Anda di halaman 1dari 42

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI TINGKAT SEKOLAH

MENENGAN PERTAMA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dr. H. Yaya Sunarya, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1:


Rifa Nur Afifah 1192060081 Roseu Ratnasari 1192060086

Rina Susilawati 1192060082 Sahrul Sugiana 1192060087

Rizka Kurniawan 1192060083 Satrio Akbar Utama 1192060088

Rizka Nurwati Yanuar 1192060084 Sela Fahrunnisa 1192060089

Rofiatul Azizah 1192060085 Selly 1192060090

Semester III Kelas C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Bissmilahirahmanirahim

Asslamualaik wr.wb

Puji dan syukur penulis haturkan kepada sang Khaliq yakni Allah Swt. yang telah
pemberi segala kemudahan dan kelancaran pada hamba-hambanNya. Berkat rahmat dan
hidayahnya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan masalah mengenai “Manajemen
Pendidikan Islam di Tingkat Sekolah Menengan Pertama” dalam waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa shalawat berbingkaikan salam semoga dapat sampaikan kepada suri tauladan kita
Rasulullah Saw, kepada keluarganya, kepada tabiin tabiatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan sehingga
belum dapat dikatakan sebagai makalah yang sempurna. Maka, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kami sebagai penulis, agar dikemudian
makalah penulis dapat memperbaiki kekurangan dan menyempurnaakan hal tersebut.

Penullis juga banyak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat,
terutama kepada Bapak Dr.H. Yaya Sunarya, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam
proses penulisan makalah ini, kepadanya disampaikan terimakasih. Dengan adanya makalah
ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin Yarobbal Allamin

Bandung, 12 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. iii
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... iii
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... iii
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................. iv
D. MANFAAT PENULISAN ......................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 1
A. TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI TINGKAT SEKOLAH MENEGAH
PERTAMA ......................................................................................................................................... 1
1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam ............................................................................... 1
2. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam ........................................................................ 2
3. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam ..................................................................................... 3
4. Tujuan Manajemen pendidikan islam ..................................................................................... 3
5. Menajemen Pendidikan islam SMP ........................................................................................ 4
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAN ...................................................... 4
1. Dasar-dasar Manajemen Pendidikan Islam ............................................................................. 4
2. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an ....................................... 6
C. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM ............................................. 9
1. Prinsip-prinsip pembelajaran .................................................................................................. 9
D. PERENCANAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TINGKAT
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ............................................................................................ 13
1. Langkah-Langkah Perencanaan ............................................................................................ 15
E. PENDEKATAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI TINGKAT SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA................................................................................................................ 18
F. IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
TINGKAT MENENGAH PERTAMA ............................................................................................. 20
1. Implementasi Manajemen Pembelajarann Pendidikan Agama Islam di SMP ...................... 21
G. MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TINGKAT SMP ............................................................................................................................... 24
1. Pengertian Model Manajemen Pembelajaran Pedidikan Agama Islam (PAI) ...................... 24
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 33
A. SIMPULAN .............................................................................................................................. 33
B. SARAN ..................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai suatu proses atau upaya membimbing peserta didik oleh pendidik
dengan memberikan bimbingan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan peserta
didik yang cerdas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengembangkan
kemampuan peserta didik. Pendidikan menjadi suatu hal yang penting dalam majunya suatu
Negara, sehingga setiap warga Negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Perkembangan pendidikan saat ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang ada
seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berkembangya suatu pendidikan membuat banyak perubahan dalam dunia pendidikan
itu sendiri. Pendidikan harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.
Dalam pendidikan yang dipengaruhi perkembangan zaman ini, perlu adanya management
pendidikan terkhusus pada management pendidikan islam. Manajemen pendidikan islam
yang menjadi suatu proses dalam pengelolaan lembaga pendidikan islam secara islami,
yang memiliki tujuan agar tercapainya suatu pendidikan yang efektif dan efisien. Dengan
demikian diperlukan perhatian khusus dalam manajemen pendidikan islam terkhusus pada
jenjang sekolah menengah pertama (SMP) sebagai masa transisi dari jenjang sekolah dasar
(SD) menuju jenjang sekolah menengah atas (SMA).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori management pendidikan islam pada jenjang sekolah menengah pertama
(SMP)?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar management pendidikan islam pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP)?
3. Apa saja prinsip pembelajaran dan standar isi mata pelajaran pendidikan agama islam
pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP)?
4. Apa saja perencanaan management program pendidikan islam pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP)?
5. Apa saja pendekatan management pendidikan islam pada jenjang sekolah menengah
pertama (SMP)?
6. Bagaimana implementasi pelaksanaan management pendidikan islam pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP)

iii
7. Apa saja model pembelajaran management pendidikan islam pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP)?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui teori management pendidikan islam pada jenjang sekolah menengah
pertama (SMP)
2. Untuk mengetahui konsep dasar management pendidikan islam pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP)
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran dan standar isi mata pelajaran pendidikan
agama islam pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP)
4. Untuk mengetahui perencanaan management program pendidikan islam pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP)
5. Untuk mengetahui pendekatan management pendidikan islam pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP)
6. Untuk mengetahui implementasi pelaksanaan management pendidikan islam pada
jenjang sekolah menengah pertama (SMP)
7. Untuk mengetahui model pembelajaran management pendidikan islam pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP)

D. MANFAAT PENULISAN
1. Sebagai bahan atau sumber wawasan atau ilmu pengetahuan baru bagi pembaca
2. Sebagai bahan referensi bagi semua pihak
3. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran pada bidang pendidkan khusus nya dalam
management pendidkan islam pada jenjang SMP

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI TINGKAT SEKOLAH
MENEGAH PERTAMA
1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam

Kata “manajemen” berasal dari bahasa latin yaitu manum yang berarti tangga
dan agree yang berarti melakukan. Jika disatukan menjadi kata kerja yaitu manager
yang berarti menangani. Secara etimologi manajemen berasal dari data to manage yang
berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola
menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin.
Manajemen pendidikan dapat diartikan sebuah konsep managemen yang
diterapkan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri kahs tertentu sesuai
dengan apa yang ada dalam pendidikan. Manajemen pendidikan islam suatu proses
penataan atau pengelolaan Lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya
manusia muslim dan menggerakanya untukmencapai tujuan pendidikan islam secara
efektif dan efisien.
Muhaimin menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah manajemen yang
diterapkan dalam pengembangan pendidikan1. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam
secara efektif dan efisien. Menajemen pendidikan islam lebih mengarah pada
manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan islam.
Manajemen pendidikan islam mengandung berbagai prinsip umum yang
pleksibel sehingga ia bisa sejalan dengan kemajuan dan perkembangan yang lebih baik.
Sehingga manajemen pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut: “manajemen
pendidikan islam adalah suatu proses pengelolaan Lembaga pendidikan islam yang
melibatkan sumber daya manusia muslim dalam menggerakannya untuk mencapai
tujuan pendidikan islam yang efisien dan efektik”.
Manajemen yang tidak efektif yaitu manajemen yang tidak berhasil memenuhi
tujuan karena adanya mis-manajemen. Manajemen yang “efektif tetepai tidak efisien”,
yaitu manajemen yang berhasil mencapai tujuannya tetapi melalui penghamburang atau

1
Muhaimin, Suti’ah dan sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyususnan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2010), 4

1
pemborosan (tenaga, waktu, dan biaya). Sedangkan manajemen yang efisien adalah
manajemen yang mencapai sasaran dengan sempurna, cepat, tepat dan selamat2.
Manajemen pendidikan diartikan sebagai proses pengadaan dan pendayagnaan
komponen komponen-komponen yang secara langsung maupun tidak langsung
menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi
perencaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan3.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan Islam

Dalam pendidikan islam terdapat prinsip-prinsip manajemen. Pendidikan


managemen inilah yang menjadikan perbedaan dalam manajemen pendidikan islam.
Prinsip manajemen pendidikan islam yaitu: adil, jujur, amanah/tanggung jawab, ikhlas,
dinamis, praktis dan fleksibel.4

a. Adil

Prinsip yang dilaksanakan pertama oleh administrasi pendidikan islam yaitu


keadilan. Keadilan menjadikan salah satu ciri utama, tidak ia kerjakan itu karena
ingin berhasil dalam pekerjaannya dan hubungan-hubungannya dengan orang lain,
tetapi sebab dorongan aqidah agamanya dan hati nuraninya dan karena menuntut
keberadaan tuhannya.
Menurut abbudin nata, dalam literatur islam, keadilan dapat di artikan isyilah
yang di gunakan untuk menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah
atas dua perkara5.
Sesuai dengan Al-Qur’an menjelasakan dalam QS. Ar-Arahman [55]: 7-9 yang
artinya: “Dan allah telah meninggikan langit langit dan dia meletakan nears
(keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”.

b. Ikhlas

Ikhlas berarti berniat di dalam hati yang semata mata hanya karena allah dan
hanya untuk mengharapkan ridho allah atas apa yang di kerjakannya.

2 Hamzah Ya’qub, Manajemen Kepemimpinan (Bandung: Diponegoro, 1948)


3 B Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010) h. 144
4 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 262
5 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003), 144

2
Al-Junaidi menyatakan bahwa, “ikhlas merupakan rahasia antara allah dan
hambanya yang tidak di ketahui kecuali malaikat, sehingga menulisnya, tidak di
ketahui bahwa nafsu sehingga di mencondonkan6.

c. Amanah/Tanggung Jawab

Manajemen islam memandang bahwa tugas merupakan amanah dan tanggung


jawab pribadi yang harus di tunaikan sebagaimana mestinya.

d. Jujur

Jujur merupakan dasar fundamental dalam pembinaan umat dan dan


kebahagiaan masyarakat. Dalam pendidika managemen islam harus menerapkan
sifat kejujuran sehingga dalam ucapanya sesuai kenyataan7.
Dauglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai beriku:
- Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan golongan
- Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
- Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan
sifat sifat dan kemampuan
- Mengenal secara baik faktor-faktor psikologi manusia
- Relatifitas nilai-niali8

3. Fungsi Manajemen Pendidikan Islam

a. Untuk merancang pola pembagian kerja


b. Menetapkan wewenang dan tanggung jawab
c. Meningkatkan kedisiplinan pegawai
d. Perencanaan
e. Sistem pengorganisasian
f. Pola pengarahan
g. Pengepaluasian

4. Tujuan Manajemen pendidikan islam

a. Meningkatkan mutu pendidikan


b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah

6
Ibn Qayyim al-jauzuyah, Madarijus Salikin Pendidikan Menuju Allah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998),7
7
Ibid
8
Nugraha Suharto, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), h 91

3
c. Meningkatkan tanggung jawab
d. Menyeimbangkan struktur kewenangan sekolah

5. Menajemen Pendidikan islam SMP

a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaruan sistem pendidikan islam


b. Upaya penyempurnaan terhadap pendidikan islam pada tingkat SMP yang lebih
memungkinkan lulusan yang berkualitas sama seperti lulusan madrasah
c. Peningkatan mutu pada pendidikan islam
- Sekolah memiliki visi, strategi, misi dan target yang ingin di capai
- Menjadikan siswa yang memiliki akhlakul karimah
d. Merancang kurikulum pendidikan islam berbasis karakter
Kurikulum yang berbasis karakter sebagai input pendidikan yang di
berlakukan bagi peserta didik harus mampu meng cover masa yang berkaitan
dengan kehidupan peserta didik itu sendiri, baik yang berkitannya dengan posisi
sebagai makhluk hidup individu maupun sosial.

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAN

Pedoman sebagai pentunjuk jelas dalam pelaksanaan manejemen pendidikan Islam


seharusnya di terapkan dengan baik. agar dapat mengimplementasikan manajemen pendidikan
Islam dalam sebuah lembaga pendidikan dengan sungguh dan faktual. Karena implementasi
manajemen pendidikan Islam ini memiliki sebuah tujuan yang nyata. Tujuan dalam penerapan
manajemen pendidikan Islam ini adalah agar dapat berjalan sebuah usaha pendidikan Islam
yang terencana secara terstruktur dan dapat di evaluasi secara benar, akurat dan lengkap
sehingga mencapai tujuan secara produktif, efektif dan efisien.9

1. Dasar-dasar Manajemen Pendidikan Islam

Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al- Qur’an,
As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia10.
a. Al-Qur’an
Banyak Ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi dasar tentang
manajemenpendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan

9
Tim Dosen Administrasi UPI, h. 88-89
10
Al-wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan AgamaVol: 12 No: 2 136

4
penelaahan secara mendalam. Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar
manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ مِ نُ ْونَ ِليَ ْنف ُِر ْوا ك َۤافَّ ًۗة فَلَ ْو ََل نَف ََر مِ ْن ُك ِل ف ِْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫ط ۤا ِٕىفَةٌ ِليَتَفَقَّ ُه ْوا فِى‬
‫الدي ِْن َو ِليُ ْنذ ُِر ْوا قَ ْو َم ُه ْم اِذَا‬
‫َر َجعُ ْْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَ ْحذَ ُرو‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang


pentingnya manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi
manajemen sumber daya manusia.

b. As-Sunnah

Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap
pendidikan dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran.
Rasulullah SAW bersabda:

‫علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٌم‬ َ ‫طلَبُ ْالع ِْل ِم فَ ِر ْي‬


َ ‫ضة‬ َ

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”. (Riwayat Ibnu Majah,
Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik). Berdasarkan pada
hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan.

c. Perundang-Undangan yang Berlaku di Indonesia

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan


dalam Pasal 30 ayat 1 bahwa: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundangundangan”. Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa
“Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama”

5
2. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an

Konsep dasar manajemen pendidikan Islam perspektif Al-Qur’an adalah konsep


manajemen yang berorientasi pada fleksibel, efektif-efisien, terbuka, serta kooperatif dan
partisipatif;11

1) Fleksibel

Manajemen dikatakan fleksibel apabila manajemen itu dapat menyesuaikan diri


dengan berbagai situasi dan kondisi. Manajemen ini tidak kaku dapat berlangsung dalam
situasi dan kondisi yang berbeda. Agar manajemen dapat fleksibel, maka harus didukung
dengan nilai-nilai yang baik yaitu dedikasi, keahlian, dan otoritas. Dedikasi menunjukkan
pengabdian mereka kepada organisasi, keahlian yang diperoleh melalui pendidikan
merupakan bekal dalam bekerja sedangkan otoritas memudahkan mereka dalam bertindak.

2) Efektif dan Efisien

Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan semula. Dengan kata lain pekerjaan sudah mampu
merealisasikan tujuan organisasi yang dikerjakan.Efektifitas yang digunakan adalah
efektifitas manajer bukan efektifitas pribadi. Efektifitas bisa terwujud bila manajer mampu
melaksanakan perannya untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat. Suatu manajemen
pendidikan dikatakan efektif jika mempunyai ciri sebagai berikut:

a. Tujuan yang jelas, dalam arti membuat sesuatu sesuai dengan tujuan pendidikan.

b. Mengkreasikan alternatif-alternatif.

c. Mengoptimalkan sumber-sumber pendidikan.

d. Memperoleh hasil pendidikan.

e. Meningkatkan keuntungan pendidikan.

Suatu pekerjaan dikatakan efisien apabila biaya produksi sedikit yang dikeluarkan
dan mendapat hasil semaksimal mungkin. Manajemen yang efisien mempunyai ciri:

11
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2009. h.12

6
a. Mengerjakan yang benar. Dengan kata lain menjalankan sesuatu sesuai dengan tujuan
pendidikan.

b. Menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

c. Mengamankan sumber-sumber pendidikan.

d. Mengikuti tugas-tugas pendidikan.

e. Merendahkan biaya pendidikan.12

Kedua kata efektif dan efesien selalu bergandengan dalam manajemen kerena
manajemen yang efektif saja sangat mungkin terjadi pemborosan. Sedangkan manajemen
yang efesien saja bisa berakibat tidak tercapainya tujuan atau rencana yang telah
ditetapkan. Ayat al-Qur’anyang dapat dijadikan acuan keduanya adalah Q.S al-Kahfi ayat
103-104

‫س ِرينَ أ َ ْع َمل‬
َ ‫قُ ْل ه َْل نُن َِبئ ُ ُكم ِب ْٱْل َ ْخ‬

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang


paling merugi perbuatannya?"

‫ص ْنعا‬ َ ‫س ْعيُ ُه ْم فِى ْٱل َحيَوةِ ٱلدُّ ْنيَا َوهُ ْم يَ ْح‬


ُ َ‫سبُونَ أَنَّ ُه ْم يُ ْح ِسنُون‬ َ َ‫ٱلَّذِين‬
َ ‫ض َّل‬

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya

3) Terbuka

Terbuka yang dimaksud disini adalah manajemen yang dikembangkan dalam rangka
penanaman nilai-nilai danpemahaman Islam yang modern, terbuka, toleran serta saling
menghargai akan perbedaan yang ada. Selain itu manajemen lebih menghargai hak-hak
individu, termasuk kebebasan berpikir, berpendapat dan bebas dari ketakutan. Pendidikan
Islam dituntut agar lebih responsif terhadap perubahan yang terjadi. Konsep manajemen
terbuka dalam perspektif al-Qur’an, dapat dilihat dalam Al-Quran(surat al-Baqarah : 30 dan
31), yang dapat disimpulkan menjadi empat yakni;

12
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,h. 23.

7
a) Allah sebagai Penguasa tertinggi memiliki sebuah pandangan/ide ke depan (penciptaan
manusia).
b) Allah sebagai Pemimpin menawarkan kepada malaikat untuk memberikan pendapatnya
tentang rencana penciptaan manusia (konfirmasi tuk memperoleh solusi terbaik, dalam
ranah manusia hal ini diperlukan karena sudut pandang manusia sangatlah terbatas,
sehingga diperlukan sudut pandang orang lain).
c) Allah membuka wacana dan memberi contoh tentang dialog dan argument yang
diberikan dengan para malaikat (perhatikan alasan malaikat tentang ketidak setujuannya
atas penciptaan manusia kemudian perhatikan argumen yang diberikan oleh Allah SWT
untuk menyanggah pendapat para malaikat).
d) Solusi terbaik diperoleh dengan pemahaman semua pihak atas nilai filosofis atas sebuah
keputusan pandangan yang diambil akan dilaksanakan.

Terbuka disini juga diartikan bahwa dalam memberikan informasi dengan benar serta
memiliki sifat mau memberi dan menerima saran pendapat orang lain, terbuka kesempatan
kepada semua pihak, terutama staf untuk mengembangkan diri sesuai dengan
kemampuannya baik dalam jabatan maupun bidang lainnya.

4) Kooperatif dan Partisipasif

Dalam rangka melaksanakan tugasnya manajer pendidikan Islam harus kooperatif dan
partisipasif. Hal ini disebabkan ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa manajemen
pendidikan Islam harus bersifat kooperatif dan partisipasif, karena dalam kehidupan tidak dapat
melepaskan dari dari berapa keterbatasan yang meliputi:

a) Limitasi fisik (alam) misalkan untuk memenuhi kebutuhan makanan ia harus menanamkan
dan ini sering dilakukan individu atau berkelompok.

b) Limitasi psikologi. Manusia secara psikologi (ilmu jiwa) manusia akan menghargai dan
menghormati.

c) Limitasi biologis. Manusia secara biologis termasuk makhluk makhluk yang lemah sehingga
untuk memperkuat dan mempertahankan dirinya manusia harus bekerjasama, saling
member dan menerima bersatu dan mengadakan ikatan dengan manusia lain.

d) Limitasi sosiologis. Manusia tidak akan dapat hidup tanpa orang lain.6 Ayat al-Qur’an yang
berkaitan dengan kooperatif dan partisipasif ini antara lain QS. al-Maidah ayat 2.

8
C. PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Prinsip-prinsip pembelajaran

Sebagai seseorang pendidik yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada para
peserta didik baik di ruang lingkup sekolah maupun diluar lingkup sekolah yang dapat
menghasilkan sebuah pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam memajukan sebuah
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah prinsip, agar proses
pembelajaran memiliki tujuan yang jelas dan interaksi antara pendidik dan peserta didik
berjalan dengan efektif. Pendidik sangat berperan aktif dalam melancarkan sebuah
pembelajaran didalam kelas berperan meningkatkan kualitas pembelajaran yang mengatur
pendekatan metode emosional maupun strategi media pembelajaran yang digunakan. Dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada bab XI
pasal 39 ayat 2 yang berbunyi :

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada jenjang pendidikan tinggi.13 Maka, sangat jelas bahwa Tugas tanggung jawab
pendidik meliputi berbagai bimbingan dan pelatihan yang bertujuan untuk mencerdaskan
bangsa. Peserta didik sebagai objek sekaligus subjek pembelajaran yang dalam masa
perkembangan memerlukan perhatian dan motivasi dari peserta didik agar semua potensi yang
dimiliki peserta didik dapat dimanfaatkan secara tepat dan baik. bagi pendidik sangatlah urgen
mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran sebagai sebuah wadah untuk membimbing aktivitas
pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran agar lebih efektif,
namun hal tersebut bukanlah satu-satunya jalan yang menentukan sebuah prosedur
pembelajaran, hanya sebagai pedoman pendidik dalam melakukan aktifitas pembelajaran.

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen ditegaskan
ada 4 macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik diantaranya: “Kompetensi
pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional”14
keempat kompetensi tersebut apabila diterapkan oleh para pendidik akan menghasilkan
pengaruh yang positif dalm sebuah proses pembelajaran sehingga dapat efektif. Kemampuan

13
Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 27
14
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Edisi IV, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2000), h.
160

9
seorang pendidik dalam memahami prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah satu yang
harus diaplikasikan dalam proses belajar, guna mencapai hasil yang maksimal.

Berbagai teori prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukaka oleh para ahli memiliki
persamaan dan perbedaan, dari teori tersebut beberapa ada yang bersifat umum yang dapat
digunakan sebagai dasar proses pembelajaran baik bagi seorang pendidik meupun peserta didik
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajara. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:

1) Perhatian dan Motivasi


Perhatian mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan proses
pembelajaran, tanpa adanya perhatian maka pembelajaran akan sia-sia. Bahkan dalam
teori belajar mengungkapkan tanpa adanya perhatian maka tak mungkin terjadi sebuah
pembelajaran.15 maka perhatian menjadi sebuah kebutuhan dalam menjalankan proses
pembelajaran sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajari sebuah pata pelajaran
dan terus termotivasi untuk mempelajari secara serius.
Selain dari itu, Motivasi juga mempunyai peranan yang sangat penting.
Motivasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dengan Motivasi diharapkan
pendidik dapat mendorong para peserta didik agar mengembangkan minat terhadap
suatu bidang studi tertentu menarik perhatian dan cenderung akan timbul motivasi
untuk mempelajari bidang tersebut secara khusus.
2) Keaktifan
Keaktifan dapat diartikan sebuah tindakan dan perilaku peserta didik yang
kompleks. Dimiyati dan Mudjiono mengatakan bahwa “belajar hanya dialami oleh
peserta didik sendiri, peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi proses
belajar.”16 dalam proses pembelajaran perlunya keaktifan dari para peserta didik guna
mencapai susasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga terdorong agar peserta
didik mau mengikuti proses pembelajaran sampai selesai.
3) Keterlibatan langsung/Berpengalaman
Peserta didik mempunyai kemungkinan potensi yang berkembang kea rah
tujuan yang lebih baik dan optimal. Menurut Edgar Dale dalam bukunya Oemar

15
Gage dan Berliner, Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC Nally Collage Publishing Company, 1984),
h. 335
16
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.44

10
Hamalik mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
pengalamman langsung.17 Dalam mengungkapkan adanya klarisifikasi pengalaman
menurut Tingkatannya diantaranya dapat dilihat dari hal berikut:

konkrit

Abstrak

4) Pengulangan
Pengulangan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran dimana suatu
tindakan dan letihan yang terus diulang-ulang yang bertujuan untuk memantapkan hasil
belajar. Salah satu teori pembelajaran yang perlunya pengulangan adalah teori
Thorndike yang mengungkapkan tiga prinsip dalam belajar diantaranya:
a. Law of readiness, yaitu dengan belajar para peserta didik akan berhasil memiliki
kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.
b. Law of exercise, yaitu peserta didik akan berhasil apabila banyak latihan dan
pengulangan dalam jangka waktu yang cukup lama.
c. Law of effect, yaitu belajar akan lebih semangat bila mengetahui dan
memperoleh hasil yang baik
Dalam Qur’an surat Al-isro ayat 41 mengungkapkan bahwa perlunya pengulangan agar
setiap manusia selalu mengingat apa yang telah dilaksanakan.

17
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Edisi I, (Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.
90
11
5) Tantangan
Apabila pendidik menginginkan peserta didik yang berkembang dan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran, maka pendidim perlu memberikan sebuah tantangan
baik dalam hal bahan ajar, dalam situasi belajar yang menghadapi hambatan dalam
mempelajari bahan ajar secara tidak langsung timbulah motif untuk mengatasi semua
hambatan itu dengan belajar dengan sunggguh-sungguh. Jika hambatan tersebut telah
diatasi artinya tujuan belajar telah tercapai dan para peserta didik akan mendapatkan
medan dan tujuan yang baru.
6) Perbedaan Individual
Perbedaan individual ini sangat berpengaruh pada caradan hasil belajar para
peserta didik, oleh karena itu perbedaan individu ini harus diperhatikan oleh peserta
didik dalam aktivitas pembelajaran dengan memperhatikan tipe-tipe belajar dari setiap
individu. Yang diklasifikasikan menjadi 4 macam diantaranya:
a. Tipe auditif, yaitu para peserta didik yang mudah menerima pembelajaran
melalui pendengaran
b. Tipe Visual, yaitu para peserta didik yang mudan menerima pembelajaran
dengan penglihatan
c. Tipe motoric, yaitu para peserta didik yang mudah menerima pembelajaran
melalui gerakan
d. Tipe Campuran, yaitu peserta didik yang mudah menerima pembelajaran
dengan pendengaran maupun penglihatan.
Dengan mengetahui perbedaan individu ini, maka akan memudahkan peserta
didik dalam menentukan media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.

2. Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah


Pertama

Menurut Analisis terhadap isi materi pendidikan agama islam dalam kurikulum 2006
(KTSP) kelas VII memasuki Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang merupakan
pengurangan metode pembelajaran pada standar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas VII pada jenjang SMP pada kurikulum 2004 (KBK) yang memiliki kekurangan maka
dikeluarkan permen diknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, oleh karena itu lahir KTSP,
dengan pertimbangan:

12
1) Kesulitan dalam memahami substansi atau materi
2) Kesulitan untk membedakan materi yang bertuangkan KTSP dan KBK
3) Ketidaksesuaiain materi
4) Bergantinya kurikulum menyebabkan kebingungan pagi para pendidik maupun para
peserta didik

Dengan demikian, tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetisi


sesuai jenjang sekolah secara nasional, ditandai dengan Standar sebagai berikut:

1) Lebih menitik beratkan pada pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan
materi peserta didik
2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia
di kalangan masyarakat
3) Memberikan kebebasan yang luas kepada pendidik untuk mengembangkan lebih lanjut
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya Manusia yang diampu dalam pendidikan
sebagai kompetensi dasar.

Dengan demikian standar Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menghasilkan


manusia yang berupaya menyempurnakan iman, takwa, akhlak serta aktif dalam membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan manusia.

D. PERENCANAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI


TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.MenurutAnderson, perencanaan adalah pandangan masa
depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.
Walaupun semua fungsi manajemen saling terkait namun setiap pelaksanaan kegiatan
organisasi harus dimulai dari perencanaan. Dijelaskan Davis bahwa perencanaan pengajaran
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan pengajaran.
Sedangkan Dick dan Reiser menjelaskan bahwa rencana pembelajaran terdiri dari sejumlah
komponen yang jika dipadukan memberikan panduan bagi penyampaian pengajaran efektif
kepada pembelajar. Sesungguhnya fungsi perencanaan dalam organisasi untuk menyajikan
suatu sistem keputusan yang terpadu sebagai kerangka dasar bagi kegiatan organisasi.

Menurut Nurhida Amir dan Rocdhita, perencanaan pengajaran merupakan suatu proses
analisis dari kebutuhan dan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar

13
dan penilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan semua kegiatan mengajar dan penilaian
peserta didik.Setidaknya terdapat beberapa alasan rencana guru menjadi penting, yaitu:

1) Untuk mengurangi kecemasan dan ketidakpastian;


2) Memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru;
3) Perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu diantara
siswa;
4) Memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran. Tegasnya, perencanaan memang
sangat diperlukan oleh guru.
Rencana program dibuat dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat
dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama
organisasi. Rencana program juga juga merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber
daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.Rencana program dituangkan
dalam bentuk rancangan kegiatan pembelajaran dalam bentuk silabus dan desain pembelajaran,
rancangan pelaksanaan pembelajaran lebih rinci (RPP), desain penilaian dan instrumennya,
serta dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mekanisme kerja tim pengembang kurikulum,
MGMP, dan guru mata pelajaran disajikan dalam skema berikut ini.

14
1. Langkah-Langkah Perencanaan

Pengembangan kegiatan pembelajaran dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengkaji dan memetakan KD (KD) agar diketahui karakteristiknya. Hal ini perlu
dilakukan guna merancang strategi dan metode yang akan digunakan pada kegiatan
tatap muka, tugas terstruktur, dan mandiri tidak terstruktur.
2) Mendeskripsikan KD secara lebih rinci dan terukur ke dalam rumusan indikator
kompetensi. Indikator berguna untuk merancang kegiatan pembelajaran yang
diperlukan. Indikator yang dominan pada prinsip dan KTSP (Struktur kurikulum,
Mekanisme Pembelajaran dan prosedural misalnya, menyarankan kegiatan
pembelajaran dengan strategi diskoveri inkuiri.
3) Membuat desain pembelajaran dalam bentuk silabus atau desain umum pembelajaran
seperti disajikan dalam Contoh Desain Umum Pembelajaran Sistem SKS.
4) Menjabarkan silabus atau desain pembelajaran dalam bentuk rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tiap pertemuan.
5) Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan silabus/desain pembelajaran dan RPP.
6) Melakukan penilaian proses maupun hasil belajar untuk mengukur pencapaian
kompetensi
Dalam kegiatan perencanaan program pembelajaran, seorang guru harus menyusun
perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD ),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

1) Silabus
Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi ,kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidkan. 55 Silabus sebagai acuan kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok, kelompok
MGMP, KKG, Dinas pendidikan kabupaten dan Kandepag Kabupaten/Kota harus
memperhatikan:
a. Mengembangan indikator
b. Mengidentifikasi materi ajar/ materi pokok

15
c. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
d. Pengalokasian waktu
e. Pengembangan penilaian
f. Menentukan sumber/ Bahan /alat.
Silabus yang direncanakan dan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
hendakanya disesuaikan dengan situasi dan kodisi anak di lingkungan dimana sekolah
itu berada. Silabus yang terlampau ideal akan mengakibatkan kegagalan dalam proses
pembelajaran dan hasilnya tentu akan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu para guru
dalam menyuusun silabus, sendiri maupun berkelompok, disamping mengacu pada
kurikulum juga memusatkan perhatian pada pengembangan seluruh kompetensi siswa
serta merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
tegnologi, dan seni serta program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan
karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan
kurikulum yang berdiversifikasi.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )


RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis serta sesuai dengan karakteristik siswa,
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan
RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan dan disesuaikan pula dengan kondisi siswa dan keberadaan lingkungan
dimana sekolah itu berada. Komponen RPP adalah :
a. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
b. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

16
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
c. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran
d. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
g. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
h. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Martinis Yamin mengatakan
bahwa metode adalah cara melakukan atau menyajikan, ,menguraikan,
memberi contoh ,dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
i. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajarn diakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
17
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandiriaan
sesuai dengan bakat , minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta
didikKegiatan pembelajaran ini di awali dengan pendahualuan ,kegiatan inti
dan penutup
j. Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk
mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.
Prosedur dan instrumen penilia proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian yang
ditetapkan sekolah maupun pemerintah

E. PENDEKATAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI TINGKAT


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Pendekatan manajemen Pendidikan Islam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dapat dilakukan dengan menerapkan metode pendekatan multiple intelligence.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligences adalah suatu
pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik dengan cara memperlakukan semua peserta
didik dengan pelakunya yang sama dan istimewa18.

“Di antara mereka ada yang diwafatkan sebelum kekuatan dan akalnya sempurna, dan ada pula
yang dihantarkan sampai pikun kembali seperti pada masa anak-anak yaitu al-haram/ tubuh
yang lemah dan al-kharaf yaitu akal yang lemah dan kurang pemahaman.” (Al-Hajj: 5).19
Tidak ada peserta didik yang bodoh dan semua peserta didiknya merasakan semua
pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Hal ini dikarenakan bahwa semua peserta didik
memiliki kecerdasan, dan kecerdasan tersebut bukan bersifat tunggal, artinya seseorang
cenderung memiliki potensi kecerdasan. Dalam hal ini Munif Chatib juga berpendapat, suatu
konsep multiple intelligences dengan merujuk pada sebuah teori dari ahli psikologi yang
bernama Howard Gardner.

18
Syarnubi, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Religiusitas Siswa Kelas VII di
MTs Negeri Wates Kulon Progo Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah dan keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2011.
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 351

18
Konsep multiple intelligences adalah suatu konsep yang menitikberatkan pada ranah
keunikan dan selalu menemukan kelebihan anak. Dengan adanya pandangan tersebut multiple
intelligences adalah sekolah yang dapat menerima siswanya dalam kondisi apapun.Penerimaan
sekolah yang menerapkan multiple intelligences tidak menerapkan tes-tes formal untuk
menyaring siswa. Menurut Munif Chatib dalam bukunya yang berjudulsekolahnya manusia,
bahwa dalam teori multiple intelligences sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada
kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya.Proses pembelajaran pada
multiple intelligences ini terfokus pada dua pendekatan kecerdasan yaitu, interpersonal dan
intrapersonal.
Kecerdasan interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan
dalam berbagai macam aktivitas sosial. Orang yang memiliki kecerdasan ini menyukai dan
menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama.
Sedangkan Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan
batin. Orang dengan kecerdasan ini pada umumnya mandiri, tidak bergantung pada orang lain,
dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial. Mereka memiliki
rasa percaya diri yang besar serta senang bekerja berdasarkan program sendiri dan dilakukan
sendiri.20
Adapun kenyataan dilapangan yang terjadi pada lembaga pendidikan di Indonesia
terdapat lembaga pendidikan yang belum memakai sistem pembelajaran yang berbasis multiple
intelligences dengan benar, hal ini terbukti bahwa sebagian besar para pendidik di Indonesia,
masih memakai sistem pembelajaran yang hanya menuntut kepada peserta didiknya untuk
memiliki satu kecerdasan tunggal yakni kecerdasan intelektual bukan kecerdasan majemuk.
Dari latar belakang masalah diatas dapat diambil sebuah kesimpulan tentang kondisi
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan berbeda-beda, Tanggung jawab guru dalam
mengakomodasikan siswa untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan kajian teori yang peneliti kemukakan di depan maka penulis
menggambarkan alur penelitian yang akan peneliti lakukan adalah seperti berikut.21

20
Julia Jasmine, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Nuansa, 2007), hlm. 26.
21
Harun Nur Zakki, Implementasi Manajemen Pembelajaran PAI Dengan Pendekatan Multiple Intelligens Di
SMP MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Walisongo Semarang, 2016

19
Dengan menerapkan implementasi manajemen pendidikan islam dengan pendekatan
multiple intelligences yang tertera di atas, maka pendidik dapat menentukan model
pembelajaran yang tepat dalam mengajar pendidikan islam pada tingkat SMP di setiap
kelasnya.
F. IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI TINGKAT MENENGAH PERTAMA

Dalam sebuah lembaga Pendidikan/institusi, baik lembaga tersebut berada dibawah


naungan pemerintah (negeri) ataupun mandiri (swasta), tingkat dasar, menengah, ataupun
perguruan tinggi, tentu memerlukan adanya manajemen sekolah yang bagus (efektif dan
efisien). Karena dengan adanya manajemen yang bagus diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan di sekolah tersebut.
Manajemen sekolah secara langsung akan memengaruhi dan menentukan efektif tidaknya
kurikulum, peralatan belajar, waktu mengajar dan proses pembelajaran.22 Keberhasilan atau
kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh
kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode belajar. Sering dijumpai seorang guru
memiliki pengetahuan luas terhadap materi yang akan diajarkan, namun tidak berhasil dalam

22
Mahfud, Muhammad.2010.Implementasi manajemen berbasis sekolah di SMP.Yogyakarta.Universitas islam
negeri Sunan Kalijaga : 38

20
mengajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penguasaan metode mengajar. Di
sinilah, terlihat betapa pentingnya metode mengajar bagi seorang guru.
Di Indonesia, pendidikan agama Islam masih dinilai kurang bisa mengubah pengetahuan
agama yang kognitif menjadi ‘makna’ dan ‘nilai’ atau kurang mendorong penjiwaan terhadap
nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Dengan kata lain,
pendidikan agama Islam selama ini lebih menekankan pada aspek knowing dan doing dan
belum banyak mengarah ke aspek being, yakni bagaimana peserta didik menjalani hidup sesuai
dengan ajaran Islam dan nilai-nilai agama Islam yang diketahui (knowing). Dalam
kenyataannya yang ada di lapangan pendidikan agama Islam mutunya masih rentan, karena
belum mencapai target secara memadai khususnya di sekolah umum. Selain realita tersebut,
ada asumsi bahwa dalam kehidupan sekolah sering dilihat adanya para guru yang dapat
dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Indikator dari ketidak berhasilan guru adalah prestasi
atau hasil belajar peserta didik yang rendah, tidak sesuai dengan batas ukuran yang ditentukan.
Kegagalan ini bukan hanya ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu
menguasai materi bidang studi ketika penyampaian saja, tetapi ketidaktahuan guru dalam
manajemen pembelajaran. Hal ini berakibat pada ketidak efektifan pembelajaran khususnya
pendidikan agama Islam sehingga kualitas peserta didik menurun23

1. Implementasi Manajemen Pembelajarann Pendidikan Agama Islam di SMP

Menurut Sanerya Hendrawan dalam bukunya Managemen Pendidikan Spiritual, setiap


kegiatan yang mempertimbangkan manajemen yang baik umumnya dilakukan dengan
perencanaan yang baik, pelaksanaan yang baik, adanya proses evaluasi dan penilaian kegiatan
secara baik, inilah hakekat manajemen pendidikan.24 Mengacu pada pendapat di atas,maka
implementasi manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud yaitu
gambaran mengenai perencanaan pembelajaran PAI, pelaksanaan, evaluasi dan penilaian.
Masing-masing dari kegiatan tersebut yaitu :

1) Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang.
Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasul yang optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai

23
Suharsimi Arikunto, (2000). Manajemen Pengajaran secara Manusiawi Evaluatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta
24
. Sanerya Hendrawan.2012.Manajemen Pendidikan Spiritual.Bandung.halm 41

21
tujuan yang telah ditentukan pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan perencanaan. Perencanaan
pembelajaran yang di rencanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek
dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program
pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di gunakan.
Perencanaan pembelajaran ini menurut Rokhmat Mulyana sama dengan persiapan
pembelajaran. Guru membimbing siswa untuk belajar dalam konteks disentralisasi pendidikan
seiring perwujudan perataan hasil pendidikan yang bermula diperluaskan standar kompetensi
mata pelajaran yang dapat dipertanggung jawabkan dalam konteks lokal, nasional dan global.
Sebelum melaksanakan pembelajaran guru PAI membuat perencanaan perangkat pembelajaran
terlebih dahulu. Mulai dari RPP, media pembelajaran, buku guru dan buku peserta didik. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah dan sebagai pedoman ketika mengajar di kelas, dan juga
mempersiapkan kondisi psikis peserta didik ketika mengawali kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang guru, s
ecara umum guru itu harus memenuhi dua katagori, yaitu memiliki capability dan loyality,
yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki
kemampuan teoritik tantang mengajar yang baik mulai dari perencanaan, implementasi, sampai
dengan evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan
yang tidak semata di dalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas. Beberapa prinsip yang
perlu diterapkan dalam membuat persiapan mengajar :
a. Memahami tujuan pendidikan
b. Menguasai bahan ajar
c. Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran
d. Memahami prinsip-prinsip mengajar
e. Memahami metode-metode mengajar.
f. Memahami teori-teori belajar
g. Memahami beberapa model pengajaran yang penting
h. Memahami prinsip-prinsip evaluasi
i. Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.

2) Pelaksanaan Pembelajaran PAI

Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap penerapan atas desain perencanaan
yang telah dibuat guru sesuai dengan silabus. Sebelum memahami tentang bagaimana
melaksanakan pengajaran yang sesuai dengan silabus, terlebih dahulu dipahami apa arti silabus

22
yang sebenarnya. Silabus menurut Salim yang dikutip oleh Abdul Majid dalam buku
Perencanaan Pembelajaran bahwa silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan,
ikhtisar atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”.25 Jadi guru hendaknya dalam memberikan
mata pelajaran pendidikan agama islam menyesuaikan dengan silabus yang telah ditetapkan
atau direncanakan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan saat ini. Selain itu, guru juga
mempertimbangkan potensi peserta didik, manfaat bagi perkembangan peserta didik, alokasi
waktu dan lain-lain serta tuntasnya materi pelajaran tergantung sedikit banyak materi yang
disampaikan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.

Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pemilihan pendekatan, metode dan teknik
tersebut diorientasikan pada pembiasaan dan pelatihan yang dibantu oleh seorang guru PAI.
Upaya pembiasaan yang dapat dilakukan guru PAI dalam memulai pembelajaran seperti
dengan berdoa ±5 menit, kemudian mengajak peserta didik membaca asmaul husna ±10 menit,
kemudian doa di akhir pembelajaran.

Dalam kurikulum sudah disusun standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan lainnya
menurut tingkat kelas dan pengajaran. Seorang guru harus memahami kurikulum tersebut karena
kurikulum merupakan pedoman pelaksanaan pendidikan dalam encapai tujuan yang telah
dirumuskan seorang guru tinggal melaksanakan kurikukulum tersebut sehingga guru harus benar-
benar memahaminya setelah itu maka tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya akan tercapai.
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiaan operasinal pembelajaran itu sendiri dalam tahapan
ini guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi, metode dan
teknik pembelajaran serta pemanfaatan perangkat media.

3) Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Tahap akhir dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dengan
melakukan evaluasi. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen pembelajaran
karena evaluasi merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi)
pengolaan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar
yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam proses pelaksanaan evaluasi, terdapat faktor-faktor
yang memengaruhinya. Hal yang sangat lazim menjadi keinginan berbagai pihak adalah

25
. Abdul Madjid.Perencanaan Pembelajaran.halm 38

23
bagaimana menentukan hasil evaluasi sehingga benar-benar efektif. Agar evaluasi dapat
dilakukan secara objektif, cara evaluasi harus mengikuti situasi yang baku.26
Tujuan dari evaluasi bagi guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajarn, serta ketepatan atau efektifitas metode mengajar. Tujuan lain dari
evaluasi atau penilaian diantaranya ialah untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok
mana seorang siswa harus ditempatkan. Sekelompok siswa mempunyai hasil penilain yang
sama, akan berbeda dalam kelompok yang sama dalam belajar. Jadi inti dari evaluasi adalah
menilai hasil belajar anak. Dalam evaluasi terhadap pendidikan agama berarti mengadakan
kegiatan untuk menentukkan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan keagamaan.
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi oleh keberhasilan evaluasi dalam
melaksanakan prosedur evaluasi.
G. MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI) TINGKAT SMP
1. Pengertian Model Manajemen Pembelajaran Pedidikan Agama Islam (PAI)
1) Konsep Model Pembelajaran

Dalam konteks pembelajaran bahwa model merupakan suatu desain yang


menggambarkan suatu proses, rincian dan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan peserta didik berinteraksi, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri peserta didik.27 Pada dasarnya dalam pembelajaran tidak ada model yang paling
baik, karena setiap model pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Model
pembelajaran yang baik dan tepat pada suatu mata pelajaran, belum tentu baik dan cocok
diterapkan pada mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, seorang pendidik diharapkan
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif strategi yang
dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan yang mengakomodir
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Rifdahayati, 2015). Model pembelajaran di
sekolah Islam merupakan sistem pendidikan yang mampu memberikan pembelajaran secara
komprehensif, ilmu sarana (sains dan teknologi) tercapai sekaligus mengamalkan ilmu tujuan
(spiritual). Pola dasar pembelajaran Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan
pondasi struktural pendidikan Islam, sehingga melahirkan asas, strategi dasar, sistem

26
Suharsimi, Arikunto.2002.Dasar-dasr Evaluasi Pendidikan.Jakarta.Bumi Aksara hal. 82
27
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
24
pendidikan serta memberikan corak dan proses pendidikan Islam yang berlangsung dalam
berbagai model kelembagaan pendidikan yang berkembang sampai saat ini. Model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.
(Fatchulloh, 2018)

2) Konsep Manajemen Pembelajaran

Beberapa pakar mengungkapkan pengrtian terkait manajemen, diantaranya yaitu Terry


memberikan defenisi: “management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use
of human beings and other resources”.28Maksudnya bahwa manajemen adalah suatu proses
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan dan mencapai tujuan dengan menggunakan sumber manusia dan sumber
lain. Sedangkan Hersey dan Blanchard memberikan definisi management as working with and
through individuals and groups to accomplish organizational goals.29

Pengertian di atas mengandung arti bahwa manajemen adalah bekerja dengan dan
melalui individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dapat diartikan
sebagai ilmu dan seni yang menyangkut aspek-aspek yang sistematis, suatu proses kerjasama
dan usaha melalui orang lain, pengaturan, pengarahan, koordinasi, evaluasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan serta dengan memperhatikan sumber dana, alat, metode, waktu
dan tempat pelaksanaan. Rohani berpendapat bahwa manajemen (pengelolaan) program
pembelajaran adalah lebih mengacu pada suatu upaya mengatur (memanajemeni,
mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
pembelajaran untuk menyukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif,
efisien dan produktif. Manajemen pembelajaran diawali dengan penentuan strategi,
pelaksanaan, dan diakhiri dengan penilaian.30 Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat
dimanfaatkan sebagai feedback bagi perbaikan seluruh program pembelajaran lebih lanjut.
(Murtadlo, 2015)

28
Terry G.R., Principles of Management (3 rd ed.). (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC,
1997), 4.
29
P. Hersey dan Blanchard K., Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing Human
resources, (4 th ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, INC, 1982, 3.
30
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 2.
25
Manajemen dalam pendidikan islam secara fungsional adalah merupakan upaya
manusia muslim merekayasa pembentukan al-insan, al-kamil melalui penciptaan situasi
interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah
model rekayasa individual dan social yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan
masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa depan umat, maka
pendidikan islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan yang akan ditranspormasikan pada
peserta didik agar menjadi milik dan kepribadiannya sesuai dengan identitas islam.
(Hasanuddin, 2014)

3) Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas perlengkapan atau prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Jadi pembelajaran adalah suatu proses menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik yang berlangsung pada proses belajar mengajar (PBM) yang terjadi di
kelas.31 Menurut Akbar dan Sriwiyana (2010: 236) pembelajaran adalah upaya fasilitas yang
dilakuka oleh pendidik (guru) agar belajar (siswa) dengan mudah belajar sendiri. Pembelajaran
adalah proses membelajarkan peserta didik. Karena pembelajaran adalah upaya fasilitas maka
peran pendidik (guru) sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberi kemudahan
dalam proses belajar peserta didik. Guru berperan dalam melayani siswa untuk perkembangan
berbagai kemampuannya. Agar siswa belajar dengan mudah maka, seorang guru harus
memahami: kedaan siswa, memilih sumber dan media pembelajaran, memilih pendekatan,
model-model dan metode pembelajaran yang tepat dan pemillih jenis dan alat evaluasi yang
tepat.32
4) Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia
dan mengamalkan ajaran serta menjadikannya way of life.33 Pendidikan agama islam yang
dimaksud disini adalah suatu mata pelajaran agama Islam yang diajarkan dalam lembaga
pendidikan melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan serta pengalaman yang berakhlak

31
Margaret E. Bell Gedler, Belajar dan Membelajarkan, cet. 7, Jakarta: Rajawali Pers, 1991,
hlm. 3
32
Akbar, Sa’dun dan Hadi Sriwiyana. 2010. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan social. Yokyakarta: Cipta Media.
33
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 3.
26
mulia. (Murtadlo, 2015). Selain itu, dalam jurnal yang dikutip oleh Akhsanulkhaq, menjelaskan
bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Pendidikan Agama Islam yang pada
hakekatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai
rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi.34 (Akhsanulkhaq,
2017). Jadi, kesimpulan dari Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Model Manajemen Pembelajaran Pedidikan Agama Islam (PAI)

Menurut Fatchulloh, Macam-macam model pembelajaran Pedidikan Agama Islam (PAI)


di sekolah diantaranya yakni sebagai berikut :

1) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran Berbasis Masalah Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi


dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah
ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat
sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri.35 Pengajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

2) Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


atau CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu

34
Nazarudin, (2007). Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan
Metodologi pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Teras, Yogyakarta.
35
Muhamad Afandi,Dkk. Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. (Semarang: Sultan
Agung Press, 2013), Hlm. 25.
27
menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari. CTL adalah suatu
konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata. CTL adalah konsep belajar dari guru yang menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat.

3) Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)

Model pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan) adalah model pembelajaran
yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan catatan peserta didik diberi tugas
mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga peserta didik ketika masuk
ruangan kelas sudah memiliki bekal pengetahuan. Dengan model pembelajaran Index Card
Macth, peserta didik dapat belajar aktif dan berjiwa mandiri. Walaupun dilakukan dengan cara
bermain, model pembelajaran Index Card Macth dapat merangsang peserta didik untuk
melakukan aktivitas belajar secara bertanggung jawab dan disiplin sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dan prestasi belajar dapat meningkat.
4) Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah cooperative learning. Pada
hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran
gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran
kelompok. Metode pembelajaran kelompok adalah metode pembelajaran yang menitik
beratkan pada kerjasama diantara siswa dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan tetapi tanpa
sepenuhnya mendapatkan bimbingan dari gurunya. Artinya, siswa diperintahkan untuk bekerja
dengan beberapa siswa lainnyadengan petunjuk dan bimbingan yang tidak begitu maksimal
dari gurunya.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning

28
juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara
sesama anggota kelompok.
Selain itu, dari sumber jurnal Al-Asasiyya: Journal Basic Of Education menyebutkan
bahwa model manajemen menggunakan model need assessment. Model manajemen
pembelajaran pendidikan agama islam berbasis need assessment SMP Qoryah Thayyibah
Salatiga. Manajemen ini yang disebut sebagai manajemen berdasarkan kebutuhan. Dalam arti,
kebutuhan-kebutuhan dalam perencanaan pembelajaran sangat fleksibel, tidak kaku dan ini
sangat efektif bagi pembelajaran di SMP Alternatif Qoryah Thayyibah Kalibening Salatiga.
Sebagaimana Hasibun (2000) menjelaskan manajemen merupakan ilmu dan seni yang
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan. Jadi masalah perencanaan merupakan masalah memilih yang
terbaik dari beberapa alternatif yang ada berdasarkan kondisi sumber daya manusia.36
Pelaksanaannya dengan kesepakatan bersama antara siswa dan pendamping (guru),
pelaksanaanya dilakukan oleh siswa sendiri sebagai subjeknya, dengan ketentuan beberapa
program yaitu harian, mingguan dan bulanan. Evaluasi pembelajaran tawasih (Pendidikan
Agama Islam) di SMP Alternatif Qoryah Thayyibah Kalibening Salatiga ini tidak menerapkan
sistem valuasi seperti yang berlaku di sekolah formal pada umumnya yang menerapkan
ulangan harian, mid semester dan ujian semester untuk mengukur seberapa besar kemampuan
siswa dalam menangkap materi yang diberikan pendamping (guru).
Dalam penerapannya, terdapat pengelolaan Manajemen di yayasan Bina Insani adalah
menerapkan Pendidikan Islam Terpadu. Dalam aplikasinya pendidikan ini menerapkan metode
dan pendekatan yang penyelenggaraannya dengan memadukan pendidikan umum dan
pendidikan agama menjadi suatu jalinan kurikulum. Pendidikan ini juga menekankan
keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Selain itu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan
jasadiyah. Dalam penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif
lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat. Yayasan ini menyelenggarakan
pendidikan Islam dengan memadukan secara integrasi nilai dan ajaran Islam dalam bangunan
kurikulum. Keterpaduan itu meliputi konsep Manajemen, keterpaduan pola asuh, dan

36
Hadi Nasroh. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Need
Assessment SMP QORYAH THAYYIBAH SALATIGA: Al-Asasiyya: Journal Basic Of
Education. Hal. 83
29
keterpaduan materi. Konsep manajemen itu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan.37
Menurut Murtadlo, Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pengembangan
program pembelajajaran, berbagai model dapat dikembangkan dalam manajemen
pembelajaran. Satu diantaranya adalah model Dick and Carey38 dengan langkah-langkah yaitu:
mengembangkan tujuan pengajaran, melaksanakan analisis pengajaran, mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi,
mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran,
mengembangkan dan memilih material pengajaran, mendesain dan melaksankan evaluasi
formatif, merevisi bahan pembelajaran dan yang terakhir adalah mendesain dan melaksanakan
evaluasi sumatif. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan program
pembelajaran dimaksudkan agar:

a. pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pelajaran,
b. adanya pertautan antara tiap komponen, khususnya antara strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki,
c. menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan
desain pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick
dan Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik. (Murtadlo, 2015).

Menurut Mutmainah, dalam sripsinya yang berjudul Manajemen Pembelajaran Pai Di


Smpn 28 Semarang (Mutmainah, 2009) menjelaskan bahwa, Dalam dunia proses belajar
mengajar yang disingkat PBM, dalam proses belajar mengajar (PBM) di kenal ada beberapa
macam metode antara lain:

a. Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya berpura -pura saja atau cuplikan
sesuatu situasi kehidupan nyata dalam kegiatan pembelajaran.39 Tujuan simulasi : untuk

37
Sa’dun. 2015. Model Manajemen Pendidikan Islam Terpadu Dalam Upaya Peningkatan
Mutu Sekolah (Studi Kasus Di Yayasan Bina Insani Purwodadi Tahun Pelajaran 2014/2015).
QUALITY Vol. 4, No. 2.
38
Uno, B. Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif
dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, 89.
39
Nana Sudjana, Model mengajar (CBSA), Bandung : Sinar Baru (1991), hal. 56
30
melatih ketrampilan tertentu. Untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu konsep atau
prinsip untuk melatih memecahkan masalah.

b. Metode Pengelompokan Buzz (Buzz Group)

Memecahkan masalah dengan melakukan kegiatan belajar yang dilakukan melalui


diskusi dalam kelompok kecil atau sub group dengan jumlah masing-masing anggota
sekitar tiga sampai empat orang. kelompok-kelompok kecil melakukan diskusi dengan
membahas bagian-bagian khusus dalam masalah itu kemudian dilaporkan hasilnya kepada
majlis kelompok besar.40 Tujuan metode Buzz adalah (a) Untuk menumbuhkan suasana
akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain.(b) Untuk menghimpun belajar
pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat. (c) Memaksa peserta didik
untuk dilatih berbicara, menyampaikan pendapat dimuka umum. (d) Digunakan dengan
teknik lain sehingga kegunaan teknik ini dapat bervariasi.

c. Metode Pemecahan Masalah Kritis

Suatu metode yang menggambarkan pengalaman atau masalah seseorang yang disusun
untuk memancing perhatian atau program para peserta didik pemecahan masalah kritis
dapat dipergunakan pula sebagai aktivitas belajar perorangan, kelompok atau kombinasi
antara keduanya.41 Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam
pembelajaran sains maupun dalam pembelajaran disiplin ilmu lainnya. Terutama agar
pembelajaran berjalan dengan fleksibel.

d. Metode Bermain Peran (Role Play)

Suatu metode kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan


peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam
kehidupan yang nyata.42 Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan,
ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu
terhadap individu lain. Sehubungan dengan itu tujuan penggunaan teknik ini antara lain
adalah untuk menggunakan peran-peran dalam dunia nyata kepada peserta didik melatih

40
D. Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung : Falah Production,
2001), hal. 123
41
Ibid., hal. 126
42
Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1990), cet. I, hal.
158
31
peserta didik untuk berinteraksi dengan dunia lain yang juga membawakan peran tertentu
sesuai dengan tema yang dipilih.

e. Metode Ceramah Bervariasi

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
Suatu teknik penjelasan secara lisan yang dilengkapi dengan alat-alat bantu pandang dasar
(audio visual) dan teknik-teknik kegiatan belajar lainnya diskusi, demonstrasi, simulasi,
penugasan dan kunjungan study. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada waktu
mengajar dengan menggunakan metode ceramah adalah :
a) Guru akan menjadi satu-satunya pusat perhatian, oleh karena itu sebelum memulai
ceramah perlu mengoreksi diri antara lain yang berkaitan dengan pakaian, make
up, dan lain-lain.
b) Sampaikan garis besar bahan ajar terlebih dahulu.
c) Hubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
peserta didik.
d) Memulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.
e) Gunakan alat peraga atau media yang sesuai dengan bahan yang diceramahkan.43

f. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajak dalam bentuk pertanyaan
bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik. Demikian halnya jawabannya.
Pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreatifitas berfikir peserta
didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang
tepat dan memuaskan dengan cara menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki peserta didik.

g. Metode diskusi

Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Teknik diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah juga
mengumpulkan pendapat alternatif pemecahan atau suatu masalah.44

43
Nanaa Sudjana, Op.Cit, hal. 64-65
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., hlm. 138.
32
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Manajemen pendidikan dapat diartikan sebuah konsep manajemen yang diterapkan dalam
dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri khas tertentu sesuai dengan apa yang ada dalam
pendidikan. Sedangkan manajemen pendidikan islam adalah suatu proses pengelolaan
Lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dalam
menggerakannya untuk mencapai tujuan pendidikan islam yang efisien dan efektik. Konsep
dasar manajemen pendidikan Islam perspektif Al-Qur’an adalah konsep manajemen yang
berorientasi pada fleksibel, efektif-efisien, terbuka, serta kooperatif dan partisipatif. Dalam
mewujudkan konsep dan tujuan tersebut, proses pembelajaran aendidikan agama islam
memerlukan sebuah prinsip. Hal ini agar interaksi antara pendidik dan peserta didik berjalan
dengan efektif. Pendidik sangat berperan penting dalam melancarkan sebuah pembelajaran
Pendidikan agama islam didalam kelas, yakni berperan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang mengatur pendekatan metode emosional maupun strategi media
pembelajaran yang digunakan. Selain itu, dalam mewujudkan tujuan, berarti guru sebagai
pendidik harus membuat rencana agar pembelajaran yang akan diberikannya dapat diterima
oleh pelajar. Sebelum melakukan pembeljaran seorang guru hatus mempelajari KD, membuat
silabus, RPP, melaksanakannya di kelas, dan diakhir dilakukan evaluasi.

Di Indonesia. Pembelajaran mengenai pendidikan agama Islam dilakukan dengan


pendekatan multiple intelligence. Pendekatan multiple intelligences adalah suatu pembelajaran
yang dilakukan oleh para pendidik dengan cara memperlakukan semua peserta didik dengan
pelakunya yang sama dan istimewa. Namun, walaupun sudah diadakannya pendekatan
tersebut, pendidikan agama Islam di Indonesia masih dinilai kurang bisa mengubah
pengetahuan agama yang kognitif menjadi ‘makna’ dan ‘nilai’ atau kurang mendorong
penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta
didik. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam selama ini lebih menekankan pada aspek
knowing dan doing dan belum banyak mengarah ke aspek being, yakni bagaimana peserta didik
menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan nilai-nilai agama Islam yang diketahui
(knowing). Sehingga, sebagai Pendidikan saat ini yakni banyak menerapkan model
pembelajaran secara komprehensif, ilmu sarana (sains dan teknologi) tercapai sekaligus
mengamalkan ilmu tujuan (spiritual). Hal ini bertujuan agar antara keilmuan teknologi dan

33
keagamaan saling berdampingan. Pola dasar pembelajaran Islam yang mengandung tata nilai
Islam merupakan pondasi struktural pendidikan Islam, sehingga melahirkan asas, strategi
dasar, sistem pendidikan serta memberikan corak dan proses pendidikan Islam yang
berlangsung dalam berbagai model kelembagaan pendidikan yang berkembang sampai saat ini.

B. SARAN

Sebagai calon pendidik anak bangsa kelak, kita harus dapat mengerti konsep manajemin
pendidikan islam. terlebih kita yang dididik dalam perguruan tinggi yang bernaungkan
keagamaan sudah selayaknya paham dan dapat membagiakan ilmu tersebut kepada peserta
didik yang kita didik kelak. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah sehingga dalam
mengimplementasikan pendidikan agama islam harus berlandaskan pada al-Qur’an dan
mengaitkannya dengan perkembangan zaman agar peserta didik agar mereka berminat dan
senang mempelajari apa yang sedang dipelajari dikelas.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid.Perencanaan Pembelajaran.halm 38


Akhsanulkhaq, M., 2017. ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP 4 KUDUS TAHUN
PELAJARAN 2015/2016. QUALITY, Volume 5, p. 195.
Algesind o, 2000), h. 160 Gage dan Berliner, Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC
Nally Collage
Dede Rosyada.2004.Paradigma Pendidikan Demokratis : sebuah model pelibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan.Jakarta.hlm 112
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 351
Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 2006), h. 27
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.44
E Mulyasa, (2012). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Fatchulloh, M., 2018. MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU BUSTANUL ULUM LAMPUNG
TENGAH. SKRIPSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG.
Fauzi, A. (2019). DASAR DAN KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-
QUR’AN. Rausyan Fikr: Jurnal Pemikiran dan Pencerahan, 15(2).
Guntur Setiawan, (2004). Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Harun Nur Zakki, Implementasi Manajemen Pembelajaran PAI Dengan Pendekatan Multiple
Intelligens Di SMP MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Walisongo Semarang, 2016
Hasanuddin, 2014. Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 3 Percut Sei Tuan.. Tesis Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
Sumatera Utara.
Julia Jasmine, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Nuansa, 2007),
hlm. 26.
Khaeruddin, Mahfud junaidi.2007. Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan. Jogjakarta: Pilar
Media.

35
Mahfud, Muhammad.2010.Implementasi manajemen berbasis sekolah di
SMP.Yogyakarta.Universitas islam negeri Sunan Kalijaga : 38
Marwadi, Lubis.2009.Evaluasi Pendidikan Nilai.Yogyakarta.Pustaka Pelajar
Mulyasa, E. 2006.Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya, PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1)
Murtadlo, A., 2015. MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara
SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga). Tesis
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pp. 41-53.
Musolin, M. (2019). Sadd Adz-Dzarâi’: Konsep dan Aplikasi Manajemen Pendidikan Islam.
Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 71-84
Mutmainah, 2009. MANAJEMEN PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 28 SEMARANG.
Skripsi INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG, pp. 34-38.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Edisi IV, (Bandung:Sinar Baru)
Nata A, Akhlak Tasawuf Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003
Nurdin Usman, (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Edisi I, (Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
h. 90 Publishing Company, 1984), h. 335
Rifdahayati, 2015. PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK. al-Fikrah, Volume III, p. 3.
Saefullah, U. 2013. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Sanerya Hendrawan.2012.Manajemen Pendidikan Spiritual.Bandung.halm 41
Saril, (2017). Penerapan Manajemen Pendidikan Dalam Mewujudkan Visi Sekolah (Studi Di
Smp Negeri 1 Salomekko). Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(1), 584-
603.
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim, (2012). Perencanaan Pembelajaran Bahasa
Berkarakter. Bandung : PT. Refika Aditama.
St. Hasniyati Gani Ali, PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 1
Januari-Juni 2013
Sudarwan Danim dan Yunan Danim, (2010). Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, CV.

36
Pustaka Setia, Bandung.
Suharsimi, Arikunto.2002.Dasar-dasr Evaluasi Pendidikan.Jakarta.Bumi Aksara hal. 82
Sulhan, M. Manajemen Pendidikan Islam. 2013. Yogyakarta: Teras
Suti’ah, M, Sugeng L Prabowo. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyususnan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah Jakarta: Kencana, 2010
Syaban, M. (2019). KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM. AL-
WARDAH: Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan Agama, 12(2), 131-141.
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum teaching, 2015,
110. PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1)
Syarnubi, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Religiusitas
Siswa Kelas VII di MTs Negeri Wates Kulon Progo Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah dan
keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Suharsimi Arikunto, (2000). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Teguh Triwiyanto, (2015). Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Yamin, Martinis. 2006.Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press
Ya’qub, H. Manajemen Kepemimpinan Bandung: Diponegoro, 1948

37

Anda mungkin juga menyukai