Anda di halaman 1dari 10

e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.

3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

TRAVEL VACCINE
Lia Dwi Lestari1), Raveinal2)
1
PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP M. Djamil Padang
email: yute_kla@yahoo.com
2
Subbagian Alergi Imunologi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP M. Djamil
Padang

Submitted : 31-05-2020, Reviewer:04-06-2020, Accepted: 04-06-2020

Abstrak

Perjalanan wisata sangat bisa berpotensi dalam penularan suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui batuk atau bersin. Penularan ini dapat terjadi dengan sangat cepat, bahkan dapat
menyebar sampai ke seluruh dunia, dapat pula berakibat fatal bahkan menimbulkan kematian. Beberapa
contoh penyakit menular yang bisa didapat oleh para traveller misalnya : Hepatitis A, Influenza, Yellow
Fever, Japanese Encephalitis, Meningitis, yang sebenarnya kesemua penyakit tersebut dapat dicegah
dengan vaksin, namun para penggemar travel umumnya masih banyak yang belum mengetahui akan
pentingnya vaksinasi sebagai salah satu cara penting melindungi kesehatan tubuh. Vaksinasi diartikan
sebagai tindakan pemberian suatu vaksin sedangkan imunisasi didefinisikan suatu induksi agar terjadi
pembentukan imunitas tubuh. Sampai saat ini imunisasi dianggap salah satu bentuk intervensi yang paling
cost- effective untuk mencegah penularan penyakit infeksi selama perjalanan, dikarenakan respon imun
dalam pemberian vaksinasi yakni : sel limfosit (limfosit B dan T) dan APC (Antigen Precenting Cell)
misalnya sel dendritik dan makrofag, merupakan respon tubuh utama dalam upaya eliminasi berbagai
antigen.
Kata Kunci: Travel Vaccine, vaksinasi, imunisasi, respon imun

Abstract
Tourism can be very potential in transmitting a disease, especially diseases transmitted through coughing
or sneezing. This transmission can occur very quickly, even spread throughout the world, can also be
fatal and even cause death. Some examples of infectious diseases that can be obtained by travelers such
as: Hepatitis A, Influenza, Yellow Fever, Japanese Encephalitis, Meningitis, which actually all of these
diseases can be prevented by vaccines, but there are still many travel enthusiasts who do not yet know the
importance of vaccination as a wrong one important way to protect body health. Vaccination is defined
as the act of giving a vaccine while immunization is defined as an induction so that the formation of the
body's immunity occurs. Until now, immunization is considered one of the most cost-effective forms of
intervention to prevent transmission of infectious diseases during travel, due to the immune response in
vaccination namely: lymphocyte cells (B and T lymphocytes) and APC (Antigen Precenting Cell) such as
dendritic cells and macrophages , is the body's main response in the effort to eliminate various antigens.
Keywords: Travel Vaccine, vaccination, immunization, immune response

pemberian suatu vaksin.1 Di dalam


PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Vaksin merupakan sediaan biologis yang Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang
menimbulkan suatu kekebalan terhadap penyelenggaran imunisasi, imunisasi
penyakit, didalamnya terkandung sejumlah didefinisikan sebagai suatu upaya, untuk
kecil bahan yang menyerupai organisme menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
patogen yang mampu menginduksi sistem seseorang secara aktif terhadap suatu
imun.Vaksinasi merupakan tindakan penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan

661
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit Terdapat dua kelompok besar respons
atau mengalami sakit ringan.2 imun.
Dalam buku International Travel and a. Respons imun non spesifik (non adaptive,
Health” 2007 dari World Health innate) yang ditujukan tidak hanya pada 1
Organization, dikatakan bahwa statistik antigen, berupa komponen seluler
tahun 2005 dari The World Tourism (makrofag, neutrofil, sel natural killer (NK)
Organization, kunjungan turis seluruh dunia dan komponen humoral (sitokin, interferon)
telah melebihi 800 juta orang, mayoritas b. Respon imun spesifik (adaptive,
sebanyak 50% atau sekitar 402 juta adalah acquired) yang ditujukan spesifik hanya
turis internasional dengan tujuan kunjungan pada 1 antigen. Pada respon imun spesifik
berlibur, rekreasi dan bersenang-senang, lalu ini terdapat dua komponen seluler (limfosit
sebanyak 42% atau sekitar 337 juta adalah T) dan komponen humoral (limfosit B yang
turis untuk kunjungan teman dan keluarga, memproduksi antibodi).4
wisata agama seperti ibadah Haji dan untuk Respon sel T terhadap invasi antigen
mencari pengobatan, sisanya sekitar 8% (termasuk antigen vaksin) hanya dapat
adalah turis yang tidak jelas tujuan dimulai bila antigen sudah diproses dan
kunjungannya.3 dipresentasikan oleh Antigen Presenting
Travel Vaccine atau vaksin wisatawan Cell (APC). Hal ini timbul karena sel T
merupakan imunisasi khusus yang diberikan hanya dapat mengenali antigen yang terikat
kepada para wisatawan sebelum mereka pada protein Major histocompability
pergi ke daerah yang mereka inginkan. Complex (MHC). Terdapat 2 kelas MHC,
Namun penggunaan vaksin di kalangan yang masing-masing dapat dikenali oleh 1
traveler belum popular dan umumnya masih dari 2 subtipe sel T. MHC kelas 1
banyak penggemar travel yang belum diekspresikan oleh seluruh sel somatik,
mengetahui akan pentingnya vaksinasi untuk mempresentasikan antigen pada sel T
sebagai salah satu cara penting melindungi sitotoksik (Cytotoxic T Lymphocytes, CTL)
kesehatan tubuh.3 dengan petanda permukaan CD8 yang dapat
menyebabkan kematian sel terinfeksi atau
RESPON IMUN PADA VAKSINASI patogen. Sedangkan, MHC kelas II
Imunitas manusia terdiri dari 2 tipe yaitu: diekspresikan oleh makrofag dan beberapa
1. Imunitas pasif sel lain untuk mempresentasikan antigen
Terbentuk melalui pemberian antibodi pada sel T helper (Th) dengan petanda
dalam bentuk imunoglobulin, baik permukaan CD4.5
spesifik maupun non spesifik
2. Imunitas aktif
Terbentuk melalui pemaparan antigen
dari suatu patogen terhadap sistem
imunitas penjamu, sehingga terbentuk
suatu antibody
Respons imun merupakan respon tubuh
yang berupaya mengeliminasi antigen.
Komponen penting dalam menimbulkan
respon imun dalam pemberian vaksinasi
adalah sel limfosit (limfosit B dan T) dan
APC (Antigen Precenting Cell) misalnya sel
dendritik dan makrofag.1,3

662
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

telah teraktivasi akan berdiferensiasi


menjadi sel plasma dan sel B memori yang
berperan pada respon imun spesifik
sekunder. Sel plasma inilah yang
menghasilkan antibodi spesifik.
Perangsangan oleh antigen polisakarida turut
mencetuskan reaksi serupa. Akan tetapi,
tidak terjadi reaksi imunitas humoral yang
dibantu oleh sel T pada pusat germinal.
Perbedaan lainnya adalah sel plasma yang
timbul akibat perangsangan oleh antigen
protein akan berimigrasi dan tersimpan pada
sumsum tulang, sedangkan sel plasma yang
Gambar 1. Respon Imun Spesifik Primer Seluler timbul akibat perangsangan oleh antigen
Pasca Paparan Antigen Vaksin5 polisakarida akan tersimpan pada limpa.4
Bersama dengan sinyal kostimulator,
antigen yang telah terikat pada MHC kelas 2
akan menghasilkan sel Th. Kemudian sel Th
akan berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan
Th2. Aktivasi sel Th juga menyebabkan sel
sekresi interleukin-2 (IL-2) dan ekspresi
reseptor spesifik IL-2 pada permukaan sel
Th. IL-2 bekerja autokrin dengan memicu
sel T agar lebih aktif melakukan proliferasi
dan memproduksi berbagai sitokin yang
memicu pertumbuhan, perkembangan sel B,
makrofag dan sel lainnya.
Kontak antigen dan Th juga Gambar 2. Respons Imun Spesifik Primer
menstimulasi pengeluaran IL-1 oleh APC Humoral Akibat Rangsangan Antigen protein 4
dan Th. Kerja IL-1 sebagai autokrin ini
meingkatkan ekspresi MHC kelas II pada Pada respon imun spesifik sekunder
APC yang akan memperkuat ikatan APC humoral, sebagai respon terhadap adanya
dan Th. Dua sitokin lain yang juga infeksi primer, terjadi diferensiasi sel B
dihasilkan makrofag, yaitu Tumor Necrosis menjadi sel plasma dan sel memori pada
Factor (TNF) dan IL-6, bekerja sebagai germinal center jaringan limfoid. Kemudian
sinergis dengan IL-1. Sel Th yang sel plasma bermigrasi ke sumsum tulang dan
teraktivasi juga menyebabkan diferensiasi sel memori bersirkulasi ke seluruh tubuh.
sel T menjadi sel T memori yang berperan Ketika sel memori beredar kembali ke
pada respons imun spesifik sekunder.4 jaringan limfoid yang mengandung antigen
Pada respon imun spesifik primer serupa, siklus diferensiasi menjadi
humoral, reseptor Ig pada permukaan sel B berlangsung lebih cepat, sehingga
saat dirangsang oleh antigen protein, akan diproduksi antibodi dengan afinitas dan
mengenali dan berinteraksi dengan epitop jumlah yang lebih tinggi. Berbeda dengan
dan antigen, baik secara langsung atau pun respon imun humoral primer yang awalnya
dengan bantuan sitokin (IL-2, IL-4, dan menghasilkan IgM dilanjutkan dengan IgG
IL_6) yang dihasilkan sel Th. Sel B yang dalam kadar lebih tinggi.

663
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

Vaksin ini dibuat dari bahan toksin


bakteri tidak toksik namun dapat
merangsang pembuatan antibodi.
Contohnya: tetanus dan difteri
c. Vaksin konjugat
Vaksin ini merupakan polisakarida
murni yang kurang imunogenik untuk
anak di bawah usia dua tahun. Untuk
meningkatkan imunogenisitas,
polisakarida dikonjugasikan dengan
protein karier sehingga dapat
meningkatkan respon imun
3. Vaksin Rekombinan
Gambar 3. Kadar Antibodi Pada Respons Imun Susunan vaksin ini memerlukan epitop
Humoral Primer dan Sekunder 4 organisme yang patogen. Sintesis dari
antigen vaksin tersebut melalui isolasi
JENIS DAN PEMBUATAN VAKSIN dan penentuan gen epitop bagi sel
penerima vaksin. Prinsip vaksin ini
Jenis vaksin yang digunakan untuk adalah dengan menyisipkan satu atau
imunisasi terdiri dari berbagai bentuk, yaitu: lebih gen yang mengkode determinan
1. Vaksin yang dilemahkan (attenuated live imunitas yang penting pada
vaccine) mikroorganisme. Vektor yang biasa
Viabilitas dan daya infeksi kuman atau digunakan adalah virus (poxvirus
virus dilemahkan namun masih mampu vaccinia, canarypox, adenovirus) dan
menumbuhkan respon imun. Vaksin ini bakteri (salmonella). Contoh vaksin ini
berasal dari keseluruhan organisme atau adalah vaksin hepatitis B
bagian dari organisme atau bagian dari 4 Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA
organisme Vaccines)
2. Vaksin yang telah dimatikan (killed Vaksin dibuat berdasarkan isolasi DNA
vaccine, inactivated vaccine) mikroba yang mengandung kode antigen
Berasal dari mikroorganisme yang telah yang patogen dan masih dalam
dimatikan. Respon imun yang timbul perkembangan penelitian. Hasil akhir
lebih lemah daripada vaksin hidup pada binatang percobaan menunjukkan
sehingga biasanya memerlukan imunisasi bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri)
ulang. Contoh vaksin ini adalah kolera merangsang respon humoral dan selular
dan pertusis. yang cukup kuat sedangkan penelitian
Jenis vaksin ini dapat juga dibagi klinis pada manusia saat ini sedang
menjadi: dilakukan.1,6
a. Vaksin subunit
Vaksin berasal dari bagian organisme. KATEGORI TRAVEL VACCINE
Misalnya komponen kapsul bakteri 1 Vaksin Rutin
(Streptococcus pneumonia). Jika terdapat riwayat imunisasi yang
Keuntungan vaksin ini telah aman tidak lengkap, calon wisatawan
diberikan pada anak serta terhindar dianjurkan untuk mendapat imunisasi
dari vaksin yang purulen. dasar terlebih dahulu agar status
b. Vaksin toksoid imunisasinya menjadi lengkap.

664
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

Vaksin rutin merupakan imunisasi wabah demam kuning hanya untuk


dasar yang termasuk ke dalam transit. Mereka yang sudah mendapat
kebanyakan program kesehatan nasional. imunisasi demam kuning akan diberi
Vaksin-vaksin ini biasanya diberikan sertifikat internasional sebagai bukti
kepada anak-anak dan umumnya nyata. Negara Saudi Arabia mewajibkan
diberikan suntikan booster (pendorong) vaksinasi meningokokal kepada mereka
agar kekebalan yang dihasilkan dapat yang pergi ke Mekah untuk naik haji.
lebih efektif. Ada berbagai macam vaksin Beberapa negara juga mewajibkan vaksin
rutin mulai dari campak, campak Jerman, polio bagi wisatawan yang kembali dari
difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis negara yang memiliki laporan adanya
B, sampai influenza B. Pada beberapa poliomielitis tipe liar.2,6,7
negara, vaksin untuk cacar, rotavirus,
HPV, BCG dan tuberkulosis juga WAKTU PEMBERIAN VACCINE
dimasukkan ke dalam program imunisasi Vaksin akan bekerja dua minggu setelah
rutin. Bagi beberapa golongan dengan disuntik. Jadi, waktu yang paling aman
usia tertentu vaksin influenza juga untuk melakukan suntik vaksin adalah satu
menjadi salah satu vaksin rutin. bulan sebelum melakukan travel. Hal
2 Vaksin Rekomendasi tersebut dikarenakan, antibodi baru akan
Vaksin rekomendasi merupakan terbentuk selama dua minggu setelah
imunisasi yang diberikan kepada mereka dimasukkan vaksin. Vaksin tersebut
yang akan berpergian ke daerah dengan kemudian akan aktif selama tiga tahun.
tingkat paparan penyakit tertentu yang Secara umum, vaksin yang tidak aktif
tinggi. Vaksin yang termasuk ke dalam dapat diberikan pada waktu yang sama.
jenis ini adalah vaksin kolera, hepatitis A, Vaksin hidup dapat diberikan bersamaan
rabies dan demam tifoid, dan diberikan namun harus diberikan melalui jalur masuk
terutama bagi mereka yang akan yang berbeda. Bila ini tidak dapat dilakukan
berpergian ke Asia dan Amerika Selatan. maka vaksin tersebut perlu diberikan 1 bulan
Penambahan vaksin Japanese Ensefalitis setelahnya. Vaksin kombinasi dapat
diberikan bagi mereka yang berpergian ke memberikan kenyamanan bagi wisatawan
negara Asia tertentu dan vaksin karena mereka mendapatkan imunisasi yang
Ensefalitis tick-borne kepada yang berbeda dalam 1 suntikan.3,6
berpergian ke Rusia dan negara Baltik.
3 Vaksin Wajib JENIS TRAVEL VACCINE
Hanya 3 macam vaksin yang
merupakan vaksin wajib yaitu vaksin 1. Vaksin Influenza
demam kuning, meningokokal dan polio. Vaksin diberikan setiap tahun bagi orang
Dari ketiga vaksin tersebut, Peraturan dewasa dengan usia ≥ 50 tahun, penghuni
Kesehatan Internasonal mewajibkan rumah jompo dan fasilitas-fasilitas lain
vaksin demam kuning sebagai vaksin dalam waktu lama, orang muda dengan
yang wajib diberikan. Para wisatawan penyakit jantung, paru kronis, penyakit
yang berpergian ke benua Afrika dan metabolisme, disfungsi ginjal,
hampir semua negara di Amerika Tengah hemoglobinopati atau imunosupresi, HIV,
dan Selatan diwajibkan untuk mendapat perawat dan petugas-petugas kesehatan
imunisasi demam kuning. Beberapa diatas.3,6
negara bahkan mewajibkan ini kepada Macam : vaksin split atau subunit
wisatawan yang mengunjungi negara Efektivitas : 88-89%

665
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

Rute : suntikan intramuskular prioritas vaksinasi influenza pada tahun


Catatan : vaksin ini dianjurkan untuk 2005-2006, yaitu:9,10
usia ≥ 50 tahun untuk a. kelompok usia ≥ 65 tahun dengan
individual sedangkan untuk atau tanpa penyakit komorbid
program usia ≥ 65 tahun b. penghuni tempat rawatan kesehatan
Terdapat 2 jenis vaksin influenza 8 c. kelompok usia 2-64 tahun dengan
a. Vaksin inaktif penyakit komorbid
Virus yang divaksinasikan berkembang d. anak usia6-23 bulan
biak dan merangsang pembentukan e. wanita hamil
antibodi seperti pada reaksi cell-mediated f. petugas kesehatan yang melayani
immunity. langsung penderita
- whole virion vaccine g. keluarga yang serumah dengan
Menggunakan seluruh partikel virus, penderita dan pengasuh anak usia <
mempunyai imunogenisitas yang baik, 6 bulan
tetapi konsekuensi efek samping lebih 2. Vaksin Hepatitis A
besar. Pencegahan infeksi virus hepatitis A
- split particle vaccin melalui imunisasi dapat diberikan dalam
Menggunakan fragmen partikel virus dua bentuk:1,6,11
(mengandung RNA dan protein M), a. Imunisasi pasif
antigen permukaan dan struktur Diberikan pada individu yang rentan
protein dan antigen pelarut seluruhnya pada paparan melalui pemberian
diikutsertakan. Mempunyai imunoglobulin . Direkomendasikan
imunogenisitas cukup baik dan efek pada individu pasca paparan virus dan
samping yang lebih sedikit yang belum divaksin hepatitis A dan
- subunit vaccine beresiko terpapar dalam waktu kurang
Hanya mengandung HA dan NA. dari 2 minggu. Hasil dari pemberian
Bentuknya mirip dengan split particle imunoglobulin ini adalah serokonversi,
vaccine, tetapi proses pemurniannya yaitu terbentuknya antibodi yang
berbeda. Mempunyai imunogenisitas bersifat protektif setelah pemberian
yang kurang efek samping sedikit imunoglobulin
Vaksin ini diberikan intramuskular dan b. Imunisasi aktif
berisi tiga visus inaktif: tipe A (H1N1), tipe Vaksin yang diberikan berupa virus
A(H3N2) dan tipe B. Untuk dosis dewasa yang dilemahkan. Virus ini dinaktivasi
diberikan 0,5 ml oleh formalin dan merupakan whole
b. Vaksin hidup vaccine yang diproduksi dari kultur
Vaksin ini berisi sama dengan vaksin sel.
inaktif, diberikan secara rute infeksi Vaksin Hepatitis A diberikan dua
natural secara intranasal. Vaksin ini dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan
hanya boleh diberikan pada individu pada individu beresiko terjadinya infeksi
sehat dan tidak hamil, berusia 2-49 tahun. virus Hepatitis A dan mereka yang
Di Amerika Serikat vaksinasi influenza menginginkan imunitas. Populasi yang
sangat dianjurkan. Center for Disease beresiko tinggi tersebut adalah:
Control and Prevention (CDC) dan a. Individu yang sering melakukan
Advisory Committee on Immunization perjalanan atau bekerja di suatu
Practices (ACIP) menetapkan kelompok negara yang mempunyai prevalensi
masyarakat yang harus mendapat tinggi hepatitis A

666
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

b. Homoseksual untuk individu defisiensi, pasien asplenia


c. Pengguna narkoba anatomik dan fungsional dan pelancong
d. Penderita penyakit hati ke negara yang terdapat epidemi penyakit
e. Individu yang bekerja dengan hewan meningokokus (misalnya “meningitis
primata terinfeksi hepatitis A belt” di sub sahara Afrika). Vaksinasi
f. Peneliti virus hepatitis A ulang dipertimbangkan setelah 3 tahun.
Macam vaksin : antigen virus inaktif Macam vaksin : polisakarida inaktif
Efektivitas : 94-100% Efektivitas : 90%
Rute Suntikan : Intramuskular Rute suntikan : subkutan13

3. Vaksin Hepatitis B 5. Vaksin Demam Tifoid


Virus hepatitis B merupakan virus Dianjurkan penggunaannya pada
DNA yang termasuk dalam golongan pekerja jasa boga dan wisatawan yang
Hepadnaviridae. Transmisi vertikal berkunjung ke daerah endemis.
merupakan sumber infeksi utama di Pemberian vaksin diulang setiap 3
seluruh dunia, juga ditransmisikan tahun.1,6
melalui cairan tubuh, perkutan dan Macam vaksin : antigen inaktif
melalui membran mukosa, kontak dengan Efektifitas : 50-80%
carrier hepatitis B, hemodialisis, paparan Rute suntikan : intramuskular14
terhadap peerja kesehatan yang terinfeksi,
alat tato, alat tindik, hubungan seksual 6. Vaksin Yellow Fever
dan inseminasi buatan, juga dapat melalui Vaksin ini diwajibkan oleh WHO
transfusi darah dan donor organ.7 bagi wisatawan yang berkunjung ke
Imunisasi pasif Hepatitis B dapat Afrika Selatan. Ulangan vaksinasi setiap
dilakukan dengan pemberian 10 tahun.1,6
imunoglobulin yang mengandung anti- Macam vaksin : virus yang dilemahkan
HBs. Sedangkan imunisasi aktif hepatitis Efektivitas : tinggi
B diperoleh melalui pemberian vaksin Rute suntikan : subkutan
yang dihasilkan melalui berbagai cara, Vaksin ini mulai dikenal setelah perang
antara lain: hasil kultur HBsAg dari amerika-spanyol dan menjadi endemik di
plasma pasien yang terinfeksi Hepatitis B Kuba, berkaitan dengan masalah sanitasi,
kronik, memasukkan plasmid yang dan meningkat angkanya setelah perang
mengandung gen S virus.1 dunia ke II terutama di wilayah Afrika
Vaksin diberikan dalm 3 dosis dan menjadi endemik.15 Vaksin yellow
dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan, bila fever diperoleh dari strain 17D. Pada
setelah imunisasi terdapat respons yang produksi awal vaksin di Amerika Serikat
baik maka tidak perlu dilakukan dan Brazil 1937-1941, dua derivat utama
pemberian imunisasi penguat (booster). dari 17D (17D-204 dan 17DD) digunakan
Macam vaksin : antigen virus inaktif untuk produksi vaksin. Vaksin yellow
Efektivitas : 75-90% fever ini memiliki angka serokonversi ±
Rute suntikan : intramuskular12 95% pada anak-anak dan dewasa dan
imunitas bertahan hingga 10 tahun.16
4. Vaksin Meningokokus
Vaksin meningokokus polisakarida 7. Vaksin Japanese Encephalitis
tetravalen (A/C/Y/W-135) wajib Vaksin ini diberikan untuk
diberikan pada calon haji dan dianjurkan wisatawan yang akan bepergian ke daerah

667
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

endemis (Asia) dan tinggal lebih dari 30 produksi nerve tissue vaccine (NTV)
hari atau akan tinggal lama disana. menjadi tissue culture (MTCV) atau
Terutama jika mereka melakukan vaksin sub-unit, karena NTV bukan
aktivitas di pedesaan.1,6 hanya bersifat paralytogenic, tetapi
Macam vaksin : virus inaktif kurang nyamam, kurang imunogenisitas,
Efektivitas : 91% kurang toleransi dan kurang diterima oleh
Rute suntikan : subkutan tubuh.19
Inactivated Japanese Encephalitis
vaccine pertama kali dikembangkan 9. Vaksin Polio
tahun 1968, tetapi cakupan imunisasi Beberapa negara bebas polio
masih rendah dan menunjukkan dampak mungkin meminta bukti imunisasi polio
pandemik yang signifikan pada tahun pada saat mengurus visa kepada para
1971-1972 terutama di China.17 pejalan dari negara-negara atau area yang
Beberapa jenis vaksin Japanese masih ada virus polio liar (wild polio)
encephalitis yang telah dikembangkan yaitu Afganistan, India, Nigeria dan
ada 4 yang tersedia dan terdaftar di Pakistan.1,6
internasional, dan mempunyai jadwal
vaksinasi dan booster yang berbeda, EFEK SAMPING VAKSINASI
yaitu: inactivated Vero cell culture 1. Lokal
vaccine (JE-VC), inactivated mouse Reaksi lokal berupa bengkak dan nyeri
brain-derived vaccine (JE-MB), cell- pada tempat suntikan. Reaksi akan
culture-derived live attenuated vaccine hilang dalam 48 jam dan biasanya sering
berdasarkan SA 14-14-2 dan live terjadi pada suntikan intradermal. Pada
attenuated chimeric vaccine berdasarkan umumnya pemberian vaksin akan
gen yellow fever 17D backbone yang dilanjutkan.
dikombinasi dengan Vero cell propagated 2. Sistemik
SA 14-14-2 strain (IMOJEV).18 Reaksi sistemik dapat berupa demam,
rasa lemah, nyeri otot dan nyeri kepala.
8. Vaksin Rabies Reaksi ini akan menghilang dalam 48
Vaksin ini bukan merupakan jam. Reaksi alergi (melalui Ig E) dapat
imunisasi rutin, dan dianjurkan pada terjadi namun jarang. Reaksi ini berupa
individu yang beresiko tinggi tertular, urtikaria, angiooedema, anafilaksis
wisatawan yang berkunjung ke daerah setelah suntikan. Juga dapat terjadi
endemis yang beresiko kontak dengan reaksi imun kompleks meski jarang.
hewan dan individu yang tergigit Cara mengatasi reaksi sistemik sesuai
binatang tersangka rabies.1,6 dengan cara pengatasan reaksi alergi
Macam vaksin : virus yang dilemahkan, pada umumnya.6
juga tersedia serum (rabies
immnoglobulin) SIMPULAN
Efektivitas : vaksin 100% Salah satu resiko kesehatan yang
Rute suntikan : intramuskular, subkutan penting terkait perjalanan adalah resiko
Sekarang ini, beberapa hal yang penularan penyakit dan penyebaran wabah
menjadi tantangan dalam perkembangan yang dapat terjadi dengan sangat cepat ke
vaksin anti rabies pada manusia dan seluruh dunia. Travel Vaccine atau vaksin
hewan adalah sedikitnya atau wisatawan merupakan imunisasi khusus
ketidaktersediaan teknologi modern untuk yang diberikan kepada para wisatawan

668
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

sebelum mereka berpergian. Vaksinasi 8. Immunization Action Coalition. Adult


diyakini merupakan perlindungan primer Only Vaccination: A Step by Step
utama dalam mencegah infeksi penyakit dan Guide, 2004
merupakan salah satu bentuk intervensi yang
paling cost-effective untuk mencegah 9. Primal Sudjana. Vaksinasi Pada
penularan penyakit infeksi selama Dewasa. Dalam Pedoman
perjalanan. Vaksin akan bekerja dua minggu Penatalaksanaan Alergi dan Imunologi.
setelah disuntik, jadi, waktu yang paling Bandung: Perhimpunan Alergi
aman untuk melakukan suntik Travel Imunologi Indonesia (PERALMUNI).
Vaccine adalah satu bulan sebelum 111-17
melakukan travel.
10. CDC: Influenza Vaccination of
Healthcare Personnel, MMWR, vol 55,
February 9, 2006
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukamto Koesnoe, Samsurizal Djauzi. 11. Sagliocca L, Amoroso P, Straffolini T
Dasar-Dasar Imunisasi Dalam Buku et al. Efficacy of Hepatitis A Vaccine in
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Prevention of Secondary Hepatitis A
Keenam Jilid 1. Jakarta: Infection: A randomized Trial. Lance
InternaPublishing. 2014. 933-62 1999;353: 1136-39
12. Shen LP, Yang JY, Mo JZ et al.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Variation of Hepatitis B Virus Infection
Indonesia No. 42 Tahun 2013 Tentang
Epidemic Pattern After Long Term
Penyelenggaraan Imunisasi
3. Erwanto Budi W. Imunisasi Dewasa HBV Vaccine Immunization. J of
Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Experimental and Clinical vir; 2017 :
Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: 253-55
InternaPublishing. 2014. 951-57
13. Iris R, Julitasari S, Ardhi RA.
4. Iris Rengganis, Robert Sinto. Aspek Meningokokus DalamPedoman
Imunologi Imunisasi Dalam Pedoman Imunisasi Dewasa. Jakarta; Balai
Imunisasi Pada Orang Dewasa. Jakarta: Penerbit FKUI. 2012. 177-88
Balai Penerbit FKUI. 2012. 28-35 14. Marathe SA, Lahiri A, Chakravortty D.
Typhoid fever & vaccine development:
5. Guthrie SB et al. A Pathway to a partially answered question Dalam
Leadership for Adult Immunization: Indian J Med Res volume 135(2). 2012.
Recommendations of the National 161-9
Vaccine Advisory Committee Dalam 15. J. Gordon Frierson. The Yellow Fever
Public Health Reports, 2012 Vaccine: A History dalam Yale Journal
Supplement 1, Volume 127 of Biology and Medicine 83. 2010. 77-
6. Samsuridjal Djauzi, Sukamto Koesnoe, 85.
Budi Amarta Putra. Konsensus 16. Elizabeth D. Barnett. Yellow Fever:
Imunisasi Dewasa. Jakarta: Balai Epidemiology and Prevention. Dalam
Penerbit FKUI. 2008 Clinical Infectious Diseases 2007;
7. Samsuridjal Djauzi, Sukamto Koesnoe, 44:850–6
Sari C et al. Pedoman Imunisasi Pada 17. Xiaoyan Gao, Xiaolong Li, Minghua Li
Orang Dewasa. Jakarta: Balai Penerbit et al. Vaccine Strategies for the Control
FKUI. 2009 and Prevention of Japanese Encephalitis

669
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(Juny, 2020): 661-670 Jurnal Human Care

in Mainland China, 1951–2011, PLOS


Neglected Tropical Diseases Volume
8;Issue 8. 2014. e3015
18. Hui-Lan Chen, Jia-Kan Chang, Ren-Bin
Tang et al. Current recommendations
for the Japanese encephalitis vaccine
dalam Journal of the Chinese Medical
Association volume 78. 2015. 271-5
19. Ishaya Sini Tekki, Chika Nwosu, Philip
Ademola Okewole. Challenges and
Prospects of Anti-Rabies Vaccines
Production in Nigeria dalam Journal
Vaccines Vaccin volume 4. 2013. 8

670

Anda mungkin juga menyukai