829 3315 1 PB
829 3315 1 PB
TRAVEL VACCINE
Lia Dwi Lestari1), Raveinal2)
1
PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP M. Djamil Padang
email: yute_kla@yahoo.com
2
Subbagian Alergi Imunologi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP M. Djamil
Padang
Abstrak
Perjalanan wisata sangat bisa berpotensi dalam penularan suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui batuk atau bersin. Penularan ini dapat terjadi dengan sangat cepat, bahkan dapat
menyebar sampai ke seluruh dunia, dapat pula berakibat fatal bahkan menimbulkan kematian. Beberapa
contoh penyakit menular yang bisa didapat oleh para traveller misalnya : Hepatitis A, Influenza, Yellow
Fever, Japanese Encephalitis, Meningitis, yang sebenarnya kesemua penyakit tersebut dapat dicegah
dengan vaksin, namun para penggemar travel umumnya masih banyak yang belum mengetahui akan
pentingnya vaksinasi sebagai salah satu cara penting melindungi kesehatan tubuh. Vaksinasi diartikan
sebagai tindakan pemberian suatu vaksin sedangkan imunisasi didefinisikan suatu induksi agar terjadi
pembentukan imunitas tubuh. Sampai saat ini imunisasi dianggap salah satu bentuk intervensi yang paling
cost- effective untuk mencegah penularan penyakit infeksi selama perjalanan, dikarenakan respon imun
dalam pemberian vaksinasi yakni : sel limfosit (limfosit B dan T) dan APC (Antigen Precenting Cell)
misalnya sel dendritik dan makrofag, merupakan respon tubuh utama dalam upaya eliminasi berbagai
antigen.
Kata Kunci: Travel Vaccine, vaksinasi, imunisasi, respon imun
Abstract
Tourism can be very potential in transmitting a disease, especially diseases transmitted through coughing
or sneezing. This transmission can occur very quickly, even spread throughout the world, can also be
fatal and even cause death. Some examples of infectious diseases that can be obtained by travelers such
as: Hepatitis A, Influenza, Yellow Fever, Japanese Encephalitis, Meningitis, which actually all of these
diseases can be prevented by vaccines, but there are still many travel enthusiasts who do not yet know the
importance of vaccination as a wrong one important way to protect body health. Vaccination is defined
as the act of giving a vaccine while immunization is defined as an induction so that the formation of the
body's immunity occurs. Until now, immunization is considered one of the most cost-effective forms of
intervention to prevent transmission of infectious diseases during travel, due to the immune response in
vaccination namely: lymphocyte cells (B and T lymphocytes) and APC (Antigen Precenting Cell) such as
dendritic cells and macrophages , is the body's main response in the effort to eliminate various antigens.
Keywords: Travel Vaccine, vaccination, immunization, immune response
661
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit Terdapat dua kelompok besar respons
atau mengalami sakit ringan.2 imun.
Dalam buku International Travel and a. Respons imun non spesifik (non adaptive,
Health” 2007 dari World Health innate) yang ditujukan tidak hanya pada 1
Organization, dikatakan bahwa statistik antigen, berupa komponen seluler
tahun 2005 dari The World Tourism (makrofag, neutrofil, sel natural killer (NK)
Organization, kunjungan turis seluruh dunia dan komponen humoral (sitokin, interferon)
telah melebihi 800 juta orang, mayoritas b. Respon imun spesifik (adaptive,
sebanyak 50% atau sekitar 402 juta adalah acquired) yang ditujukan spesifik hanya
turis internasional dengan tujuan kunjungan pada 1 antigen. Pada respon imun spesifik
berlibur, rekreasi dan bersenang-senang, lalu ini terdapat dua komponen seluler (limfosit
sebanyak 42% atau sekitar 337 juta adalah T) dan komponen humoral (limfosit B yang
turis untuk kunjungan teman dan keluarga, memproduksi antibodi).4
wisata agama seperti ibadah Haji dan untuk Respon sel T terhadap invasi antigen
mencari pengobatan, sisanya sekitar 8% (termasuk antigen vaksin) hanya dapat
adalah turis yang tidak jelas tujuan dimulai bila antigen sudah diproses dan
kunjungannya.3 dipresentasikan oleh Antigen Presenting
Travel Vaccine atau vaksin wisatawan Cell (APC). Hal ini timbul karena sel T
merupakan imunisasi khusus yang diberikan hanya dapat mengenali antigen yang terikat
kepada para wisatawan sebelum mereka pada protein Major histocompability
pergi ke daerah yang mereka inginkan. Complex (MHC). Terdapat 2 kelas MHC,
Namun penggunaan vaksin di kalangan yang masing-masing dapat dikenali oleh 1
traveler belum popular dan umumnya masih dari 2 subtipe sel T. MHC kelas 1
banyak penggemar travel yang belum diekspresikan oleh seluruh sel somatik,
mengetahui akan pentingnya vaksinasi untuk mempresentasikan antigen pada sel T
sebagai salah satu cara penting melindungi sitotoksik (Cytotoxic T Lymphocytes, CTL)
kesehatan tubuh.3 dengan petanda permukaan CD8 yang dapat
menyebabkan kematian sel terinfeksi atau
RESPON IMUN PADA VAKSINASI patogen. Sedangkan, MHC kelas II
Imunitas manusia terdiri dari 2 tipe yaitu: diekspresikan oleh makrofag dan beberapa
1. Imunitas pasif sel lain untuk mempresentasikan antigen
Terbentuk melalui pemberian antibodi pada sel T helper (Th) dengan petanda
dalam bentuk imunoglobulin, baik permukaan CD4.5
spesifik maupun non spesifik
2. Imunitas aktif
Terbentuk melalui pemaparan antigen
dari suatu patogen terhadap sistem
imunitas penjamu, sehingga terbentuk
suatu antibody
Respons imun merupakan respon tubuh
yang berupaya mengeliminasi antigen.
Komponen penting dalam menimbulkan
respon imun dalam pemberian vaksinasi
adalah sel limfosit (limfosit B dan T) dan
APC (Antigen Precenting Cell) misalnya sel
dendritik dan makrofag.1,3
662
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
663
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
664
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
665
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
666
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
667
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
endemis (Asia) dan tinggal lebih dari 30 produksi nerve tissue vaccine (NTV)
hari atau akan tinggal lama disana. menjadi tissue culture (MTCV) atau
Terutama jika mereka melakukan vaksin sub-unit, karena NTV bukan
aktivitas di pedesaan.1,6 hanya bersifat paralytogenic, tetapi
Macam vaksin : virus inaktif kurang nyamam, kurang imunogenisitas,
Efektivitas : 91% kurang toleransi dan kurang diterima oleh
Rute suntikan : subkutan tubuh.19
Inactivated Japanese Encephalitis
vaccine pertama kali dikembangkan 9. Vaksin Polio
tahun 1968, tetapi cakupan imunisasi Beberapa negara bebas polio
masih rendah dan menunjukkan dampak mungkin meminta bukti imunisasi polio
pandemik yang signifikan pada tahun pada saat mengurus visa kepada para
1971-1972 terutama di China.17 pejalan dari negara-negara atau area yang
Beberapa jenis vaksin Japanese masih ada virus polio liar (wild polio)
encephalitis yang telah dikembangkan yaitu Afganistan, India, Nigeria dan
ada 4 yang tersedia dan terdaftar di Pakistan.1,6
internasional, dan mempunyai jadwal
vaksinasi dan booster yang berbeda, EFEK SAMPING VAKSINASI
yaitu: inactivated Vero cell culture 1. Lokal
vaccine (JE-VC), inactivated mouse Reaksi lokal berupa bengkak dan nyeri
brain-derived vaccine (JE-MB), cell- pada tempat suntikan. Reaksi akan
culture-derived live attenuated vaccine hilang dalam 48 jam dan biasanya sering
berdasarkan SA 14-14-2 dan live terjadi pada suntikan intradermal. Pada
attenuated chimeric vaccine berdasarkan umumnya pemberian vaksin akan
gen yellow fever 17D backbone yang dilanjutkan.
dikombinasi dengan Vero cell propagated 2. Sistemik
SA 14-14-2 strain (IMOJEV).18 Reaksi sistemik dapat berupa demam,
rasa lemah, nyeri otot dan nyeri kepala.
8. Vaksin Rabies Reaksi ini akan menghilang dalam 48
Vaksin ini bukan merupakan jam. Reaksi alergi (melalui Ig E) dapat
imunisasi rutin, dan dianjurkan pada terjadi namun jarang. Reaksi ini berupa
individu yang beresiko tinggi tertular, urtikaria, angiooedema, anafilaksis
wisatawan yang berkunjung ke daerah setelah suntikan. Juga dapat terjadi
endemis yang beresiko kontak dengan reaksi imun kompleks meski jarang.
hewan dan individu yang tergigit Cara mengatasi reaksi sistemik sesuai
binatang tersangka rabies.1,6 dengan cara pengatasan reaksi alergi
Macam vaksin : virus yang dilemahkan, pada umumnya.6
juga tersedia serum (rabies
immnoglobulin) SIMPULAN
Efektivitas : vaksin 100% Salah satu resiko kesehatan yang
Rute suntikan : intramuskular, subkutan penting terkait perjalanan adalah resiko
Sekarang ini, beberapa hal yang penularan penyakit dan penyebaran wabah
menjadi tantangan dalam perkembangan yang dapat terjadi dengan sangat cepat ke
vaksin anti rabies pada manusia dan seluruh dunia. Travel Vaccine atau vaksin
hewan adalah sedikitnya atau wisatawan merupakan imunisasi khusus
ketidaktersediaan teknologi modern untuk yang diberikan kepada para wisatawan
668
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
669
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care
670