Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Etika, Moral dan Kode Etik

Oleh
Rusdiyanta
Norma adalah sebuah perangkat yang dibuat untuk mengatur hubungan di dalam suatu masyarakat agar
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan (Soekanto, 2015). Norma yang dibuat di dalam suatu
masyarakat pasti akan mengalami yang namanya sebuah proses, sehingga norma-norma tersebut dapat
diakui, dihargai, dikenal, hingga ditaati oleh warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Norma
adalah aturan berperilaku untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut, atau pedoman/cara
untuk mencapai nilai.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dipentingkn oleh masyarakat, nilai
adalah pola yang diinginkan. Tiga jenis nilai yang umum adalah: nilai etis, nilai-nilai sosiokultural dan
nilai ekonomi. (Medvecky & Leach, 2019). Nilai ekonomi adalah nilai yang ditempatkan individu dan
masyarakat terdapat kelangkaan sumber daya (baik material dan non-material) terkait dengan
pertukaran dan perdagangan. . Nilai ekonomi suatu sumber daya atau barang, pada dasarnya, refleksi
dari apa atau berapa banyak individu akan rela mengorbankan, menyerah atau berdagang untuk
mendapatkan barang itu. Nilai ekonomi memainkan peranan penting dalam membentuk sains, dari
memaksa kolaborasi pada proyek-proyek besar yang bukan entitas tunggal yang dapat membeli sendiri
tetapi harus kollabaorasi untuk penelitian di bidang-bidang seperti pertambangan atau farmasi. Nilai-
nilai sosial budaya adalah kebiasaan, praktik dan nilai-nilai bersama itu mendefinisikan grup sosial. Nilai-
nilai sosiokultural mungkin mencerminkan pandangan masyarakat seperti kesetaraan gender atau pada
bentuk interaksi sosial yang diterima, seperti humor atau bahasa. Nilai - nilai sosiokultural adalah bagian
dari ilmu pengetahuan di dua arah. Pertama, pengaturan sosiokultural di mana ilmu pengetahuan
terbentuk sains, misalnya, dalam menentukan otonomi peneliti, atau dalam menentukan apa yang
dianggap sebagai peran, rasio, dan gender yang diterima secara social hubungan dalam organisasi
penelitian (Longino, 2002). Kedua, sains sendiri merupakan upaya sosiokultural yang kompleks yang
memiliki kebiasaan, praktik sendiri dan nilai-nilai bersama, dari bahasa dan struktur penelitian ilmiah
dan tulisan seperti yang ditemukan dalam format makalah ilmiah sebagai penentu signifikansi bagi
persepsi hierarkis lintas disiplin ilmu dengan nilai ekonomi dan social budaya. Nilai-nilai etis adalah
ukuran dari 'benar / salah' atau 'baik-tidak ada / buruknya suatu tindakan atau hasil atau peristiwa (atau
orang) berdasarkan faktor moral. Pada dasarnya, etika adalah tentang menentukan perilaku yang benar
dalam hidup kita, baik sebagai individu atau sebagai masyarakat (Singer, 1994). Nilai-nilai etis mulai dari
pertanyaan tentang bagaimana seseorang harus bertindak sebagai individu — apa akan menjadi hal

1
yang tepat untuk saya atau untuk Anda lakukan dalam konteks tertentu — untuk pertanyaan besar
tentang apa yang harus kita lakukan sebagai masyarakat, sebagai bangsa atau sebagai spesies, apakah
ini tentang tindakan sosial atau tentang keadilan. Itu apakah nilai-nilai etis inilah yang terutama diminati
dalam volume ini, dan bagaimana caranya nilai-nilai ini berinteraksi dengan sains dan komunikasi sains.
Secara etimologi, Etika berasal dari akar kata Yunani “ethikos” atau ‘ethos” yang mencakup "
custom/kebiasaan", "habit/kebiasaan", "disposition/watak" dan "karakter". "Moral" dan kata
serumpunya berasal dari istilah Latin “mos” (s) atau more (p) yang artinya kebiasaan atau adat. “Moral”
digunakan untuk menerjemahkan kata-kata “ethikos” atau ‘ethos” yang berasal dari akar Yunani.
Menurut Bertens (2011), etika bersala dari kata Yunani: ethos (tunggal) berarti tempat tinggal yg biasa;
padang rumput, kandang habitat; kebiasaan, adat; akhlak; watak; perasaan, sikap, cara berpikir dan ta
etha (jamak) artinya adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,
tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik
ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Secara etimologis kata ‘moral’ sama dengan ‘etika’ yakni nilai-nilai dan norma-norma yg menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dlm mengatur tingkah lakunya (Bertens, 2011). Kata moral
selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan
manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Franz Magnis, 1987). Norma-norma moral
adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-
buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai peran tertentu dan terbatas. Dengan demikian, etika dan
moral memiliki kesamaan arti dan digunakan secara bergantian meskipun secara teoritis bisa dibedakan
(Davis, 2006).
Menurut KBBI, moral adalah (a) ajaran (tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila, (b) kondisi mental yang membuat orang
tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dalam perbuatan, (c) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Sedangkan etika adalah (a) Ilmu tentang apa yg baik dan apa yg buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak), (b) Kumpulan asas atau nilai yg berkenaan dgn akhlak, atau (c) Nilai mengenai benar dan
salah yg dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Thomson (2012), Etika (jamak kata benda) adalah norma, standar, dan harapan yang
membatasi, mengarahkan, dan mungkin memotivasi perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu. Di
antara kelompok profesional, etika (p.) mencerminkan praktik-praktik yang penting untuk kinerja
keterampilan dan kemahiran yang dianggap khas dari profesi tersebut. Mereka mungkin diartikulasikan

2
dengan kode yang menentukan aturan untuk perilaku dalam situasi tertentu, tetapi etika sama
seringnya dikomunikasikan melalui cerita dan perayaan individu ikonik (pahlawan dan penjahat) dengan
cara yang tidak mudah diterjemahkan menjadi keharusan yang menunjukkan tindakan tertentu. Etika
adalah "ilmu perilaku normatif, dan perilaku adalah nama kolektif untuk tindakan sukarela" (Lillie, 2001;
Speight and Foote, 2011). Dalam hal ini, tindakan sukarela adalah tindakan yang dapat dilakukan secara
berbeda, di mana tindakan tersebut mungkin baik atau buruk, benar atau salah, atau bermoral atau
tidak bermoral. Etika tidak berfokus pada apa yang dipikirkan orang tetapi apa yang harus mereka
pikirkan atau lakukan. Ilmu etika adalah studi yang mendalam dan sistematis tentang standar untuk
menilai benar dan salah, prinsip baik dan buruk, pedoman cara, dan seberapa jauh kita akan atau harus
melangkah (Lillie, 2001; Howard dan Korver, 2008).
Etika adalah ilmu yg membahasa ttg moralitas atau ttg manusia sejauh berkaitan dgn moral. Etika
merupakan ilmu yg menyelidiki ttg tingkah laku moral (Bertens, 2011:17). Etika sebagai seperangkat nilai
atau prinsip yang dipegang oleh individu atau kelompok (MacKinnon, Barbara & Fiala, 2017). Tapi dalam
filsafat-Etika, etika adalah upaya kritis yang menanyakan apakah seperangkat nilai atau kepercayaan
tertentu lebih baik daripada ada yang lain. “Etika, atau filsafat moral, mengajukan pertanyaan
mendasartentang kehidupan yang baik, tentang apa yang lebih baik dan lebih buruk,tentang apakah
ada tujuan yang benar dan salah,dan bagaimana kita mengetahuinya jika ada”.

Ada beberapa uraian atau definisi etika diantaranya:


1. sistem prinsip moral, yang merupakan etika budaya manusia,
2. aturan perilaku yang diakui dalam kaitannya dengan kelas tertentu dari tindakan manusia atau
partisipan. kelompok lar; budaya, yang meliputi etika kedokteran dan Kristen;
3. prinsip moral, seperti etika sebagai individu yang melarang mengkhianati kepercayaan, dan
4. cabang filsafat yang berhubungan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku manusia;
terutama dalam hal sifat yang benar atau salah dari tindakan tertentu dan motif di balik tindakan
tersebut (Becker dan Becker, 2002). Etika juga "ilmu normatif (dan rekayasa) perilaku dan perilaku
adalah nama kolektif untuk tindakan sukarela (Lillie, 2001).
Jadi, pandangan baik dan buruk, dan hakikat nilai dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada tiga
hal mendasar yaitu: 1. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berprilaku. 2. Cara berbudaya yang
menjadi sendi berlakunya norma sosial. 3. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi
tujuan pokok dalam bertindak.

3
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang di
sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma atau
aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami sebagai ajaran
yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia, yaitu perintah yang harus
dipatuhi dan larangan yang harus dihindari (A. Sonny Keraf., 2002)

Sub bidang Etika


Secara umum, etika (moralitas) adalah cabang inti dari filsafat yang berusaha untuk mendefinisikan
benar dan salah; apa yang harus dilakukan oleh seorang ilmuwan atau insinyur adalah berbeda dari apa
yang mungkin mereka lakukan. Ranah etika berkaitan dengan standar dan persyaratan untuk perilaku
yang dapat diterima secara sosial selain mengikuti prosedur yang tepat untuk menyelesaikan sesuatu
pada tingkat interaksi apa pun: individu, kelompok, organisasi, komunitas, pemerintah atau regional.
Etika memiliki beberapa untaian/sub bidang: (Kitchener and Kitchener, 2009; Speight and Foote, 2011;
Medvecky & Leach, 2019).
1. etika deskriptif, yaitu perilaku aktual ilmuwan dan insinyur serta persyaratan etika dari perilaku
mereka;
2. Etika normatif atau identifikasi nilai-nilai yang cukup untuk memandu interaksi. Ini berusaha
untuk mencapai standar moral praktis yang akan memberi tahu, misalnya, ilmuwan atau
insinyur apa yang benar atau salah.
3. Meta-etika mencakup penyelidikan apakah klaim etis bisa benar atau salah, atau apakah itu
ekspresi emosi. Meta-etika mempertanyakan arti dari semua etika yang menjadi perhatian.
membahas pertanyaan mendasar tentang etika, seperti apakah manusia memiliki kehendak
bebas, dan implikasi apa yang mengikuti dari sana untuk klaim etis lebih banyak. Metaetika
adalah upaya untuk mencirikan sifat moralitas dan perilaku etis tanpa harus menawarkan dasar
apa pun untuk penilaian preskriptif.
4. Etika terapan atau penerapan hak normatif untuk isu, disiplin dan pengaturan tertentu atau
penerapan teori benar dan salah dan teori nilai pada isu-isu spesifik seperti kejujuran dan
kebohongan. Etika terapan berkaitan dengan penerapan penalaran etis untuk masalah dan topik
terapan tertentu.

4
Intinya morality itu tentang sebuah standar yang ada pada individu atau kelompok bagaimana sesuatu itu
dipandang "benar dan salah" atau "baik dan buruk"

Sebagaimana pengertian ini senada dengan Velasquez (2012:8) mengatakan bahwa morality adalah "The
standards that an individual or a group has about what is right and wrong or good and evil" . Tiga hal
tentang pentingnya moralitas yang ada dalam kehidupan kita, yaitu
1. Untuk menjamin kehidupan yang harmonis dan adil.
2. Untuk membantu kita menjadi seseorang yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat.
3. Menjaga kita dalam suasana hubungan yang baik

Kode Etik
Istilah "kode moral" tampaknya dicadangkan untuk aturan atau standar lain (tertulis atau tidak) yang
berlaku untuk agen rasional hanya karena mereka (lebih kurang) anggota dari beberapa masyarakat
"alami" (yaitu, non-sukarela). “Kode etik”, jika memiliki arti yang berbeda, berlaku untuk peserta dalam
aktivitas sukarela yang sah - seperti bisnis, profesi, atau pemerintahan. Kode etik dapat muncul dengan
nama lain, termasuk “prinsip tanggung jawab profesional”, “aturan perilaku”, dan “pedoman etika”
(lihat etika bisnis; etika profesional). Bagaimanapun denominasi, kode etik akan termasuk dalam salah
satu dari tiga kategori (Davis, 2013): (1) profesional, kode yang berlaku untuk semua, dan hanya,
anggota dari profesi tertentu (mis., Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang berlaku untuk semua "Dokter"
yang praktek di Indonesia); (2) organisasi, kode yang hanya berlaku untuk anggota (atau kelas anggota
tertentu) dari asosiasi yang secara resmi memberlakukannya (misalnya, Kode Karyawan Budi Luhur,
yang hanya berlaku untuk "anggota", atau Motorola Code Ethic, hanya berlaku untuk karyawan
Motorola); atau (3) praktis (seperti Sepuluh Perintah Etika Komputer dari Institut Etika Komputer), kode
yang berlaku untuk siapa pun yang terlibat dalam praktik tindakan tertentu (menggunakan komputer).
Kode etik dapat mencakup standar moral biasa ("Jangan mencuri", "Menepati janji", "Membantu yang
membutuhkan"). Mereka juga dapat dimasukkan ke dalam hukum. Misalnya, "Kode Nuremberg"
tentang eksperimen manusia sekarang menjadi bagian dari hukum internasional dan hukum domestik di
banyak negara (lihat etika penelitian internasional). Tetapi kode etik bukanlah sekedar hukum atau
moralitas. Ini harus, tentu saja, menjadi "sebuah kode", yaitu pernyataan sistematis tentang aturan
(atau standar lain) perilaku. Ini juga harus menjadi "etika" daripada (atau juga) hukum atau moralitas.
Kode Nürnberg (bahasa Inggris: Nuremberg Code) adalah kode etik dasar yang dibuat
berdasarkan hak asasi manusia setelah Perang Dunia II. (Wikipedia.com). Kode ini dibuat

5
setelah Karl Brandt melakukan pemaksaan terhadap warga Yahudi pada masa Perang Dunia II.
Terdapat 10 butir yang diciptakan untuk memastikan tidak ada pemaksaan yang terjadi dalam
penelitian
Apa yang dimaksud dengan "etika" di sini? "Etika" tidak bisa menjadi sinonim belaka untuk moralitas
biasa. Jika ya, kode etik tidak lebih dari pernyataan sistematis tentang moralitas biasa; tidak ada
gunanya berbicara tentang "etika" daripada "moralitas". Mereka yang bersikeras menggunakan
"moralitas" dan "etika" secara bergantian biasanya memiliki komitmen teoretis yang tidak
memungkinkan mereka untuk melihat apa yang diakui orang lain, termasuk kamus, sebagai perbedaan
umum. Fakta bahwa komitmen teoritis mereka tidak memungkinkan mereka untuk mengenali
perbedaan biasa ketika orang lain tampaknya menjadi masalah bagi teori mereka, bukan untuk
penggunaan biasa.
"Etika" dalam "kode etik" tidak mengacu pada apa yang dimaksud oleh filsuf dengan "etika" (misalnya,
upaya untuk memahami moralitas sebagai upaya yang rasional). Kode etik umumnya bukan karya filsuf,
juga tidak sering memuat banyak alasan (misalnya, seruan pada teori moral.
"Etika" juga tidak berarti standar perilaku yang harus diikuti oleh pelaku moral ("moralitas kritis") atau
kebetulan diikuti ("moralitas positif"). Kode etik biasanya mengklaim sebagai standar moral yang benar,
bukan hanya apa yang terjadi pada tempatnya (bandingkan Ladd 1980). "Etika" kadang-kadang
dikatakan berkaitan dengan kebaikan moral, dengan apa pun yang melampaui minimum moral,
sedangkan "moralitas yang tepat" dikatakan mengatur minimum moral. Ini adalah pengertian lain yang
tampaknya tidak sesuai dengan kode etik, setidaknya karena dua alasan. Pertama, etika-kebaikan ini
masih bersifat universal, berlaku di luar profesi, bisnis, dan aktivitas sukarela lainnya, serta di dalam.
Kedua, kode etik umumnya terdiri, setidaknya sebagian, persyaratan, cara yang benar untuk berperilaku
dalam aktivitas tertentu, dan bukan hanya cara yang baik. Arti "etika" apa pun yang tidak menyertakan
hak tidak dapat menjadi pengertian yang relevan dengan "kode etik".
“Etika” juga dapat digunakan untuk merujuk pada standar perilaku yang diizinkan secara moral yang
mengatur anggota kelompok sukarela hanya karena mereka adalah anggota kelompok itu. Dalam
pengertian ini, etika penelitian adalah untuk orang-orang dalam penelitian dan bukan untuk orang lain;
etika hukum, untuk pengacara dan tidak untuk orang lain; dan seterusnya. Etika - dalam pengertian ini -
adalah relatif meskipun moralitas tidak; itu menyerupai hukum dan adat, yang juga dapat berbeda dari
satu tempat ke tempat atau kelompok ke kelompok. Tapi etika bukan hanya konvensi. Menurut definisi,
etika (dalam pengertian ini) setidaknya harus diizinkan secara moral. Tidak ada etika pencuri atau etika
Nazi, kecuali dengan kutipan menakutkan seputar "etika" untuk menandakan penggunaan analogis atau

6
sesat. Ini tampaknya menjadi pengertian di mana "etika" biasanya digunakan dalam istilah "kode etik"
(Davis 2003).
Pengertian "etika" yang terakhir ini mungkin tampak tidak pantas bagi para ahli teori moral, seperti para
aktutiliter, yang menganggap moralitas biasa sebagai "sangat menuntut," yaitu, sebagai satu-satunya
standar perilaku yang pantas. Pengertian ini seharusnya, bagaimanapun, tidak tampak keberatan bagi
ahli teori mana pun (atau siapa pun) yang mengakui bahwa individu dapat mengubah standar perilaku
yang tepat dengan tindakan sukarela mereka sendiri, misalnya, dengan membuat janji. Kode etik, dalam
pengertian ini, meskipun bukan sekadar pernyataan kembali atau penerapan moralitas biasa, dapat
mengikat secara moral bagi mereka yang menerapkannya. Bagaimana mungkin? Beberapa kode etik
mengikat secara moral (sebagian) karena janji, sumpah, atau persetujuan tersurat lainnya (misalnya,
tanda tangan seseorang pada kontrak yang membuat mematuhi kode etik pemberi kerja sebagai syarat
kerja). Kode etik lain tampaknya mengikat dengan cara yang mengikat aturan permainan (yang diizinkan
secara moral) ketika seseorang adalah peserta sukarela. Sementara seseorang secara sukarela
menerima manfaat dari kode - kepercayaan khusus yang diberikan orang lain kepada mereka yang
mengikat kode - seseorang memiliki kewajiban moral, kewajiban keadilan atau nondeception, untuk
melakukan apa yang dikatakan kode.
Peran kode etik dicirikan oleh aspek deskriptif dan preskriptif (Speight & Foote, 2011. Seseorang dapat
memilih untuk menegaskan atau menolak tanggung jawab peran. Terutama bila penghuni suatu posisi
adalah seorang ilmuwan atau insinyur, mungkin diharapkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan yang diminta oleh posisi terhormat ini akan cukup untuk menjamin integritas penelitian
kecuali dalam beberapa kasus luar biasa. Ada hubungan langsung antara profesi kesehatan dan
pemeliharaan standar etika, di dunia akademis dan industri (Craine, 2004). Inti dari hubungan ini adalah
budaya masyarakat yang bervariasi di dalam dan lintas masyarakat.
Budaya etis suatu masyarakat adalah kombinasi dari hasil yang disengaja dan tidak diinginkan yang
muncul dari setiap aspek masyarakat (Gambar 1). Sifat lingkungan etika bergantung pada bagaimana
aspek-aspek ini berdampak pada tingkat keanggotaan. Pemimpin masyarakat pada dasarnya diberi
mandat untuk menegakkan kebijakan, aturan dan regulasi. Cara melakukannya tergantung pada gaya
administrasi pemimpin dari setiap masyarakat tertentu.

7
Sumber: Speight & Foote, 2011:162
Apakah perilaku seorang ilmuwan atau insinyur benar atau salah (Lillie, 2001; Speight & Foote, 2011):
1. naluriah dan dapat dilihat melalui tindakan individu,
2. disengaja, yang mungkin langsung dan memotivasi atau tidak langsung,
3. berakar pada keinginan, yang merupakan kesadaran untuk bertindak dengan cara tertentu, atau
4. masalah pilihan yang diperhitungkan.

Lebih jauh, kode etik harus memenuhi banyak tujuan dalam organisasi keilmuan dan keteknikan dengan
cara:
1. meningkatkan kepekaan dan penilaian etika,
2. memperkuat dukungan untuk keberanian moral, dan
3. menyempurnakan dan perasaan identitas organisasi.

8
Selain itu, terdapat berbagai macam kode etik, yang ditulis oleh kelompok teknis tertentu dan yang
memiliki tujuan keberadaan mereka sendiri dan memungkinkan setiap kelompok untuk menghadapi
serangkaian tantangan etika yang unik untuk kelompok tersebut (Lichtenberg, 1996).
Kode etik harus menjadi tolok ukur standar perilaku yang dapat diterima, yang mengikat diri mereka
sendiri oleh anggota organisasi ilmiah atau teknik. Seringkali, kode etik memprioritaskan prinsip-prinsip
yang umumnya saling bertentangan, yang mendasari standar perilaku dalam suatu organisasi dengan
memprioritaskan prinsip-prinsip tersebut untuk memberikan panduan tentang bagaimana seorang
anggota harus bertindak sebagai agen yang bertanggung jawab dari organisasi ketika situasi
memerlukan elemen kompromi antara prinsip (Davis dan Stark, 2001). Misalnya, sebagai sebuah profesi,
insinyur telah setuju bahwa komitmen terhadap keselamatan publik sangat penting saat bertindak
sebagai insinyur profesional. Perjanjian ini tercermin dalam kode profesional seperti kode etik untuk
insinyur. Demikian pula, kode para profesional ilmiah harus menekankan prioritas yang sama pada
komitmen untuk menegakkan keselamatan dan kesehatan individu. Namun perbedaan dalam fokus
kode etik masing-masing mencerminkan perbedaan dalam tantangan yang dihadapi para ilmuwan dan
insinyur saat mencoba untuk mengatasi masalah masing-masing.
Karena kelompok yang berbeda terdiri dari orang yang berbeda dengan tujuan yang berbeda memiliki
cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang berbeda, prioritas khusus untuk satu kelompok mungkin
'bertentangan dengan kelompok lain. Alasan perbedaan, katakanlah, prioritas adalah karena tugas satu
kelompok, misalnya insinyur, mungkin secara langsung melibatkan perbaikan kondisi masyarakat (atau
kelompok dalam masyarakat), sedangkan prioritas kelompok lain mungkin melibatkan perbaikan kondisi
tersebut. individu. Selain itu, jenis kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi menentukan situasi
di mana praktik perilaku etis dapat terancam, dan di situlah letak alasan penulisan kode etik khusus
untuk organisasi dan anggota.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat memutuskan apa yang harus dimasukkan
ke dalam kode etik:
1. orang, atau kelompok orang, yang dipengaruhi oleh organisasi atau anggota organisasi,
2. area utama aktivitas organisasi,
3. keputusan dan tindakan tidak etis yang ingin dicegah oleh organisasi,
4. cara di mana keputusan dan tindakan yang tidak etis ini dapat dicegah,
5. jenis masalah etika yang paling mungkin dihadapi oleh anggota organisasi, dan
6. cara yang digunakan untuk memecahkan prinsip-prinsip yang bertentangan (Davis dan Stark, 2001).

9
Kode Etik harus fokus pada: (Kitchener dan Kitchener, 2009).
1. perilaku dan persyaratan moral dasar;
2. aturan etika untuk pengambilan keputusan,
3. prinsip etika yang digunakan untuk membenarkan aturan etika;
4. teori etika yang menjelaskan tentang bagaimana seorang ilmuwan atau insinyur harus bertindak, dan
5. meta-etika yang membahas dan mengevaluasi makna etika.

The Ten Commandments of Computer Ethics (Computer Ethics Institute—


http://www.cpsr.org/program/ethics/cei.html)
1.Jangan menggunakan komputer untuk merugikan orang lain.
2. Jangan mengganggu pekerjaan komputer orang lain.
3. Jangan mengintip file komputer orang lain.
4. Jangan menggunakan komputer untuk mencuri.
5. Jangan menggunakan komputer untuk memberikan kesaksian palsu.
6. Jangan menyalin atau menggunakan perangkat lunak berpemilik yang belum Anda bayar.
7. Jangan menggunakan sumber daya komputer orang lain tanpa otorisasi atau kompensasi yang sesuai.
8. Jangan mengambil hasil intelektual orang lain.
9. Anda harus memikirkan konsekuensi sosial dari program yang Anda tulis atau sistem yang Anda
rancang.
10. Anda harus selalu menggunakan komputer dengan cara yang memastikan pertimbangan dan rasa
hormat terhadap sesama manusia.

Referensi:
• Bertens. K. Etika (edisi revisi). Jakarta: Gramedia, 2011
• Davis, G. Scott. 2006. “Ethics”. Robert A. Segal (ed.) The Blackwell Companion to the Study of
Religion, First Edition, Blackwell Publishing Ltd. Pages 239-254
• Davis, G. Scott. 2013. “Codes of Ethics “. Hugh LaFollette (ed.) The International Encyclopedia
of Ethics. Blackwell Publishing Ltd, pages 837–840
• Keraf., A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas
• MacKinnon, Barbara & Andrew Fiala (2017) Ethics_ Theory and Contemporary Issues. Cengage
Learning

10
• Medvecky, Fabien and Joan Leach.2019. An Ethics Of Science Communication. Palgrave Pivot
• Speight, James G and Russell Foote. 2011. Ethics in Science and Engineering. Scrivener
Publishing LLC.
• Thompson, Paul B. 2012. “Ethics and Risk Communication”. Science Communication 34(5) 618
–641. SAGE Publications
• Soekanto, Soerjono.2015. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
• Lorens Bagus, kamus filsafat. Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000
• Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat, Jakarta: Wijaya, 1978.
• Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual. Jakarta: Asdi Mahasatya
• Velasquez , Manuel G. 2012. Etika Bisnis Konsep dan Kasus. Yogyakarta, Andi Offset

11

Anda mungkin juga menyukai