Anda di halaman 1dari 7

RANAH KOGNITIF, PSIKOMOTORIK, DAN AFEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS MAKALAH


DI PERGURUAN TINGGI

Didin Widyartono
D-IV Promosi Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
didin@mail.com

Abstrak. Pembelajaran menulis makalah di perguruan tinggi


dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam
menuangkan gagasan dan sikap keilmuan melalui karya tulis
ilmiah. Kompetensi ini, mengacu taksonomi Bloom, memiliki
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah kognitif
dikembangkan oleh Anderson-Krathwohl, Gagne, Ausubel,
Merrill, Reigeluth, dan Biggs-Collis, ranah psikomotorik
dikembangkan oleh Dave, Simpson, Harrow, Bixler,
Romiszowski, dan Dyers, dan ranah afektif dikembangkan oleh
Krathwohl, Bloom, dan Masia. Ketiga ranah ini menjadi target
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran menulis
makalah. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan ranah-ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif
dalam pembelajaran menulis makalah. Hasilnya berupa
deskripsi (a) ranah kognitif: merumuskan aspek bahasa (ejaan,
kata, kalimat, paragraf), sistematika, teknik, dan format
penulisan makalah, (b) psikomotorik: terampil menulis bagian
awal, inti, dan akhir makalah, dan (c) afektif: memiliki sikap
jujur, menghargai orang lain, bertanggung jawab, taat aturan,
dan disiplin.

Kata Kunci: kognitif, psikomotorik, afektif, menulis, makalah

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat akademik perlu memiliki kompetensi


menulis makalah. Kompetensi ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk menuangkan
gagasan dan sikap keilmuan mahasiswa secara tertulis. Kajian pustaka, penelitian,
dan gagasan kreatif dapat dituangkan dalam makalah ilmiah.

Konsep domain pembelajaran dapat mengacu pada taksonomi Bloom, Vinson,


Gagne & Driscoll, Clark, dan Lickona. Taksonomi Bloom yang terdiri atas ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif (Anderson & Krathwohl, 2010). Taksonomi
Vinson (2015), mencakup ranah kognitif, psikomotorik, afektif, dan interpersonal.
Taksonomi Gagne & Driscoll (1988) meliputi ranah verbal information,
intellectual skills, cognitive strategy, attitude, dan motor skill. Taksonomi Clark
(2013) terdiri atas ranah kognitif, emosional, sosial, dan fisik. Terakhir, taksonomi
Lickona (1991) terkait pendidikan karakter yang mencakup moral knowing, moral
feeling, dan moral action (behaviour).

1
Mengacu pada taksonomi Bloom, kompetensi mahasiswa dalam menulis makalah
dapat ditinjau berdasarkan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Trikotomi ini
mengacu pada taksonomi Bloom (1958), yang selanjutnya menjadi banyak
menjadi acuan dalam pengembangan tiap ranah pembelajaran. Misalnya Gagne
(1985) yang menegemukakan taksonomi menjadi informasi verbal, keterampilan
intelektual, dan strategi kognitif.

Ranah kognitif menulis makalah merupakan aspek pengetahuan yang harus


dipahami oleh mahasiswa. Secara umum, ranah ini dikembangkan oleh Anderson-
Krathwohl (2001), Gagne, Ausubel, Merrill, Reigeluth (1999), dan Biggs-Collis
(1982). Pengembangan ranah ini menghasilkan taksonomi yang beragam. Hasil
pengembangan ranah ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran menulis
makalah.

Ranah psikomotorik menulis makalah merupakan aspek keterampilan yang harus


dikuasai oleh mahasiswa. Secara umum, ranah ini dikembangkan oleh Dave
(1975), Simpsons (1966), Harrows (1972), Dave-Simpson-Harrows (Bixler,
2011), Romiszowski (1999), dan Dyers (2011). Demikian pula, pengembangan
ranah ini menghasilkan taksonomi yang beragam. Hasil pengembangan ranah ini
dapat pula diterapkan dalam pembelajaran menulis makalah.

Ranah afektif menulis makalah merupakan aspek sikap yang harus dihayati,
dilaksanakan, dan dikembangkan oleh mahasiswa. Secara umum, ranah ini
dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Hasil pengembangan
ranah ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis makalah.

Dalam pembelajaran menulis makalah, ketiga ranah di atas dapat dijadikan target
pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran menulis makalah. Ketiga
ranah ini harus harus diperhatikan dengan seksama, dirumuskan dengan cermat,
dan ditetapkan dengan teguh sebagai tujuan pembelajaran untuk dicapai melauli
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan ranah kognitif,


psikomotorik, dan afektif dalam pembelajaran menulis makalah. Deskripsi ini
mencakup ranah kognitif dalam pembelajaran menulis makalah. Demikian pula,
ranah psikomotorik dan afektif.

Tiap ranah tersebut diuraikan berdasarkan berbagai taksonomi. Ranah kognitif


dikembangkan oleh Anderson-Krathwohl (2001), Gagne, Ausubel, Merrill,
Reigeluth (1999), dan Biggs-Collis (1982). Ranah psikomotorik dikembangkan
oleh Dave (1975), Simpsons (1966), Harrows (1972), Dave-Simpson-Harrow
(Bixler, 2011), Romiszowski (1999), dan Dyers (2011). Terakhir, ranah afektif
dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Berbagai taksonomi ini
dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis makalah, termasuk hanya upaya
adaptasi.

Kegiatan pembelajaran menulis makalah harus memiliki rumusan tujuan yang


ditetapkan. Rumusan tujuan ini harus mencakup ranah pembelajaran apa saja yang

2
menjadi target pembelajaran. Makin jelas rumusan, makin jelas pula arah
pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ranah Kognitif dalam Pembelajaran Menulis Makalah

Secara umum, ranah konitif dikembangkan oleh Anderson-Krathwohl (2001),


Gagne, Ausubel, Merrill, Reigeluth, dan Biggs-Collis (1982). Anderson &
Krathwohl (2001:100—102) mengembangkan ranah kognitif melalui taksonomi
yang dimulai dari mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat. Demikian pula, Anderson-Krathwohl (2001), Gagne
(1985), Ausubel (1968), Merrill (1983), Reigeluth (1983), dan Biggs-Collis
(1982) membuat berbagai taksonomi ranah kognitif yang berbeda-beda. Regeluth
(1999:54) menyajikan berbagai perbedaan taksonomi pada ranah kognitif ini.
Tampaknya, perbedaan ini berujung pada bagaimana cara memandang proses
mengolah informasi serta berpikir kritis.

Taksonomi ranah kognitif sangat beragam bergantung paradigma yang dipilih.


Anderson-Krathwohl (2001) membuat taksonomi ranah kognitif dari mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Gagne
(1985) membaginya dalam ranah informasi verbal, keterampilan intelektual, dan
strategi kognitif. Ausubel (1968) membuat taksonomi rote learning dan
meaningful learning. Anderson (1983) merumuskan taksonomi pengetahuan
dalam declarative knowledge dan procedural knowledge. Merril (1983) membuat
tingkatan taksonomi dari remember verbatim, remember paraphrased, use a
generally, dan find a generally. Reigeluth (1983) merumuskan taksonomi mulai
dari memorize information, understand relationship, apply skills, dan apply
generic skills. Terakhir. Biggs & Collis (1982) memulai taksonomi dari pre-
structural, uni-structural, multistructural, relational, dan extended abstract.

Ranah kognitif menulis makalah berkaitan dengan pengetahuan mahasiswa dalam


menulis makalah. Mahasiswa harus memahami konsep dasar makalah dan
komponen sistematika, teknik, format, dan cetak. Selain itu, mahasiswa harus
memahami aspek kebahasaan: ejaan, kata, kalimat, dan paragraf.

Berbagai taksonomi ranah kognitif tersebut perlu dikaji secara mendalam untuk
dipilih secara tepat. Dengan memilih taksonomi Anderson-Krathwohl (2001),
pengetahuan mahasiswa terkait konsep dasar makalah dan komponen sistematika,
teknik, format, dan cetak dapat ditaksonomikan dari mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Mahasiswa tidak cukup
mengetahui berbagai pengetahuan tersebut. Mahasiswa harus dapat memahami
dan menerapkannya dalam kegiatan menulis makalah. Lebih lanjut, mahasiswa
dapat menganalisis, mengevaluasi, bahkan membuat konsep dan komponen
sendiri jika diperlukan. Demikian pula, dalam hal aspek kebahasaan. Hanya saja,
mahasiswa tidak dapat membuat aturan kebahasaan sendiri karena penggunaan
bahasa bukan hanya individual, melainkan melibatkan masyarakat pengguna
bahasa.

Ranah kognitif dalam pembelajaran menulis makalah harus ditentukan sebagai


target pencapaian tujuan belajar. Dengan mengacu taksonomi tertentu, kegiatan

3
pembelajaran menulis makalah bukan hanya berhenti pada tataran mengetahui,
melainkan juga membuat. “Membuat” ini bukan dalam artian bukan membuat
makalah, melainkan mampu merumuskan konsep dasar dan komponen makalah.

Umumnya, kegiatan pembelajaran makalah hanya berhenti pada praktik menulis


makalah. Hal ini berarti pembelajaran menulis makalah hanya berada pada level
menerapkan pada taksonomi Anderson-Krathwohl (2001). Seharusnya, level ini
dapat ditingkatkan hingga lebel menganalisis, mengevaluasi, bahkan “membuat”.

Ranah Psikomotorik dalam Pembelajaran Menulis Makalah

Ranah taksonomi psikomotorik di antaranya dirumuskan oleh Dave (1975),


Simpson (1966), Harrows (1972), Bixler (2011), Romiszowski (1999), dan Dyers
(2011:23—25). Taksonomi Dave (1975) diawali immitation, manipulation,
precision, articulation, dan naturalisation. Simpson's (1966) membuat taksonomi
dari perception, set, guided responses, mechanism, complex overt response,
adaptation, dan origination. Harrows (1972) membuat taskonomi ranah
psikomotorik dari reflex movements, basic fundamental movement, physical
activities, skilled movements, dan nondiscursive communication. Tahun 2011,
Bexler mengombinasikan taksonomi Dave, Simpson's, dan Harrows dari level
observing, imitating, practicing, dan adapting. Sementara itu, Romiszowski
(1999) mengawali taksominya mulai dari acquiring knowledge, executing actions,
transfer, automatization, dan generalization. Terakhir, Dyers (2011) membuat
taksonomi, yang juga dirujuk Kurikulum 2013, dari observing, questioning,
experimenting, associating, dan communicating.

Ranah psikomotorik terkait dengan keterampilan mahasiswa. Keterampilan ini


mencakup penulisan bagian awal, inti, dan akhir. Mengacu pada pedoman
penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Malang (2010), bagain awal terdiri atas
sampul, ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel-gambar (jika ada), bagian inti
terdiri atas pendahuluan, bahasan, dan penutup, sedangkan bagian akhir terdiri
atas daftar rujukan dan lampiran.

Selain itu, Bixler (2011) membuat taksonomi dari hasil kombinasi taksonomi
Dave, Simpson's, dan Harrows yang dimulai dari level observing, imitating,
practicing, dan adapting. Mahasiswa melakukan praktik observasi contoh
makalah yang baik dan benar. Mahasiswa dapat menirukan hal-hal positif dari
makalah tersebut. Selanjutnya, mahasiswa melakukan praktik menulis makalah.
Terakhir, mahasiswa dapat mengadaptasikan hal-hal positif dari makalah contoh
ke dalam makalah yang akan ditulis.

Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis makalah, level


taksonomi ranah psikomotorik harus dilalui satu per satu. Hal ini bisa dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam kegiatan pembelajaran menulis
makalah.

4
Ranah Afektif dalam Pembelajaran Menulis Makalah

Ranah afektif dirumuskan oleh Kratwohl, Bloom, dan Masia (1964). Taksonomi
yang mereka hasilkan dimulai dari receiving, responding, valuing, organizing
(internalizing), dan terakhir characterizing (actualizing).

Ranah afektif dalam pembelajaran menulis makalah dapat diwujudkan melalui


upaya menumbuhkembangkan sikap jujur, adil, berani, siap menerima risiko,
bertanggung jawab, taat aturan, disiplin, dan kerja keras. Sikap jujur dan adil
dalam mengolah informasi dapat ditumbuhkan pada saat menulis kutipan. Sikap
berani dalam menuliskan gagasan dan sikap ilmiah dapat dihadirkan dalam
makalah yang ditulis. Mahasiswa harus siap menerima risiko terhadap semua
gagasan dan sikap ilmiah yang dipilih. Mahasiswa harus bersiap-siap untuk
mempertanggungjawabkan gagasan dan sikap ilmiah melalui berbagai forum
ilmiah. Selain itu, mahasiswa harus bertanggung jawab untuk menuliskan semua
referensi yang telah dirujuk dalam daftar rujukan. Mahasiswa harus taat pada
aturan penulisan yang berlaku, baik gaya penulisan APA (2012, 2013), ASA
(2010), MLA (2009), hingga gaya selingkung di perguruan tinggi lokal.
Mahasiswa harus disiplin dalam menerapkan berbagai gaya penulisan saat
menulis makalah. Mahasiswa harus memiliki sikap kerja keras dalam menulis
makalah yang baik dan benar.Untuk menumbuhkembangkan sikap ini dapat
diintegrasikan dengan ranah kognitif dan psikomotorik dalam kegiatan
pembelajaran menulis makalah.

Mengacu pada taksonomi ranah afektif dari Kratwohl, Bloom, dan Masia (1964),
kegiatan pembelajaran menulis makalah harus dapat menumbuhkembangkan dari
level menerima berbagai sikap positif dalam menulis makalah, memberikan
respons positif, memberikan nilai, menghayati, hingga dapat mengaktulisasikan
berbagai sikap tersebut.

Melalui pemahaman dan perumusan ranah afektif sebagai tujuan pembelajaran,


kegiatan pembelajaran menulis makalah dapat ditetapkan. Hal ini membuat tujuan
pembelajaran menjadi jelas pada berbagai ranah dengan beragam taksonomi yang
berbeda. Kompetensi menulis makalah mahasiswa makin jelas karena sasaran
pembelajaran mampu terumuskan dengan baik.

Simpulan

Kegiatan pembelajaran menulis makalah dilakukan untuk mencapai tujuan.


Tujuan pembelajaran dapat dirumuskan dengan capaian di tiap ranah
pembelajaran yang jelas sebagai rincian kompetensi mahasiswa yang diharapkan
dalam menulis makalah.

Kompetensi mahasiswa terdiri atas ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif


dengan acuan taksonomi Bloom. Pertama, ranah kognitif dikembangkan oleh
Anderson-Krathwohl, Gagne, Ausubel, Merrill, Reigeluth, dan Biggs-Collis.
Dengan acuan taksonomi Anderson-Krathwohl, kegiatan menulis makalah tidak
cukup berhenti pada level taksonomi menerapkan. Hal ini dapat dilanjutkan pada
level yang lebih tinggi lagi sesuai kebutuhan. Konsep makalah dan komponennya

5
tidak hanya diketahui, dipahami, dan diterapkan. Seharusnya, kegiatan
pembelajaran dapat ditingkatkan di level menganalisis, mengevaluasi, bahkan
membuat (kreasi). Dengan level yang lebih tinggi, kompetensi mahasiswa pada
ranah kognitif diharapkan dapat meningkat.

Kedua, ranah psikomotorik dikembangkan oleh Dave, Simpson, Harrow, Bixler,


Romiszowski, dan Dyers. Ranah psikomotorik dapat mengacu pada taksonomi
yang dikombinasikan Bixler dari taksonomi Simpsons, Dave, dan Harrows.
Mahasiswa melakukan praktik observasi contoh makalah yang baik dan benar,
dilanjutkan dengan menirukan hal-hal positif dari makalah tersebut melalui
praktik menulis makalah, lalu mengadaptasikan hal-hal positif dari makalah
contoh ke dalam makalah baru yang akan ditulis.

Ketiga, ranah afektif dirumuskan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia. Ranah ini
terdiri atas level menerima berbagai sikap positif dalam menulis makalah,
memberikan respons positif, memberikan nilai, menghayati, hingga dapat
mengaktulisasikan berbagai sikap tersebut. Ranah afektif dalam pembelajaran
menulis makalah dapat diwujudkan melalui upaya menumbuhkembangkan sikap
jujur, adil, berani, siap menerima risiko, bertanggung jawab, taat aturan, disiplin,
dan kerja keras. Berbagai sikap ini tentu bukan hanya terbatas pada respons
positif, melainkan harus berada pada tataran level aktualisasi sikap dalam menulis
makalah.

Melalui pemahaman dan perumusan ranah afektif sebagai tujuan pembelajaran,


kegiatan pembelajaran menulis makalah dapat ditetapkan. Hal ini membuat tujuan
pembelajaran menjadi jelas pada berbagai ranah dengan beragam taksonomi yang
berbeda. Kompetensi menulis makalah mahasiswa makin jelas karena sasaran
pembelajaran dapat dirumuskan dengan baik.

Daftar Pustaka
American Psychological Association. (2012). APA style guide to electronic
references. Washington: American Psychological Association.
American Psychological Association. (2013). Publication manual of the
American Psychological Association. –6th ed. Washington: American
Psychological Association
American Sociological Association. (2010). American sociological association
style guide, 4th ed. Washington: American Sociological Association.
Anderson, L.W, & Krathwohl, D. R. (2001). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Biggs, J.B. and Collis, K. (1982). Evaluating the quality of learning: the SOLO
taxonomy. New York, Academic Press.
Bixler, B. 2011. The abcds of writing instructional objective. Retrieved from
http:// personal.psu.edu/bxb11/Objectives/ActionVerbsforObjectives.pdf).
Bloom, B.S. 1958. Bloom's taxonomy of educational objectives. Retrieved from
http://teaching.uncc.edu/learning-resources/articles-books/best-practice/
goals-objectives/ blooms-educational-objectives.

6
Dave, R.H. (1975). Bloom’s taxonomy. Retrieved from http://www.learningand
teaching.info/learning/referenc.htm#DAVE%20R%20H
%20%281975%29#ixzz3DQNqV0w6
Dyers, J.H., Gregersen, H. & Christensen, C.M. (2011). Innovators dna.
Massachusetts: Harvard Business Review Press.
Gagné, R. M. & Driscoll, M. P. (1988). Essentials of learning for instruction.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Harrow, A.J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain. New York: David
McKay Co.
Kratwohl, D.R., Bloom, B.S. & Masia, B.B. (1964). Taxonomy of educational
objectives, the classification of educational goals– Handbook II: Affective
Domain New York: McKay Co.
Modern Languange Association. (2009). MLA handbook for writers of research
papers.—7th ed. New York: The Modern Languange Association.
Regeluth, C.M. 1999. Instructional-design theories and models: a new paradigm
of instructional theory. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Romiszowski, A. (1999). The development of physical skills: instruction in the
psychomotor domain, Chapter 19, Instructional Design Theories and
Models: A New Paradigm of Instructional Theory, Volume II, C. M.
Reigeluth, Mahwah, NJ, Lawrence Erlbaum Associates.
Simpson, B.J. (1966). The classification of educational objectives: psychomotor
domain. Retrieved from http://www.dynamicflight.com/avcfibook/learning_
process/.
Vinson, C. (2014). Learning domains and delivery of instruction. Retrieved from
http://pixel.fhda.edu/id/learning_domain.html.

Anda mungkin juga menyukai