Disusun oleh :
RAMA ARISTIYO
250120207007
Selanjutnya Yeng dkk, 2014, memaparkan jenis-jenis yang telah ditemukan dan
diteliti dari Bucephalandra yang terdiri dari:
Setidaknya ada 27 jenis Bucephalandra yang telah ditemukan oleh peneliti dan
kesemuanya terdapat di pulau Kalimantan baik yang secara geografis masuk dalam
wilayah Indonesia maupun Malaysia dan Brunei Darussalam yang semakin
memperkuat bahwa benar Bucephalandra merupakan flora endemik kepulauan
Kalimantan. Bahkan mungkin jumlah yang ada lebih dari itu karena keterbatasan
penelitian yang dilakukan dan menurut pengalaman pribadi selama pandemi
penjualan dan pencarian akan Bucephalandra semakin meningkat sampai dengan
daerah-daerah terpencil di beberapa kecamatan pada Kabupaten Ketapang juga telah
dijelajah dan hasilnya adalah banyak daerah-daerah yang juga memiliki
Bucephalandra yang belum diketahui secara spesifik jenisnya apa.
Melihat nilai ekonomis dan permintaan dari tanaman Bucephalandra ini tentu
saja meningkatkan keinginan untuk mengeksporasi dan eksploitasi akan daerah-
daerah yang diindikasi memiliki tanaman Bucephalandra. Tentu saja hal ini
mengganggu keberadaan Bucephalandra dalam ekosistem alami apalagi belum ada
studi yang komprehensif yang membahas fungsi dari keberadaan Bucephalandra
dalam ekosistem. Dengan keterbatasa studi dan sifat endemik yang dimilikinya
harusnya keberadaan dan pemanfaatan Bucephalandra diatur dan dilindungi oleh
seluruh lapisan pemerintah dalam rangka melindungi keanekaragaman hayati yang
ada di kepulauan Kalimantan. Hal ini cukup meresahkan karena menurut penelitian
dari Wong S. Y. dan Boyce P. C. bahwa diperlukan waktu sekitar 1,5 sampai 2 tahun
untuk Bucephalandra menjadi dewasa penuh, sedangkan jumlah yang ada di
ekosistem alami terbatas dan pengambilan yang tidak diatur dan diawasi sama sekali
tentu saja mengancam keberadaan Bucephalandra di alam. Selain itu perburuan
terhadap tanaman ini juga mengancam kondisi lingkungan habitat dimana
Bucephalandra ini hidup karena intensitas manusi yang masuk ke dalam habitat akan
semakin banyak yang tentu saja resiko kerusakan lingkungannya juga semakin tinggi.
Berdasarkan dari regulasi yang telah ada dan beberapa hasil penelitian terkait
pengelolaan dan konservasi keanekaragaman hayati maka pemerintah daerah baik
pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten dan kota, bahkan sampai ke
pemerintahan desa di wilayah kepulauan Kalimantan hendaknya mulai melakukan
inventarisasi terkait keberadaan Bucephalandra dan mengindetifikasi jenis-jenis yang
ada di daerah masing-masing untuk memperkaya inventarisasi keanekaragaman
hayati yang ada. Setelah melakukan inventarisasi langkah selanjutnya adalah
penetapan status dari tanaman Bucephalandra karena sampai dengan saat ini status
Buce masih dianggap sama dengan tanaman lain yang bebas diperjualbelikan. Peran
serta masyarakat juga sangat diperlukan dalam pengawasan pemanfaatan
Bucephalandra oleh pihak lain karena mengingat lokasi keberadaannya yang
terbilang sulit dijangkau dan diawasi oleh lembaga pemerintahan maka peran serta
masyarakat sekitar dirasa sangat perlu. Peran serta masyarakat lokal dengan
pengetahuan lokalnya juga bisa dimanfaatkan untuk mengetahui kegunaan dan fungsi
dari Bucephalandra dalam ekosistem alaminya mengingat masih minimnya literatur
terkait dengan fungsi dari Buce dalam ekosistem endemik kepulauan Kalimantan.
Langkah-langkah ini dirasa cukup penting dilakukan selagi tanaman ini masih bisa
dijumpai dan belum terlambat untuk dilakukan pengendalian terhadap pemanfaatan
Bucephalandra yang diambil langsung dari alam liar. Jangan sampai menunggu
keberadaannya sulit ditemukan dan dinyatakan hampir punah baru kita tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan untuk konservasi Bucephalandra.
Referensi
Adimu, Hasan Eldin Boer, Mennofatria Yulianda, Fredinan Damar dan Ario. 2018.
Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Efektif dan Berkelanjutan di
Taman Nasional Wakatobi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Kementerian Dalam Negeri. 1996. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun
1996 tentang Pedoman Penetapan Flora dan Fauna Identitas Daerah Tingkat II
dan Kotamadya. Jakarta.
Nugraha, Media Fitri Isma, dkk. Which Species They Are? – Genetic Resources and
Molecular Phylogeny of Ornamental Freshwater Plant Bucephalandra sp, in
Trade Market Based on cp DNA Marker. Depok: Ministry Marine and Fisheries
– Research and Human Resources Agency – Indonesian research Center for
Ornamental Fish.
Sekretariat Kabinet RI. 1999. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta.