Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM I

Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Molisch

Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 8 Januari 2021 Nama


Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
2. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
3. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi kandungan larutan yang termasuk golongan


Karbohidrang dengan uji Molisch.

B. LANDASAN TEORI

Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3


unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan
atom-atom tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan
yang lainnya, sehingga ada karbohidrat yang masuk kelompok struktur
sederhana seperti monosakarida dan disakarida dan dengan struktur
kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa dan
hemiselulosa. Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas
reaksireaksi warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian
gula dalam asam-asam kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat
mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil
yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam sulfat,
hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan
produk terurai yang berwarna. Beberapa analisis kualitatif karbohidrat
yang sering dilakukan adalah uji Molish, uji Seliwanof, uji Antrone, dan uji
Fenol. (Andarwulan et al., 2011).
Sebagai uji pendahuluan uji molish merupakan uji karbohidrat secara
umum. Uji ini diberi nam sesuai dengan penemunya yaitu Hans Molish,
seorang ahli botani (biologi, fisiologi da biokimia) dari Australia. (Mahar
Meligan. Jaya, 2014)
Uji molisch merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan
adanya karbohidrat. Semua jenis karbohidrat mulai dari monosakarida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida menunjukkan reaksi positif
dengan menggunakan pereaksi molish. Uji kimi kualitatif dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
▪ Menggunakan reaksi pembentukan warna;
▪ Menggunakan prinsip kromatografi (TLC/ Thin Layer
Cromotography, GC/ Gas Cromotagraphy, HPLC/ High
Peromance Liquid Cromatography).
Dikarenakan efisiensi pengujian, pada umumnya untuk pengujian
secara kualitatif hanya digunakan prinsip yang pertama yaitu adanya
pembentukan warna sebagai dasar penentuan kandungan karbohidrat
dalam suatu bahan. (Adeli. Riska, 2014)
Prinsip percobaan Uji Molish adalah berdasarkan pada reaksi
karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksi metil
furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks
berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya warna ungu
pada batas kedua cairan.

Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Molisch


Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama
karbohidrat terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida
kemudian monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi
membentuk furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga
membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk
akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul
di dasar tabung dan lama kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk
senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga
bagian yaitu bagian paling bawah berwarna bening dimana larutan
tersebut adalah asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai
cincin ungu, dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung
karbohidrat. (Wilujeng. Insih, 2016).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Batang pengaduk Bahan : 1. Larutan amilum 1%


2. Pipet tetes 2. Larutan fruktosa 1%
3. Pipet ukur 3. Larutan galaktosa 1%
4. Pom karet 4. Larutan glukosa 1%
5. Rak tabung
5. Larutan laktosa 1%
6. Tabung reaksi
6. Larutan maltosa 1%

7. Larutan sukrosa 1%

8. Reagent Molisch

9. H2SO4 pekat

D. PROSEDUR KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih;
2. Tabung reaksi diisi larutan sampel yang aka diteliti sebanyak 2 ml;
3. Ditambahkan dua tetes reagen molisch ke dalam tabung-tabung reaksi
yang berisi larutan sampel lalu diaduk dengan baik;
4. Asam sulfat pekat dipipet sebanyak 5 ml di lemari asam dan ditambahkan
ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi sampel dan reagen molisch
melalui dinding-dinding tabung reaksi dengan perlahan sampai terbentuk
cincin berwarna ungu.
E. HASIL PENGAMATAN
Larutan Hasil Pengamatan
No yang Cara Kerja
Diuji Sebelum Sesudah

Amilum 2ml
+
P. Molisch 2
1. Amilum tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat
5ml
Jernih Terdapat cincin
berwarna ungu

Fruktosa 2ml
+
P. Molisch 2
2. Fruktosa tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat
5ml
Jernih Terdapat cincin
berwarna ungu
Galaktosa
2ml
+
P. Molisch 2
3. Galaktos
tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat
Terdapat cincin
5ml Jernih berwarna ungu
Glukosa 2ml
+
P. Molisch 2
4. Glukosa tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat
5ml
Terdapat cincin
Jernih berwarna ungu

Laktosa 2ml
+
P. Molisch 2
5. Laktosa tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat Terdapat cicin
5ml Jernih
berwarna ungu

Maltosa 2ml
+
P. Molisch 2
6. Maltosa tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat
5ml Jernih Terdapat cicin
berwarna ungu

Sukrosa 2ml
+
P. Molisch 2
7. Sukrosa tetes
+
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat Terdapat cicin
5ml berwarna ungu
Jernih

Larutan Kandungan
No Hasil Uji Molisch
Sampel Karbohidrat
Terbentuk cicin berwarna
1. Amilum +
ungu
2. Fruktosa Terbentuk cicin berwarna +
ungu
Terbentuk cicin berwarna
3. Galaktosa +
ungu
Terbentuk cicin berwarna
4. Glukosa +
ungu
Terbentuk cicin berwarna
5. Laktosa +
ungu
Terbentuk cicin berwarna
6. Maltosa +
ungu
Terbentuk cicin berwarna
7. Sukrosa +
ungu

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian
kandungan larutan yang termasuk golongan Karbohidrat dengan uji
Molisch. Berdasarkan percobaan ini dapat dilihat bahwa semua larutan
(Amilum, Fruktosa, Galaktosa, Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa)
mengandung karbohidrat yang dapat dilihat dari adanya perubahan warna
dari jernih menjadi berwarna ungu bercincin. Namun, kadar warna
ungunya berbeda beda tergantung jenis larutannya.
Sebagaimana prinsip kerjanya, warna ungu ini terbentuk dari hasil
reaksi karbohidrat dengan H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksi
metil furfural dengan α-naftol akan membentuk cincin senyawa kompleks
berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya warna ungu
pada batas kedua cairan.
Adapun Mekanisme terbentuknya cincin ungu sebagaimana yang
dipaparkan oleh Wilujeng. Insih, 2016, bahwa pertama-tama karbohidrat
terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida kemudian
monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk
furfural yang kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk
senyawa kompleks ungu (cincin ungu). Cincin ungu terbentuk akibat asam
sulfat pekat yang masuk melalui pinggir yang akan terkumpul di dasar
tabung dan lama kelamaan pada permukaan asam tadi terbentuk senyawa
kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian yaitu
bagian paling bawah berwarna bening dimana larutan tersebut adalah
asam, bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu,
dan paling atas adalah sampel yang diduga mengadung karbohidrat.
Berikut rinciannya;
1. Amilum
Amilum termasuk golongan Polisakarida yaitu karbohirdat yang
terbentuk dari banyak molekul monosakarida. Warna larutan ketika
ditambah H2SO4, 2ml Amilum mengalami reaksi positif, yang ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu yang terlihat jelas.
2. Fruktosa
Fruktosa termasuk golongan Monosakarida yaitu karbohidrat yang
terbentuk dari satu (mono) molekul gugus gula. Warna larutan ketika
ditambah H2SO4, 2ml Fruktosa mengalami reaksi positif, yang ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu yang terlihat jelas.
3. Galaktosa
Galaktosa termasuk golongan Monosakarida yaitu karbohidrat yang
terbentuk dari satu (mono) molekul gugus gula. Warna larutan ketika
ditambah H2SO4, 2ml Galaktosa mengalami reaksi positif dengan
kepekatan sedang, yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
ungu.
4. Glukosa
Glukosa termasuk golongan Monosakarida yaitu karbohidrat yang
terbentuk dari satu (mono) molekul gugus gula. Warna larutan ketika
ditambah H2SO4, 2ml Glukosa mengalami reaksi positif dengan
kepekatan rendah, yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna
ungu yang kurang mencolok.
5. Laktosa
Laktosa atau gula susu merupakan golongan disakarida yaitu
karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul monosakarida.
Warna larutan ketika ditambah H2SO4, 2ml Laktosa mengalami reaksi
positif dengan kepekatan rendah, yang ditandai dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu yang kurang mencolok.
6. Maltosa
Maltosa atau gula pati merupakan golongan disakarida yaitu
karbohidrat yang terbentuk dari kondensasi 2 molekul monosakarida.
Warna larutan ketika ditambah H2SO4, 2ml Maltosa mengalami reaksi
positif, yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu yang
kurang mencolok.
7. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yaitu karbohidrat yang
terbentuk dari kondensasi 2 molekul monosakarida. Warna larutan
ketika ditambah H2SO4, 2ml Sukrosa mengalami reaksi positif, yang
ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu yang terlihat jelas.

G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kandungan karbohidrat pada suatu bahan pangan dapat diketahui
dengan melakukan pengujian, salah satunya dengan uji molish.
2. Prinsip dari metode uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Reagent yang digunakan adalah pelarut molish dan asam
sulfat.
3. Amilum, Fruktosa, Galaktosa, Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa
dengan ditambahkan pelarut molish dan asam sulfat dapat membentuk
cincin berwarna ungu. Hal ini menandakan larutan tersebut mengandung
karbohidrat.

H. DAFTAR PUSTAKA

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam


Tepung Dan Pati Umbi Ganyong (Canna Edulis Ker.). Jurnal Pharmaciana.
5(1): 36-41.
P Ratna, Ayu. Fitria Yulistiani. 2015. Pembuatan Gula Cair Dari Pati
Singkong Dengan Menggunakan Hidrolisis Enzimatis. Jurnal Fluida. 11(2):
9-14.
Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis
Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.
PRAKTIKUM II
Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Benedict

Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 8 Januari 2021 Nama


Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
4. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
5. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi kandungan larutan yang termasuk golongan


Karbohidrang dengan uji Benedict.

J. LANDASAN TEORI

Karbohidrat adalah komponen bahan pangan yang tersusun oleh 3


unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Susunan
atom-atom tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat satu dengan
yang lainnya, sehingga ada karbohidrat yang masuk kelompok struktur
sederhana seperti monosakarida dan disakarida dan dengan struktur
kompleks atau polisakarida seperti pati, glikogen, selulosa dan
hemiselulosa. Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas
reaksireaksi warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian
gula dalam asam-asam kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat
mereduksi dari gugus karbonil dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil
yang berdekatan. Reaksi dengan asam-asam kuat seperti asam sulfat,
hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat menghasilkan pembentukan
produk terurai yang berwarna. Beberapa analisis kualitatif karbohidrat
yang sering dilakukan adalah uji Molish, uji Seliwanof, uji Antrone, dan uji
Fenol. (Andarwulan et al., 2011).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami
reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida
dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Karateristiknya tidak
bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan benedict. Misalnya
semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur
gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya
tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa.
Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan
CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict), maka
ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,
sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak
dapat mereduksi larutan benedict. (Windaaryanir, 2015)
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena
memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi
glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif
dengan pereaksibenedict.
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi
dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton
bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion
Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang
mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan
Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan
endapan merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada
sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna
merah bata maka gula reduksinya semakin banyak.(Kusbandari. Aprilia,
2015).
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi
dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan
sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-5
menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa
adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat
(kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui
ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus
aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat
pereduksi.
K. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Tabung reaksi Bahan : 1. Larutan amilum


9. 1%

2. Batang pengaduk 2. Larutan fruktosa 1%


3. Pipet tetes 3. Larutan galaktosa 1%
4. Rak tabung 4. Larutan glukosa 1%
5. Lampu spiritus
5. Larutan laktosa 1%
6. Kaki tiga
6. Larutan maltosa 1%
7. Kawat kasa
7. Larutan sukrosa 1%
8. Korek
8. Reagent Bendit
L. PROSEDUR KERJA
5. Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih;
6. Tabung reaksi diisi reagent benedict sebanyak 5 ml;
7. Ditambahkan delapan tetes larutan sampel ke dalam tabung-tabung
reaksi yang berisi reagent benedict lalu dikocok;
8. Semua tabung ditempatkan di dalam penangas air didih selama 3 menit;
9. Tabung didinginkan dan dibandingkan antara tabung reaksi yang satu dan
lainnya.
M. HASIL PENGAMATAN

Larutan Hasil Pengamatan


No Cara Kerja
yang Diuji Sebelum Sesudah

P. benedict
5ml
+
1. Amilum Amilum 8
tetes
+
Panaskan
Biru muda Biru muda
P. benedict
5ml
+
2. Fruktosa Amilum 8
tetes
+
Panaskan Biru muda Oranye
P. benedict
5ml
+
3. Galaktosa Amilum 8
tetes
+
Coklat
Panaskan Biru muda

P. benedict
5ml
+
4. Glukosa Amilum 8
tetes
+
Panaskan Biru muda Merah bata

P. benedict
5ml
+
5. Laktosa Amilum 8
tetes
+
Biru muda Coklat
Panaskan
P. benedict
5ml
+
6. Maltosa Amilum 8
tetes
+
Panaskan Biru muda Coklat
P. benedict
5ml
+
7. Sukrosa Amilum 8
tetes
+ Biru muda
Panaskan Biru muda

Larutan
No Hasil Uji Benedict Hasil
Sampel
1. Amilum Biru muda -
2. Fruktosa Oranye +
3. Galaktosa Coklat +
4. Glukosa Merah bata +
5. Laktosa Coklat +
6. Maltosa Coklat +
7. Sukrosa Biru muda -

N. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian
kandungan larutan yang termasuk golongan Karbohidrat dengan uji
Benedict. Berdasarkan percobaan ini dapat dilihat bahwa larutan (Amilum,
Fruktosa, Galaktosa, Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa) dapat
mengandung karbohidrat terjadi perubahan warna setelah pemanasa dari
biru muda menjadi berwarna merah bata, oranye ataupun coklat.
Perbedaan warna yang lebih pekat menunjukkan bahwa kadar gula
(karbohidrat) pereduksi tinggi.
Sebagaimana prinsip kerjanya, yang dipaparkan oleh Kusbandari.
Aprilia, 2015. Bahwa gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi
yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O
dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O.
Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada
reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang
menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada
konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula
reduksinya semakin banyak.
Dari percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa Fruktosa,
Galaktosa, Glukosa, Laktosa, dan Maltosa mengandung gula pereduksi
(Karbohidrat), sedangkan Amilum dan Sukrosa tidak mengandung gula
pereduksi. Hal ini terjadi karena Sukrosa mengandung lebih banyak
monosakrida yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi
keton, sehingga tidak bersifat pereduksi dan mengakibatkan tidak dapat
melakukan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang nantinya mengendap sebagai
Cu2O berwarna merah bata.

O. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kandungan karbohidrat pada suatu bahan pangan dapat diketahui
dengan melakukan pengujian, salah satunya dengan uji benedict.
2. Prinsip dari metode uji benedict adalah untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Reagent yang digunakan adalah pelarut benedict dan
melakukan pemanasan
3. Fruktosa, Galaktosa, Glukosa, Laktosa, dan Maltosa dengan
ditmasukkan ke pelarut benedict lalu dipanaskan akan mengakibatkan
perubahan warna dari biru muda menjadi merah bata, oranye dan coklat.
Hal ini menandakan larutan tersebut mengandung karbohidrat.

P. DAFTAR PUSTAKA

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam


Tepung Dan Pati Umbi Ganyong (Canna Edulis Ker.). Jurnal Pharmaciana.
5(1): 36-41.

Yusrin, Ana Hidayati Mukaromah. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan


Variasi Asam Pada Pembuatan Ethanol. Jurnal Unishmu. 11(2): 9-14.

Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis Kesehatan.


Makassar: Poltekkes Makassar.

Anda mungkin juga menyukai