji deteksi waktu terhadap efek yang dirasakan pertama kali

Panelis Formula
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 6 6 6 5 5 5 3 3 3
2 6 6 6 5 5 5 3 3 3
3 6 6 5 5 5 5 4 4 3
4 6 6 5 5 5 5 4 4 3
5 6 6 6 5 5 5 4 4 4
6 6 6 6 4 4 4 2 2 2
7 6 6 6 5 5 5 3 3 3
8 6 6 6 5 5 5 3 3 3
9 6 6 5 5 5 5 4 4 3
10 6 6 5 5 5 5 4 4 3
11 6 6 5 5 5 5 4 4 3
12 5 5 5 4 4 4 3 3 3
13 4 4 4 4 4 3 3 3 3
14 6 6 5 5 5 5 5 4 3
15 6 6 5 5 5 5 4 4 3
16 6 6 6 5 4 4 4 3 3
17 6 6 6 5 4 4 4 3 3
18 6 6 6 5 4 4 4 3 3
19 6 6 6 4 4 4 3 3 3
20 6 6 6 5 5 5 3 2 2
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 27. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
1 : 0-60 detik
2 : 61-120 detik
3 : 121-180 detik
4 : 181-240 detik
5 : 241-300 detik
6 : >300 detik

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Perhitungan persentase hasil uji deteksi waktu terhadap efek yang
dirasakan pertama kali

Formula A1

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• 421-300 detik (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• >300 detik (6)


18
Persentase (%) = x 100%
20

= 90%

Formula A2

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• 421-300 detik (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• >300 detik (6)


18
Persentase (%) = x 100%
20

= 90%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan

Formula A3

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• 421-300 detik (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• >300 detik (6)


18
Persentase (%) = x 100%
20

= 90%

Formula A4

• 181-240 detik (4)


4
Persentase (%) = x 100%
20

= 20%

• 421-300 detik (5)


16
Persentase (%) = x 100%
20

= 80%

Formula A5

• 181-240 detik (4)


6
Persentase (%) = x 100%
20

= 30%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan

• 421-300 detik (5)


14
Persentase (%) = x 100%
20

= 70%

Formula A6

• 181-240 detik (4)


6
Persentase (%) = x 100%
20

= 30%

• 421-300 detik (5)


14
Persentase (%) = x 100%
20

= 70%

Formula A7

• 61-120 detik (2)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• 121-180 detik (3)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

• 181-240 detik (4)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan

• 241-300 detik (5)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A8

• 61-120 detik (2)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 121-180 detik (3)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• 181-240 detik (4)


8
Persentase (%) = x 100%
20

= 40%

Formula A9

• 61-120 detik (2)


2
Persentase (%) = x 100%
20

= 10%

• 121-180 detik (3)


17
Persentase (%) = x 100%
20

= 85%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan

• 181-240 detik (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 29. Hail uji efek yang dirasakan

Panelis Formula

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 1 1 1 8 7 7 7 5 5
2 1 1 1 8 8 8 1 5 5
3 1 1 1 8 7 7 1 5 6
4 1 1 1 8 7 7 7 5 6
5 1 1 1 8 7 7 7 5 6
6 1 1 1 8 8 8 7 6 7
7 1 1 1 8 8 8 5 6 7
8 4 5 5 5 5 4 5 5 5
9 1 1 1 8 8 8 4 6 5
10 1 1 1 8 8 8 7 6 7
11 1 1 1 8 8 8 5 6 7
12 1 1 1 8 8 8 5 5 5
13 1 1 1 8 7 7 7 5 6
14 1 1 1 8 7 7 7 5 6
15 1 1 1 8 7 7 7 5 6
16 1 1 1 8 8 8 7 5 6
17 1 1 1 8 8 8 8 5 7
18 1 1 1 8 8 8 5 6 7
19 1 1 1 8 7 7 8 5 6
20 1 1 1 8 7 7 8 5 6
Keterangan:
A1 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 0,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A2 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A3 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (2%) 1,5%:0,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A4 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A5 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 1,5%:1,5%, minyak nilam 10%
dari total minyak, pewarna 1%
A6 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (3%) 2%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A7 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 1%:3%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 28. Lanjutan

A8 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak


bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 2%:2%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
A9 :Formula dengan perbandingan paraffin wax : stearin 40%:60%, minyak
bunga lavender : minyak jeruk lemon (4%) 3%:1%, minyak nilam 10% dari
total minyak, pewarna 1%
1 : Tidak ada efek
4 : Agak pening
5 : Rileks
6 : Nyaman
7 : Segar
7 : Agak segar
11 : Tenang

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. Perhitungan persentase hasil uji efek terapi yang dirasakan

Formula A1

• Tidak ada efek (1)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Agak pening (4)


19
Persentase (%) = x 100%
20

= 95%

Formula A2

• Tidak ada efek (1)


19
Persentase (%) = x 100%
20

= 95%

• Rileks (5)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Formula A3

• Tidak ada efek (1)


19
Persentase (%) = x 100%
20

= 95%

• Rileks (5)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. lanjutan

Formula A4

• Rileks (5)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Agak segar (8)


19
Persentase (%) = x 100%
20

= 95%

Formula A5

• Rileks (5)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

• Segar (7)
9
Persentase (%) = x 100%
20

= 45%

• Agak segar (8)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

Formula A6

• Agak pening (4)


1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. Lanjutan

• Segar (7)
10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Agak segar (8)


9
Persentase (%) = x 100%
20

= 45%

Formula A7

• Rileks (5)
4
Persentase (%) = x 100%
20

= 20%

• Agak segar (7)


10
Persentase (%) = x 100%
20

= 50%

• Segar (8)
5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

• Tenang (11)
1
Persentase (%) = x 100%
20

= 5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 30. Lanjutan

Formula A8

• Rileks (5)
14
Persentase (%) = x 100%
20

= 70%

• Nyaman (6)
6
Persentase (%) = x 100%
20

= 30%

Formula A9

• Rileks (5)
5
Persentase (%) = x 100%
20

= 25%

• Nyaman (6)
9
Persentase (%) = x 100%
20

= 45%

• Agak segar (7)


6
Persentase (%) = x 100% = 30%
20

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai