Tuan A adalah seorang bapak berusia pertengahan 30-an. Ia datang berkonsultasi Ke
psikiater atas anjuran dari salah seorang rekannya. Saat datang untuk pertama kalinya, terlihat bahwa mimik wajahnya murung dan nampak tidak bersemangat. Ketika dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatrik, suaranya pelan, gerak- geriknya minimal, dan ia sering menanyakan ulang pertanyaan yang ditanyakan oleh psikiater pemeriksa. Tuan A menceritakan bahwa ia sudah merasa sedih berkepanjangan di mana hampir tak ada satu haripun ia merasa bahagia selama 1 bulan terakhir dan aktivitasnya terbatas di dalam rumah saja. Satu bulan lalu ternyata ia baru saja di PHK dari pekerjaannya. Rasa sedihnya disertai dengan penurunan berat badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sulit untuk jatuh tidur atau kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya. Setelah beberapa saat kemudian, Tuan A bercerita bahwa perasaan sedihnya bertambah parah semenjak dua minggu terakhir, ia menjadi mudah menangis tanpa sebab- sebab yang jelas dan ia merasa pesimis dengan masa depannya serta keluarganya. Akhir- akhir ini, ia berpikir bahwa hidupnya tidak berharga dan lebih baik ia mati saja. Semenjak di PHK Tuan A juga tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru karena merasa putus asa dengan hidupnya selain itu saat ini dia menjadi menarik diri dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal sebagai orang yang aktif dalam kegiatan RT di lingkungannya. Rasa sedihnya menjadi bertambah parah karena Tuan A mulai kebingungan akan pembiayaan hidupnya sehari-hari beserta keluarganya.
Kondisi umum pasien :
Mendengarkan sesuatu yang tidak ada Miskin bicara Kemampuan kerja kurang optimal Nyeri perut serasa mual dan sebah