Anda di halaman 1dari 9

SUMMARY SELURUH MATA PELATIHAN AGENDA 1

KEPEMIMPINAN PANCASILA DAN BELA


NEGARA

By:

Dr. BACHTIAR, SS., M. Pd.


NIP : 19741023 200502 1 005
Instansi : BPSDM Sulawesi Selatan

WORKSHOP PEMBEKALAN PENGAJAR


PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR
PUSLATBANG KMP LAN RI

MAKASSAR 2020
SUMMARY MATA PELATIHAN
PROGRAM PELATIHAN : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP)
AGENDA PEMBELAJARAN : Agenda 1 : Kepemimpinan Pancasila dan Bela Negara

MATA PELATIHAN : ETIKA DAN INTEGRITAS KEPEMIMPINAN PANCASILA


Komponen Deskripsi/Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan
memahami dan mengaaktualisasikan moral, etika jabatan dan
etika pemerintahan, serta nilai-nilai bela Negara guna
mengembangkan etika, sikap dan perilaku dalam pengendalian
pelayanan public sebagai bagian dari upaya mewujudkan
integritas kemepimpinan pengawas.
Tujuan Hasil Belajar : Peserta mampu memahami substansi konsepsi-konsepsi
wawasan kebangsaan, dan nilai-nilai dasar bela negara guna
mengembangkan etika, sikap, dan perilaku dalam pengendalian
pelayanan publik sebagai bagian dan wujud dari upaya bela
negara
Indikator Hasil Belajar : Indikator hasil belajar agar peserta dapat:
: 1. Peserta mampu menjelaskan substansi ceramah etika
dan integritas kepemimpinan Pancasila oleh penceramah.
2. Peserta mampu menjelaskan bela negara dalam kilasan
sejarah kemerdekaan;
3. Peserta mampu menganalisis nilai-nilai dasar dan
teladan bela negara, serta refleksi amanah ASN dalam
sejarah kemerdekaan;
4. Peserta mampu menjelaskan tujuan dan visi negara
keterkaitan nya dengan Pancasila;
5. Peserta mampu menjelaskan etika dan akuntabilitas ASN
6. Peserta mampu menganalisis penerapan etika jabatan
pemerintahan dan integritas dalam pengendalian
pelayanan publik.
Materi Pokok 1 : BELA NEGARA DALAM KILASAN SEJARAH
KEMERDEKAAN
Ambtenaar atau posisi pegawai negeri sejak zaman
kolonial Belanda di Indonesia hingga sekarang merupakan
dambaan setiap orang, bahkan pada masa itu barang siapa yang
bekerja sama dengan Belanda akan mendapat keuntungan.
Akan tetapi tidak semua pegawai negeri pada masa itu terbuai
dengan posisi dan kemakmuran yang mereka dapat. H.R.
Muhammad Mangoendiprodjo merupakan salah satu ambtenaar
yang memiliki posisi strategis di pemerintahan, namun beliau
lebih memilih keluar dan berjuang bersama rakyat untuk ikut
merebut kemerdekaan Indonesia.
Mr. Syarifuddin Prawiranegara mengambil keputusan
untuk mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
bersama dengan Gubernur Sumatera Barat ketika itu, walaupun
beliau tidak pernah menerima perintah secara langsung dari
Presiden Pertama Bung Karno karena stasiun radio kala itu
dibakar oleh Belanda. Keputusan ini diambil karena melihat
kondisi darurat Indonesia yang disebabkan oleh Agresi Militer
Belanda demi mempertahankan kedaulatan negara.
UUD NRI tahun NRI 1945 berlaku lebih sebagai koridor
arah pengaturan dan kebijakan berbangsa dan bernegara secara
umum. Di dalamnya terkandung pengejawantahan dari visi,
tujuan, dan semangat kemerdekaan negara kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Keberagaman latar belakang perumus dan penyusun
UUD NRI tahun 1945 ini menunjukkan bahwa UUD NRI tahun
1945 sebagai Grundgesetz (Hukum Dasar atau Konstitusi) yang
tentunya mengatur segenap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara disusun oleh beragam keahlian. Mulai dari politik
(Bung Hatta), ekonomi (Mr. A.A. Maramis), pendidikan (H.
Agus Salim), hingga agama (KH. Wahid Hasyim). Inilah yang
menunjukkan bahwa negara ini didirikan berdasarkan
keberagaman dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Materi Pokok 2 : NILAI-NILAI DASAR DAN TELADAN BELA NEGARA,
SERTA REFLEKSI AMANAH ASN DALAM SEJARAH
KEMERDEKAAN
Sebagian masyarakat Indonesia memiliki stigma bahwa
bela negara sama dengan wajib militer. Namun, UUD NRI
tahun 1945 sekarang meletakkan bela negara di bawah bab
mengenai hak dan kewajiban warga negara.
Teladan yang bisa diambil dari para Pahlawan, Bela
Negara yang para Pahlawan lakukan merupakan kesadaran
sendiri atas dasar cinta kepada Indonesia. Sehingga mendorong
para Pahlawan untuk bergerak / bertindak melampaui tugas
yang biasa mereka lakukan demi mempertahankan keutuhan
NKRI.
Teladan Bela Negara bisa dipetik dari warga keturunan,
HS. Dillon yang mempunyai kepakaran di bidang pertanian dan
HAM memberikan kontribusi terhadap dunia pertanian dan
perkebunan Indonesia, serta hak-hak petani Indonesia.
Sedangkan, Idjon Djanbi atau Rokus Bernandus Visser, yang
memiliki kepakaran di dunia militer berkontribusi memberikan
ilmu keahilan pasukan khusus dan pembentukan organisasi
pasukan khusus di Indonesia.
Bela negara merupakan amanat konstitusi dan merupakan
hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Bela negara tidak
identik dengan wajib militer, karena siapa pun dan profesi
apapun dapat menerapkan sikap bela negara
Materi Pokok 3 : TUJUAN DAN VISI NEGARA SEBAGAI AMANAT
KONSTITUSI SERTA KAITANNYA DENGAN
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA,
PANDANGAN HIDUP BANGSA, SERTA JIWA,
SEMANGAT, DAN NILAI PEMBUKAAN UUD NRI
TAHUN 1945
Tujuan negara tertulis dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 alinea IV yang berbunyi “Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial."
Visi negara Indonesia tercantum pada pembukaan UUD
NRI tahun 1945 alinea kedua yang berbunyi “Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”
Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi pijakan
yang kokoh, sebagai tempat berdirinya bangsa dan negara
Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa menjadi
arah segenap bangsa Indonesia memandang dan menuju
perwujudan tujuan negara.
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 adalah pernyataan
kemerdekaan kita yang lebih lengkap guna menggenapi
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pancasila juga menegaskan pentingnya persatuan bangsa
di dalam sila ketiga. Sementara persatuan pada tataran yang
lebih tinggi yaitu persaudaraan antar manusia tercermin dari
sila kedua. Ke semua ini dirangkum di dalam alinea kedua dari
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 melalui visi untuk
mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Materi Pokok 4 : KONSEP ETIKA, AKUNTABILITAS, DAN
INTEGRITAS, SERTA INSTRUMEN DAN TUJUANNYA
DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN, TUGAS DAN
FUNGSI ASN
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang
artinya tempat tinggal, kandang, kebiasaan, sikap, watak, atau
cara berpikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dalam jaringan, etik sebagai nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat, atau secara lebih
umum sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
Etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Akhlak sendiri adalah kata serapan dari
bahasa Arab yang berarti budi pekerti atau dalam rasa bahasa
yang lebih tinggi juga disebut sebagai tata susila
Sesuatu yang berintegritas merupakan sesuatu yang utuh
dalam keseluruhannya, sesuatu yang tidak terbagi, dimana
nuansa keutuhan atau kebulatan nya tidak dapat dihilangkan.
Etika dan integritas yang diterapkan dengan sungguh-
sungguh menjadi cerminan dari sikap bela negara yang
diwujudkan dalam bentuk sesuai dengan profesi setiap individu,
dalam hal ini kaitannya dengan ASN.
Pancasila menjadi kendali atas setiap langkah yang
dilakukan ASN dalam menjalankan tugasnya. Nilai sila kelima,
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” menjadi
pedoman untuk melayani setiap warga tanpa pandang suku, ras,
atau agama. Melayani mereka sesuai dengan tugas, pokok, dan
fungsi ASN menjadi perwujudan integritas dalam
melaksanakan tugas yang berlandaskan Pancasila
Materi Pokok 5 : PENERAPAN NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA
GUNA MENANGKAL HAMBATAN ETIKA,
AKUNTABILITAS, DAN INTEGRITAS PELAYANAN
PUBLIK SEBAGAI WUJUD KEWASPADAAN
NASIONAL DAN KEPEMIMPINAN PANCASILA
Kewaspadaan Nasional adalah suatu sikap dalam
hubungannya dengan nasionalisme yang dibangun dari rasa
peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian seorang warga
negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dari suatu potensi ancaman.
Fokus Kewaspadaan Nasional sepanjang sejarah selalu
berubah-ubah tergantung dengan kondisi bangsa dan negara
pada saat itu. Kewaspadaan Nasional dibangun berdasarkan
tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI tahun
1945 yaitu "melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah tanah air".
Agar dapat mewujudkan Kewaspadaan Nasional dalam
konteks integrasi nasional dapat dilakukan beberapa langkah,
yaitu: (1) Perlakuan persamaan hak bagi setiap warga negara;
(2) Jaminan keadilan bagi setiap warga negara; (3) Dukungan
partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan negara;
dan (4) Keterbukaan pandangan secara luas untuk
mengembangkan potensi dan kekuatan seluruh bangsa.
Keterkaitan Mata Pelatihan : Ibaratnya sebuah rumah agenda 1 merupakan pondasi atau
Dengan Agenda dasar didalam meletakkan nilai-nilai dasar bela Negara. Jika
agenda 1 kuat dimana para peserta pelatihan sudah memiliki
nilai-nilai etika, akuntabilitas dan integritas yang baik maka
maka agenda lainnya sangat mudah diimplementasikan,
sehingga diharapkan mampu memberikan perubahan kepada
organisasinya kearah yang lebih baik.

SUMMARY MATA PELATIHAN

PROGRAM PELATIHAN : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP)


AGENDA PEMBELAJARAN : Agenda 1 : Kepemimpinan Pancasila dan Bela Negara

MATA PELATIHAN : BELA NEGARA KEPEMIMPINAN PANCASILA


KOMPONEN DESKRIPSI/URAIAN
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata pelatihan ini membekali Peserta dengan
kemampuan memahami persepsi publik mengenai lingkup
dan wujud cinta tanah air dalam perspektif wawasan
nusantara, kearifan lokal, dan Pancasila, sistem
pemerintahan Indonesia dalam kerangka tujuan negara,
dengan mengaktualisasi kepemimpinan dan nilai- nilai
dasar bela negara guna menangkal hambatan etika dan
integritas pelayanan publik sebagai wujud kewaspadaan
nasional.
Tujuan Hasil Belajar : Setelah mengikuti pembelajaran ini Peserta diharapkan
mampu menganalisis persepsi publik mengenai lingkup
dan wujud cinta tanah air dalam perspektif wawasan
nusantara, kearifan lokal, dan Pancasila, sistem
pemerintahan Indonesia dalam kerangka tujuan negara,
dengan mengaktualisasi kepemimpinan dan nilai- nilai
dasar bela negara dalam kompetisi dan konflik
kepentingan dalam konteks aktual guna menangkal
hambatan etika dan integritas pelayanan publik.
Indikator Hasil Belajar : 1. Menjelaskan persepsi publik mengenai lingkup dan
wujud cinta tanah air dalam perspektif wawasan
nusantara dan kearifan lokal;
2. Menjelaskan sistem pemerintahan Indonesia dalam
kerangka tujuan negara sebagai amanat konstitusi;
3. Menganalisis aspirasi publik dalam perspektif sila-sila
pancasila;
4. Penerapan kepemimpinan dan nilai-nilai dasar bela
negara dalam kompetisi dan konflik kepentingan dalam
konteks aktual guna menangkal hambatan etika dan
integritas pelayanan publik sebagai wujud kewaspadaan
nasional.

Materi Pokok 1 : PERSEPSI PUBLIK MENGENAI LINGKUP DAN


WUJUD CINTA TANAH AIR DALAM PERSPEKTIF
WAWASAN NUSANTARA DAN KEARIFAN LOKAL
Persepsi publik berasal dari kata ‘persepsi’ dan
‘publik’. Persepsi merupakan proses seseorang menanggapi atau
melihat lingkungan di sekitarnya melalui panca indra yang ia
miliki sehinga memiliki kesadaran akan segala sesuatu yang ada
lingkungan sekitar (Gulo, 1987). Publik dapat dimaknai sebagai
masyarakat dalam arti sosiologis dimana mereka tinggal dan hidup
bersama serta memiliki kesamaan pandangan, harapan, cita-cita
bersama dan diikat oleh nilai dan norma yang hidup diantara
mereka (Syafi’ie, dkk., 1999).
Persepsi publik merupakan proses bagaimana
sekelompok masyarakat melihat, memandang dan
menanggapi lingkungan sekitarnya melalui apa yang
mereka tangkap dan terima oleh alat indra sehingga dapat
memberikan kesan dan penafsiran terhadap apa yang terjadi
di lingkungan sekitar mereka.
Cinta tanah merupakan suatu perasaan yang timbul dari
hati dan jiwa seseorang sehingga menimbulkan rasa peduli, rasa
bangga, rasa setia kepada tanah airnya sendiri yang kemudian
ditujukan dengan sikap dan perilaku yang tercermin dalam diri
warga negara untuk membela dan mengabdi kepada tanah airnya
serta melindungi dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan dari luar.
Rasa cinta tanah air ini penting agar bangsa dan negara
Indonesia aman dan damai, pembangunan nasional dapat berjalan
dengan baik, serta kesejahteraan hidup masyarakat akan terus
meningkat. Sebaliknya, apabila rasa cinta tanah air ini tidak
dimiliki oleh setiap warga negara, maka bangsa dan negara ini
akan mudah rapuh dan akan dihadapkan dengan konflik,
kekacauan, bahkan dapat perang antarsesama saudara.
Wawasan nusantara merupakan konsepsi yang menekankan
bagaimana melihat bangsa kita dalam berbagai aspek kehidupan
dihadapkan dengan berbagai tantangan dan ancaman. Wawasan
Nusantara merupakan konsep geopolitik Indonesia. Wawasan
nusantara diartikan sebagai cara pandang serta sikap dari bangsa
Indonesia untuk mengenal diri dan lingkungan sekitarnya dengan
menjunjung tinggi semangat kebhinekaan serta mengutamakan
rasa persatuan dan kesatuan wilayah dalam berbagai aspek
kehidupan negara seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan guna mencapai tujuan nasional.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Fajarini,
2014). Kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia
yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh
melalui pengalaman masyarakat.
Materi Pokok 2 : PREFERENSI PUBLIK DALAM KERANGKA
TUJUAN NEGARA SEBAGAI AMANAT KONSTITUSI
Preferensi publik berasal dari kata ‘preferensi’ dan
‘publik’. Preferensi memiliki arti sebagai pilihan nyata atau
kecenderungan pilihan terhadap alternatif-alternatif atau
kemungkinan tertentu yang didasarkan oleh berbagai faktor
seperti kesenangan, kepuasan diri maupun nilai guna dari
suatu hal. Sedangkan public berarti sekelompok orang yang
mempunyai perhatian pada sesuatu hal yang sama,
mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Sehingga
preferensi publik merupakan kecenderungan pilihan
masyarakat terhadap hal yang sama serta memiliki minat dan
kepentingan yang sama.
Tujuan Negara dalam pembukaan UUD NRI Tahun
1945 bila kalimatnya direduksi akan didapati poin-poin
penting, yaitu meliputi tujuan perlindungan, kesejahteraan,
pencerdasan dan ketertiban dan perdamaian.
Pemerintahan diartikan sebagai segala urusan yang
dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Dalam konsep Trias Politika, pembagian kekuasaan terdiri
dari 3 (tiga), yaitu: a) kekuasaan eksekutif, b) kekuasaan
legislative,dan c) kekuasaan yudikatif.
Negara Indonesia telah menentukan dasar politik luar
negerinya, yakni politik bebas aktif. Perdamaian didalam
negeri juga dapat terwujud apabila masayarakatnya memiliki
rasa saling menghargai dan saling menghormati perbedaan
yang ada.
Materi Pokok 3 : ASPIRASI PUBLIK DALAM PERSPEKTIF SILA-SILA
PANCASILA
Aspirasi merupakan keinginan, cita-cita, hasrat dan
tekad yang kuat dari seseorang dengan tujuan untuk
memperoleh, meraih atau mencapai sesuatu yang lebih baik,
yang lebih tinggi dan lebih bernilai.
Aspirasi public merupakan harapan, keinginan atau
kebutuhan masyarakat akan suatu hal baik berupa barang,
jasa, pelayanan dan sebagainya yang harus dipenuhi dalam
hal ini oleh pemerintah guna mencapai tujuan masayarakat
yakni mencapai kesejahteraan.
Sila-Sila Pancasila pada dasarnya merupakan satu kesatuan
nilai yang menjadi dasar bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kelima sila Pancasila digali dan dirumuskan dari berbagai nilai
yang hidup dan tumbuh di masyarakat. Setiap sila-sila Pancasila
mencerminkan kepribadian dan pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia.

Materi Pokok 4 : PENERAPAN KEPEMIMPINAN DAN NILAI-NILAI


DASAR BEL NEGARA DALAM KOMPETISI DAN
KONFLIK KEPENTINGAN.
Peran seorang pemimpin dalam penyelenggaraan
organisasi sangat dibutuhkan untuk mengarahkan institusinya
menuju visi yang hendak dicapai. Pemimpin adalah individu
yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau
organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi tersebut
mencapai tujuan-tujuannya.
Pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan adalah
seseorang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh dalam
mengendalikan serta mengatur orang lain. Keberhasilan
seorang pemimpin akan menjadi representasi dan keberhasilan
suatu organisasi, baik itu pencapaian maupun dalam
penyelenggaraanya. Seorang pemimpin harus memiliki
kepemimpinan dalam mengurus sebuah organisasi. Pemimpin
belum tentu berjiwa kepemimpinan, akan tetapi
kepemimpinan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin.
Bela negara tertuang dalam Pasal 27 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
Pembelaan Negara. Bela negara ini, tidak lain merupakan
upaya dalam menjaga ketahanan dan keamanan negara, baik
yang berasal dari internal maupun eksternal.
Ada 6 (enam) Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, yaitu: (1)
Cinta Tanah Air; (2) Sadar Berbangsa dan Bernegara; (3)
Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara; (4) Rela
Berkorban untuk Bangsa dan Negara; (5) Mempunyai
Kemampuan Awal Bela Negara; dan (6) Semangat Untuk
Mewujudkan Negara Yang Berdaulat, Adil dan Makmur.
Kehadiran pendidikan bela Negara diharapkan dapat
membangun kesadaran kolektif bangsa Indonesia yang kuat
dan kokoh.
Kompetisi persaingan dapat diartikan sebagai interaksi
antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan
hidup mereka. Hal ini dapat terjadi bila kompetisi diartikan
dalam konteks yang bernada negative. Konflik kepentingan
adalah suatu keadaan dimana seorang professional (atau
pejabat) yng mempunyai kewajiban primenr (primer interest).
Ada 3 dimensi utama konflik kepentingan yang
dipertimbangan, yaitu: (1) dimensi peran dan hubungan; (2)
dimensi aktivitas yng meningkatkan potensi konflik
kepentingan; dan (3) dimensi finansial dan non finansial.
Materi Pokok 5 : METAPLAN MANAJEMEN PERUBAHAN GUNA
MEMBANGUN INTEGRITAS PELAYANAN PUBLIC
BERBASIS KERANGKA BERPIKIR NILAI-NILAI
DASAR BELA NEGARA SEBAGAI WUJUD
KEPEMIMPINAN PANCASILA
Hambatan etika dan akuntabilitas dalam pelayanan
publik meliputi: (a) hambatan struktural; (b) hambatan
kultural; dan (c) hambatan etika dan akuntabilitas. Berbagai
hambatan tersebut tentunya akan mengganggu jalannya
pelayanan publik.
Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang
bangsa Indonesia untuk mengenal dan memahami diri dan
lingkungan sekitarnya guna membentuk kesatuan dan
persatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan falsafah dan
ideologi bangsa dan negara.
Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan
Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.
Etika kepemimpinan ASN bersumber dari wawasan
kebangsaan Indonesia yang membentuk nilai-nilai dan prinsip-
prinsip mengenai hal- ha yang benar dan hal-hal yang salah. ASN
yang ber-etika akan terjaga integritas-nya dalam kehidupan
sehari-hari, melakukan pelayanan publik.
Akan tetapi, ada hambatan-hambatan yang muncul dan
akan menguji etika dan integritas ASN, baik yang berasal dari
struktural, kultural, maupun yang berkaitan dengan kedekatan
primordialisme. Sudah tentu, Etika dan integritas ASN
perlu terus dijaga demi kesiapsiagaan menghadapi berbagai
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan.
Kewaspadaan nasional merupakan kesiapsiagaan yang
menyangkut kondisi psikologis warga negara untuk selalu
menyiapkan diri secara sadar menghadapi berbagai ancaman
dan tantangan. Wujud kewaspadaan Nasional merupakan
kesiapsiagaan suatu bangsa sebagai bentuk deteksi awal
terhadap berbagai potensi ancaman yang datang
membahayakan kehidupan bangsa dan negara.
Keterkaitan Mata Pelatihan : Ibaratnya sebuah rumah, agenda 1 merupakan pondasi atau
Dengan Agenda dasar didalam meletakkan nilai-nilai dasar bela Negara.
Penguatan pada agenda 1 akan membantu para peserta
pelatihan memahami dan memiliki nilai-nilai etika,
akuntabilitas dan integritas yang baik. Pemahaman secara baik
terhadap agenda 1 juga akan membuat agenda lainnya akan
mudah diimplementasikan, sehingga diharapkan peserta
mampu memberikan perubahan pada organisasinya kearah
yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai