Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN

PEMBINAAN JEJARING DAN JARINGAN


UPTD PUSKESMAS SAWAHDADAP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG
UPTD PUSKESMAS SAWAHDADAP KEC. CIMANGGUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyusun dan menerbitkan Pedoman
Pembinaan jejaring dan jaringan di Puskesmas Sawahdadap Kecamatan
Cimanggung. Adapun tujuan penyusunan pedoman ini mampu membuat
gambaran mengenai pembinaan jejaring dan jaringan Puskesmas.

Pedoman pengelolaan jejaring dan jaringan Puskesmas ini disusun atas


dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
atas dukungan dan kontribusinya dalam penyusunan pedoman ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa pedoman


yang kami susun ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat terus memperbaiki
pedoman ini.

Akhir kata kami berharap semoga pedoman pengelolaan rekam medis ini
bermanfaat bagi peningkatan mutu layanan fasilitas kesehatan tingkat pertama di
lingkungan Puskesmas Sawahdadap

Sumedang, 01 Oktober 2020

Penyusun
TIM PENYUSUN

PENGARAH : Kepala Puskesmas Sawahdadap


PENANGGUNG JAWAB : Ai Terisnawati, SKM.
ANGGOTA : 1. Siti Rohmayati, S.Tr.keb.
2. Irma Ratma Damayanti, SE.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Tim Penyusun iii
Daftar isi iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
1.4. Ruang Lingkup
1.5. Batasan Operasional
BAB II : STANDAR KETENAGAAN
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2.2 Distribusi Ketenagaan
2.3 Jadwal Kegiatan
BAB III : STANDAR FASILITAS
3.1 Denah Ruangan
3.2 Standar Fasilitas
BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1 Lingkup Kegiatan
4.2 Metode
4.3 Langkah Kegiatan
BAB V : LOGISTIK
BAB VI : KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII : KESELAMATAN KERJA
BAB VIII : PENGENDALIAN MUTU
BAB IX : PENUTUP
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) 43 th 2019 tentang
Puskesmas, disebutkan bahwa Puskesmas meiliki Jejaring dan jaringan yang berada
di wilayah kerja Puskesmas.Pengertian jejaring adalah Jejaring fasilitas terdiri atas
klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
(diluar Organisasi Puskesmas) sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 46
Tahun 2016, adalah dinyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan wajib
menyampaikan laporan data kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kesehatan paling
sedikit terdiri atas data kelahiran,data kesakitan, data kematian dan masalah
kesehatan lainnya dan data kunjungan pelayanan.Dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas pelayanan puskesmas didukung oleh jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan maka puskesmas Sawangn perlu mengoptimalkam pembinaan dan
kerjasam dengan jejaring yang ada disekitar wilayah puskesmas.Agar memudahkan
akses bagi pelayanan kesehatan Faskes tersebut berupa Dokter/Bidan Praktek Swasta,
Klinik, Rumah Sakit Umum dan RS Swasta. Jejaring baik secara internal maupun
eksternal harus dibangun bersama dengan seluruh komponen yang terlibat dalam
pelayanan.
Fasilitas Kesehatan yang selanjutnya disingkat Faskes adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Bagi fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring
dengan sarana penunjang . Jejaring adalah mekanisme kerjasama dimana terjadi
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dalam hal pelayanan yang tidak ada di Puskesmas, jika fasilitas kesehatan tingkat
pertama tidak mempunyai sarana yang tidak terpenuhi puskesmas.
Kerjasama tersebut diharapkam menjadi dasar untuk meningkatkan pelayanan
puskesmas yang masih meiliki kekurangan dalam hal sarana dan fasilitas kesehatan
melalui Proses Rujukan ke faskes yang menjadi jejaring Puskesmas, Selain itu
jugakerja sama tersebut dapt menjadi pedoman untuk mengetahui data yang ada
dilapangan terkait data kelahiran,data kematian dan masalah kesehatan lainnya dan
data kunjungan pelayanan.dan mencari tau penyebab kenaikan atau penurunan dari
data tersebut.
Puskesmas Sawahdadap wajib melakukan pembinaan dan mengevaluasi
perizinan kepada faskes yang ada diwilayah kerjanya, hal ini bertujuan untuk
mengurangi masalah adanya kelalaian dalam pelayanan kesehatan dan dapat menjadi
payung hukum bagi faskes tersebut. Sesuai Permenkes No 28 tahun 2011 tentang
Klinik, Pasal 2 1 (1) untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat
izin dari pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, pada Permenkes No 56 tahun 2014 tentang
Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Pasal 63 (1) Setiap Rumah Sakit
wajib memiliki izin, sedangkan pada Undang Undang No 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan, Pasal 46 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.
Melalui upaya-upaya pembinaan jejaring dan jaringan yang kontinue
diharapkan jejaring dan jaringan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal sesuai standar kepada masyarkat dan mudah diakses oleh masyarakat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tersedianya dokumen yang menjadi acuan dalam melaksanaan Pembinaan Jejaring
dan Jaringan di Puskesmas Sawahdadap
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik antara Puskesmas 

dengan dokter, bidan, perawat,  klinik, dan jejaring yang berada di

wilayah kerja Puskesmas 


2. Terlaksananya pembinaan pelayanan kesehatan jejaring dan jaringan
3. Terlaksananya rapat evaluasi dengan jejaring dan jaringan
4. Terlaksananya pengendalian kegiatan pelayanan jejaring dan jaringan

1.3 Sasaran Pedoman


Jejaring dan jaringan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Sawahdadap.

1.4 Ruang Lingkup


1. Pendataan dan penyususnan rencanaan pembinaan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan
2. Monitoring dan evaluasi perizinan, SDM, sarana prasarana dan kegiatan
pelayanan, serta pengelolaan limbah medis
3. Sosialisasi dan advokasi terkait kerja sama tentang pelaporan data kegiatan
pelayanan jejaring Puskesmas
4. Pembinaan jejaring dalam rangka peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan
standar peraturan/ketentuan yang ditetapkan
5. Rapat Evaluasi hasil pembinaan dengan perwakilan jejaring dan jaringan
6. Melaksanakan tindak lanjut

1.5 Batasan Operasional


Pembinaan Jejaring dan jaringan dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sawahdadap yang berlokasi di 4 desa binaan Puskesmas, yaitu Ds. Sawahdadap,
Cihanjuang, Sukadana dan Mangunarga, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten
Sumedang. Waktu pembinaan dilakukan pada tahun 2020. Jenis Pembinaan yang
dilakukan adalah perizinan, SDM, sarana prasarana dan kegiatan pelayanan dengan
metode melaksanakan monitoring dan pembinaan langsung maupun tidak langsung
ke jejaring Puskesmas.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pembinaan Jejaring Puskesmas dikoordinir oleh Penanggung Jawab Jejaring
dan Jaringan, semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi baik Penanggung
Jawab UKM maupun Penanggung Jawab UKP. Pelaksanaan kegiatan paling sedikit
harus dilaksanakan oleh 3 (tiga) orang tenaga kesehatan dengan kualifikasi profesi
dokter, bidan, perawat, Apoteker, Sanitarian, Promkes yang memiliki kemampuan
dalam melaksanakan pembinaan serta ramah, mampu berkomunikasi secara
profesional dan memiliki kompetensi di bidangnya.
2.2 Distribusi Ketenagaan
Keberhasilan puskesmas dalam menjalankan program ditentukan oleh sumber
daya manusia yang seimbang antara tenaga curative disatu pihak dengan tenaga
promotif dan preventif dipihak lain. Masalah utama dalam pengelolaan tenaga
kesehatan adalah distribusi SDM yang tidak merata. Juga yang tak kalah
bermasalahnya adalah Over-staffing untuk tenaga non profesional (non teknis) dan
Under-staffing untuk tenaga profesional (tenaga teknis).
Sesuai Struktur Organisasi Puskesmas Sawahdadap SDM Penanggung jawab
jejaring dan jaringan berjumlah 1 orang dengan latar belakang pendidikan S1
Kesehatan Masyarakat, sedangkan dalam pelaksanaannya dibentuk Tim dari
berbagai tenaga kesehatan yang ada melalui SK Kepala Puskesmas Sawahdadap
Nomor : 800/011/PKMSWD/X/2020.

2.3 Jadwal Kegiatan


Kegiatan pembinaan jejaring dan jaringan disepakati dan disusun bersama untuk
jangka waktu 1 tahun di break down dalam jadwal tribulanan, dikoordinasikan pada
awal bulan sebelum kegiatan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan dilakukan bersama
oleh para pemegang program yang disepakati sebelumnya dalam kegiatan lokakarya
mini bulanan maupun tri bulanan/lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan


Koordinasi pelaksanaan kegiatan pembinaan jejaring dan jaringan dilakukan
oleh Penanggung jawab Jejaring dan jaringan yang menempati ruangan Promosi
Kesehatan di gedung utama Puskesmas Sawahdadap. Pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan dilapangan dengan melaksanakan fasilitasi ke lapangan, sedangkan
kegiatan yang bersifat rapat/pertemuan dilaksanakan di Aula Puskesmas
Sawahdadap yang terletak di sebelah barat ruangan Promkes.
3.2 Standar Fasilitas
1. Panduan Klinik/BPS/Apotek/Batra/Panti : 1 buah
2. ATK
3. Daftar tilik/Format evaluasi
4. Kit Audio Visual (Rapat/Pertemuan)
a. Wireless microphone : 3 buah
b. Speaker : 2 buah
c. LCD projector : 1 buah
d. Laptop : 1 buah
e. Pointer : 1 buah

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Lingkup Kegiatan


Kegiatan dalam pembinaan jejaring dan jaringan Puskesmas mencakup:
1. Pendataan dan penyusunan rencanaan pembinaan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini bertujuan dalam rangka penyediaan informasi dan data yang
valid dan komprehensip sesuai fakta tentang jumlah dan keadaan jejaring dan
jaringan di wilayah kerja dan selanjutnya dijadikan bahan rujukan perencanaan.
Perencanaan dibuat dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki serta untuk
menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi tersebut.
2. Monitoring dan evaluasi perizinan, SDM, sarana prasarana dan kegiatan
pelayanan, serta pengelolaan limbah medis. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangaka mengamati/mengetahui dan mengidentifikasi dan permasalahan,
khususnya perizinan, kondisi SDM, sarana prasarana dan kegiatan pelayanan
apakah sudah sesuai standar/ketentuan atau belum, serta antisipasinya/upaya
pemecahannya.
3. Sosialisasi dan advokasi terkait kerja sama tentang pelaporan data kegiatan
pelayanan jejaring Puskesmas. Merupakan proses memperkenalkan kegiatan-
kegiatan Puskesmas sehingga diharapkan jejaring dan jaringan memahami dan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Puskesmas, diantaranya berpartisipasi
dalam Sistem Informasi Puskesmas dengan memberikan data-data kesehatan
secara rutin dan continue, ikut membantu membina UKBM yang ada
diwilayahnya berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat UKM.
4. Pembinaan jejaring dalam rangka peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan
standar peraturan/ketentuan yang ditetapkan. Denagan dilaksanakannya
pembinaan maka diharapkan akan terjadi Peningkatan mutu  sehingga  pelayanan
kesehatan dijejaring dan jaringan sesuai standar, terwujudnya perbaikan yang
sistematik dan berkesinambungan untuk mencapai mutu pelayanan yang optimum
atau prima sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Evaluasi hasil kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja jejaring dan jaringan. Evaluasi dilaksanakan bersama-sama
dengan jejaring dan jaringan membahasi permasalahan-permasalahan yang
muncul dan menentukan upaya-upaya perbaikan yang akan dilaksanakan
bersama-sama dalam mengatasi permasalahan-permasalah tersebut. Hasil
evaluasi juga menjadi rujukan untuk melaksanakan kegiatan yang berkelanjutan.

4.2 Metode
1. Metode Wawancara langsung dengan penanggung jawab/pegawai jejaring dan
jaringan dengan menggunakan daftar tilik/format evaluasi
2. Metode Observasi dilaksanakan dengan cara melaksanakan pegamatan langsung
3. Metode diskusi dilaksankandengan cara menyampaikan hasil pembinaan dengan
memberikan kesempatan kepada pihak penanggung jawab/pegawai untuk
menyampaikan perbincangan atau pendapat.

4.3 Langkah Kegiatan


1. Perencanaan (P1)
Penanggung Jawab dan Tim melaksanakan pendataan dan menyusun
perencanaan kegiatan pembinaan pembinaan jejaring dan jaringan
2. Penggerakan Pelaksanaan (P2).
a. Kegiatan dalam gedung dilaksanakan dalam rangka pembinaan melalui rapat
pertemuan dan diskusi dengan penanggung jawab jejaring dan jaringan yang
dilaksanakan setiap semester (6 bulan).
b. Kegiatan luar gedung dilaksanakan melalui kegiatan kunjungan langsung
dalam rangka monitoring dan evaluasi ke lokasi jejaring dan jaringan
Puskesmas. Kegiatan dilaksanakan secara rutin setiap tribulan (3 bulan), atau
bisa juga dilakukan secara insidentil apabila ada laporan kasus penyakit/hal-
hal lain yang perlu segera ditanggulangi dan memerlukan konfirmasi kepada
pihak jejaring.
3. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)
a. Penanggungjawab/Petugas mencatat hasil, menganalisis dan melaporkan
melaporkan hasil kegiatan pembinaan jejaring dan jaringan
b. Penanggungjawab menyusun materi hasil pembinaan dan evaluasi yang akan
disampaikan pada rapat evaluasi dengan jejaring dan jaringan
c. Penanggungjawab mengkordinir pelaksanaan rapat pertemuan dengan
jejaring dan jaringan
d. Penanggungjawab mengkoordinir pelaksanakan tindaklanjut hasil pertemuan

BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik merupakan suatu penerapan prinsip-prinsip pengaturan dalam


kegiatan dengan tujuan agar pergerakan personil dan barang dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
Kebutuhan logistik pada kegiatan pembinaan jejaring dan jaringan Puskesmas
dilaksanakan melalalui proses perencanaan yang dilakukan oleh semua petugas sesuai
dengan kebutuhan dan perannya masing-masing. Anggaran kebutuhan logistik
dianggarakan dari anggaran BLUD Puskesmas Sawahdadap. Kebutuhan logistik kegiatan
pembinaan jejaring dan jaringan antara lain :
 ATK
 Undangan
 Daftar hadir
 Notulen
 Format Laporan
 Spanduk
 Meja
 Kursi
 Laptop
 LCD
 Alat peraga penyuluhan sesuai materi

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi
pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan
karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi
sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola
keselamatan sasaran kegiatan pembinaan jejaring dan jaringan antara lain:
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab kegiatan sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan.Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.

5. Monitoring dan Evaluasi.


Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja bagi petugas pelaksana pelayanan pembinaan jejaring disini
lebih terkait pada identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan juga perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan semester.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaa pembinaan jejaring ini dibuat untuk memberikan petunjuk


dalam pelaksanaan kegiatan ke pada jejaring yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Sawahdadap, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
puskesmas, dalam penyusunan pedoman ini masih perlu perbaikan sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional, untuk itu pedoman ini sangat terbuka sekali atas
saran dan masukan dari semua pihak.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan Kegiatan
program pembinaan jejaring diwiayah kerja di Puskesmas Sawahdadap agar tidak terjadi
penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan dan tujuan yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36


tentang Tenaga Kesehatan, pasal 46 ayat (1) 2014
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28, tentang Klinik, 2011
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 56, tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, pasal 63 ayat (1) 2014
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43, tentang Puskesmas, 2011
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, tentang Panduan Tata Naskah
Kedinasan, 2019.

Anda mungkin juga menyukai