Anda di halaman 1dari 74

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA


NY. M.A.H DI RUANGAN PENYAKIT DALAM
RSUPP BETUN

OLEH :
NAMA : VIKTORIA NIIS NANA
NIM : PO5303201191252

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA


NY. MAH DI RUANGAN PENYAKIT DALAM
RSUPP BETUN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH :
NAMA : VIKTORIA NIIS NANA
NIM : PO5303201191252

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah Oleh Viktoria Niis Nana, NIM : PO5303201191252
Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Pada Ny. M.A.H di
Ruangan Penyakit Dalam RSUPP Betun” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Disusun Oleh :

VIKTORIA NIIS NANA


NIM . PO.5303201191252

Telah disetujui untuk diseminarkan di depan Dewan Penguji Prodi D-III


Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Pada Tanggal 11 Agustus 2020

Pembimbing

Dr. Rafael Paun, SKM, M.Kes.


NIP. 19570215198201 1 001

3
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA NY. MAH
DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RSUPP BETUN
Disusun Oleh :

VIKTORIA NIIS NANA


NIM . PO.5303201191252

Telah Diuji Pada Tanggal


13 Agustus 2020

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II

Yustinus Rindu, S.Kep.,Ns,M.Kep Dr. Rafael Paun, SKM, M.Kes.


NIP. 19661231 198901 1 001 NIP. 19570215198201 1 001

Mengesahkan Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D III Keperawatan

Dr. Florentianus Tat, S.KP.,M.Kes Margaretha Teli, S.Kep.,Ns.,Msc-PH


NIP.19691128199303001 197707272000032002
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Viktoria Niis Nana
NIM : PO.5303201191252
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi : Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian ,hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kupang, 08 Agustus 2020


Pembuat Pernyataan

Viktoria Niis Nana


NIM. Po.5303201191252

Mengetahui
Pembimbing

Dr. Rafael Paun, SKM, M.Kes.


NIP. 19570215198201 1 001
BIODATA PENULIS

Nama : Viktoria Niis Nana


Tempat Tanggal Lahir : Fatubena, 04 Juni 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Manumuti Umanen, Kecamatan Malaka Tengah,
Kabupaten Malaka
Riwayat Pendidikan : 1. Tamat SDK Fatubena Tahun 1998
2. Tamat SLTPN 2 Malaka Tengah Tahun 2001
3. Tamat SPK St. Elisabeth Lela Tahun 2004
4. Pada Tahun 2019 Kuliah di Program Studi
RPL Jurusan Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

MOTTO
“Saya adalah salah satu bagian penting dari dunia ini”.
“Kebanggaan yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal tetapi bangkit kembali
setiap kali jatuh”.
~Confusius~
“Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena kita tak dapat hidup cukup lama untuk
melakukan semua kesalahan itu sendiri”.
~Martin Vanbee~
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan Judul : “Asuhan
Keperawatan Infeksi Saluran Kemih Pada Ny. M.A.H di Ruangan Penyakit Dalam
RSUPP Betun” dengan baik. Penyusunan karya tulis ini dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik
Kesehatan Kemnekes Kupang.
Dalam menulis kerya tulis ini penulis mendapatkan dukungan baik berupa
dukungan moril maupun materi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Rafael Paun, S.KM, M.Kes, selaku pembimbing sekaligus penguji II yang
telah membimbing, memberi masukan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak Yustinus Rinndu, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
3. Ibu Fatima Serli Klau, S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik/CI yang telah
membimbing dan member masukan selama praktek di Ruangan Penyakit Dalam
RSUPP Betun.
4. Ibu R.H Kristina, S.KM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehtan Kemenkes Kupang
5. Bapak Florentianus Tat, S.KP, M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti Ujian Akhir Program
6. Ibu Margatretha Telly, S.Kep.,Ns, MSc-PH selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan yang telah memeberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti
Ujian Akhir Program.
7. Ibu dr. Oktelin Kurniawati Kaswadie selaku Direktur RSUPP Betun yang telah
menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan studi kasus di
RSUPP Betun
8. Seluruh staf Ruangan Penyakit Dalam RSUPP Betun yang telah membantu dalam
melaksanakan studi kasus ini
9. Para Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang yang
telah membinbing penulis selama mengikuti pendidikan baik di kampus maupaun
di lahan praktek

vii
10. Suami dan anak-anak yang selalu memberi dukungan semangat yang luar biasa
kepada penulis dalam mengikuti pendidikan, melaksanakan studi kasus dan
menyusun karya tulis ilmiah ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
baik secara langsung maupaun tidak langsung sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki kekurangan oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang bisa menjadi
masukan bagi penulis berikutnya.

Kupang, Agustus 2020

Penulis

88
ABSTRAK

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang


Jurusan D III Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah

Nama : Viktoria Niis Nana


NIM : PO.5303201191252

Latar Belakang : Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang
disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria maupun wanita dari
semua umur baik anak, remaja, dewasa maupun umur lanjut. Metode : Desain
deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fiisk.Tujuan : Melaksanakan Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih
Pada Ny. M.A.H di Ruangan Penyakit Dalam RSUPP Betun.Hasil : Dari pengkajian
yang dilakukan pada Ny. M. A.H ditemukan adanya keluhan nyeri perut bagian bawah,
nyeri hilang timbul, seperti tertusuk jarum, pasien tampak meringis memegang perut
yang sakit, pasien juga mengeluh lebih sering kencing dalam sehari frekuensi kencing
8-10 kali,jumlah urin 50-100 cc setiap kali kencing, warna urin kuning jernih, konsitensi
cair, berbau khas, pasien juga mengeluh mual dan nyeri ulu hati pada pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya kembung, bising usus terdengar dengan frekuensi 28 x per
menit. Dari hasil pengkajian tersebut ditemukan tiga diagnosa keperawatan yaitu : 1)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, 2) Gangguan eliminasi urin
berhubugan dengan penurunan kapasitas kandung kemih, 3) Nausea berhubungan
dengan distensi lambung dengan intervensi pada diagnosa I : Manajemen Nyeri dan
Pemberian analgesic, intervensi pada diagnose keperawatan II : Manajemen Eliminasi
Urin dan Intervensi pada diagnose keperawatan III : Manajemen Mual, Implementasi
dan Evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu dari tanggal 27-07-2020 sampai dengan 29-
07-2020. Pembahasan : Berdasarkan studi kasus yang telah dilaksanakan ditemukan
bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada Ny. M.A.H, dari
ketiga diagnose keperawatan yang muncul diagnose keperawatan I : Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis tidak teratasi penuh atau teratasi
sebagian karena pasien mengalami proses inflamasi yang membutuhkan proses untuk
penyembuhan sehingga nyeri masih dirasakan dengan skala ringan yaitu 3, sedangkan
diagnose keperawatan kedua dan ketiga teratasi secara penuh. Kesimpulan : Asuhan
Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Ny. M.A.H dilakukan melalui 5 tahap proses
keperawatan yaitu : Pengkajian, Penetapan diagnose Keperawatan, Intervensi
Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan. Saran : bagi
RSUPP Betun khususnya perawat, diharapkan dapat menggunakan proses keperawatan
yang utuh mulai dari pengkajian sampai evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
dalam hal ini pasien dengan nyeri akut agar lebih dipertajam assesmen nyeri mulai dari
pasien masuk sampai pulang.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Infeksi saluran Kemih

9
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ....................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................................ v
BIODATA PENULIS ................................................................................................. vi
MOTTO ...................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Studi Kasus ............................................................................................. 3
1.3. Manfaat Studi Kasus ........................................................................................... 4
1.4. Metode Penulisan ................................................................................................ 5
1.5. Sistematika Penulisan.......................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 7
2.1. Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih .................................................................. 7
2.1.1. Pengertian................................................................................................. 7
2.1.2. Etiologi..................................................................................................... 7
2.1.3. Patofisiologi ............................................................................................. 7
2.1.4. Factor Penyebab dan factor Resiko .......................................................... 8
2.1.5. Macam-macam ISK ................................................................................. 9
2.1.6. Manifestasi Klinis .................................................................................... 10
2.1.7. Komplikasi ............................................................................................... 11
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................... 11
2.1.9. Pengobatan Penyakit ISK......................................................................... 11
2.2. Pathway Infeksi Saluran Kemih .......................................................................... 12
2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................................... 12
2.3.1. Pengkajian ................................................................................................ 12
2.3.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 14
2.3.3. Rencana Keperawatan .............................................................................. 14
2.3.4. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 15
2.3.5. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 16
BAB III. HASILSTUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .......................................... 17
3.1. Hasil Studi Kasus ................................................................................................ 17
3.1.1. Gambaran Lokasi Studi Kasus ................................................................. 17
3.1.2. Hasil Pengumpulan Data.......................................................................... 18
3.2. Pembahasan ......................................................................................................... 36
3.2.1. Pengkajian ................................................................................................. 36
3.2.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 37
3.2.3. Intervensi Keperawatan............................................................................. 38
3.2.4. Implementasi Keperawatan ....................................................................... 38
3.2.5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 39
BAB IV. PENUTUP ................................................................................................... 42
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 42
4.2. Saran.................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 47
LAMPIRAN................................................................................................................ 48
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pathway Infeksi Saluran Kemih .............................................................. 12


Gambar 3.1 Genogram ................................................................................................ 1
12
BA B II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Infeksi Saluran Kemih


2.1.1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai
untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa
maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang
lebih 5 – 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkanoleh bakteri terutama scherichia coli ;
resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.
traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya
infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun
demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum
pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi
pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang
terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
2.1.2. Etiologi
1) Bakteri (Eschericia coli)
2) Jamur dan virus
3) Infeksi ginjal
4) Prostat hipertropi (urine sisa)
2.1.3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1) Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
2) Hematogen
3) Limfogen
4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau
sistoskopi
2.1.4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko
1) Bendungan aliran urine
a. Anatomi konginetal
b. Batu saluran kemih.
c. Oklusi ureter (sebagian atau total).
2) Refluks vesi ke ureter.
3) Urine sisa dalam buli-buli karena :
a. Neurogenik bladder
b. Striktur uretra.
c. Hipertropi prostat.
4) Gangguan metabolic
a. Hiperkalsemia
b. Hipokalemia
c. Agamaglobulinemia.
5) Instrumentasi
6) Dilatasi uretra sistoskopi.
7) Kehamilan
8) Faktor statis dan bendungan.
9) PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan
kuman.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme
pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih
serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat
terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme
(diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme
normal.
2.1.5. Macam-macam ISK (yang sering terjadi) :
1) Uretritis (uretra)
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau
mongonoreal. Uretritis gOnoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
nongonoreal; uretritis yang tidak berhubungan dengan
niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum.
2) Sistisis (kandung kemih)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat
disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam
kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
3) Pielonefritis (ginjal)
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan
infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari
salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih
melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai
25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui
aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari
3 %.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang,
dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi
kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh
aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks
urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.
2.1.6. Manifestasi Klinis
1) Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
a. Mukosa memerah dan oedema
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada urethra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Good morning sign
f. Adanya nanah awal miksi
g. Nyeri pada saat miksi
h. Kesulitan untuk memulai miksi
i. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2) Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
a. Disuria (nyeri waktu berkemih)
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Perasaan ingin berkemih
d. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
e. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
f. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada
kasus yang parah.
3) Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri pinggang
d. Disuria
Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip
dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan
hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
2.1.7. Komplikasi
1) Pembentukan abse ginjal atau peri renal
2) Gagal Ginjal
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisis
a. Leukosuria atau piura terdapat > 5 lpb sedimen air kemih
b. Hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen air keih
2) Bakteriologis
a. Mikroskopis; satu bakteri lapang pandang minyak emersi
b. Biakan bakteri 102-103 organisme kiloform/mL urihn plus
pyuria
c. Tes Kimiawi; Tes Reduksi griess nitrate berupa perbahan
warna pada uji carik
2.1.9. Pengobatan penyakit ISK
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif
maupun gram negative
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi
atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin
naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke
belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh
bakteri faeces.
2.2. Pathway Infeksi Saluran Kemih
Kebiasaan Menahan Uretra Pendek + Pemasangan Kateter
Kencing Kebersihan yang buruk tidak steril

Kolonisasi Bakteri (E.Coli) Bakteri sampai ke


Ginjal Bawah (ISK
bawah)

Masuk Ke VU
Ketidakstabillan melalui Uretra
Termoregulasi Respon Histamin dan
Kolinergik
Demam, Mengigil Infeksi Saluran
Kemih (ISK Atas)
Mual, Muntah

Hipertermi
Respon Inflamasi
Nausea

Rasa Sakit dan Panas Pada Terjadi Peradangan pada mukosa


Simpisis, Dysuria

Distensi Kandung Kemih


Nyeri Akut

Gangguan Eliminasi
Urin

Gambar 2.1 Pathway ISK

2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1) Data biologis meliputi :
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung
2) Riwayat kesehatan :
a. Riwayat infeksi saluran kemih
b. Riwayat pernah menderita batu ginjal
c. Riwayat penyakit DM, jantung.
3) Pengkajian fisik :
a. Palpasi kandung kemih
b. Inspeksi daerah meatus
1) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
2) Pengkajian pada costovertebralis
4) Riwayat psikososial
5) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
6) Persepsi terhadap kondisi penyakit
7) Mekanisme koping dan sistem pendukung
8) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi
medis
2.3.2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI 2019
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih
3) Nausea berhubungan dengan distensi lambung
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
2.3.3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 :Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (Infeksi). Luaran : Tingkat Nyeri, Kontrol Nyeri, Status
Kenyamanan. Kriteria Hasil : 1) Melaporkan nyeri berkurang; 2)
Mampu mengontrol nyeri; 3) Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang; 4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi : Manajemen Nyeri : 1) Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri; 2)
Identifikasi Skala Nyeri; 3) Identifikasi Respon Nyeri non Verbal;
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri;
5) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri;
6) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri; 7) Fasilitasi
istrahat dan tidur; 8) Evaluasi keberhasilan pemberian terapi
nonfarmakologis; 9) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
Intervensi : Pemberian Analgesik : 1) Identifikasi karakteristik
nyeri; 2) Identifikasi Riwayat alergi obat; 3) Identifikasi keseuaian
jenis analgesic dengan tingkat keparahan nyeri; 4) Monitor tanda-
tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic; 5) Monitor
efektifitas analgesic; 6) Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat; 6) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic sesuia
indikasi
Diagnosa 2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih. Luaran : 1) Eliminasi Urin,
Kriteria Hasil : 1) Frekuensi BAK membaik; 2) Karakteristik urin
membaik; 3) Keluhan berkemih tidak tuntas berkurang. Intervensi
: Manajemen Eliminasi Urin : 1) Identifikasi tanda dan gejala
retensi atau inkontinensia urin; 2) Identifikasi factor yang
menyebabkan retensi atau inkontinensia urin; 3) Monitor eliminasi
urin (frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan warna); 4) Catat
waktu dan haluaran berkemih; 5) Batasi asupan cairan jika perlu ;
6) Ambil sampel urin tengah atau kultur edukasi; 7) Ajarkan tanda
dan gejala infeksi saluran kemih; 8) Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urin; 9) Ajarkan mengambil specimen urin;
10) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktub yang tepat
untuk berkemih; 11) Anjurkan minum yang cukup jika tidak ada
kontraindikasi; 12) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur.
Diagnosa 3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung.
Luaran : Tinkat Nausea dan Kontrol mual/muntah. Kriteria Hasil
: 1) Melaporkan mual berkurang; 2) Mampu mengenali gejala
mual; 3) Mampu mengontrol mual. Inervensi : Manajemen Mual
: 1) Identifikasi pengalaman mual; 2) Identifikasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan; 3) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
hidup; 4) Indentifikasi factor penyebab mual; 5) Identifikasi
antiemetic untuk mencegah mual; 5) Monitor mual; 6) Monitor
asupan nutrisi dan kalori; 7) Kendalikan factor lingkungan
penyebab mual; 8) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual; 8) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan sering; 9)
Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau; 10) Anjurkan
istirahat dan tidur yang cukup; 11) Kolaborasi pemeberian
antiemetic jika perlu.
Diagnosa 4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi. Luaran : Tingkat Pengtahuan dan Proses
Informasi. Kriteria Hasil : 1) Menunjukan perilaku sesuai anjuran;
2) Menunjukan minat ingin tahu tentang penyakit yang sedang
dialami; 3) Kemampuan menjelaskan pengtahuan tentang penyakit
meningkat ; 4) Kemampuan menggambarkan pengalaman
sebelumnya tentang penyakit yang diderita meningkat; 5)
Memahami penjelasan yang diberikan. Intervensi : Edukasi
Proses Penyakit : 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi; 2) Sediakan materi pendidikan kesehatan; 3)
Jelaskan penyebab dan factor resiko penyakit; 2) Jelaskan tanda
dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit; 3) Jelaskan
kemungkinan terjadinya komplikasi; 4) Informasikan kondisi
pasien saat ini; 5) Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak biasa.
2.3.4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keparawatan. Tahap ini adalah melaksanakan intervensi yang
telah disusun dalam rencana keperawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien.
Implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
2.3.5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Djuanda Adhi (2010), Evaluasi Keperawatan adalah
penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
( hasil yang diamati ) dengan kriteria yang dibuat pada tahap
perencanaan mengenai masalah keperawatan.
Pada tahap ini, perawat dapat mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk menentukan
intervensi lanjutan, atau memodifikasi intervensi yang telah
disusun untuk dapat mencapai tujuan
BAB III
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Studi Kasus


3.1.1. Gambaran Lokasi Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan (RSUPP) Betun. RSUPP adalah Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Malaka dan semua urusan administrasi
dan pelayanan kesehatan masih dibawah koordinasi dan fasilitasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Malaka
RSUPP Betun terletak di wilayah bagian Selatan Kabupaten Belu,
tepatnya di Dusun Sukabihanawa, Desa Kamanasa, Kecamatan
Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dipimpin oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab langsung
kepada Bupati Malaka melalui Sekretaris Daerah dan dibawah
koordinasi Dinas Kesehatan dan mempunyai luas lahan ± 5,00 Ha.
Status RSUPP Betun saat ini adalah Rumah Sakit Tipe C dan
sudah terakreditasi KARS 2018 dengan predikat paripurna. Dalam
kaitannya dengan pelayanan kesehatan RSUPP Betun terutama
menerima 12 (dua belas) Wilayah Rujukan Puskesmas dengan jumlah
penduduk secara keseluruhan adalah 188.201 jiwa.
RSUPP memiliki dua jenis pelayanan yaitu pelayanan medik dan
penunjang medik. Pelayanan medik terdiri dari, Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Rawat Inap, sedangkan pelayanan penunjang medik
terdiri dari Laboratorium, UTDRS, Radiologi, Farmasi, CSSD, dan
Rehabilitasi Medik. Studi kasus ini dilaksanakan di Ruangan Penyakit
Dalam yang didalamnya terdapat 28 Tempat Tidur yang tersebar di 8
ruangan yaitu, ruangan kelas 1 berjumlah 2, ruangan kelas 2 yang
berjumlah 3 ruangan, kelas 3 berjumlah 3 ruangan (ruang 3 Wanita,
ruang 3 Laki-laki dan ruang 3 isolasi). Pegawai yang bekerja di ruang
penyakit dalam berjumlah 16 orang yang terdiri dari 12 orang perawat,
1 orang tenaga administrasi dan 3 orang cleaning servis.
3.1.2. Hasil Pengumpulan Data
1) Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Juli 2020 di Ruangan
Penyakit Dalam RSUPP Betun dengan data-data sebagai berikut :
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M.A.H, tanggal lahir : 01 Juli 1962, umur : 58
tahun, Jenis Kelamin : Perempuan, Diagnosa Medis : Infeksi
Saluran Kemih, No RM : 01-XX-XX, Pendidikan terakhir :
SD, Alamat : Kamanasa, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, status
perkawinan : menikah, tanggal masuk RS : 24 Juli 2020
b. Identitas Penaggung Jawab
Nama : Ny. E.L.K, Jenis Kelamin : perempuan, Alamat :
Kamanasa, pekerjaan IRT, hubungan dengan pasien : adik
kandung
c. Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pinggang
menjalar ke perut bagian bawah
(2) Riwayat Keluhan Utama : pasien mengeluh demam ± 1
minggu SMRS, badan menggigil, nyeri pada sendi, nyeri
perut bagian bawah, nyeri saat BAK, dan mual. Keluhan
bersifat hilang timbul, lokasi di pinggang dan perut
bagian bawah. Keluhan lain yang menyertai yaitu : nyeri
kulu hati, perut terasa penuh saat makan, factor pencetus
yang dapat menimbulkan serangan yaitu kurang minum
air, nyeri pinggang bertambah saat area yang sakit
ditekan dan akan berkurang saat beristirahat. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah Kesehatan adalah
dengan minum air hangat, serta memijat pelan
menggunakan minyak gosok pada area yang sakit.
(3) Riwayat Kesehatan sebelumnya : Pasien mengatakan
selama ini belum pernah mengalami sakit yang seperti
ini. Pasien juga mengatakan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya adalah hipertensi, dan melakukan
pengobatan pada dokter praktek. Pasien mengatakan
mempunyai riwayat alergi obat ciprofloxacin, cara
mengatasi adalah dengan memperhatikan jenis obat-
obatan yg diminum agar tidak salah minum obat. Pasien
mengatakan tidak ada Riwayat operasi
(4) Kebiasaan : Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan
seperti merokok, minum alcohol dan minum kopi. Pasien
mengatakan bahwa sering minum obat-obatan seperti
paracetamol, Ibuprofen, Amoxcilin dan paratusin untuk
meredakan penyakitnya
(5) Riwayat Keluarga / Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
: Tinggal Serumah

Gambar 3.1 Genogram


Pasien mengatakan bahwa kedua orangtuanya sudah
meninggal dunia, mereka semua tujuh bersaudara pasien
sendiri adalah anak ke tiga, semua saudaranya masih
hidup. Pasien mengatakan menikah dengan suaminya dan
mereka dikaruniai lima orang anak yag terdiri dari tiga
perempuan dan dua laki-laki namun salah satu anak
perempuannya sudah meninggal dunia. Pasien
mengatakan suaminya sudah meninggal, orangtua dari
suaminya juga sudah meninggal. Suaminya adalah anak
pertama dari empat bersaudara, saat ini pasien tinggal
serumah dengan dua anak laki-lakinya dan suaminya,
sedangkan kedua anaknya yang perempuan sudah tinggal
masing-masing dengan keluarganya karena sudah
menikah.
d. Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum : Cukup, Kesadaran : Compos Mentis,
GCS : E4 V5 M6, Tekanan Darah : 128/78, Nadi : 80
kali permenit, Suhu : 36,2 derajat celcius, Frekuensi
Pernapasan (RR) : 20 kali permenit
(2) Kepala dan Leher : wajah pasien sedikit meringis sambil
memegang perut yang sakit. Bentuk simetris, ukuran dan
posisi normal, tidak ada massa, tidak ada lesi,
konjungtiva warna merah muda, sklera warna putih, tidak
menggunakan kaca mata. Pada telinga tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ditemukan adanya nyeri
dan peradangan. Hidung tampak bersih tidak ada kotoran
atau secret, tidak ada epistaksis, tidak ada keluhan
sinusitis, tidak ada kelainan bentuk. Tenggorakan dan
mulut : keadaan dalam mulut bersih, gigi geraham bawah
kiri dan kanan sudah copot, gigi yang lain utuh, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada pembesaran vena jugularis.
(3) Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada : tidak ada, Inspeksi
: Kesadaran : Composmentis, GCS : E = 4 V = 5 M = 6,
Bentuk dada : simetris, bibir : normal, kuku : normal,
tidak sianosis, capillary Refill < 2 detik, tidak terdapat
edema pada kaki tangan dan sendi. Ictus Cordis teraba
pada intercostal kiri ke V, pada perkusi didapatkan suara
sonor dan tidak ada tanda pembesaran jantung,
Auskultasi : BJ I dan BJ II normal, tidak ada murmur
(4) Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan sesak dan atau
batuk, Bentuk dada simetris, Jenis pernapasan normal,
Irama napas teratur, tidak ada retraksi otot pernapasan
dan tidak menggunakan alat bantu napas, perksusi :
sonor, tidak ada tanda adanya massa. Auskultasi pada
saat inspirasi dan ekspirasi : vesikuler, suara napas
tambahan : tidak ada. Clubbing Finger : normal
(5) Sistem pencernaan : Pasien mengeluh mual, nyeri ulu
hati perut terasa penuh, Inspeksi : Turgor kulit normal,
Keadaan bibir : lembab, keadaan rongga mulut : warna
mukosa merah muda, tidak ada perdarahan dan
peradangan, keadaan gusi : normal, aukultasi terdengar
bising usus dengan frekuensi 28 kali per menit, pada
perkusi : timpani pada kuadran kiri bawah yang
menunjukan adanya kembung
(6) Sistem Persyarafan : Tingkat Kesadaran : Composmentis,
GCS : E V M : 4 5 6, cara pemeriksaan E (Eye) : Mata
pasien terbuka spontan tanpa dirangsang dengan
panggilan atau nyeri, V (Verbal) : Pasien berbicara
dengan jelas saat diwawancara, dapat menjawab semua
pertanyaan dengan baik, M (Motorik) : Kekuatan otot
pasien normsl, pasien mampu berdiri dan berjalan ke
kamar mandi tanpa kursi roda dengan sedikit bantuan
pegangan anaknya. Pupil isokor, tidak ditemukan adanya
kejang, kelumpuhan dan paratesia. Koordinasi gerak
normal, reflex normal.
(7) Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelaianan
ekstremitas, nyeri otot tidak ada, nyeri sendi tidak ada,
refleksi sendi normal, kekuatan otot penuh pada kedua
ekstremitas, tidak ada atropi.
(8) Sistem Integumen : Tidak ditemukan adanya rush, lesi
atau petekhie, turgor kulit elastis, kelembapan normal,
warna kulit sawo matang
(9) Sistem Perkemihan : Gangguan : Poliuri, pasien
mengtakan kencing terus-menerus dan sedikit-sedikit ada
perasaan tidak tuntas.
(10) Sistem Endokrin : tidak ada pebesaran kelenjar
(11) Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan, Riwayat
persalinan : pasien melahirkan secara normal lima kali
dan tidak ada masalah, saat ini pasien sudah menopause
(12) Pola Kegiatan Sehari-hari (ADL)
(a) Nutrisi : pasien mengatakan Kebiasaan sehari-hari,
pola makan : teratur, frekuensi makan : 3 x sehari,
pagi, siang dan malam, nafsu makan : baik, makanan
pantangan : Ikan, minum dalam sehari : 3-4 gelas
perhari, BB : 45 Kg, TB : 153 cm, tidak ada
kenaikan atau penurunan BB yang berart dalam 6
bulan terakhir. Perubahan selama sakit ini, pasien
mengatakan pola makan : teratur, frekuensi 3x
sehari, jenis makanan bubur, porsi makan sedikit
karena ada rasa mual dan perut terasa penuh.
(b) Eliminasi : Pasien mengatakan sebelum sakit
biasanya frekuensi BAK 4-5 kali per hari, dengan
warna : kuning jernih, jumlah ± 200 cc (1 gelas
aqua) setiap kali kencing, perubahan selama sakit ini
pasien mengatakan lebih sering kencing frekuensi
BAK 8-10 kali perhari dengan warna kuning jernih,
jumlahnya lebih sedikit 50-100 cc, setiap kali
kencing. Pasien mengatakan pola BAB selama sakit
dan sebelum sakit sama saja yaitu 1 kali per hari,
tidak ada masalah seperti diare atau kostipasi.
(c) Olah raga dan Aktifitas : Pasien mengatakan tidak
pernah olah raga
(d) Istirahat dan tidur : pasien mangatakan kebiasaan
tidur sebelum sakit tidur malam jam 22.00 dan
bangun jam 04.00, tidur siang jam 14.00 bangun jam
15.00 perubahan selama sakit ini, pasien tidak bisa
tidur nyenyak karena, nyeri yang dialami dan juga
frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya.
Pasien mengatakan menonton TV dapat
menolongnya untuk tidur.
(13) Pola Interaksi Sosial
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya
adalah anaknya, dan tidak mengikuti organisasi social
apapun. Pasien mengatakan hubungan social dengan
tetangga dan kelurganya baik-baik saja
(14) Kegiatan Keagamaan dan Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya selalu ke
gereja setiap hari minggu
(15) Keadaan Psikologis Selama Sakit
Persepsi klien terhadap penyakit yang diderita : pasien
mengatakan bahwa sakitnya saat ini sudah mulai
berkurang dibanding awal masuk Rumah Sakit. Persepsi
klien terhadap keadaan kesehatannya : pasien
mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa pulang rumah,
pasien mengatakan selama ini menderita hipertensi dan
sudah berusaha untuk makan makanan yang rendah
garam dan daging-dagingan.
Pola Interaksi dengan tenaga Kesehatan dan
lingkungannya : Pasien tampak kooperatif saat dikaji,
dan bertegur sapa dengan baik dengan sesama pasien dan
keluarga pasien lainnya.
(16) Data Laboratorium
(a) Pemeriksaan Darah
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap Tanggal
24/07/2020 yaitu : Hemoglobin : 11 g/dL (12.0-15.0)
Hematokrit : 36,4% (36.0-46.0), Eritrosit : 4,29
6 3
0 /µL (4.00-5.00), Trombosit : 355 10 /µL (150-400)
3
Leukosit : 15.1 10 /µL (5.0-10.0). Hasil Pemeriksaan
Kimia Darah Tanggal 25/07/2020 yaitu : Ureum : 31
mg/dL (17-43), Kreatinin : 0,84 mg/dL (0,7-1,3)L,
(0,6-1,1)P, Natrium : 142 mmol/L (136-145),
Kalium : 2,7 mmol/L (3,4-4,3), Chlorida : 98
mmol/L (100-108)
(b) Pemeriksaan Urin
Hasil pemerikasaan urin Tanggal 24/07/2020 :
leukosit: (-) Nitrit: (-), Urobilinogen: (-), Protein : (-
), PH: (5.0), Blood/ darah samar: (++), Berat Jenis:
(1.025), Ketonn: (-), Bilirubin: (-), Glukosa: (-).
Sedimen: Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit : 1-3 LPB,
Epitel Sel : Squmosa (+), Kristal : Asam Urat (+),
Bakteri (+).
(17) Terapi Medik
- IVFD RL 16 tpm
- Sulcrafat Syurp 3 x CII
- Asetilsistein 3 x 200 mg/ oral
- Cefixime 2 x 200 mg/oral
- Omeprazoel 2 x 20 mg/oral
- Ibuprofen 1 x 400 mg /oral (Ekstra)
- Paracetamol 3 x 500 mg/oral
2) Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
(1) DS : Pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke perut
bagian bawah, P : Nyeri mulai muncul saat kurang minum
air putih dan biasa hilang saat istirahat, Q : Nyeri seperti
tertusuk rasanya “nyut-nyut” dengan S : Skala Nyeri: 5 R :
Perut bagian bawah, T : Nyeri hilang timbul. DO: Nyeri
Tekan (+), Wajah sedikit meringis saat ditekan perut.,
keadaan umum : lemah, TD : 128/78, Nadi : 80 x/menit,
0
Suhu : 36 C, RR : 20 x/menit Masalah Keperawatan :
Nyeri akut, Etiologi : Agen pencedera fisiologis
(2) DS : Pasien mengatakan mual, nyeri ulu hati dan perut
terasa penuh, DO : Bising usus terdengar dengan
frekuensi : 28 x / menit, Perkusi : timpani pada area
kuadaran kiri bawah, perut tampak kembung. Masalah
Keperawatan : Nausea. Etiologi : Dsitensi Lambung.
(3) DS : Pasien mengatakan kencing terus menerus dan
sedikit sedikit, ada perasaan tidak tuntas, frekuensi BAK:
8-10 kali perhari dengan warna kuning jernih, jumlah
lebih sedikit ± 50-100 cc setiap kali kencing. DO : Hasil
Pemeriksaan urin : PH: (5.0), Blood/ darah samar: (++),
Berat Jenis: (1.025), Ketonn: (-), Bilirubin: (-), Glukosa: (-
). Sedimen: Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit : 1-3 LPB,
Epitel Sel : Squmosa (+), Kristal : Asam Urat (+), Bakteri
(+). Masalah Keperawatan : Gangguan Eliminasi Urin,
Etiologi : Penurunan Kapasitas Kandung Kemih.
b. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian diagnose keperawatan yang diambil dan
sesuai dengan prioritas adalah :
(1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
(2) Nausea berhubungan dengan Distensi Lambung
(3) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih
3) Intervensi Keperawatan Berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawtan Indonesia (SLKI) Edisi I, 2019
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis (Infeksi) Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol. Luaran : Tingkat Nyeri, Kontrol Nyeri, Status
Kenyamanan. Kriteria Hasil : 1) Melaporkan nyeri berkurang;
2) Mampu mengontrol nyeri; 3) Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang; 4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal; 5)
Ekspresi wajah rileks. Intervensi : Manajemen Nyeri : 1)
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Rasional : Respon nyeri setiap orang berbeda-
beda; 2) Identifikasi Skala Nyeri, Rasional : skala nyeri menjadi
data awal untuk evaluasi keberhasilan intervensi yang diberikan ;
3) Identifikasi Respon Nyeri non Verbal, Rasional : gejala nyeri
dapat ditunjukan melalui ekpresi wajah; 4) Identifikasi factor
yang memperberat dan memperingan nyeri, Rasional : Pasien
bisa mengenal nyeri dengan lebih baik; 5) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Rasional : Teknik
non farmakologis seperti kompres hangat dapat memperlebar
pembuluh darah sehingga memberikan efek relaksasi; 6) Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri R : Lingkungan yang
nyaman, bersih dan tenang dapat memberikan efek non
farmakologis; 7) Fasilitasi istrahat dan tidur, Rasional : Istirahat
yang cukup dapat membantu mengurangi nyeri; 8) Evaluasi
keberhasilan pemberian terapi nonfarmakologis, Rasional : terapi
nonfarmakologis yang tepat dapat mengurangi nyeri sesuai
kondisi pasien; 9) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu,
Rasional : Pada nyeri yang berat dan terus-menerus diperlukan
analgetik yang tepat. Intervensi : Pemberian Analgesik : 1)
Identifikasi karakteristik nyeri, Rasional : pemberian analgetik
disesuaikan dengan karakteristik nyeri pasien; 2) Identifikasi
Riwayat alergi obat, Rasional : mencegah terjadinya respon alergi
obat atau bahkan shock anafilaktik; 3) Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic dengan tingkat keparahan nyeri, Rasional :
pemberian analgesic yang sesuai biasa mengatasi nyeri; 4)
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic, Rasional : Tanda-tanda vital pada saat nyeri
mengalami peningkatan; 5) Monitor efektifitas analgesic,
Rasional : Analgesik yang sesuai dapat mengatasi nyeri; 6)
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat, Rasional : analgesic
dapat memberikan efek samping yang perlu diketahui pasien dan
keluarga; 6) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic
sesuai indikasi, Rasional : Dosis dan jenis analgesic yang
diberikan harus disesuaikan dengan indikasi
Diagnosa 2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan Eliminasi
Urin pada klien membaik Luaran : 1) Eliminasi Urin, Kriteria
Hasil : 1) Frekuensi BAK membaik (4-5 x perhari); 2)
Karakteristik urin membaik; 3) Keluhan berkemih tidak tuntas
berkurang. Intervensi : Manajemen Eliminasi Urin : 1)
Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin,
Rasional : pada pasien dengan infeksi saluran kemih akan
menunjukan gejala retensi atau inkontinensia urin ; 2) Identifikasi
factor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin, R :
proses inflamasi pada infeski saluran kemih dapat menyebabkan
inkontinensia atau retensi urin; 3) Monitor eliminasi urin
(frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan warna), Rasional :
Pada pasien dengan infeksi saluran kemih akan ditemukan adanya
disuri, poliuri, urin yang pekat, aroma yang lebih tajam, hematuri;
4) Catat waktu dan haluaran berkemih, Rasional : sebagai salah
satu tolak ukur dalam melakukan evaluasi 5) Batasi asupan cairan
jika perlu, R : pada kasus poliuri ditujukan untuk mengatur waktu
berkemih yang efektif; 6) Ambil sampel urin tengah atau kultur
edukasi, Rasional : pada keadaan normal urin tengah adalah urin
yang bebas dari kontaminasi kuman yang berasal dari perineum,
prostat, uretra maupun vagina; 7) Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih, Rasional : Pasien dapat mengenal tanda dan gejala
infeksi secara dini; 8) Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urin, Rasional : Melatih Pasien dan keluarga untuk dapat
mengukur asupan cairan dan haluaran urin secara mandiri; 9)
Ajarkan mengambil specimen urin, Rasional : Spesimen urin yang
diambil adalah urin tengah, sehingga perlu diberitahukan kepada
pasien dan atau keluarga; 10) Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih, Rasional : pasien dapat
mengenali tanda berkemih dan waktu berkemih; 11) Anjurkan
minum yang cukup jika tidak ada kontraindikasi, Rasional :
kebutuhan cairan terpenuhi dapat membantu mengeluarkan
bakteri yang berkoloni di kandung kemih; 12) Anjurkan
mengurangi minum menjelang tidur, Rasional : Mengatur waktu
yang efektif untuk berkemih sehingga tidak mengganggu istirahat.
Diagnosa 3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapakan pasien tidak mual dan dapat mengontrol
perasaan mual. Luaran : Tingkat Nausea Kontrol mual/muntah.
Kriteria Hasil : 1) Melaporkan mual berkurang; 2) Mampu
mengenali gejala mual; 3) Mampu mengontrol mual. Inervensi :
Manajemen Mual : 1) Identifikasi pengalaman mual, Rasional :
pada ISK bagian bawah terjadi Respon Histamin dan Kolinergik
yang menyebabkan mual 2) Identifikasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, Rasional : mual akan ditunjukan melalui
repson nonverbal; 3) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
hidup, Rasional : Mual yang berlebihan dapat menyebabkan
muntah bahkan kekurangan nutrisi; 4) Identifikasi factor
penyebab mual, Rasional : Mual dapat dikurangi dengan
meminimalkan atau menghilangkan factor penyebab 5)
Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual, Rasional :
antiemetic dapat mengatasi atau menghilangkan rasa mual; 5)
Monitor mual; sebagai evaluasi keberhasilan intervensi; 6)
Monitor asupan nutrisi dan kalori, Rasional : Asupan nutrisi dan
kalori harus tetap sesuai dengan kebutuhan tubuh agar tidak
terjadi malnutrisi; 7) Kendalikan factor lingkungan penyebab
mual, Rasional : Lingkungan yang tidak nyaman dapat memicu
atau meningkatkan perasaan mual atau muntah; 8) Berikan
makanan dalam jumlah kecil dan sering, Rasional : Menekan
perasaan muntah dan kalori dapat terpenuhi; 9) Berikan makanan
dingin, cairan bening, tidak berbau, Rasional : Jenis makanan
yang bervariasi dapat meningkatkan perasaan mual dan muntah;
10) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup, Rasional : Istrahat
dan tidur yang cukup dapat mengurangi mual dan muntah; 11)
Kolaborasi pemeberian antiemetic jika perlu, Rasional : Mual
yang berat diperlukan antiemetic.
4) Implementasi Keperawatan
a. Imlpementasi Hari Pertama, tanggal : 27/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Implementasi :
Jam 08.30 1) Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif menggunakan PQRST (lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri) 2)
Mengajarkan teknik napas dalam 3) Meminta Pasien untuk
mengulang Teknik napas dalam yang diajarkan 4)
Memberikan kompres hangat pada perut bagian bawah 5)
Membatasi pengunjung yang masuk; Jam 12.00 : 6)
Menanyakan apakah nyeri berkurang, setelah dilakukan
kompres hangat, 7) Mengkaji Riwayat alergi obat, 8)
Mengukur Tanda-tanda Vital 9) Memberikan obat
Parasetamol 500 mg/oral, Jam 13.45 10) Mengkaji apakah
nyeri berkurang setelah pemberian obat Parasetamol.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Implementasi : Jam 09.30 1) Menanyakan kepada pasien
apakah bisa menahan kencing dengan baik atau tidak; 3)
Menanyakan kepada pasien tentang frekuensi BAK,
konsistensi, aroma, volume dan warna urin; 4) Memberikan
alat tulis untuk mencatat waktu berkemih dalam sehari; 5)
Menganjurkan kepada pasien untuk mengkonsumsi air putih
8 gelas perhari, 9) Menganjurkan untuk kurangi minum air
menjelang tidur.
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 11.00 Implementasi : 1) Menanyakan
kepada pasien apakah menghabiskan makanan yang diberikan
atau tidak 2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 sendok makan
sebelum pasien makan 3) Menganjurkan Pasien untuk tidak
makan makanan berminyak 4) Menganjurkan kepada pasien
untuk makan perlahan-lahan agar tidak mual, 5)
Menganjurkan kepada pasien untuk istirahat dan tidur yang
cukup; 6) Menanyakan apakah pasien masih mual atau tidak.
b. Implementasi Hari Ke Dua, tanggal : 28/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Implementasi :
Jam 08.30 1) Menayakan kepada pasien apakah masih nyeri,
skala nyeri berapa 2) Meminta Pasien untuk mengulang
Teknik napas dalam yang diajarkan 4) Memberikan kompres
hangat pada perut bagian bawah, 5) Menanyakan apakah
nyeri berkurang, setelah dilakukan kompres hangat Jam
12.00 : 6) Meminta keluarga yang berkunjung untuk
meninggalkan ruangan karena sudah jam istirahat pasien 7)
Mengukur Tanda-tanda Vital 8) Memberikan obat
Parasetamol 500 mg/oral, Jam 13.45 9) Mengkaji apakah
nyeri berkurang setelah pemberian obat Parasetamol.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Implementasi : Jam 09.00 1) Menanyakan kepada pasien
apakah bisa menahan kencing dengan baik atau tidak; 2)
Menanyakan kepada pasien tentang frekuensi BAK,
konsistensi, aroma, volume dan warna urin; 3) Meminta hasil
catatan waktu berkemih yang kemarin (27/07/2020) sudah
dianjurkan; 4) Menanyakan kepada pasien berapa gelas air
putih yang sudah diminum dari kemarin pagi sampai
sekarang, 5) Menganjurkan untuk kurangi minum air
menjelang tidur.
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 10.30 Implementasi : 1) Menanyakan
kepada pasien apakah menghabiskan makanan yang diberikan
atau tidak 2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 sendok makan
sebelum pasien makan 3) Menganjurkan Pasien untuk tidak
makan makanan berminyak 4) Menganjurkan kepada pasien
untuk makan perlahan-lahan agar tidak mual, 5)
Menganjurkan kepada pasien untuk istirahat dan tidur yang
cukup; 6) Menanyakan apakah pasien masih mual atau tidak.
c. Implementasi Hari Ke Tiga, tanggal : 29/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Implementasi :
Jam 08.30 1) Menayakan kepada pasien apakah masih nyeri,
skala nyeri berapa 2) Meminta Pasien untuk mengulang
Teknik napas dalam yang diajarkan 3) Menganjurkan
keluarga untuk memberikan kompres hangat pada perut
bagian bawah, 4)) Menanyakan apakah nyeri berkurang,
setelah dilakukan kompres hangat Jam 12.00 : 5) Meminta
keluarga yang berkunjung untuk meninggalkan ruangan
karena sudah jam istirahat pasien 6) Mengukur Tanda-tanda
Vital 7) Memberikan obat Parasetamol 500 mg/oral, Jam
13.45 8) Mengkaji apakah nyeri berkurang setelah pemberian
obat Parasetamol.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Implementasi : Jam 09.00 1) Menanyakan kepada pasien
apakah bisa menahan kencing dengan baik atau tidak; 2)
Menanyakan kepada pasien tentang frekuensi BAK,
konsistensi, aroma, volume dan warna urin; 3) Membuat
jadwal minum yang tepat untuk sehari; 4) Menganjurkan
kepada pasien untuk tetap mengkonsumsi air putih 8 gelas
perhari, 5) Menganjurkan untuk kurangi minum air
menjelang tidur.
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 11.30 Implementasi : 1) Menanyakan
kepada pasien apakah menghabiskan makanan yang diberikan
atau tidak 2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 sendok makan
sebelum pasien makan 3) Menganjurkan Pasien untuk tidak
makan makanan berminyak 4) Menganjurkan kepada pasien
untuk makan perlahan-lahan agar tidak mual, 5)
Menganjurkan kepada pasien untuk istirahat dan tidur yang
cukup; 6) Menanyakan apakah pasien masih mual atau tidak..
5) Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Hari Pertama, tanggal : 27/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Jam 12.15 WITA
S : 1) Pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke perut
bagian bawah (R), nyeri mulai muncul saat kurang minum air
putih dan biasa hilang saat istirahat (P), nyeri seperti tertusuk
rasanya “nyut-nyut” (Q), Skala Nyeri 5 (S), Nyeri hilang
timbul (T). 2) Pasien mengatakan merasa nyaman tetapi
masih nyeri setelah dilakukan kompres hangat, pasien
mengatakan alergi obat ciprofloxacin 3) Pasien mengatakan
nyeri sedikit berkurang setelah minum obat parasetamol. O :
Pasien dapat mempraktekan Teknik napas dalam dengan
baik dan benar, pengunjung yang masuk hanya dua orang,
0
TD : 128/78 N : 82 x / menit, Suhu : 36,2 C, RR : 20 x per
menit. A : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi No 1-9.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Jam 10.00 WITA S : 1) Pasien mengatakan masih bisa
menahan kencing tetapi karena harus bolak-balik kamar
mandi jadi pasien menggunakan pampers; 2) Pasien
mengatakan satu hari kencing bisa 8-10 kali dan sedikit-
sedikit, warna kuning jernih. O : 1) Keluarga pasien bersedia
untuk mencatat di kertas waktu berkemih pasien dalam
sehari, 2) Pasien mengangguk saat dianjurkan untuk minum
air 8 gelas sehari, A : Gangguan Eliminasi Urin berhubungan
dengan Penurunan Kapasitas Kandung Kemih belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1-9
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 12.00 WITA S : 1) Pasien
mengatakan menghabiskan setengah porsi makanan yang
diberikan,, 2) pasien mengatakan masih sedikit mual dan
nyeri ulu hati O : pasien makan perlahan-lahan. A : Nausea
berhubungan dengan distensi lambung belum teratasi. P :
Lanjutkan Intervensi 1-5
b. Evaluasi Hari Ke Dua, tanggal : 28/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Jam 12.15 WITA
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O : ekspresi wajah
pasien rileks, pengunjung yang masuk hanya dua orang, TD
0
: 125/80 N : 84 x / menit, Suhu : 36,4 C, RR : 20 x per
menit. A : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi No 1-9.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Jam 11.00 WITA S : 1) Pasien mengatakan masih bisa
menahan kencing tetapi karena harus bolak-balik kamar
mandi jadi pasien menggunakan pampers; 2) Pasien
mengatakan dari kemarin pagi sampai sekarang sudah
kencing 8-10 kali, warna kuning jernih. Pasien mengtakan
mengkonsumsi air putih 6 gelas dari kemarin pagi sampai
sekarang. O : 1) Keluarga pasien memberikan catatan waktu
berkemih pasien, A : Gangguan Eliminasi Urin berhubungan
dengan Penurunan Kapasitas Kandung Kemih teratasi
sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1-9
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 12.00 WITA S : 1) Pasien
mengatakan menghabiskan setengah porsi makanan yang
diberikan,, 2) pasien mengatakan masih sedikit mual dan
sudah tidak nyeri ulu hati O : pasien makan perlahan-lahan.
A : Nausea berhubungan dengan distensi lambung teratasi
sebagian. P : Lanjutkan Intervensi 1-5
c. Evaluasi Hari Ke Tiga, tanggal : 29/07/2020
Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (Infeksi) Jam 12.30 WITA
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang disbanding
waktu awal masuk dengan skala nyeri : 3, O : ekspresi wajah
pasien tampak rileks, pengunjung yang masuk hanya dua
0
orang, TD : 125/80 N : 84 x / menit, Suhu : 36,4 C, RR : 20
x per menit. A : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis teratasi sebagian P : Anjurkan pasien
untuk melanjutkan Teknik napas dalam dan kompres air
hangat saat di rumah jika nyeri.
Diagnosa Keperawatan 2. Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Jam 11.00 WITA S : 1) Pasien mengatakan sudah bisa
menahan kencing dan merasa puas setelah kencing puasdan
frekuensi BAK sudah lebih berkurang yaitu 6-7 kali perhari
sehingga tidak menggunakan pampers lagi. Pasien mengtakan
mengkonsumsi air putih 8 gelas sehari. O : Pasien diantar
anaknya ke kamar mandi untuk BAK A : Gangguan
Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan Kapasitas
Kandung Kemih teratasi. P : Anjurkan untuk tetap minum air
putih 8 gelas sehari dan kurangi minum saat menjelang tidur
Diagnosa Keperawatan 3. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung. Jam 12.00 WITA S : 1) Pasien
mengatakan menghabiskan setengah porsi makanan yang
diberikan, 2) pasien mengatakan sudah tidak mual dan sudah
tidak nyeri ulu hati O : pasien makan perlahan-lahan. A :
Nausea berhubungan dengan distensi lambung teratasi. P :
Anjurkan pasien untuk tidak makan makanan berminyak dan
makan secara perlahan saat dirumah, anjurkan untuk minum
obat lambung secara teratur sesuai anjuran.

3.2. Pembahasan
Hal-hal yang akan dibahas akan adanya kesenjangan antara teori dan
proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 27 Juli 2020
sampai dengan tanggal 29 Juli 2020 di RSUPP Betun. Pembahasan yang
dimaksud meliputi : pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Keperawatan.
3.2.1. Pengkajian
Menurut Hadi Purwanto (2016), pada pasien dengan Infeksi saluran
kemih akan ditemukan data subjektif dan objektif sebagai berikut :
Nyeri pada abdomen bagian bawah, penigkatan frekuensi berkemih,
adanya sel darah putih dalam urin, nyeri pinggang, nyeri saat BAK,
menggigil demam disertai adanya darah dalam urin.
Pada Kasus ISK yang dialami Ny. M.A.H ditemukan pada
pengkajian bahwa : pasien mengeluh demam ± 1 minggu SMRS, badan
menggigil, nyeri pada sendi, nyeri perut bagian bawah, nyeri saat BAK,
dan mual. Pasien juga mengeluhkan sering kencing dan sedikit-sedikit.
Pada hasil pemeriksaan urin ditemukan adanya leukosit dan eritrosit
(Blood/darah samar: (++), Sedimen : Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit :
1-3 LPB).
Berdasarkan hasil di atas disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus nyata karena data yang ditemukan pada pasien
ISK sesuai dengan teori.
3.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan respo actual atau potensial klien terhadap masalah
Kesehatan yang mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya,
Diagnosa Keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter dan Perry
2005).
Menurut Hadi Purwanto (2016), diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih adalah : 1)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis; 2) Gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih; 3) Nausea berhubungan dengan distensi lambung; 4) Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Pada kasus Ny. M.A.H ditemukan diagnosa keperawatan : 1) Nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis; 2) Gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih; 3) Nausea berhubungan dengan distensi lambung.
Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata, dalam kasus nyata diagnose
yang ditemukan disesuaikan dengan data objektif dan data subjektif
yang bisa saja berbeda antara individu yang satu dengan yang lain
karena respon setiap orang terhadap penyakit yang sama juga berbeda-
beda.
3.2.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan merupakan rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan diagnosa yang ditegakan bertujuan untuk mengatasi
atau mengurangi masalah Kesehatan yang dialami pasien (Wilkinson,
2011).
Intervensi yang disusun berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Untuk diagnose keperawatan 1 : Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Intervensi yang dipilih
adalah Manajemen Nyeri dan Pemberian analgesik. Pada diagnosa
keperawatan 2 : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih, intervensi yang dipilih adalah
Manajemen Eliminasi Urin. Diagnosa Keperawatan 3 : Nausea
berhubungan dengan distensi lambung intervensi yang dipilih adalah
manajemen mual dan muntah.
Pada kasus Ny. M.A.H intervensi disusun berdasarkan diagnose
keperawatan yang muncul, disusun berdasarkan SIKI dan SLKI dan
sesuai dengan data subjektif dan objektif yang dikeluhkan pasien.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata
3.2.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan intervensi yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan. Kegiatan dalam implementasi
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien
selama, sebelum dan sesudah tindakan, serta menilai data yang baru
(Djuanda Adhi, 2010).
Pada Kasus Ny. M.A.H, implementasi mengacu pada intevensi
yang telah disusun. Pada Diagnosa Keperawatan I : Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Implementasinya
berupa : 1) Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
menggunakan PQRST (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, skala nyeri) 2) Mengajarkan teknik napas dalam 3)
Meminta Pasien untuk mengulang Teknik napas dalam yang diajarkan
4) Memberikan kompres hangat pada perut bagian bawah 5)
Membatasi pengunjung yang masuk; Jam 12.00 : 6) Menanyakan
apakah nyeri berkurang, setelah dilakukan kompres hangat, 7)
Mengkaji Riwayat alergi obat, 8) Mengukur Tanda-tanda Vital 9)
Memberikan obat Parasetamol 500 mg/oral, 10) Mengkaji apakah nyeri
berkurang setelah pemberian obat Parasetamol. Pada diagnosa
keperawatan 2 : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih, Implementasi berupa : 1)
Menanyakan kepada pasien apakah bisa menahan kencing dengan baik
atau tidak; 3) Menanyakan kepada pasien tentang frekuensi BAK,
konsistensi, aroma, volume dan warna urin; 4) Memberikan alat tulis
untuk mencatat waktu berkemih dalam sehari; 5) Menganjurkan kepada
pasien untuk mengkonsumsi air putih 8 gelas perhari, 9) Menganjurkan
untuk kurangi minum air menjelang tidur. Pada diagnosa keperawatan 3
: Nausea berhubungan dengan distensi lambung, implementasi berupa :
1) Menanyakan kepada pasien apakah menghabiskan makanan yang
diberikan atau tidak 2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 sendok makan
sebelum pasien makan 3) Menganjurkan Pasien untuk tidak makan
makanan berminyak 4) Menganjurkan kepada pasien untuk makan
perlahan-lahan agar tidak mual, 5) Menganjurkan kepada pasien untuk
istirahat dan tidur yang cukup; 6) Menanyakan apakah pasien masih
mual atau tidak.
Berdasarkan uaraian di atas, disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena semua intervensi dapat
dilaksanakan dengan baik.
3.2.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan,
Evaluasi mengacu pada kriteria hasil yang disusun pada tahap
perencanaan keperawatan (Djuanda dhi, 2010).
Pada kasus Ny. M.A.H hasil yang diperoleh pada hari ketiga. Pada
diagnosa keperawatan 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, kriteria hasil yang diharapkan adalah : 1)
Melaporkan nyeri berkurang; 2) Mampu mengontrol nyeri; 3)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang; 4) Tanda-tanda vital
dalam rentang normal; 5) Ekspresi wajah rileks. Hasil yang diperoleh
pada tanggal 29/07/2020 adalah : 1) Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang dibandingkan dengan waktu awal masuk dengan skal nyeri :
3; 2) pasien mampu melakukan Teknik napas dalam dan kompres
0
hangat, 3) TD : 125/80 N : 84 x / menit, Suhu : 36,4 C, RR : 20 x per
menit, 4) Ekspresi wajah pasien rileks. Pada diagnosa keperawatan 2 :
Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih kriteria hasil yang diharapakan adalah 1) Frekuensi
BAK membaik (4-5 x perhari); 2) Karakteristik urin membaik; 3)
Keluhan berkemih tidak tuntas berkurang. Hasil yang didapatkan pada
tanggal 29/07/2020 adalah : 1) Pasien mengatakan sudah bisa menahan
kencing dan merasa puas setelah kencing dan frekuensi BAK sudah
lebih berkurang yaitu 6-7 kali perhari sehingga tidak menggunakan
pampers lagi. 2) Pasien mengtakan mengkonsumsi air putih 8 gelas
sehari. 3) Pasien diantar anaknya ke kamar mandi untuk BAK. Pada
diagnosa keperawatan 3 : Nausea berhubungan dengan distensi
lambung, kriteria hasil yang diharapkan adalah : 1) Melaporkan mual
berkurang; 2) Mampu mengenali gejala mual; 3) Mampu mengontrol
mual. Hasil yang didapat pada tanggal 29/07/2020 adalah : 1) Pasien
mengatakan menghabiskan setengah porsi makanan yang diberikan, 2)
pasien mengatakan sudah tidak mual dan sudah tidak nyeri ulu hati, 3)
Pasien makan perlahan-lahan.
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang diangkat pada studi kasus
ini, terdapat satu diagnose keperawatan yang teratasi sebagian yaitu
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisologis. Hal ini
disebabkan karena pasien mengalami infeksi saluran kemih dimana
terjadi proses inflamasi yang membutuhkan waktu untuk penyembuhan
termasuk gejala-gejala yang menyertai. Sedangkan diagnose
keperawatan II : Gangguan Eliminasi urin berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih teratasi secara penuh dan diagnose
keperawatan III : Nausea berhubungan dengan distensi lambung teratasi
secara penuh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1) Pengkajian
Dari hasil pengkajian keluhan utama yang dikeluhkan pasien yaitu :
Pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah.
Adapun keluhan lain yang menyertai yaitu : pasien mengatakan mual,
nyeri ulu hati dan perut terasa penuh. Selain itu, pasien juga
mengatakan kencing terus menerus dan sedikit sedikit.
2) Diagnosa Keperawatan yang muncul antara lain : 1) Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, 2) Gangguan eliminasi
urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih, 3)
Nausea berhubungan dengan Distensi Lambung.
3) Intervensi Keperawatan yang ditetapkan antara lain : Manajemen
Nyeri, Pemberian Analgesik, Manajemen Eliminasi Urin, Manajemen
Mual. Intervensi yang ditetapkan berdasarakan diagnosa keperawatan
yang muncul yang mengacu pada teori (PPNI, 2018)
4) Implementasi Keperawatan dilaksanakan sesuai dengan Intervensi
yang ditetapkan.
5) Evaluasi Keperawatan dilakukan menggunakan metode Subjektif,
Objektif, Assesment dan Planning (SOAP). Evaluasi mengacu pada
tujuan dan hasil yang diperoleh adalah ketiga diagnosa keperawatan
yang diangkat teratasi, pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri fisiologis teratasi sebagian, sedangkan dua diagnose
berikutnya teratasi secara penuh.
4.2. Saran
1) Bagi Intitusi Pendidikan
Diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan
literatur yang lengkap tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Infeksi Saluran Kemih
2) Bagi Perawat Ruangan Penyakit Dalam RSUPP
Diharapkan dapat menggunakan proses keperawatan yang utuh mulai
dari pengkajian sampai evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya pada pasien dengan nyeri akut agar lebih dipertajam
assesmen nyeri mulai dari pasien masuk sampai pulang.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Purwanto, Hadi.2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Kemenkes RI
Tessy. Siswanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi III.Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Smeltzer, S. C., Bare, B.G.2001.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Vol.2.E/8. Jakarta : EGC
Sepalanita.2012. Pengaruh Perawtan Kateter Urin Terhadap Bakteriuria di RSU
Raden Mattaher Jambi. Tesis Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Depok.

44
Lampiran 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES KUPANG
Direktorat: Jln. Piet A. Tallo Liliba - Kupang, Telp.: (0380) 8800256;
Fax (0380) 8800256; Email: poltekkeskupang@yahoo.com

Nama Mahasiswa : Viktoria Niis Nana


NIM : PO.5303201191252
Format Pengkajian Dewasa
Nama Pasien : Ny. M.A.H
Ruang/Kamar : Ruangan Penyakit Dalam RSUPP/
Kelas III wanita
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih
No. Medical Record : 01-54-xx
Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2020 Jam : 09.00
Masuk Rumah Sakit : 24 Juli 2020 Jam : 18.00

Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. M.A.H Jenis Kelamin : perempuan
Umur/Tanggal Lahir : 58 th/ 01 Juli 1962 Status : Kawin
Perkawinan ( Janda)
Agama : Katholik Suku Bangsa : Timor
Pendidikan Terakhir : SD Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat : Labarai, Desa Kamanasa

Identitas Penanggung
Nama : Ny. E. L.K Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Hubungan dengan : Adik
klien Kandung
Alamat : Labarai, Desa Kamanasa

Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian bawah
2. Riwayat Keluhan Utama
 Mulai timbulnya keluhan : pasien mengeluh demam ± 1 minggu SMRS, badan
menggigil, nyeri pada sendi, nyeri perut bagian bawah, nyeri saat BAK, dan mual.
 Sifat keluhan : hilang timbul
 Lokasi : pinggang dan perut bagian bawah
 Keluhan lain yang menyertai : nyeri kulu hati, perut terasa penuh saat makan
 Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : yaitu kurang minum air
Lampiran 1

 Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana) :


nyeri pinggang bertambah saat area yang sakit ditekan, dan akan berkurang saat
beristirahat
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan minum air hangat,
serta memijat pelan menggunakan minyak gosok pada area yang sakit.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Riwayat penyakit yang pernah diderita
o Ya : Hipertensi
Cara Mengatasi : Periksa ke dokter praktek
 Riwayat Alergi
o Ya : Ciprofloxacin Infus, Waktu pertama kali masuk UGD
Cara Mengatasi : Perawatan ICU
 Riwayat Operasi
o Tidak
4. Kebiasaan
 Merokok
o Tidak
 Minum alkohol
o Tidak
 Minum kopi :
o Tidak
 Minum obat-obatan
o Ya : Parasetamol, Ibuprofen, Amoxcicilin, Paratusin
Lampiran 1

5. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram tiga generasi) :

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki meninggal
: Tinggal Serumah

Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – Tanda Vital


- Tekanan darah : 128/78 - Nadi : 80 x per menit
0
- Pernapasan : 20 x per menit - Suhu badan : 36,2 C
2. Kepala dan leher
 Kepala :
- Sakit kepala :
 tidak
- Bentuk , ukuran dan posisi:
 normal
- Lesi :  tidak ada
- Masa :  tidak ada
- Observasi Wajah :  simetris, wajah pasien sedikit meringis sambil memegang
perut yang sakit
- Penglihatan : tidak ada peradangan
- Konjungtiva: merah muda
- Sklera: warna putih
Lampiran 1

- Pakai kaca mata :  tidak


- Penglihatan kabur :  tidak
- Operasi :  tidak
- Pendengaran
- Gangguan pendengaran :  tidak
- Nyeri :  tidak
- Peradangan :  tidak

- Hidung
- Alergi Rhinnitus :  tidak
- Riwayat Polip :  tidak
- Sinusitis :  tidak
- Epistaksis :  tidak

- Tenggorokan dan mulut


- Keadaan gigi : Keadaan dalam mulut bersih, gigi geraham bawah kiri
dan kanan sudah copot, gigi yang lain utuh
- Caries :  tidak
- Memakai gigi palsu :  tidak
- Gangguan bicara :  tidak
- Gangguan menelan :  tidak
- Pembesaran kelenjar leher :  tidak
3. Sistem Kardiovaskuler
- Nyeri Dada :  tidak
- Inspeksi :
Kesadaran/ GCS : Composmentis/ GCS : E : 4, V : 5, M : 6
Bentuk dada :  normal
Bibir :  normal
Kuku :  normal
Capillary Refill : Kurang dari 2 detik  normal
Tangan :  normal
Kaki :  normal
Lampiran 1

Sendi :  normal
- Ictus cordis/Apical Pulse:  Teraba pada intercostaal kiri ke V
- Vena jugularis :  Teraba  tidak teraba
- Perkusi : suara sonor, tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi : BJ I :  normal
BJ II :  normal
Murmur : Tidak ada
4. Sistem Respirasi
- Keluhan : tidak ada
- Inspeksi :
Jejas :  tidak
Bentuk Dada :  Simetris
Jenis Pernapasan :  Normal, Irama Napas :  teratur
Retraksi otot pernapasan :  tidak
Penggunaan alat bantu pernapasan :  tidak
- Perkusi : Sonor, tidak ada tanda adanya masa
Udara :  Ya
Massa :  tidak
- Auskultasi :
Inspirasi :  Normal
Ekspirasi :  Normal
 Ronchi :  tidak
 Wheezing :  tidak
 Krepitasi :  tidak
 Rales :  tidak
Clubbing Finger :  Normal
5. Sistem Pencernaan
a. Keluhan : Pasien mengeluh mual, nyeri ulu hati dan perut terasa penuh
b. Inspeksi :
- Turgor kulit :  Normal
- Keadaan bibir :  lembab
- Keadaan rongga mulut
Lampiran 1

Warna Mukosa : merah muda


Luka/ perdarahan :  tidak
Tanda-tanda radang :  tidak
Keadaan gusi :  normal
- Keadaan abdomen
Warna kulit : sawo matang
Luka :  tidak
Pembesaran :  normal
- Keadaan rektal
Luka :  tidak
Perdarahan :  tidak
Hemmoroid :  tidak
Lecet/ tumor/ bengkak :  tidak

c. Auskultasi :
Bising usus/Peristaltik : 28 x per menit
d. Perkusi : Timpani pada kuadran kiri bawah yang menunjukan adanya kembung
Udara :  normal
Massa :  normal
e. Palpasi :
Tonus otot:  normal
Nyeri :  normal
Massa :  normal

6. Sistem Persyarafan
a. Keluhan : tidak ada
b. Tingkat kesadaran : Composmentis GCS (E:4 /M : 6/ V : 5): 15
c. Pupil :  Isokor
d. Kejang : tidak ada
e. Jenis kelumpuhan :  tidak
f. Parasthesia :  tidak
g. Koordinasi gerak :  normal
Lampiran 1

h. Cranial Nerves :  normal


i. Reflexes :  normal
7. Sistem Musculoskeletal
a. Keluhan : tidak ada
b. Kelainan Ekstremitas :  tidak ada
c. Nyeri otot :  tidak ada
d. Nyeri Sendi :  tidak ada
e. Refleksi sendi :  normal
f. kekuatan otot :
 normal
5 5

5 5

8. Sistem Integumentari
a. Rash : tidak ada
b. Lesi :  tidak ada
c. Turgor : Elastis Warna : Sawo matang
d. Kelembaban :  normal
e. Petechie :  Tidak ada
9. Sistem Perkemihan
a. Gangguan : Poliuri, Pasien mengatakan kencing terus menerus dan sedikit-sedikit
ada perasaan tidak tuntas
b. Alat bantu (kateter, dll) : tidak
c. Kandung kencing : membesar : tidak
nyeri tekan : ya
d. Produksi urine : 500-1000 cc/hari
e. Intake cairan : oral : ± 400-800 cc/hr parenteral : IVFD RL 8 tpm/500
cc/hari
f. Bentuk alat kelamin : Normal
g. Uretra : Normal
10. Sistem Endokrin
a. Keluhan :t idak ada
b. Pembesaran Kelenjar :  tidak ada
Lampiran 1

11. Sistem Reproduksi


a. Keluhan : tidak ada
b. Wanita : Siklus menstruasi : saat ini sudah menopause
 Keadaan  normal
 Riwayat Persalinan : Persalinan kelima anaknya spontan
 Abortus : Tidak Pernah
 Pengeluaran pervaginan: Tidak ada
12. Pola Kegiatan Sehari-hari (ADL)
A. Nutrisi
1. Kebiasaan :
- Pola makan : Teratur
- Frekuensi makan : 3 x sehari
- Nafsu makan : baik
- Makanan pantangan : Ikan
- Makanan yang disukai :
- Banyaknya minuman dalam sehari : 3-4 gelas
- Jenis minuman dan makanan yang tidak disukai : ………………
- BB : 45 kg TB : 153 cm
- Kenaikan/Penurunan : Tidak ada

2. Perubahan selama sakit : pasien mengatakan pola makan : teratur, frekuensi 3x


sehari, jenis makanan bubur, porsi makan sedikit karena ada rasa mual dan perut
terasa penuh.

B. Eliminasi
1. Buang air kecil (BAK)
a. Kebiasaan
Frekuensi dalam sehari : 4-5 kali perhari, Warna : kuning jernih
Bau : khas Jumlah/ hari : 800-1000 cc/hari
b. Perubahan selama sakit : pasien mengatakan lebih sering kencing
frekuensi BAK 8-10 kali perhari dengan warna kuning jernih, jumlahnya
lebih sedikit 50-100 cc, setiap kali kencing
Lampiran 1

2. Buang air besar (BAB)


a. Kebiasaan : Frekuensi dalam sehari : 1 kali
Warna : Kuning, Bau : Khas Feses
Konsistensi : Padat
b. Perubahan selama sakit : pasien mengatakan selama sakit tidak ada
perubahan jika diabndingkan dengan sebelum sakit
C. Olah raga dan Aktivitas
- Pasien mengatakan tidak pernah olah raga
D. Istirahat dan tidur
- Tidur malam jam : 22.00 WITA
Bangun jam : 04.00 WITA
Tidur siang jam : 14.00 WITA
Bangun jam : 15.00 WITA
Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena, nyeri yang dialami dan juga
frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya. Pasien mengatakan menonton
TV dapat menolongnya untuk tidur.

Pola Interaksi Sosial


Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah anaknya, dan tidak
mengikuti organisasi social apapun. Pasien mengatakan hubungan social dengan
tetangga dan kelurganya baik-baik saja

Kegiatan Keagamaan/ Spiritual


Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya selalu ke gereja setiap hari minggu

Keadaan Psikologis Selama Sakit


Persepsi klien terhadap penyakit yang diderita : pasien mengatakan bahwa
sakitnya saat ini sudah mulai berkurang dibanding awal masuk Rumah Sakit.
Persepsi klien terhadap keadaan kesehatannya : pasien mengatakan ingin cepat
sembuh agar bisa pulang rumah, pasien mengatakan selama ini menderita
hipertensi dan sudah berusaha untuk makan makanan yang rendah garam dan
daging-dagingan.
Lampiran 1

Pola Interaksi dengan tenaga Kesehatan dan lingkungannya : Pasien tampak


kooperatif saat dikaji, dan bertegur sapa dengan baik dengan sesama pasien dan
keluarga pasien lainnya.

Data Laboratorium & Diagnostik


a. Pemeriksaan Darah
Hasil Pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal
24/07/20 25/07/20
A. Darah Lengkap
1 Hemoglobin 12.0-15.0 gr/dL 11 gr/dL
2 Hematokrit 36.0-46.0 % 36,4 %
6 6
3 Eritrosit 4.00-5.00 10 /µL 4,29 10 /µL
3 3
4 Trombosit 150-400 10 /µL 355 10 /µL
3 3
5 Leukosit 5.0-10.0 10 /µL 15.1 10 /µL
B. Kimia Darah
1 Ureum 17-43 mg/dL 31 mg/dL
2 Kreatinin 0.7-1.3 mg/dL 0,84 mg/dL
3 Natrium 136-145 mmol/L 142 mmol/L
4 Chlorida 100-108 mmol/L 98 mmol/L
5 Kalium 3,4 – 4,3 mmol/L 2,7 mmol/L

b. Pemeriksaan urine:

Hasil Pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal
24/07/2020
1 Leukosit -
2 Nitrit -
3 Urobilinogen -
4 Protein -
5 PH 5.0
6 Blood/darah samar ++
7 Berat Jenis 1.025
8 Keton -
9 Bilirubin -
Lampiran 1

10 Glukosa -
11 Sedimen
a. Eritrosit 10-15 LPB
b. Leukosit 1-3 LPB
c. Epitel Sel : +
Squamosa
d. Kristal : +
Asam urat
e. Bakteri +

Diagnostik Test
1. Foto Rontgen
a. Foto gigi dan mulut :
Tidak Ada
b. Foto oesophagus, lambung, dan usus halus :
Tidak Ada
c. Cholescystogram :
Tidak Ada
d. Foto colon :
Tidak Ada
2. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus
Tidak ada
3. Penatalaksanaan/pengobatan
(pembedahan, obat-obatan, dan lain-lain)
 Pembedahan
Tidak ada
 Obat
IVFD RL 16 tpm Sulcrafat
Syurp 3 x CII Asetilsistein 3
x 200 mg/ oral Cefixime 2 x
200 mg/oral Omeprazoel 2 x
20 mg/oral
Ibuprofen 1 x 400 mg /oral (Ekstra)
Paracetamol 3 x 500 mg/oral
Lampiran 1

ANALISA DATA KEPERAWATAN


No Data Keperawatan Etiologi Masalah
1 DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri pinggang menjalar Fisiologis
ke perut bagian bawah,
P : Nyeri mulai muncul saat kurang minum air
putih dan biasa hilang saat istirahat,
Q : Nyeri seperti tertusuk rasanya “nyut-nyut”
dengan
S : Skala Nyeri: 5
R : Perut bagian bawah,
T : Nyeri hilang timbul.
DO:
Nyeri Tekan (+),
Wajah sedikit meringis saat ditekan perut.,
KU : lemah, TD : 128/78, Nadi : 80 x/menit,
0
Suhu : 36 C, RR : 20 x/menit
2 DS : Distensi Nausea
Pasien mengatakan mual, nyeri ulu hati dan Lambung
perut terasa penuh,
DO : Bising usus terdengar dengan frekuensi :
28 x / menit, Perkusi : timpani pada area
kuadaran kiri bawah, perut tampak kembung.
3 DS : Penurunan Gangguan
Pasien mengatakan kencing terus menerus dan Kapasitas Eliminasi Urun
sedikit sedikit, ada perasaan tidak tuntas, Kandung Kemih
frekuensi BAK: 8-10 kali perhari dengan
warna kuning jernih, jumlah lebih sedikit ±
50-100 cc setiap kali kencing.
DO :
Hasil Pemeriksaan urin : PH: (5.0), Blood/
darah samar: (++), Berat Jenis: (1.025),
Ketonn: (-), Bilirubin: (-), Glukosa: (-).
Sedimen: Eritrosit : 10-15 LPB, Leukosit : 1-3
LPB, Epitel Sel : Squmosa (+), Kristal : Asam
Urat (+), Bakteri (+)memerah.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan Kapasitas Kandung Kemih
3. Nausea berhunugan dengan distensi lambung
Lampiran 1

Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri pasien terkontrol.
Luaran : Tingkat Nyeri, Kontrol Nyeri, Status Kenyamanan.
Kriteria Hasil :
1) Melaporkan nyeri berkurang;
2) Mampu mengontrol nyeri;
3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang;
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal;
5) Ekspresi wajah rileks
Intervensi Rasional
Manajemen Nyeri
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, Respon nyeri setiap orang berbeda-
durasi, frekuensi, kualitas, beda;
intensitas nyeri,
2) Identifikasi Skala Nyeri, Rasional
Skala nyeri menjadi data awal untuk
evaluasi keberhasilan intervensi
yang diberikan
3) Identifikasi Respon Nyeri non Gejala nyeri dapat ditunjukan
Verbal melalui ekpresi wajah;
4) Identifikasi factor yang Pasien bisa mengenal nyeri dengan
memperberat dan memperingan lebih baik
nyeri,
5) Berikan teknik nonfarmakologis Teknik non farmakologis seperti
untuk mengurangi rasa nyeri, kompres hangat dapat memperlebar
pembuluh darah sehingga
memberikan efek relaksasi;
6) Kontrol lingkungan yang Lingkungan yang nyaman, bersih
memperberat rasa nyeri dan tenang dapat memberikan efek
non farmakologis
7) Fasilitasi istrahat dan tidur, Istirahat yang cukup dapat
membantu mengurangi nyeri;
8) Evaluasi keberhasilan pemberian Terapi nonfarmakologis yang tepat
terapi nonfarmakologis dapat mengurangi nyeri sesuai
kondisi pasien;
9) Kolaborasi pemberian analgetik Pada nyeri yang berat dan terus-
jika perlu, menerus diperlukan analgetik yang
tepat
Lampiran 1

Pemberian Analgesic
1) Identifikasi karakteristik nyeri, Pemberian analgetik disesuaikan
dengan karakteristik nyeri pasien;
2) Identifikasi Riwayat alergi obat, Mencegah terjadinya respon alergi
obat atau bahkan shock anafilaktik;
3) Identifikasi kesesuaian jenis Pemberian analgesic yang sesuai
analgesic dengan tingkat biasa mengatasi nyer
keparahan nyeri,
4) Monitor tanda-tanda vital sebelum Tanda-tanda vital pada saat nyeri
dan sesudah pemberian analgesic mengalami peningkatan
5) Monitor efektifitas analgesic Analgesik yang sesuai dapat
mengatasi nyeri
6) Jelaskan efek terapi dan efek Analgesic dapat memberikan efek
samping obat, samping yang perlu diketahui pasien
dan keluarga;
7) Kolaborasi pemberian dosis dan Dosis dan jenis analgesic yang
jenis analgesic sesuai indikasi, diberikan harus disesuaikan dengan
indikasi

2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan
Eliminasi Urin pada klien membaik
Luaran : Eliminasi Urin,
Kriteria Hasil :
1) Frekuensi BAK membaik (4-5 x perhari);
2) Karakteristik urin membaik;
3) Keluhan berkemih tidak tuntas berkurang.
Intervensi Rasional
Manajemen Eliminasi Urin
1) Identifikasi tanda dan gejala Pada pasien dengan infeksi saluran kemih
retensi atau inkontinensia urin, akan menunjukan gejala retensi atau
inkontinensia urin
2) Identifikasi factor yang Proses inflamasi pada infeski saluran
menyebabkan retensi atau kemih dapat menyebabkan inkontinensia
inkontinensia urin, atau retensi urin;
3) Monitor eliminasi urin Pada pasien dengan infeksi saluran kemih
(frekuensi, konsistensi, aroma, akan ditemukan adanya disuri, poliuri,
volume dan warna), urin yang pekat, aroma yang lebih tajam,
hematuri;
Lampiran 1

4) Catat waktu dan haluaran Sebagai salah satu tolak ukur dalam
berkemih, melakukan evaluasi
5) Batasi asupan cairan jika perlu, Pada kasus poliuri ditujukan untuk
mengatur waktu berkemih yang efektif

6) Ambil sampel urin tengah atau Pada keadaan normal urin tengah adalah
kultur edukasi, urin yang bebas dari kontaminasi kuman
yang berasal dari perineum, prostat, uretra
maupun vagina;
7) Ajarkan tanda dan gejala infeksi Pasien dapat mengenal tanda dan gejala
saluran kemih, infeksi secara dini;
8) Ajarkan mengukur asupan Melatih Pasien dan keluarga untuk dapat
cairan dan haluaran urin, mengukur asupan cairan dan haluaran urin
secara mandiri
9) Ajarkan mengambil specimen Spesimen urin yang diambil adalah urin
urin tengah, sehingga perlu diberitahukan
kepada pasien dan atau keluarga
10) Ajarkan mengenali tanda Pasien dapat mengenali tanda berkemih
berkemih dan waktu yang tepat dan waktu berkemih
untuk berkemih,
11) Anjurkan minum yang cukup Kebutuhan cairan terpenuhi dapat
jika tidak ada kontraindikasi, membantu mengeluarkan bakteri yang
berkoloni di kandung kemih ,
12) Anjurkan mengurangi minum Mengatur waktu yang efektif untuk
menjelang tidur berkemih sehingga tidak mengganggu
istirahat

3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan pasien tidak mual dan dapat mengontrol
perasaan mual.
Luaran : Tingkat Nausea Kontrol mual/muntah.
Kriteria Hasil :
1) Melaporkan mual berkurang;
2) Mampu mengenali gejala mual;
3) Mampu mengontrol mual
Lampiran 1

Intervensi Rasional
Manajemen Mual :
1) Identifikasi pengalaman Pada ISK bagian bawah terjadi Respon
mual, Histamin dan Kolinergik yang menyebabkan
mual retensi atau inkontinensia urin
2) Identifikasi isyarat Mual akan ditunjukan melalui repson
nonverbal nonverbal
ketidaknyamanan,
3) Monitor eliminasi urin Mual yang berlebihan dapat menyebabkan
(frekuensi, Identifikasi muntah bahkan kekurangan nutrisi
dampak mual terhadap
kualitas hidup,
4) Identifikasi factor penyebab Mual dapat dikurangi dengan meminimalkan
mual, atau menghilangkan factor penyeba,
5) Identifikasi antiemetic Antiemetic dapat mengatasi atau
untuk mencegah mual, menghilangkan rasa mual; 5) Monitor mual;
sebagai evaluasi keberhasilan intervensi ,
6) Monitor asupan nutrisi dan Asupan nutrisi dan kalori harus tetap sesuai
kalori, dengan kebutuhan tubuh agar tidak terjadi
malnutrisi
7) Kendalikan factor Lingkungan yang tidak nyaman dapat memicu
lingkungan penyebab mual, atau meningkatkan perasaan mual atau muntah
8) Berikan makanan dalam Menekan perasaan muntah dan kalori dapat
jumlah kecil dan sering, terpenuhi;
9) Berikan makanan dingin, Jenis makanan yang bervariasi dapat
cairan bening, tidak berbau, meningkatkan perasaan mual dan muntah
10) Anjurkan istirahat dan tidur Istrahat dan tidur yang cukup dapat mengurangi
yang cukup, mual dan muntah
11) Anjurkan minum yang Kebutuhan cairan terpenuhi dapat membantu
cukup jika tidak ada mengeluarkan bakteri yang berkoloni di
kontraindikasi, kandung kemih ,
12) Kolaborasi pemeberian Mual yang berat diperlukan antiemetic
antiemetic jika perlu,
Lampiran 1

Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


1. Hari Pertama : Tanggal 27-07-2020
No Dx Jam Implementasi Evaluasi
Kep
1 Jam 08.30 1) Melakukan pengkajian nyeri Jam 14.00
secara komprehensif
S:
menggunakan PQRST (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, 1) Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas nyeri, skala pinggang menjalar ke perut
nyeri) bagian bawah (R), nyeri
2) Mengajarkan teknik napas dalam mulai muncul saat kurang
3) Meminta Pasien untuk minum air putih dan biasa
mengulang Teknik napas dalam hilang saat istirahat (P),
yang diajarkan nyeri seperti tertusuk
4) Memberikan kompres hangat rasanya “nyut-nyut” (Q),
pada perut bagian bawah Skala Nyeri 5 (S), Nyeri
5) Membatasi pengunjung yang hilang timbul (T).
masuk; 2) Pasien mengatakan merasa
Jam 12.00 6) Menanyakan apakah nyeri nyaman tetapi masih nyeri
berkurang, setelah dilakukan setelah dilakukan kompres
kompres hangat, hangat, pasien mengatakan
7) Mengkaji Riwayat alergi obat alergi obat ciprofloxacin
8) Mengukur Tanda-tanda Vital 3) Pasien mengatakan nyeri
9) Memberikan obat Parasetamol sedikit berkurang setelah
500 mg/oral, minum obat parasetamol.
Jam 13.45 10) Mengkaji apakah nyeri berkurang O:
setelah pemberian obat 1) Pasien dapat mempraktekan
Parasetamol Teknik napas dalam dengan
baik dan benar,
2) pengunjung yang masuk
hanya dua orang,
3) TD : 128/78 N : 82 x /
0
menit, Suhu : 36,2 C, RR :
20 x per menit.
A:
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisiologis belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi No 1-10

2 Jam 09.30 1) Menanyakan kepada pasien Jam 10.00 WITA


apakah bisa menahan kencing S:
dengan baik atau tidak; 1) Pasien mengatakan masih
2) Menanyakan kepada pasien bisa menahan kencing tetapi
tentang frekuensi BAK, karena harus bolak-balik
konsistensi, aroma, volume dan kamar mandi jadi pasien
warna urin; menggunakan pampers;
Lampiran 1

3) Memberikan alat tulis untuk 2) Pasien mengatakan satu


mencatat waktu berkemih dalam hari kencing bisa 8-10 kali
sehari; dan sedikit-sedikit, warna
4) Menganjurkan kepada pasien kuning jernih.
untuk mengkonsumsi air putih 8 O :
gelas perhari, 1) Keluarga pasien bersedia
5) Menganjurkan untuk kurangi untuk mencatat di kertas
minum air menjelang tidur. waktu berkemih pasien
dalam sehari,
2) Pasien mengangguk saat
dianjurkan untuk minum air
8 gelas sehari,
A:
Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan
Penurunan Kapasitas
Kandung Kemih belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1-9

3 Jam 11.00 1) Menanyakan kepada pasien Jam 12.00 WITA


apakah menghabiskan makanan S:
yang diberikan atau tidak 1) Pasien mengatakan
2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 menghabiskan setengah
sendok makan sebelum pasien porsi makanan yang
makan diberikan
3) Menganjurkan Pasien untuk 2) Pasien mengatakan masih
tidak makan makanan berminyak sedikit mual dan nyeri ulu
4) Menganjurkan kepada pasien hati
untuk makan perlahan-lahan O:
agar tidak mual, Pasien makan perlahan-lahan.
5) Menganjurkan kepada pasien A:
untuk istirahat dan tidur yang Nausea berhubungan dengan
cukup; distensi lambung belum
6) Menanyakan apakah pasien teratasi.
masih mual atau tidak. P : Lanjutkan Intervensi 1-5

2. Hari Kedua Tanggal 28-07-2020


No Dx Jam Implementasi Evaluasi
Kep
1 Jam 08.30 1) Melakukan pengkajian nyeri Jam 12.15 WITA
secara komprehensif S : Pasien mengatakan nyeri
menggunakan PQRST (lokasi, berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi, O:
kualitas, intensitas nyeri, skala 1) Ekspresi wajah pasien
nyeri) rileks,
Lampiran 1

2) Mengajarkan teknik napas dalam 2) Pengunjung yang masuk


3) Meminta Pasien untuk hanya dua orang,
mengulang Teknik napas dalam 3) TD : 125/80 N : 84 x /
0
yang diajarkan menit, Suhu : 36,4 C, RR :
4) Memberikan kompres hangat 20 x per menit.
pada perut bagian bawah A : Nyeri akut berhubungan
5) Membatasi pengunjung yang dengan agen pencedera
masuk; fisiologis teratasi sebagian.
Jam 12.00 6) Menanyakan apakah nyeri P:
berkurang, setelah dilakukan Lanjutkan intervensi No 1-10
kompres hangat,
7) Mengkaji Riwayat alergi obat
8) Mengukur Tanda-tanda Vital
9) Memberikan obat Parasetamol
500 mg/oral,
Jam 13.45 10) Mengkaji apakah nyeri berkurang
setelah pemberian obat
Parasetamol
2 Jam 09.00 1) Menanyakan kepada pasien Jam 11.00 WITA
apakah bisa menahan kencing S:
dengan baik atau tidak; 1) Pasien mengatakan masih
2) Menanyakan kepada pasien bisa menahan kencing
tentang frekuensi BAK, tetapi karena harus bolak-
konsistensi, aroma, volume dan balik kamar mandi jadi
warna urin; pasien menggunakan
3) Meminta hasil catatan waktu pampers;
berkemih yang kemarin 2) Pasien mengatakan dari
(27/07/2020) sudah dianjurkan; kemarin pagi sampai
4) Menanyakan kepada pasien sekarang sudah kencing 8-
berapa gelas air putih yang sudah 10 kali, warna kuning
diminum dari kemarin pagi jernih. Pasien mengatakan
sampai sekarang, mengkonsumsi air putih 6
5) Menganjurkan untuk kurangi gelas dari kemarin pagi
minum air menjelang tidur.
sampai sekarang.
O:
Keluarga pasien
memberikan catatan waktu
berkemih pasien,
A : Gangguan Eliminasi Urin
berhubungan dengan
Penurunan Kapasitas Kandung
Kemih teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1-5

3 Jam 10.30 1) Menanyakan kepada pasien Jam 12.00 WITA


apakah menghabiskan makanan S :
yang diberikan atau tidak 1) Pasien mengatakan
2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 menghabiskan setengah
sendok makan sebelum pasien porsi makanan yang
makan diberikan
Lampiran 1

3) Menganjurkan Pasien untuk tidak 2) Pasien mengatakan masih


makan makanan berminyak sedikit mual dan sudah
4) Menganjurkan kepada pasien tidak nyeri ulu hati
untuk makan perlahan-lahan agar O : pasien makan perlahan-
tidak mual, lahan.
5) Menganjurkan kepada pasien A : Nausea berhubungan
untuk istirahat dan tidur yang dengan distensi lambung
cukup; teratasi sebagian.
6) Menanyakan apakah pasien masih P : Lanjutkan Intervensi 1-5
mual atau tidak.

3. Hari Ketiga Tanggal 29-07-2020


No Dx Jam Implementasi Evaluasi
Kep
1 Jam 08.30 1) Menayakan kepada pasien Jam 12.30 WITA
apakah masih nyeri, skala nyeri S:
berapa Pasien mengatakan nyeri
2) Meminta Pasien untuk sudah berkurang disbanding
mengulang Teknik napas dalam waktu awal masuk dengan
yang diajarkan skala nyeri : 3,
3) Menganjurkan keluarga untuk O:
memberikan kompres hangat 1) Ekspresi wajah pasien
pada perut bagian bawah, tampak rileks,
4) Menanyakan apakah nyeri 2) pengunjung yang masuk
berkurang, setelah dilakukan hanya dua orang,
kompres hangat 3) TD : 125/80 N : 84 x /
5) Meminta keluarga yang 0
menit, Suhu : 36,4 C, RR :
Jam 12.00 berkunjung untuk meninggalkan
20 x per menit.
ruangan karena sudah jam
istirahat pasien A : Nyeri akut berhubungan
6) Mengukur Tanda-tanda Vital dengan agen pencedera
7) Memberikan obat Parasetamol fisiologis teratasi sebagian
500 mg/oral, P:
8) Mengkaji apakah nyeri berkurang Anjurkan pasien untuk
Jam 13.45 setelah pemberian obat melanjutkan Teknik napas
Parasetamol. dalam dan kompres air hangat
saat di rumah jika nyeri.

2 Jam 09.00 1) Menanyakan kepada pasien Jam 12.00 WITA


apakah bisa menahan kencing S:
dengan baik atau tidak; 1) Pasien mengatakan
2) Menanyakan kepada pasien menghabiskan setengah
tentang frekuensi BAK, porsi makanan yang
konsistensi, aroma, volume dan diberikan,
warna urin; 2) pasien mengatakan sudah
3) Membuat jadwal minum yang tidak mual dan sudah
tepat untuk sehari; tidak nyeri ulu hati
4) Menganjurkan kepada pasien
untuk tetap mengkonsumsi air O:
Lampiran 1

putih 8 gelas perhari, pasien makan perlahan-lahan.


5) Menganjurkan untuk kurangi A:
minum air menjelang tidur. Nausea berhubungan dengan
distensi lambung teratasi.
P:
1) Anjurkan pasien untuk
tidak makan makanan
berminyak dan makan
secara perlahan saat
dirumah,
2) Anjurkan untuk minum
obat lambung secara
teratur sesuai anjuran.

3 Jam 11.30 1) Menanyakan kepada pasien Jam 12.00 WITA


apakah menghabiskan makanan S:
yang diberikan atau tidak 1) Pasien mengatakan
2) Memberikan Sulcrafat Syr 2 menghabiskan setengah
sendok makan sebelum pasien porsi makanan yang
makan diberikan,
3) Menganjurkan Pasien untuk tidak 2) pasien mengatakan sudah
makan makanan berminyak tidak mual dan sudah tidak
4) Menganjurkan kepada pasien nyeri ulu hati
untuk makan perlahan-lahan agar O:
tidak mual, pasien makan perlahan-lahan.
5) Menganjurkan kepada pasien A:
untuk istirahat dan tidur yang Nausea berhubungan dengan
cukup; distensi lambung teratasi.
6) Menanyakan apakah pasien masih P:
mual atau tidak.. 1) Anjurkan pasien untuk tidak
makan makanan berminyak
dan makan secara perlahan
saat dirumah,
2) Anjurkan untuk minum obat
lambung secara teratur
sesuai anjuran.

Anda mungkin juga menyukai