Anda di halaman 1dari 76

SISTEM

TRANSMISI
3. KAPASITANSI

3.1 Pendahuluan
Admitansi shunt saluran transmisi terdiri atas konduk –
tansi dan kapasitansi. Karena konduktansi terlalu kecil
dapat diabaikan maka dalam pembahasan selanjutnya
adalah kapasitansi saluran transmisi
❖. Kapasistansi saluran transmisi, akibat ada beda poten –
sial antara penghantar (konduktor).
❖. Kapasitansi antara penghantar sejajar adalah suatu kon-
stanta yang tergantung ukuran dan jarak pemisah antara
penghantar.
❖. Untuk saluran yang panjangnya kurang dari 80 km (50
mil), pengaruh kapasitansinya dapat diabaikan. Untuk
saluran yang lebih panjang dengan tegangan yang lebih
tinggi, kapasitansi menjadi penting.
❖. Tegangan bolak-balik pada saluran transmisi menyebab-
kan ada muatan pada penghantar. Aliran muatan disebut
arus dan arus yang disebabkan oleh pengisian dan pe –
ngosongan saluran karena tegangan bolak-balik disebut
arus pengisian saluran. Arus pengisian yang mengalir
dalam saluran transmisi, mempengaruhi jatuh tegangan
(voltage drop) sepanjang saluran, efisiensi dan faktor
daya saluran serta kestabilan sistem.
3.2. Kapasistansi saluran dua kawat
❖ Pembahasan induktansi yang penting adalah medan
magnet dan dalam pembahasan kapasitansi yang pen –
ting adalah medan listrik.
❖ Kapasitansi antara dua penghantar pada saluran trans –
misi didefinisikan sebagai muatan pada penghantar itu
per unit beda potensial diantara keduanya.
❖ Kapasitansi per satuan panjang dari saluran secara
umum dinyatakan oleh:
q
C= F/m .............. 3.1
v
dengan:
q = muatan pada saluran (coulomb per meter)
v = beda potensial antara kedua penghantar (volt)
ar

b
r
a b Gb.3.1 Penampang salu –
ran kawat sejajar
D

❖. Tegangan antara kedua penghantar (vab) pada saluran


dua kawat, diperoleh dengan menentukan beda potensial
antara kedua penghantar itu. Pertama dengan meng
hitung jatuh tegangan karena muatan qa pada penghan -
tar a. Kemudian menghitung jatuh tegangan karena muatan
qb pada penghantar b. Tegangan antara kedua penghantar
karena muatan adalah:
qa D qb rb
Vab = ln + ln volt .............. 3.2
2 k ra 2 k D
Karena qa Karena qb

karena qa = − qb untuk saluran dua kawat, maka

qa  D rb 
Vab =  ln − ln  volt .............. 3.3
2 k  ra D
atau, dengan menggabungkan suku logaritmis,
2
qa D
Vab = ln volt .............. 3.4
2 k ra rb

Kapasitansi antara penghantar-penghantar adalah

qa 2 k
Cab = = 2
F/m .............. 3.5
Vab ln ( D / ra rb )

Jika ra = rb = r
k
Cab = F/m .............. 3.6
ln ( D / r )
Persamaan (3.6) adalah kapasitansi antara penghantar sa –
luran dua kawat.
❖. Catatan: dalam satuan SI, permitivitas ruang bebas (ko)
−12
adalah 8,85 x 10 F/m. Permitivitas relatif (kr) adalah per -
bandingan permitivitas bahan yang sebenarnya (k) dengan
permitivitas ruang bebas. Jadi kr = k/ko Untuk udara kering
kr = 1,00054 dan dianggap sama dengan 1,0 dalam per -
hitungan-perhitungan untuk saluran diatas tiang

❖. Untuk mengetahui kapasitansi antara salah satu peng –


hantar dan titik netral (kapasitansi ke netral atau kapa –
sitansi ke tanah) dapat dihitung dengan persamaan
2 k
Cn = Can = Cbn = F/m ke netral
ln ( D / r ) .............. 3.7
Pada persamaan (3.7), r adalah jari-jari luar yang sebenar –
nya dari penghantar dan bukannya GMR penghantar seper-
ti pada rumusan induktansi

❑. Konsep kapasitansi ke netral dilukiskan pada gambar


berikut.
Cab
Representasi kapasitansi
a b
antar saluran

Can=2Cab Cbn=2Cab
n Representasi kapasitansi
a b
saluran ke netral

Gb. Konsep kapasitansi antar saluran dan kapasitansi saluran ke netral


❖ Setelah kapasitansi ke netral diperoleh , reaktansi kapasi –
tif yang ada diantara salah satu penghantar dan netral un –
tuk permitivitas relatif kr = 1 dihitung dengan mengguna –
kan rumus
1 2,862 D
XC = = 9
x 10 ln Ω m ke netral
2 f C f r
.............. 3.8
dimana:
C = kapasitansi (farat per meter)
XC = reaktansi kapasitif (ohm-meter)

❖ Pada persamaan (3.8) menyatakan reaktansi saluran ke ne-


tral untuk 1 m saluran. Karena reaktansi kapasitif XC (da –
ohm-meter) terhubung paralel disepanjang saluran, harus
dibagi dengan panjang saluran dalam meter untuk menda –
patkan XC (dalam satuan ohm) terhadap netral untuk selu –
ruh panjang saluran.
Untuk mengubah ke dalam satuan ohm-mil, persamaan
(3.6) dibagi 1609, jadi

1,779 D
XC = 6
x 10 ln Ω mil ke netral .............. 3.9
f r
Tabel A-1 memberikan diameter luar dari penghantar ACSR
dengan ukuran paling banyak digunakan. Jika D dan r pa –
da persamaan (3.9) diberikan dalam feet, reaktansi kapasi –
!
tif dengan jarak pemisah 1- kaki, X a adalah suku pertama
dan faktor pemisah reaktansi kapasitif X d! adalah suku
Kedua, jika persamaan itu diuraikan:

1,779 1 1,779 1
XC = x 10 ln +
6 6
x 10 ln Ω mil ke netral
f r f D
.............. 3.10

SOAL:
Hitung suseptansi kapasitif per mil saluran fasa tunggal
yang bekerja pada 60 Hz. Penghantarnya adalah Partridge,
dan jarak pemisahnya 20 feet antara pusatnya.
Jawab:
3.3. Kapasistansi saluran tiga kawat dengan jarak pemisah
sama
b
❖. Persamaan (3.2), menyatakan te-

D D gangan antara dua penghantar


yang disebabkan oleh muatan pa
a c
D da setiap penghantar, jika distri –
Gb..3.2 Saluran tiga fasa jarak busi muatan pada penghantar da-
pemisah sama
pat dimisalkan seragam. Jadi te –
gangan Vab pada saluran tiga fa –
sa yang hanya disebabkan oleh muatan pada penghantar a
dan b adalah;
1  D r
Vab =  qa ln + qb ln  volt .............. 3.11
2 k  r D
disebabkan oleh qa dan qb

jika hanya dipengaruhi muatan qc saja, maka


qc D
Vab = ln volt yang sama dengan nol, karena qC
2 k D
sama jauhnya dari a dan b. Untuk
memperlihatkan terhadap pemba –
hasan dari ketiga muatan, dapat dituliskan
1  D r D
Vab =  qa ln + qb ln + qc ln  volt
2 k  r D D  .............. 3.12
demikian juga;
1  D D r
Vac =  qa ln + qb ln + qc ln  volt .............. 3.13
2 k  r D D

dan untuk Vab + Vac

1  D r
Vab + Vac =  2qa ln + (qb + qc ) ln  volt
2 k  r D  .............. 3.14
Jika tidak ada muatan lain didekat penghantar, jumlah mua-
tan pada ketiga penghantar adalah nol, sehingga dapat me-
nggantikan qb + qc pada persamaan (3.14) dengan qa dan
diperoleh
3 qa D
Vab + Vac = ln volt .............. 3.15
2 k r

Gambar 3.3, diagram fasor untuk te-


V ab
gangan. Dari gambar tersebut diper-
Van
Vbc oleh hubungan antara tegangan sa-
luran Vab dan Vac serta tegangan
Vc
a
Van dari saluran a ke netral untuk
rangkaian tiga fasa sebagai berikut:
Gb. 3.3 Diagram fasor tegangan
seimbang pada saluran
tiga fasa
Vab = 3 Van (0,866 + j 0,5)
Vac = −Vca = 3 Van (0,866 − j 0,5)

dan Vab + Vac = 3Van .............. 3.16

dengan mensubstitusikan 3 Van untuk Vab + Vac dalam per-


samaan (3.15), akan diperoleh:
qa D
Van = ln volt .............. 3.17
2 k r
Sehubungan kapasitansi ke netral adalah perbandingan an-
tara muatan pada suatu penghantar dan tegangan antara
penghantar tersebut dan netral, maka
qa 2 k
Cn = = F/m ke netral .............. 3.18
Van ln ( D / r )

❖ Arus pengisian,(charging current) adalah istilah yang di-


pakai untuk arus yang ada hubungannya dengan kapa –
sitansi saluran.
❖ Untuk rangkaian fasa tunggal, arus pengisian adalah ha-
sil perkalian tegangan antar saluran dengan suseptansi
antar saluran atau sebagai suatu faktor

Ichg = j  Cab Vab .............. 3.19


❖ Untuk saluran tiga fasa, arus pengisian diperoleh dengan
mengalikan tegangan ke netral dengan suseptansi kapa –
sitif ke netral

Ichg = j  Cn Van A/mil .............. 3.20

Karena tegangan rms disepanjang saluran berbeda-beda,


arus pengisian tidak sama dimana-mana.

3.4. Kapasitansi saluran tiga fasa dengan jarak pemisah


tidak sama
❖. Pada saluran yang tidak ditransposisikan, kapasitansi
masing-masing fasa ke netral tidak sama.
❖.Pada saluran yang ditransposisikan, kapasitansi rata- rata
salah satu fasa ke netral sama dengan kapasitansi rata-rata
setiap fasa yang lain ke netral, karena setiap penghantar
fasa menduduki posisi sama seperti lainnya pada jarak
yang sama sepanjang periode transposisi.
2 ❖.Untuk saluran seperti gambar 3.4

diperoleh tiga persamaan untuk


D 23
12

Vab untuk tiga bagian yang berbe-


D

1
da pada periode transposisi. Un –
3
D31 tuk fasa a pada posisi 1, fasa
Gb 3.4 Saluran tiga fasa dengan
b posisi 2 dan fasa c posisi 3
jarak pemisah tidak sama
1  D12 r D23 
Vab =  qa ln + qb ln + qc ln  volt
2 k  r D12 D31  .............. 3.21

untuk fasa a pada posisi 2, fasa b posisi 3 dan fasa c


pada posisi 1, diperoleh:
1  D23 r D31 
Vab =  qa ln + qb ln + qc ln  volt
2 k  r D23 D12  .............. 3.22

dan untuk fasa a pada posisi 3, fasa b pada posisi 1 dan c


pada posisi 2, diperoleh:

1  D31 r D12 
Vab =  qa ln + qb ln + qc ln  volt
2 k  r D31 D23  .............. 3.23
Persamaan (3.21) sampai (3.23), jika jatuh tegangan disepa-
njang saluran diabaikan, tegangan fasa ke netral pada fasa
disuatu bagian periode transposisi adalah sama dengan te-
gangan ke netral pada fasa tersebut untuk setiap bagian pe-
riode. Karena itu, tegangan antara dua penghantar yang
manapun adalah sama pada setiap bagian periode transpo-
sisi. Oleh sebab itu muatan pada penghantar harus berbeda
bila posisi penghantar itu berubah terhadap panghantar
yang lain
❖. Tegangan rata-rata antara penghantar diperoleh dengan
menjumlahkan persamaan (3.21), (3.22) dan (3.23) dan me-
mbagi hasilnya dengan 3
❖. Jatuh tegangan rata-rata dari penghantar a ke penghan-
tar b adalah:

1  D12 D23D31 r3 D12 D23D31 


Vab =  qa ln + qb ln + qc ln 
6 k  r 3
D12 D23D31 D12 D23D31 

1  Deq r 
Vab = qa ln + qb ln volt .............. 3.24
2 k  r Deq 

dimana,

Deq = 3 D12 D23D31 .............. 3.25


dan jatuh tegangan rata-rata dari penghantar a ke penghan-
tar c adalah

1  Deq r 
Vac = qa ln + qc ln volt .............. 3.26
2 k  r Deq 
dengan menerapkan persamaan (3.16), untuk memperoleh
tegangan ke netral;
1  Deq r r 
3Van = Vab + Vac = 2qa ln + qb ln + qc ln volt
2 k  r Deq Deq 
.............. 3.27
karena qa + qb + qc = 0 (pada rangkaian tiga fasa yang sei-
mbang), maka
3 Deq
3Van = qa ln volt .............. 3.28
2 k r

qa 2 k
dan Cn = = F/m ke netral
Van ln ( Deq / r ) .............. 3.29

persamaan (3.29) ini untuk kapasitansi ke netral saluran ti –


ga fasa yang ditransposisikan. Untuk mencari reaktansi ka-
pasitif ke netral yang sesuai dengan Cn, reaktansi itu dapat
dipecah menjadi komponen reaktansi kapasitif ke netral
!
dengan jarak pemisah 1 feet, X a dan faktor pemisah reak –
!
tansi kapasitif X d
SOAL.

ft Hitung kapasitansi dan

20
reaktansi kapasitif
20

ft
untuk 1 mil saluran
seperti gambar dengan
38 ft
penghantarnya dari
ACSR Drake dan beker
ja pada frekuensi 60 Hz
Jika panjang saluran 175 mil dan tegangan kerja normal
220 kV, tentukan reaktansi kapasitif ke netral untuk selu
ruh saluran, arus pengisian per mil dan megavolt-amper
pengisian total
Jawab
3.5. Penghantar berkas
D31

D12 D23
! !
a a b b c c!
d d d

Gb. 3.5. saluran tiga fasa dengan penghantar berkas

❖ Penghantar pada setiap berkas adalah sejajar dan dapat


dimisalkan bahwa muatan per berkas terbagi sama rata
diantara penghantarnya, karena jarak pemisah antara ber
kas biasanya lebih dari 15 kali jarak antara penghantar
dalam berkas. Juga karena D12 jauh lebih besar dari pa-
da d, maka dapat menggunakan D12 sebagai pengganti
D12 – d dan D12 + d. Jika muatan pada fasa a adalah qa,
penghantar a dan a! masing-masing bermuatan qa /2, pem –
bagian muatan yang sama dimisalkan juga untuk fasa b
dan c, maka;

1  qa  D12 D12  qb  r d 
Vab =   ln + ln  +  ln + ln 
2 k  2  r d  2  D12 D12 
a a! b b!

qc  D23 D23 
+  ln + ln  .............. 3.30
2  D31 D31 
c c!
Huruf-huruf di bawah masing-masing suku logaritmis me –
nunjukkan penghantar mana yang muatannya dihitung
oleh suku itu. Dengan menggabungkan suku-suku itu di –
peroleh;
1  D12 rd D23 
Vab =  qa ln + q ln + q ln 
2 k  D31 
b c
rd D12
.............. 3.31

Jika menganggap salurannya ditransposisikan, akan di –


peroleh
2 k
Cn = F/m ke netral .............. 3.32
ln ( Deq / r d )
❖ Terlihat bahwa rd adalah sama Dsb seperti untuk suatu
berkas dua penghantar, kecualai r telah menggantikan
Ds .Jadi dapat disimpulkan bahwa metode GMD yang di-
sesuaikan berlaku untuk perhitungan kapasikansi salu –
ran tiga fasa penghantar berkas yang mempunyai dua
penghantar pada setiap berkasnya, berlaku juga untuk su
sunan berkas yang lain.
Jika Dsb c , berarti GMR yang disesuaikan untuk diguna –
kan dalam perhitungan kapasitansi dan untuk membeda -
b
kannya dengan D s yang digunakan dalam perhitungan
induktansi, diperoleh;
2 k
Cn = b
F/m ke netral .............. 3.33
ln ( Deq / Ds c)
Maka untuk suatu berkas dua lilitan

D c = (r x d ) = rd
b
s
4 2
.............. 3.34

untuk suatu berkas tiga lilitan

Dsb c = 9 (r x d x d )3 = 3 rd 2 .............. 3.35

dan untuk suatu berkas empat lilitan

D c=
b
s
16
(r x d x d x d x 2 ) = 1,09 rd
1/ 2 4 4 3

.............. 3.36
SOAL
d d d

a a! b b! c c!
8m 8m

d = 45 cm

Setiap penghantar pada saluran adalah penghantar berkas


dari jenis ACSR, 1,272,000 cmil Pheasant. Hitung reaktansi
kapasitif ke netral dalam ohm kilometer (dan dalam ohm
mil) per fasa. D = 45 cm.
Jawab:
3.6. Saluran tiga fasa rangkaian paralel
Metode GMD yang disesuaikan, juga dapat digunakan un-
tuk susunan yang berada diantara susunan berjarak pe-
misah sama dan susunan dengan pemisah tegak rata
meskipun tidak dilakukan transposisi
SOAL.
18 ft c!
a Saluran tiga fasa rangkaian
ganda terdiri dari penghantar
10 ft
ACSR Ostrich 300.000 cmil
21 ft
b 26/7 yang disusun seperti
b! gambar samping. Tentukan
10 ft suseptansi kapasitif untuk 60
18 ft Hz ke netral per mil per fasa
c
a!
Jawab:
SOAL:
1. Rangkaian saluran transmisi fasa tunggal, dengan jari-
jari kawat 0,5 cm. Susunan penghantar seperti gambar
berikut. Hitung: a. induktansi setiap sisi saluran (H/m)
b. induktansi keseluruhan saluran (H/m)

2. Masing-masing penghantar pada saluran transmisi


adalah penghantar berkas dari jenis ACSR 1.431.000 cmil
Plover dan jarak antar kawat d = 45 cm
Hitung: reaktansi induktif (ohm per km per fasa), jika
jarak antar penghantar 8 m
4. REPRESENTASI SALURAN TRANSMISI
a. Saluran pendek, panjang saluran kira-kira 80 km (50 mil)
b. Saluran jarak menengah; 80 km sampai 240 km (150 mil)
c. Saluran panjang; lebih dari 240 km (150 mil)

➢ Saluran transmisi biasanya dioperasikan dengan beban


tiga fasa seimbang
➢ Saluran transmisi yang dipisahkan dengan jarak tidak
sama dan tidak ditransposisikan, ketidaksimetrisan yang
dihasilkan biasanya kecil sehingga fasanya dapat dianggap
seimbang.
4.1 Perhitungan Saluran Pendek Fasa Tunggal
❖ Saluran transmisi pendek fasa tunggal biasanya bekerja
pada tegangan yang relatif rendah (sampai 20 kV)
❖ Konstanta saluran pendek (20 kV) dapat dianggap sama
dan kapasitansinya dapat diabaikan.
❖ Rangkaian ekivalen saluran pendek fasa tunggal adalah

Gb 4.1 Gb 4.2
Es = tegangan ujung pengirim ER = tegangan ujung penerima
I = arus saluran R = resistans kedua konduktor
X = reaktans kedua konduktor cos  R = faktor daya pada ujung
penerima
I R = resistive drop sefasa dengan I
I X = reactive drop tegak lurus dengan I

❖ Diagram vektor diperlihatkan gb 4.2. Dari segi tiga OMA,


diperoleh;
OM 2 = OA 2 + AM2 = (OK + KA)2 + (AC + CM)2
Es = ( ER cosR + I R) 2 + ( ER sin R + I X ) 2

❖ Suatu pendekatan untuk jatuh tegangan (Voltage drop)


adalah sbb:
dari gambar (4.2), ML ⊥ OF, CL // OF dan CD ⊥ OF
OM = OF (pendekatan)
OM = OD +DF = OB + BD + DF atau
Es = ER + BD + DF = ER + BD + CL = ER + I R cos R + I X sin R
atau Es – ER = IR cos R + IX sin R
jadi jatuh tegangan = I (R cos R + X sin R) (pendekatan)
Tegangan regulasi saluran = {(Es – ER) / ER} x 100%

❖ Anggap ER dari gambar (4.3) sebagai referensi, sehingga


ER = (ER + j0).

Pada  OAB, Es sama de-


ngan jumlah vektor dari ER
dan I Z atau Es = ER + I Z
I = I / - R = I (cos R – j sin R)

Gb 4.3 Demikian pula Z = Z /  = (R + j X)


Jadi Es = ER + I Z /  - R
atau Es = ER + I ( cos R – j sin R) ( R + j X)
= ER + (IR cos R + IX sin R) + j (IX cos R – IR sin R)
Jadi

Es = ( ER + IR cosR + IX sin R ) 2 + ( IX cosR − IR sin R ) 2

Jika p.f leading, maka I = IR = I (cosR + j sin R )


Jadi Es = ER + IZ + R = ER + I (cosR + j sin r )( R + jX )

menjadi catatan bahwa sudut p.f ujung pengirim adalah


S = (R +  )
❑ Contoh: Suatu saluran fasa tunggal mempunyai impedansi
5/ 600 dan mensuplai sebuah beban 120 A, 3300 V pada P.f
0,8 lag. Hitung tegangan ujung pengirim dan gambar
diagram vektornya Jawaban
4.2 Konstanta Saluran Transmisi Pendek Tiga Fasa

Gb 4.4 Gb 4.5

❖ Perhitungan 3 fasa diselesaikan dengan cara yang sama


seperti perhitungan fasa tunggal, karena unit 3 fasa dapat
dianggap terdiri dari tiga unit fasa tunggal yang masing ma
sing mengirim sepertiga daya total.
❖ Gambar (4.4) memperlihatkan sistem 3 fasa yang setiap
kondoktor mempunyai resisransi R  dan induktansi X .
❖ Gambar (4.5) diperlihatkan satu fasa terpisah. Selama beban
keadaan seimbang, tidak ada arus pada kawat netral oleh
karena itu tidak ada arus mengalir ke tanah (ground)
❖ Tegangan jala-jala (line) pada ujung pengirim dapat dipero-
leh dengan mengalikan nilainya dengan 3
❖ Pada gambar, beban terhubung bintang, tapi jika bebannya
terhubung delta maka dapat digantikan dengan ekivalen
beban terhubung bintang.
❑ Contoh: sebuah pusat pembangkit 3 fasa, 33 kV mensuplai
beban 10 MW, 31 kV dan faktor daya 0,9 lag, melalui saluran
transmisi 3 fasa sepanjang 3 km. Efisiensi saluran 96%,
berapa resistansi dan reaktansi saluran
Jawaban
4.3 Efek Kapasitansi
❖ Sejauh ini, pada saluran transmisi pendek telah mengabai-
kan efek kapasitansi, karena kapasitansi saluran pendek
pada tegangan yang relatif rendah dapat diabaikan.
❖ Namun seiring kenaikan tegangan dan bertambah panjang
saluran transmisi, nilai kapasitansi menjadi penting. Demi-
kian juga kebocoran isolasi diasumsikan lebih besar.
❖ Oleh karena itu, perhitungan untuk saluran panjang mem-
perhitungkan kapasitansi dan kebocoran reaktansi saluran
dan itu agak rumit tergantung tegangan saluran transmisi:
a. Pada saluran pendek, biasanya kapasitansi diabaikan. Teta
pi jika kapasitansi saluran diperhitungkan dan saluran ku-
rang dari 80 km, maka kapasitansi saluran pada ujung pe –
nerima atau ujung beban dapat disamakan seperti diperli –
hatkan pada gambar 4.6a.
Gb. 4.6

✓ Pada gambar (4.6b), arus saluran (Is) adalah jumlah vektor


arus beban dan arus pengisian kapasitansi (Ic). Oleh kare –
na itu;
Is = IR + Ic arus pengisian Ic = jCER
Jadi IR = IR (cos R – j sin R)
Is = IR cos R – j IR sin R + jCER
= IR cos R + j (– IR sin R + CER)
jatuh saluran (line drop) = Is (R + jX)
Jadi Es = ER + Is (R + jX)

b. Bila saluran dengan tegangan di atas 100 kV dan panjang


150 km, penyelesaian terbaik diperoleh dengan metode T
dan metode  seperti diuraikan berikut;

4.4 Metode T
Metode ini
juga dikenal
sebagai me-
tode “mid-
capacitor”,
seluruh ka-
Gb. 4.7
pasitansi saluran diasumsikan terpusat di titik tengah salur
an seperti diperlihatkan pada gambar 4.7. Dari gambar
tersebut terlihat bahwa;
E1 = ER + IR ZBC dengan mengetahui E1 dapat
diperoleh IC, yaitu
IC = jCE1 Jadi IS = IC + IR
Arus yang melalui bagian AB adalah IS, karena itu jatuh te-
gangan (voltage drop) = IS ZAB
Jadi ES = E1 + IS ZAB

❖ Gambar diagram diperlihatkan pada gambar 4.8. Dari gam


–bar tersebut tegangan ujung penerima (receiving-end) ER
sebagai vektor referensi.
❖ IR adalah arus beban, lagging terhadap ER dengan sudut
R, CD = IR . R/2 dan paralel terhadap IR
Gb. 4.8

❖ BD = IR . X/2 dan tegak lurus terhadap IR. OB menggambar-


kan E1 yaitu tegangan pada kapasitor tengah. BE mengga-
mbarkan IS . R/2 dan paralel IS. Demikian juga EA = IS . X/2
dan tegak lurus IS. OA menggambarkan tegangan pada
ujung pengirim (sending-end)
❖ Perlu dicatat bahwa jika kebocoran cukup besar, maka ke -
bocoran konduktansi G dapat diasumsikan terpusat pada
titik tengah saluran dan dapat digantikan dengan konduk -
tansi non-induktif G paralel kapasitor seperti diperlihatkan
gambar 4.9

Gb. 4.9
Contoh:
saluran transmisi udara 3 fasa, 50 Hz panjang 100 km
dengan tegangan 132 kV antara saluran pada ujung pe-
nerima mempunyai konstanta sbb;
resistansi/km/fasa = 0,15  induktansi/km/fasa = 1,20 mH
kapasitansi/km/fasa = 0,01 µF
Berapa tegangan, arus dan faktor daya pada ujung pengi -
rim apabila beban pada ujung penerima adalah 72 MW
pada faktor daya 0,8 lag. dan gambar diagram vektornya
Jawaban
4.5 Metode 
Pada metode ini, kapasitansi saluran ke netral dibagi men-
jadi dua bagian sama, setengah ditempatkan di ujung pe-
ngirim (sending end) dan setengah lainnya di ujung
penerima (receiving end) seperti diperlihatkan gambar 4.10

➢ Kapasitansi pada
ujung pengirim atau
ujung pembangkit –
an tidak berpenga –
ruh terhadap penu –
runan saluran atau
pengaturan saluran
tetapi arus pengisi -
annya harus ditambahkan ke
Gb. 4.10
arus saluran agar diperoleh jumlah arus ujung pengirim IS.
❖ IS adalah jumlah vektor dari IC2 dan IL, dimana IL adalah
jumlah vektor dari IC1 dan IR.
❖ Diagram vektor yang diperlihatkan gambar 4.11

➢ ER sebagai vektor
referensi
➢ Arus IL adalah
jumlah vektor dari
IR dan IC1( yang te
gak lurus ER)
➢ AB = IL . R sefasa
dengan IL
Gb. 4.11 ➢ BC = IL . X tegak lurus IL
❖ OC menggambarkan tegangan ujung pengirim
❖ Arus ujung pengirim IS adalah jumlah vektor IL dan IC2
(yang tegak lurus ES)
❖ Perlu menjadi catatan, jika bocor reaktansi tidak diabaikan,
maka kebocoran konduktansi G juga dapat dibagi menjadi
dua bagian yang sama dan diletakan dikedua ujung secara
paralel dengan kapasitor, diperlihatkan pada gambar 4.12

Gb. 4.12
4.6 Arus Pengisian dan Rugi Saluran dari Saluran Transmisi
Tanpa Beban

❖ Gambar 4.13 memperlihatkan distribusi kapasitansi suatu


saluran transmisi panjang sepanjang l.

❖ Arus pengisian IC mempu-


nyai nilai maksimum pada
ujung pengirim dan seca-
ra linear menurun menjadi
nol pada ujung penerima
❖ Karena itu, nilai arus pe –
ngisian pada jarak X dari
ujung pengirim adalah sa
ma dengan IC (l – X)/l
Gb. 4.13
❖ Nilai rms dari arus I ini adalah:

I I ( − x )

2
I 2 2

I = 
2
2
dx =
C C
3  ( 2
+ x − 2x) dx
2
 0   0

I  2
2
x 2 I 2 2
=  x + − x  =
C
3
C
  3 0 3
Jadi I = IC / 3
❖ R adalah resistansi saluran per fasa, maka rugi daya total
saluran = 3I R = 3( I / 3 ) x R = I R
2
C
2
C
2
4.7 Konstanta ABCD dari Saluran Transmisi
❖ Konstanta ABCD ini disebut sebagai konstanta rangkaian
umum saluran transmisi.
❖ Tabel A-6 memberikan nilai konstanta ABCD untuk berba -
gai macam saluran dan kombinasi saluran. (Tabel A-6)
❖ Untuk jaringan 4 terminal yaitu mempunyai dua terminal
input dan dua terminal output.
❖ Tegangan ujung pengirim per fasa dan arus pada ujung
penerima serta ujung pengirim dapat ekspresikan dengan
dua persamaan berikut
VS = A VR + B IR ................ 4.7.1

IS = C VR + D IR ................ 4.7.2

❖ A, B, C dan D adalah konstanta dari saluran transmisi.


❖ Nilai A, B, C dan D tergantung pada metode yang dipilih
untuk penyelesaian saluran transmisi
❖ Perhatikan untuk tinjauan hal berikut:
1. Saluran pendek:
➢ Untuk saluran sampai sepanjang 50 km, pengaruh kapasi –
tansi diabaikan. Oleh karena itu saluran tersebut dapat di
gambarkan seperti gambar 4.14
Dari gambar IS = IR VS = VR + IR Z
Dengan memperhatikan persama-
an (4.7.1) dan (4.7.2), diperoleh :
A=1 B=Z C = 0 dan D = 1
yang menjadi catatan AD – BC = 1
Gb 4.14
2. Saluran menengah (Metode T)
➢ Rangkaian ditunjukan gambar 4.15

Terlihat bahwa:

VS = V1 + IS Z/2 ..... 4.7.3

Juga V1 = VR + IR Z/2 .... 4.7.4


Sekarang;
IC = IS – IR = V1Y
Gb 4.15 = Y (VR + IRZ/2)
Jadi IS = VRY + IR (1 + YZ/2) ...... 4.7.5
dengan mengeliminasi V1 dari persamaan (4.7.3) dan (4.7.4)

diperoleh VS = VR + ISZ/2 + IRZ / 2 ........ 4.7.6


dengan menggantikankan nilai IS, diperoleh;

VS = (1 + YZ/2) VR + (Z + YZ2/4) IR ............ 4.7.7

membandingkan masing-masing persamaan (4.7.7) dan


(4.7.5) dengan persamaan (4.7.1) dan (4.7.2), diperoleh

A = D = 1 + YZ/2 B = Z (1 + YZ/4) dan C = Y


dari sini dapat dibuktikan bahwa AD – BC = 1

3. Saluran menengah (metode )


➢ Rangkaian diperlihatkan pada gambar 4.16
➢ Dari gambar impedansi seri per fasa = (R + j X) dan
admitansi Y = jC

seperti terlihat Is = I + Ic2 = I + Vs Y/2 ........... 4.7.8


juga I = Ic1 + IR = IR + VR Y/2 ........... 4.7.9

sekarang Vs = VR + IZ = VR + Z (IR + VRY/2)

= (1 + YZ/2) VR + ZIR ................ 4.7.10

penghapusan I dari persamaan (4.7.8) dan (4.7.9) diperoleh

Is = IR + VRY/2 + VsY/2
Sekarang, menggantikan
nilai Vs diperoleh,

Is = IR + VRY/2 + Y/2[(1 +

YZ/2) VR + ZIR]

Gb 4.16 Is = Y (1 + YZ/4)VR + (1 + YZ/2) IR ...... 4.7.11


memperbandingkan persamaan (4.7.10) dan (4.7.2) dengan
persamaan (4.7.1) dan (4.7.11) diperoleh;

A = D = (1 + YZ/2) B=Z C = Y (1 + YZ/4)


sehingga dapat ditunjukan AD – BC = 1

Soal:
Saluran transmisi 3 fasa, 110 kV, 50 Hz,150 km, mentrans-
misikan sebuah beban 40000 kW; 0,8 lag pada ujung pengi-
rim. Resistansi/km/fasa = 0,15  reaktansi/km/fasa = 0,6 
suseptansi/km/fasa 10–5 S
Tetukan a. konstanta umum saluran
b. regulasi saluran
gunakan metode 
Jawaban:
PEKERJAAN RUMAH (PR)
1. Saluran transmisi 3 fasa, 50 Hz, panjang 100 km
mempunyai resistansi/fasa/km = 0,1 , reaktansi induktif
/fasa/km = 0,5 , suseptansi kapasitif/fasa/km = 10 x 10–6 S.
Jika saluran memasok suatu beban 20 MW; p.f 0,9 lag;
66 kV pada ujung penerima. Hitung dengan metode , nilai
regulasi dan efisiensi saluran.
Kunci jawaban: (15,15% dan 94,56%)
2. Saluran transmisi 3 fasa, 50 Hz, 132 kV, memberikan beban
50 MW: p.f 0,8 lag pada ujung penerima. Konstanta umum
saluran transmisi A = D = 0,951,40 ; B = 96780 ; C =
0,0015900. Tentukan regulasi saluran dan arus pengisian.
gunakan metode T.
Kunci jawab (27,1% dan 128,293,10)
4.8 Perhitungan Penyalur Arus AC
❖ Penyelesaian penyalur arus ac dapat diselesaikan dengan
menggunakan tiga metode. Ketiga metode diilustrasikan
dengan contoh sebagai berikut;
➢ Penyalur arus ac fasa tunggal, panjang 500 m mempunyai
impedansi total (0,02 + j 0,04) dan pengisian dari satu
ujung sebesar 250 V.
(a) 50 A dengan p.f satu, jarak 200 m dari titik pengisian
(b) 100 A dengan p.f 0,8 lag, jarak 300 m dari titik pengisian
(c( 50 A dengan p.f 0,6 lag, pada ujung terjauh
Hitung: total penurunan tegangan dan tegangan pada
ujung terjauh.
Jawab: metode pertama
arus sepanjang AD adalah jumlah vektor ketiga arus beban
Jadi arus sepanjang AD = 50 + 100(0,8 – j0,6) + 50(0,6 – j0,8)
= 160 – j100
Impedansi sepanjang AD = (200/500)(0,02 + j0,04)
= (0,008 + j0,016) 
Penurunan tegangan sepanjang AD
= (160 – j100) x (0,008 + j0,016) = (2,88 + j1,76)
Arus sepanjang DC = (160 – j100) – 50 = (110 – j100)
Impedansi sepanjang DC = (100/500)(0,02 + j0,04)
= (0,004 + j0,008) 
Penurunan tegangan sepanjang DC
= (110 – j100)(0,004 + j0,008) = (1,24 + j0,48)
Arus pada CB = 50(0,6 – j 0,8) = (30 – j40)
Impedansi dari CB = (200/500)(0,02 + j0,04) = (0,008 + j0,016)
Penurunan tegangan pada CB
= (30 – j40)(0,008 + j0,016) = (0,88 + j0,16)
Total penurunan tegangan adalah;
= (2,88 + j1,76) + (1,24 + j0,48) + (0,88 + j0,16) = (5 + j2,4)
Tegangan ujung terjauh = (250 + j0) – (5 + j2,4) = (245 – j2,4)V
Harga magnitudnya = (2452 + 2,42) = 245 volt (pendekatan)

Metode kedua
Membagi arus ke dalam komponen aktif dan reaktifnya sbb;
komponen aktifnya:
50 x 1 = 50 A ; 100 x 0,8 = 80 A ; 50 x 0,6 = 30 A ; ini diperli-
hatkan gambar (a).

(a) (b)
komponen reaktifnya adalah
50 x 0 = 0 ; 100 x 0,6 = 60 A ; 50 x 0,8 = 40 A ; ini diperlihat-
kan gambar (b). Resistansi dan reaktansi masing-masing di-
perlihatkan pada gambar
Penurunan tegangan oleh karena komponen aktif dari arus
yang diberikan adalah;
= 50 x 0,008 + 80 x 0,012 + 30 x 0,02 = 1,96 volt
Penurunan tegangan oleh karena komponen reaktif adalah
= 60 x 0,024 + 40 x 0,04 = 3,04 volt
Total penurunan tegangan = 1,96 + 3,04 = 5 volt (pdkt)

Metode ketiga
Pusat beban sebenarnya ada pada jarak dari ujung pengisi –
an
50A x 200 + 100A x 300 + 50A x 500
200A
= 325 m
Nilai resistansi sampai pusat beban sebenarnya adalah
= 325 x 0,02/500 = 0,013 
Nilai reaktansi sampai pusat beban sebenarnya adalah
= 325 x 0,04/500 = 0,026 
Rata- rata p.f =
50A x 1 + 100A x 0,8 + 50A x 0,6
200A
= 0,8
cos av = 0,8 ; sin av = 0,6
Penurunan tegangan = 200(0,013 x 0,8 + 0,026 x 0,6) = 5,2 V
(mendekati sama seperti sebelumnya)
➢ Penyalur fasa tunggal, panjang 1 km mempuyai resistansi
dan reaktansi per konduktor masing-masing 0,2 dan 0,3 .
Pada ujung terjauh, tegangan VB = 240 V dan arus 100 A pa
da faktor daya 0,8 lagging. Pada titik tengah penyalur A,
arus yang diserap 100 A pada faktor daya 0,6 lag dengan
referensi tegangan VA di titik tengah. Hitung tegangan su-
plai penyalur VS dan sudut fasa antara VS dan VB.
Jawaban
➢ Suatu penyalur 1 fasa bentuk ring ABC, ujung pengisian pa
da A. Beban pada B dan C masing-masing , 20 A p.f 0,8 lag
dan 15 A p.f 0,6 lag, keduanya mengacu pada tegangan di
A. Total impedansi pada AB, BC, dan CA masing-masing
adalah (1 + j1) , (1 + j2)  dan (1 + j3) . Tentukan arus pe-
ngisian di A dan arus setiap bagian
Jawaban
5. GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI
5.1 Gangguan adalah ketidaknormalan (interferes) pada sa-
luran transmisi yang mengakibatkan arus yang menga-
lir tidak seimbang pada ketiga fasanya atau ketidak-
normalan aliran arus listrik ke beban.
5.2 Penyebab Gangguan
a. manusia; ada unsur kesalahan penyambungan rang-
kaian, kekeliruan mengkalibrasi peralatan pengaman dll
b. faktor internal; berasal dari internal saluran transmisi
itu, karena usia pemakaian atau keausan relai penga-
man atau isolasi

c. faktor eksternal; berasa dari lingkungan disekitar sa-


luran transmisi, seperti cuaca, gempa bumi, sambaran
petir, badai, binatang
5.3 Jenis Gangguan
Ditinjau dari sifat dan penyebab gangguan, jenis ganggu-
an dikelompokan menjadi sbb:
a. Tegangan lebih (over voltage):
tegangan lebih merupakan gangguan akibat tegangan
pada sistem tenaga listrik melebihi dari yg seharusnya.
Gangguan ini dapat terjadi karena kondisi eksternal dan
internal pada sistem tsb.
1). kondisi eksternal; sambaran petir yang mengenahi
saluran transmisi udara.
2). kondisi internal: akibat terputusnya rangkaian yang
mendadak, perubahan beban yang mendadak, pelepas-
an PMT yang mendadak akibat hubung singkat pada
saluran, kegagalan isolasi dsb.
b. Hubung singkat (short circuit):
hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering
terjadi pada saluran transmisi udara 3 fasa. Gangguan
ini biasanya memunculkan busur api yang dapat meni-
mbulkan kerusakan tetap, gangguan semacam ini dise-
but gangguan permanen, tapi jika tidak menimbulkan
kerusakan disebut gangguan temporer. Gangguan hu-
bung singkat yang sering terjadi pada sistem tenaga lis-
trik 3 fasa
1) satu fasa dengan tanah
2) fasa dengan fasa
3) dua fasa dengan tanah
4) fasa dengan fasa dan fasa lainya dengan tanah
keempat jenis gangguan ini menimbulkan arus ganggu-
an tidak simetris (unsymetrical short-circuit)
5) tiga fasa dengan tanah
6) hubung singkat 3 fasa
dua jenis gangguan terakhir ini menimbulkan arus ga-
ngguan simetris (symetrical short-circuit).
❖ Perhitungan arus hubung singkat sangat penting untuk
menentukan kemampuan PMT dan untuk koordinasi pe-
masangan relai pengaman.
➢ Gangguan hubung singkat tersebut di atas diklasifukasi-
kan berdasarkan pada kesimetrisannya. Sedangkan
gangguan yang berdasarkan pada lamanya gangguan di-
klasifikasikan menjadi
1. Gangguan transisen (temporer)
merupakan gangguan yang hilang dengan sendirinya keti-
ka pemutus tenaga (PMT) terbuka dari saluran transmisi
untuk waktu singkat dan setelah itu dihubungkan kembali
2. Gangguan permanen
merupakan gangguan yang tidak hilang (tetap ada) apabila
PMT terbuka pada saluran transmisi untuk waktu singkat
dan setelah itu dihubungkan kembali.
❖ Terbukanya PMT tidak selalu disebabkan terjadinya ga-
ngguan pada sistem, tetapi dapat juga disebabkan ada-
nya kerusakan pada rele, kabel kontrol atau adanya pe-
ngaruh dari luar seperti induksi atau interferensi.
Gangguan seperti ini disebut gangguan non-sistem
c. Beban lebih (over load)
akibat konsumsi energi listrik melebihi kapasitas pem-
bangkit energi listrik. Arus lebih ini dapat menimbulkan
kerusakan pada isolasi. Gangguan ini sering terjadi pa-
da generator dan trafo daya.
d. Daya balik (reserve power)
merupakan suatu gangguan berubahnya fungsi gene-
rator menjadi motor (beban) pada sistem tenaga listrik
(interconnected system). Hal ini dikarenakan ada ga-
ngguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan
medan magnet dsb, sehingga terjadi ayunan putaran
rotor dari generator yang lebih cepat atau lebih lambat
dari putaran sinkron.
Cara untuk mengatasi gangguan ini dengan melepas ge-
nerator yang terganggu atau melepas daerah yang terja-
di hubung singkat secepat mungkin. Biasanya untuk pe-
ngamanan, pada generator telah dilengkapi relai daya ba-
lik (reserve power relay)

5.4 Metode Analisis Gangguan Tidak Seimbang


Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik
adalah gangguan asimetris, yaitu gangguan yang menga-
kibatkan tegangan dan arus yang mengalir di setiap fasa-
nya tidak seimbang.
Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis sistem
tga fasa yang tidak seimbang ditemukan oleh Fortesque
pada tahun 1918. Menurut pembuktiannya, bahwa suatu
sistem yang tidak seimbang dapat dipecah menjadi tiga
komponen simetris dari sistem tiga fasa yang seimbang
yaitu:
1. Komponen urutan positif (positive sequence components)
merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sa-
ma besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa
sebesar 120 0L dan mempunyai urutan fasa yang sama se-
perti fasor aslinya (ditandai dengan subcript 1)
2. Komponen urutan negatif
merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sa-
ma besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa
sebesar 120 0L dan mempunyai urutan fasa yang berlawan
an dengan fasor aslinya (ditandai dengan subcript 2)
3. Komponen urutan nol (zero sequence components)
merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang sa-
ma besarnya dan tidak ada pergeseran fasa antara fasor
yang satu dengan yang lainya (ditandai dengan subcript 0)
5.5 Usaha Memperkecil Gangguan
a. menghindari kesalahan operasional dengan membuat
SOP (standing operational procedur) dan menjadwal
perawatan secara periodik
b. memakai isolasi peralatan yang berkualitas
c. membuat perencanaan yang baik untuk menghindari
timbulnya gangguan dari luar (polusi, cuaca, binatang
d. memasang kawat tanah pada kaki menara SUTT dan
G.I untuk melindungi sambaran petir
e. melakukan pemasangan kelengkapan saluran transmi-
si sesuai peraturan yang benar
f. memasang penangkal petir (lightning arrester) dan ka-
wat tanah serta membuat resistans tanah sekecil mung-
kin (+ 10 ) untuk melindungi akibat sambaran petir.
g. membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahan-
an isolasi peralatan dan arester ataupun batang tanduk.
5.6 Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan
a. membatasi arus hubung singkat dengan cara
menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan me-
makai impedansi pembatas arus, pemasangan resistans
atau reaktans untuk sistem pentanahannya sehingga ga-
ngguan satu fasa terbatas.
b. sesegera misahkan bagian sistem yang terganggu de-
ngan memakai pengaman lebur atau relai pengaman dan
pemutus beban dengan kapasitas pemutus yang mema-
dahi
c. mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gang-
guan, dengan memakai pengatur tegangan otomatis
yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang
memadahi
d. membuat data atau pengamatan gangguan yang sistema-
tis dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai