MAKALAH
KELOMPOK VII
KELAS B 20
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Evidence Based dalam
Kegawatdaruratan” dalam Mata Kuliah Praktek Klinik Kebidanan.
Dalam penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak yang
berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu penyusun.
Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun berusaha untuk membuat yang terbaik,
akan tetapi dengan keterbatasan yang ada penyusun menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Semoga ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.
Desember 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….……………….………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah….………………………...……......…………………… 5
C. Tujuan Penulisan...……………….………………………………………… 5
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………….………………………………… 19
B. Saran………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan
atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani
A, 2016).
Evidence Base artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti.
Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan kegawatdaruratan yang berdasarkan
evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian
ibu hamil dan risiko-risiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran
bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang
bias mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan
tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang. Berdasarkan riset World
Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih
tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup
tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak
69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia
Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam
sebanyak 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran
hidup, Brunei sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan
tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak panik),
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan Eka P, 2013).
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tinjauan tentang Kegawatdaruratan?
2. Bagaimana tinjauan tentang Evidence Based?
3. Bagaimana tinjauan tentang Hubungan Evidence Based dengan
kegawatdaruratan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui & memahami mengenai Tinjauan Kegawatdaruratan.
2. Dapat mengetahui & memahami mengenai Tinjauan Evidence Based .
3. Dapat mengetahui & memahami mengenai Tinjauan Hubungan Evidence Based
dengan kegawatdaruratan.
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Membuat diagnosa
b. Mengawasi perdarahan
c. Segera mempersiapkan pasien untuk segera dirujuk ke rumah
sakit/fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk mendapatkan
pertolongan yang tepat.
5. Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Obstetri
Jenis-jenis kegawatdaruratan obstetri yaitu sebagai berikut:
a. Pendarahan Pasca Salin
Perdarahan pasca salin merupakan penyebab penting kematian
maternal meliputi ¼ dari seluruh kematian di dunia.3Menurut WHO,
perdarahan pasca salin diklasifikasikan sebagai perdarahan pasca Salin dini
(perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir)
dan perdarahan pasca salinlanjut (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml setelah
24 jam pertama persalinan).
b. Ruptur uteri
Ruptura uteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat
kehamilan atau persalinan. Kasus ini merupakan keadaan emergensi obstetri
yang mengancam nyawa ibu dan janin. Ruptura uteri dapat bersifat komplit
atau inkomplit. Disebut ruptura uteri komplit apabila robekan yang
menghubungkan rongga amnion dan rongga peritoneum sehingga semua
lapisan dinding uterus terpisah. Sedangkan ruptur uteri inkomplit terjadi jika
rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi oleh peritoneum viserale.
Bila terjadi ruptur uteri total maka biasanya akan berakibat fatal bagi ibu dan
janin.
Faktor risiko terjadinya ruptura uteri adalah adanya riwayat ruptura
uteri sebelumnya, riwayat seksio sesarea atau histertektomi, riwayat reseksi
kornu pada kehamilan ektopik, riwayat perforasi uterus, kuretase, overdistensi
uterus, kehamilan multifetus, polihidramnion, persalinan dengan forceps atau
vakum, plasenta akreta, dan partus macet.
Tanda dari ruptur uteri berupa kematian janin, syok hipovolemik, atau
perdarahan pervaginam. Secara umum diagnosis ruptur uteri ditegakkan
dengan ditemukannya Van Bandl Ring yang semakin tinggi, segmen bawah
uterus menipis, nyeri abdomen, his kuat terus menerus, dan tanda gawat janin.
Manajemen yang dilakukan setelah terjadi rupturauteri adalah mengatasi syok
dengan resusitasi cairan/transfusi darah, tindakan operatif (histerorafi atau
histerektomi), dan pemberian antibiotika.
c. Distosia Bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat
diprediksi dimana kepala janin sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak dapat
dilahirkan.
Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva
2. Dagu mengalamiretraksi dan menekan perineum
3. Traksi pada kepala gagal untuk melahirkan bahu yang terjepit dibelakang
symphisis pubis.
d. Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah
kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai
salah satu dari edema, proteinuria, atau kedua-duanya. Yang merupakan
kegawatdarutan adalah preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi preeklampsia berat yang umumnya dapat dijumpai pada
kehamilan lebih dari 20 minggu yaitu bila dijumpai :
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diastolik > 110 mmhg
2. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
3. Gangguan cerebral atau visual
4. Edema
5. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
7. Trombositopeni
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Peningkatan serum kreatini
Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah tersebut harus berasal dari
studi-studi yang dilakukan dengan metodologi yang sangat terpercaya (khususnya
randomized double blind controlled clinical trial), yang dilakukan secara benar. Studi
yang dimaksud juga harus menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat
diukur dan dinilai secara obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan kadar
kolesterol), di samping memanfaatkan metode-metode pengukuran yang dapat
menghindari resiko “bias” dari penulis atau peneliti.
2. Clinical expertise.
3. Patient values.
Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun, tentu
mempunyai nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya. Pasien
juga tentu mempunyai harapan-harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yang
diterimanya. Hal ini harus dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik,
agar setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan, selain dapat diterima dan
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah, juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif
yang dimiliki oleh pasien.
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-
pertanyaan ilmiah yang menyangkut beberapa hal, seperti diagnosis penyakit, jenis terapi
yang paling tepat, faktor- faktor resiko, prognosis, hingga upaya apa yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah yang dijumpai pada pasien.
Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk mensintesis dan menelaah
beberapa permasalahan yang ada. Sebagai contoh, dalam skenario 1 disajikan suatu kasus dan
bentuk kajiannya.
Secara umum terdapat 2 jenis pertanyaan klinik yang biasa diajukan oleh seorang praktisi
medik atau klinisi pada saat menghadapi pasien.
Pada saat ini terdapat lebih dari 25.000 jurnal biomedik di seluruh dunia yang dapat
di-akses secara manual melalui bentuk cetakan (reprint). Dengan berkembangnya
teknologi informasi, maka penelusuran kepustakaan dapat dilakukan melalui internet dari
perpustakaan, kantor-kantor, warnet-warnet (warung internet), bahkan di rumah, dengan
syarat memiliki komputer dan seperangkat modem, serta saluran telepon untuk
mengakses internet.
Untuk mampu melakukan penilaian secara ilmiah, seorang klinisi atau praktisi harus
memahami metode yang disebut dengan “critical appraisal” atau “penilaian kritis” yang
dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris. Critical appraisal ini
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menjaring apakah artikel-artikel
yang kita peroleh memenuhi kriteria sebagai artikel yang dapat digunakan untuk acuan.
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi dapat
langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-diskusi untuk
menyusun suatu pedoman terapi. Berdasarkan informasi yang ada, maka dapat saja pada
Skenario 1 diputuskan untuk segera memulai terapi dengan warfarin. Ini tentu saja
didasarkan pada pertimbangan resiko dan manfaat (risk-benefit assessment) yang
diperoleh melalui penelusuran bukti-bukti ilmiah yang ada.
Evidence level 1a, misalnya, merupakan evidence yang diperoleh dari meta-analisis
terhadap berbagai uji klinik acak dengan kontrol (randomized controlled trials). Evidence
level 1a ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan derajat paling tinggi yang layak untuk
dipercaya.
Tabel Levels of evidence
Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence yang
digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara optimal bagi pasien,
dan memberikan resiko yang minimal. Termasuk dalam tahap ini adalah mengidentifikasi
evidence yang lebih baru yang mungkin bisa berbeda dengan apa yang telah diputuskan
sebelumnya. Tahap ini juga untuk menjamin agar intervensi yang akhirnya diputuskan
betul-betul memberi manfaat yang lebih besar dari resikonya (“do more good than
harm”). Rekomendasi mengenai keputusan terapi yang paling baik dibuat berdasarkan
pengalaman klinik dari kelompok ahli yang menyusun pedoman pengobatan.
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell, 2000).
Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan
dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer,
1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan
selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit
medis atau bedah yang timbul secara bersamaan.
Vol 3 No 1 (2018)
Publis : 2020-04-09
Kesimpulan: Dari hasil analisa data di dapatkan nilai p value 0,000 (p < 0,05)
artinya ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini
kegawatdaruratan maternal terhadap motivasi ibu hamil dalam melakukan
Antenatal Care.
Latar Belakang: Saat ini Indonesia bahkan dunia sedang mengalami pandemi
suatu virus yaitu Coronavirus Diseases 2019 (COVID19), segala kegiatan
didalam dan diluar ruangan di semua sektor sementara waktu ditunda demi
mengurangi penyebaran corona terutama pada bidang pendidikan. Metode
pembelajaran tatap muka diganti dengan virtual atau menggunakan video
tutorial.
Vol 1, No 1 (2020)
Publis : 2020
Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang fisiologis, tetapi sekitar 10-
15% berpotensi mengalami komplikasi. Sekitar 75% kematian ibu disebabkan
oleh perdarahan pasca salin, infeksi yang dialami selama pasca salin, tekanan
darah tinggi saat kehamilan (preeklampsia/eklampsia) dan partus lama/macet.
Kualitas pelayanan kesehatan yang siap dalam waktu 24 jam diperlukan guna
menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Tetapi dalam kenyataannya banyak
terjadi kendala, hambatan maupun keterlambatan dalam penanganan kasus
kegawatdaruratan obstetri sehingga kematian ibu dan bayi masih banyak.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang
harus mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah
kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau
nifas (Maryunani A, 2016).
2. Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah
terkini yang paling dapat dipercaya.
3. Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan kegawatdaruratan yang berdasarkan
evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka
kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan
bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
B. Saran
Terkait dengan kesimpulan, kami penulis menyarankan beberapa hal untuk
Kegawatdaruratan.
Based.
DAFTAR PUSTAKA