BAB I Aneurisma Aorta Abdominal (Revisi)
BAB I Aneurisma Aorta Abdominal (Revisi)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aneurisma aorta abdominal (AAA), yang berasal dari Kata Yunani kuno
ἀ eύrysma, berarti dilatasi atau pelebaran aorta abdominal. Definisi AAA
didasarkan pada diameter aorta abdominal, dimana diameter aorta abdominal 3,0
cm atau lebih, yang biasanya lebih dari 2 standar deviasi baik untuk pria dan
wanita.1-6 Beberapa sumber lain mendefinisikan AAA adalah dilatasi diameter
infrarenal setidaknya 1,5 kali lebih besar dari diameter aorta infrarenal normal.7-9
Sebagian besar AAA tidak menunjukkan gejala dan banyak yang
terdeteksi sebagai temuan insidental pada pencitraan diagnostik yang diperoleh
karena alasan lain.1-3 Tingkat frekuensi AAA tanpa gejala adalah 8,2% di Inggris,
8,8% di Italia, 4,2% di Denmark, dan 8,5% di Swedia (hanya untuk pria). Tingkat
frekuensi AAA pada wanita jauh lebih rendah, 0,6-1,4%. Namun, belum ada data
epidemiologi terkait AAA di Indonesia.1,2
Menurut basis data penelitian nasional yang dilakukan di AS, yang
mencakup 166.443 subyek, rata-rata usia pasien yang menjalani intervensi bedah
elektif untuk AAA antara 2007 dan 2011 berkisar 73 tahun.10 Sejalan dengan
populasi global yang menua, jumlah pasien lansia yang membutuhkan
pembedahan elektif atau mendesak untuk AAA diperkirakan akan meningkat.1
AAA yang mengalami ruptur tetap menjadi salah satu keadaan darurat
kardiovaskular paling serius dan merupakan penyebab kematian nomor 13 di
Amerika Serikat yang menyebabkan sekitar 15.000 kematian per tahun.11 Risiko
ruptur aorta abdominalis per tahun bergantung pada diameter aorta abdominal,
pada diameter lebih dari 70mm, risiko terjadinya ruptur sangat besar yaitu 30%-
33%.12
Mengingat AAA merupakan penyakit yang mengancam jiwa namun masih
belum banyak disadari masyarakat luas dan belum adanya data mengenai
karakteristik AAA di Sumatera Selatan, hal ini yang menjadikan dasar untuk
penelitian karakteristik pasien AAA di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang ini dilakukan.