Anda di halaman 1dari 74

i

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI


PADA LANJUT USIA DI PUSTU MANULAI II WILAYAH KERJA
PUSKEMAS NAIONI KOTA KUPANG
TAHUN 2020

OLEH

YURIS PULA PODO


2016114029

SEKOLAH TINGGIILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan bimbingan-Nya yang
senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini dengan judul
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Pustu
Manulai II Wilayah Kerja Puskemas Naioni.
Ucapan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Alfonsa Ivoni Larys Seran S.Kep.,NS.,M.Mkes
selaku pembimbing 1, dan Ibu Maria Judith Lokangleu SST.Keb.,M.Kes Selaku Pembimbing 2,yang
dengan setia telah memberikan arahan dan petunjuk serta saran sehingga proposal penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak Rudizon Budiman Doko Patti.,SE.,,M.Mkes selaku KetuaYayasan Stikes


Nusantara Kupang.
2. Bapak Markus Kore.,S.Kep.,Msi. Selaku ketua Stikes Nusantara Kupang.
3. Bapak Syahrir.,S.Kep.,Ns.M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan,yang selalu
memberikan nasihat-nasihat dan motivasi selama penulis di bangku kuliah.
4. Keluarga tercinta, (Bapak, Mama,Dan Kakak) yang selalu setia memberikan dukungan,
nasehat, dan pengertian serta membantu dalam doa.
5. Teman-teman angkatan 2016 khususnya KPN 16-1A yang selalu memberikan kritik,
saran, dan motivasi bagi penulis selama studi.
6. Sahabat-sahabatk, (Arson Maramba Jua, Adu Angky Ratu, Arison Nau, Efa J. Welkis,
Ferdinan Y. Manhitu, Roberto D. R. Abi, Tio Frengky Lopo, Sariyanti Ole Ate, Adrianus
Nusa Wangge, Stifani Mahuri ) yang telah membantu penulis dan kekasih saya
(Novhyanti Lede Riwu) yang telah membantu saya dalam menyusun skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga
dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.
iv

Akhirnya sebagai manusia, penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh
karena itu, segala usul, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis sangat harapkan demi
kesempurnaan proposal ini. Kiranya proposal ini berguna bagi kita semua. Tuhan Yesus penuh
berkat memberkati kita.

Kupang 2019

Penulis
v

Yuris Pula Podo1 Alfonsa Ivoni Larys Seran S.Kep.,NS.,M.Mkes 2 Ibu Maria Judith
Lokangleu SST.Keb.,M.Kes 3

1. Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang


2. Dosen Prodi S1 Keperawatan
3. Dosen Prodi DIII Kebidanan

ABSTRAK

Latar Belakang : Dukungan Keluarga sangat penting bagi kesehatan Lansia yang menderita
Hipertensi. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di
antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di 2025. Dari 972
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada dinegara
berkembang.
Metode : Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2020. Jenis penelitian ini adalah
penelitian Survei dengan desain Penelitian Cross Sectional teknik simple random sampling.
Pengumpulan data menggunakan Kuesioner. Data-data diolah dengan menggunakan statistik uji
chi square dengan tingkat kemaknaan = 0,005.

Hasil : berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Hipertensi pada Lanjut Usia (p=0,000).
Kesimpulan :Berdasarkan uraian diatas Lansia yang memiliki Dukungan Keluarga akan lebih
mudah dikontrol Diit Hipertensinya. Dengan demikian Lansia memiliki Dukungan Keluarga
yang baik akan cenderung berupaya memperhatikan Kontrol Diit Hipertensi Pada Lanjut Usia
Kata Kunci : Dukungan, Kepatuhan, Diit, Hipertensi
vi

Yuris Pula Podo1 Alfonsa Ivoni Larys Seran S.Kep.,NS.,M.Mkes 2 Ibu Maria Judith
Lokangleu SST.Keb.,M.Kes 3

1. Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang


2. Dosen Prodi S1 Keperawatan
3. Dosen Prodi DIII Kebidanan

ABSTRACT

Background:Family’s support is very crucial for the health of old ages who suffer
hypertensionThe data from WHO 2015 shows that about 1,13billion people of the world suffer
hypertension. It means that one of three people in the world are diagnosed suffering
hypertension, and only 36,8% of them taking the medicine. The amount of the hypertension
sufferer in the world increases every year. It is predicted that in 2025 there will be 1,5 billion
people suffer hypertension.It is also predicted that every year there will be 9,4million people die
because of hypertension and complication disease. According to WHO data, there are 972
million or 26,4% of people around the world suffer hypertension. This number probably will
increaseinto 29,2% in 2025. Of 972 million hypertension sufferers, 333 millions are in developed
countries and 639 are in developing countries.
Method :This study was conducted in December 2019 to January 2020. The design is a cross
sectional survey with simple random sampling technique. The data was collected using
questionnaire. The data were analyzed usingchi square statistical test with significance value
0,005.
Result :Based on the result of the study it is found that there is significant relation between
family’s support and the obedience of old aged hypertension sufferer (p=0,000).
Conclusion :Based on the explanation above, the hypertension diet of old ages who are
supported by their family are easier to controlthan of those who have no family support. Hence
the old ages with enough support from the family, tend to afford for controlling their
hypertension dietin their old age.
Keywords: support, obedience, diet, hypertension
vii

MOTTO

“DAN APA SAJA YANG KAMU


MINTA DALAM DOA DENGAN
PENUH KEPERCAYAAN, KAMU
AKAN MENERIMANYA”
MATIUS 21:22
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK v
ABSTRCT vi
MOTTO vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GA TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK
2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 5
2.2. Landasan Teoritik .................................................................................................. 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual .................................................................................. 27
3.2. Hipotesis ........................................................................................................ 28
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian.............................................................................................. 29
4.2. Rangcang Bangun Penelitian........................................................................ 29
4.3. Lokasih Penelitian......................................................................................... 29
4.4. Populasi Dan Sampel..................................................................................... 29
4.5. Karangka Operasional................................................................................. 30
4.6. Variabel pelitian dan definisi operasional.................................................... 32
4.7. Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Pengumpulan Data................... 33
4.8. Pengolahan dan Analisis Data...................................................................... 34
4.9. Analisa Data…………………………………………………………………. 35
ix

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................... 36
5.2. Data Umum.................................................................................................. 37
5.3. Data Khusus................................................................................................ 39
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.Deskripsi Hasil Penelitian...................................................................... 41
6.2. Dukungan Keluarga................................................................................ 43
6.3. Kepatuhan Diit Hipertensi....................................................................... 44
6.4.Hasil Pengujian Hipotesis........................................................................ 45
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan............................................................................................... 46
7.2.Saran.......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 48
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….. 49
x

Daftar Tabel

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian……………………………………………………………… 5

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII.............................................................. 13

Tabel 2.3 Hipertensi Menurut WHO……………………………………………………… 13

Tabel 2.4 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpuna Hipertensi Indonesia…… 14


Table 4.1 Defenisi Operasional………………………………………………...………….. 32
Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden……………………………………….. 37
Tabel 5.2.2 Jenis Kelamin Responden……………………………………………………... 37
Tabel 5.2.3 Distribusi Pendidikan Responden……………………………………………... 38
Tabel 5.2.4 Pekerjaan Responden…………………………………………………………..39
Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Pengetahun Ibu………………………………………….. 39
Tabel 5.3.2 Kepatuhan Diit Hipertensi…………………………………………………….. 40
Tabel 5.3.3 Hasil Uji Chi-cquare ………………………………………………………….. 40
xi

Daftar Lampiran

Nomor Judul lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Infont Consent…………………...........................................................49


Lampiran 2 Lembar Persetujuan........................................................................................... 50
Lampiran 3 Kuesioner............................................................................................................51
Lampiran 4 SPSS………………………………………………………………………….. 54
Lampiran 4 Surat…………………………………………………………………………. 57
Lampiran 5 Biodata Mahasiswa………………………………………………………….. 62
xii

Daftar Gambar

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 karangka konsep………………………………………………….....…………27


Gambar 4.5 karangka operasional……………………………………………....………….31
Gambar : Kegiatan Pengambilan Data………………….………………………………….62
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa
yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya. Hipertensi adalah kondisi di
mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG
merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara
itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks
sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. (dr. Tania Savitri - Dokter Umum)
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor
resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi.
Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya
yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Menurut data
WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap
hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada dinegara
berkembang.
Data hipertensi merupakan penyebab utama kematian diseluruh dunia (Depkes RI, 2015).
Menurut WHO hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian , sekitar 12,8 % dari
total seluruh kematian (Putri, a.n,2016).
2

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada


penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun
(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak
rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan
penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%),
menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%),
terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).
Prevalensi hipertensi di NTT berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 22,8%
dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5,4% sementara berdasarkan
diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 5,5%. Menurut Kabupaten/Kota,
prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah berkisar antara 18,6% - 36,3%
dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Ende, Pulau Flores sedangkan terendah di
Kabupaten Rote Ndao. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dan atau minum obat hipertensi berkisar antara 1,8% - 8,1%.
Memperhatikan angka prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum obat
dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap
Kabupaten/Kota di NTT. pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup besar.
Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di Kabupaten Manggarai. Data ini
menunjukkan banyak kasus hipertensi di Kabupaten Manggaraimaupun di wilayah lainnya di
NTT belum ditanggulangi dengan baik. Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau
gejala yang menyerupai stroke, prevalensi stroke di NTT adalah 7,1 per 1000 penduduk.
Menurut Kabupaten/Kota prevalensi stroke berkisar antara 2,5‰ – 21,4‰ dan Kabupaten
Sumba Barat mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya berdasarkan
diagnosis dan gejala. (profil kesehatan provinsi nusa tenggara timur)Pada tahun tahun 2017
Hipertensi dilaporkan sebanyak59.257 kasus. Kabupaten/Kota yang tidak ada data
Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi yaitu KotaKupang.
3

Berdasarkan pengambambilan data awal di pustu manulai II wilayah kerja puskesmas


naioni, periode agustus-oktober 2019 didapat data lansia 63 kasus hipertensi dan dimana
sebagian besar penderita hipertensinya adalah lansia.
Hipertensi disebabkan oleh kebiasaan hidup atau perilaku kebiasaan mengkonsumsi
natrium yang tinggi, kegemukan, stres, merokok, dan minum alkohol (Padila). Menurut
(Ainun) adapun tingginya prevalensi dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang
olahraga/aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar
lemaknya. Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota
keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan,
emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan
psikososial (Potter & perry).
Hipertensi dan komplikasinya dapat diatasi dan dicegah dengan menjaga gaya hidup.
Gaya hidup pada pasien hipertensi yaitu kepatuhan menjalankan diet, menurunkan
kegemukan, rajin olahraga, mengurangi konsumsi garam, diet rendah lemak, rendah
kolesterol, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, kurangi makan yang mengandung
kalium tinggi, batasi kafein, hindari stressdan kontrol tekanan darah secara teratur (Palupi,
2014).
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian
dengan tujuan untuk melihat “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet
Hipertensi Pada Lanjut Usia” di pustu manulai II Wilayah Kerja Puskesmas Naioni Kota
Kupang.

1.2.. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan bahwa apakah ada hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia di pustu manulai II
wilayah kerja puskesmas Naioni.
4

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit hipertensi
pada lanjut usia di pustu Manulai II wilayah kerja puskesmas Naioni.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada Lanjut Usia di pustu Manulai II
wilayah kerja puskesmas Naioni tahun 2019.
1.3.2.2. Mengidentifikasi kepatuhan diit Hipertensi pada lanjut usiadi pustu
Manulai II wilayah kerja puskesmas Naioni tahun 2019.
1.3.2.3. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit
hipertensi pada lanjut usia di pustu Manulai II wilayah kerja puskesmas
Naioni tahun 2019.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk ilmu keperawatan adalah dapat
memberikan informasi dan sumbangan ilmiah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang keperawatan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi penelitian ini di harapkan memberikan konstribusi
ilmiah,sumber informasi dan sebagai bahan pustaka bagi institusi pendidikan.
2. Bagi lokasi penelitian di harapkan memberikan informasi dan solusi dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
3. Bagi responden di harapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
bagi responden tentang situasi,kondisi,penyebab,dan dampak hipertensi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK

2.1. Tinjauan Pustaka


Table 2.1 Keaslian Penelitian
No Penelitian Desain/subjek Variabel Hasil
1 Yureya Nita Dina Oktavia Desain : Variabel bebas : Hasil analisis
Program Studi Ilmu hubungan antara
accydental Dukungan
Keperawatan STIKES Dukungan
Payung Negeri Pekanbaru sampling Keluarga Keluarga
Korespondensi2017berjudul Dengan
Subjek : Variabel terikat
Hubungan Dukungan Kepatuhan Diet
Keluarga Dengan Populasi dalam : Diet Pasien Pasien
Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di
penelitian ini Hipertensi
Hipertensi di puskesmas Puskesmas
payung sekaki pekanbaru. adalah seluruh Payung Sekaki
Pekanbaru
pasien
diketahui pasien
hipertensi yang yang mendapat
dukungan
berkunjung di
keluarga dan
puskesmas patuh terhadap
diet
paying sekaki
hipertensinya
Pekanbaru yaitu sebanyak
sebesar
sebanyak 102
39responden
orang dengan (48,1%), pasien
yang mendapat
jumlah sampel
dukungan
yang keluarga tetapi
tidak patuh
dibutuhkan
terhadap diet
yaitu 81 orang hipertensinya
sebanyak 10
responden
(12,3%).Hasil
uji statistik chi
squarediperoleh
nilaip-value
adalah 0,002
(p<0,05), maka
Ho ditolak
artinyayang
6

berarti bahwa
ada hubungan
dukungan
keluarga
terhadap
kepatuhan diet
pasien hipertensi
di Puskesmas
Payung Sekaki
Pekanbaru
Tahun 2017.
2 Kadek Cita Citra Dewi, Ni Desain Variabel bebas Hasil penelitian
Ketut Guru Prapti, I Kadek ini menunjukan
:observasional :dukungan lansia yang
Saputra Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas (Non keluarga. memiliki
Kedokteran Universitas dukungan
eksperimental). Variabel terikat
Udayana 2015. keluarga cukup
:tingkat
Hubungan dukungan Subjek : 40 memiliki
kepatuhan kepatuhan
keluarga dengan tingkat Penatalaksanaan
responden dalam
kepatuhan diet lansia
Penatalaksanaan diet lansia penatalaksanaan
dengan diet yang cukup
dengan hipertensi di hipertensi.
Lingkungan kelurahan tonja patuh sebanyak
16 responden
(69,6%),
(50,0%).
Kepatuhan
merupakan suatu
perubahan
perilaku
darikemudian
dapat dilihat
juga yang
memiliki
dukungan
keluarga kurang
7

3 Arasti DitaNisfiani Fakultas Desain Variabel bebas Diketahui 12


Ilmu Universitas :observasional :dukungan responden
Muhammadiyah Surakarta (Non keluarga. mendapat
2014. hubungan dukungan eksperimental). Variabel terikat Dukungan
keluarga dengan kepatuhan Subjek : 40 :tingkat Keluargadengan
diit hipertensi pada lanjut responden kepatuhan diet baik dapat
usia di Desa Begajah hipertensi lansia melaksanakan
Kecamatan Sukoharjo pada lanjut usia. diit hipertensi
. dengan baik,
sementara 13
responden
melaksanakan
diit hipertensi
dengan kurang.9
responden
mendapat
Dunkungan
Keluarga kurang
namun melak
sanakan diit
hipertensi secara
baik.
Berdasarkan Hasil
uji statistic Chi
Square
diperolehnilai
2=6.287 dengan
p= 0,012. Nilai
p<0,05 maka
keputusan yang
diambil adalah Ho
ditolak . Adanya
8

keputusan
Hoditolak maka
disimpulkanada
hubungan antara
variabel
4 Imran Tumenggung Dosen Desain Variabel bebas Dukungan
Politeknik Kesehatan :observasional dukungan Sosial
Gorontalo(Email: (Non keluarga. Keluargadi
imran_tumeng@gmail.com). eksperimental). Variabel terikat RSUD Toto
terdapat hubungan Subjek : 30 :tingkat Kabila
responden
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet Kabupaten
kepatuhan diet penderita penderita Bonebolango
hipertensi dengan nilai hipertensi lansia dikategorikan
p0,017. baik sejumlah 26
orang, dimana
24 orang (92,35)
diantaranya
patuh dalam
melaksanakan
diet dan hanya 2
orang (7,7%)
diantaranya yang
tidak patuh.
Sedangkan 4
orang yang
Dukungan
Sosial Keluarga
dengan kategori
kurang,
semuanya
(100%) tidak
patuh dalam
9

menjalankan diet
hipertensi.
Kemudian
karena tidak
memenuhi
syaratuji Chi-
square maka
digunakan uji
fisher’sexact
dengan hasil
yaitu
pvalue0.001<
α0.05maka
terdapat
hubungan antara
dukungan
keluarga dengan
kepatuhan diet
pasien hipertensi
di RSUD Toto
Kabila
Kabupaten Bone
Bolango.
terhadap 45
responden,
10

2.2. Landasan Teoritik


2.2.1. Definisi Hipertensi
(BERNANDHA ARDHAN SADHEWA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer,
Suzanne dan Bare, 2002). Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah
suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap silent killer,
karena termasuk penyakit yang wanita dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya
160/95 mmHg atau lebih (Lanny Sustrani, dkk dalam Nurhaedar).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam
tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia
(Shanty, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-
organ vital seperti jantung dan ginjal (Kemenkes RI).

2.2.2. Defenisi menua


Proses menua (aging) adalah suatu proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain
(Kuntjoro, 2002) sedangkan menurut Contantinides (1994 dalam Nugroho, 2002)
menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi memperbaiki kerusakan
yang diderita. Proses menua adalah perubahan yang dialami individu yang terkait
dengan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang kecepatan perubahan tersebut
berbeda untuk setiap individu. Jenis kelamin, ras, kelas sosial dan keimanan
menciptakan interaksi yang kompleks yang berkontribusi ndalam proses menua
11

setiap individu (Tyson, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat di katakan


bahwa penuaan adalah proses alami yang ditandai dengan adanya penurunan fungsi
baik fisik, psikologis maupun sosial yang percepat perubahannya berbeda untuk
setiap individu.

2.2.3. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder yaitu sebagai berikut (Setiawati dan Bustami):
 Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial (primer) atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak
jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam
kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
peningkatan resistensi perifer.Penyebab hipertensi esensial adalah
multifaktor, terdiri dari factor genetic dan lingkungan.
Factor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat
berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vascular.(terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling
sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni,
makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
 Hipertensi Sekunder.
Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi.
Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Hipertensi renal
dapat berupa :
1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri
ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.
2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan
fungsi ginjal. Sementara menurut (Sutanto), penyebab hipertensi
pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
12

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.4. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committe On Prevention,
Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji
oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa
nilai tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat
menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong
pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertens dimana tekanan
darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan darah diastole pada kisaran
80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3 disatukan menjadi level 2. Tujuan dari
klasifikasi JNC 7 adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang dengan
penanganan awa berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu menurunkan
tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia.
13

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group)


mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.Hipertensi Menurut WHO

Perhimpunan hipertensi Indonesia pada Januari 2007 meluncurkan pedoman


penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman negara maju dan
negara tetangga. Klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah
sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut :
14

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpuna Hipertensi indonesia

2.2.5. Faktor Resiko Hipertensi


a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin dan
genetik.
1) Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, sebagai
bagian dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun (Depkes).
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa
kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan
diastolik tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang
disebabkan oleh perubahaan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. Dalam penelitian
(Irza) menyatakan bahwa risiko hipertensi 17 kali lebih tinggi pada subyek >
40 tahun dibandingkan dengan yang berusia = 40 tahun.
2) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan
dengan wanita (Depkes 2006). Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama
dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
15

sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi


oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek 15
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil
lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,
5% (Anggraini). Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan
bahwa prevalensi penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada
perempuan (8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%).
Sedangkan menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ,
sampai umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
disbanding perempuan. Dari umur 55 sampai 74 tahun, sedikit lebih banyak
perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi (Depkes).
3) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada
hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga
dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian menyebabkan
seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45%
akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya
(Depkes, 2006).
16

b. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak
sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi
alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam
berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi (Depkes, 2006).
1) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak
yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan
darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih overweight (Depkes).
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi
lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit
seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Hamer, 2006).
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight) (Depkes).
Hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal dapat juga
disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin
(Suhardjono, 2006). Aktivitas dari saraf simpatis adalah mengatur
fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut
jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air
dan garam (Saifudin, 2006).
17

2) Psikososial dan stress


Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system
biologis, psiikologis dan social dari seseorang. Dimana stress sangat
berhubungan dengan hipertensi, hal ini diduga melalui saraf simpatis yang
meningkatkan tekanan darah intermintent. Apabila stress berlangsung
lama dapat mengakibatkan tingginya tekanan darah yang menetap
(Muahmmadum, 2010).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa
marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian
hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa
tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes).
3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan
proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah (Depkes).
18

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat


dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Menurut (Depkes RI), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa
dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya
termasuk 43 senyawa. Bahan utama rokok terdiri dari 3 zat, yaitu :
1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang
dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya
penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung,
pengerasan pembuluh darah dan penggumpalan darah.
2) Tar dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan
menyebabkan kanker.
3) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat
menghasilkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen (Depkes).
4) Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan
zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan
sisa-sisa dari tubuh (Supariasa).
19

Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner


melalui mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah,
penurunan tonus simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner,
sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL (High
Density Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein)
darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih
efisien. Frekuensi denyut nadi berkurang, namun kekuatan jantung
semakin kuat, penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas
tertentu, penurunan lemak badan dan berat badan serta menurunkan
tekanan darah (Cahyono).
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang
tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun
(Depkes).
Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan
sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang
mendesak arteri (Hamer).
5) Komsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan
tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes).
(Almatsier) menyatakan bahwa natrium adalah kation utama dalam
cairan ekstraseluler. Pengaturan keseimbangan natrium dalam darah
diatur oleh ginjal. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau
20

NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue
(NaHCO3), baking powder,natrium benzoate dan vetsin (monosodium
glutamate). Kelebihan natrium akan menyebabkan keracunan yang
dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. WHO
menganjurkan bahwa komsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih 6
gram/hari setara 110 mmol natrium (Almatsier).

2.2.6. Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit
diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri
koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).
1) Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan
otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi.
Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident).
Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan
pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke
juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi.
Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena
lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab
tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional. Pecahnya
pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel
otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang
dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi
dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang
pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada
disekitarnya.
21

2) Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnyaterjadi
hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.
Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi
ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang
pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium.
Disamping itu juga secara sederhana dikatakan peningkatan tekanan
darah mempercepat aterosklerosis dan arteriosclerosis.
3) Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit
arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk
pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah
kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan
sirkulasikolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke
sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.
4) Aneurisme
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang
terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh
darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau
disebut aorta disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit
aneurisma diamana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di
perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut
dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah
karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi
memicu timbulnya aneurisme.
22

2.2.7. Pencegahan Hipertensi


Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea,
2008), dengan cara sebagai berikut :
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam
dapur untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan
menjaga berat badan normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan
adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan
isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak
dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau
angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan
hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
23

g. Latihan relaksasi atau meditasi.


Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan
jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan
otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan
menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan
musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan
atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress
(ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga
melampaui daya tahan individu, akanmenimbulkan sakit kepala, suka marah,
tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative
tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara
untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut :
1. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
2. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu
untuk kegiatan santai.
3. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
4. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
5. Cobalah menolong orang lain.
6. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

2.2.6. Lansia Hipertensi sebagai kelompok rentan (vulnerable)


Kelompok lansia Hipertensi termasuk ke dalam pupolasi rentan atau rawan
(vulnerable). Flaskerud dan Wislow (1998, dalam Stanhope Lancaster,2004)
mengatakan bahwa populasi rentan di defenisikan sebagai kelompok sosial yang
mempunyai resiko atau kerentanan yang relatif meningkat untuk merugikan
kesehatannya. Kelompok populasi rentan adalah bagian kelompok dari populasi
yang kemungkinan lebih besar timbul masalah kesehatan sebagai hasil paparan
resiko atau mempunyai hasil yang lebih buruk dari masalah kesehatan dari pada
populasi yang lainnya (Stanhope & Lancaster, 2004).
24

2.2.7. Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi


(yunita ayu rachmawati) Dukungan keluarga diartikandengan kesediaan anggota
keluarga untuk memberikan bantuan kepada anggota keluarga yang menderita
hipertensi dalam perawatan hipertensi.(Friedman, 1998), menyatakanadanya
beberapa aspek dukungankeluarga yaitu dukungan emosional,dukungan
instrumental, dukunganinformatif, dukungan penghargaan.
a) Dukungan emosional merupakanbentuk dukungan atau bantuan
yangdiberikan keluarga dalam bentukperhatian, simpati dan kasih
sayang.Dengan adanya dukungan emosionaldi dalam keluarga, secara
positif akanmempengaruhi pertumbuhan danperkembangan anggota
keluarganya.
b) Dukungan instrumental keluargamerupakan suatu dukungan ataubantuan
keluarga yang meliputi keuangan, peralatan, perlengkapan,dan sarana
pendukung yang laintermasuk didalamnya memberikanpeluang waktu
dalam perawatanhipertensi.
c) Dukungan informasi keluargamerupakan suatu dukungan ataubantuan yang
diberikan keluargadalam bentuk memberikan saran ataumasukan, nasehat
atau saran, danmemberikan informasi yangdibutuhkan penderita hipertensi
dalamupaya meningkatkan statuskesehatannya.
d) Dukungan penghargaanmerupakan suatu dukungan ataubantuan dari
keluarga dalam bentukmemberikan umpan balik,pertandingan sosial dan
persetujuanterhadap idea tau gagasan seseorang.

2.2.8. Keluarga
(yunita ayu rachmawati, 2006) Menurut Mubarok keluarga adalah sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan danmempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik,mental, emosional dan sosial. Perkeluarga dalam
penatalaksanaperawatan hipertensi pada penderita hipertensi seperti mengenal
masalah kesehatan keluarga. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan penderita
hipertensi selama proses perawatan hipertensi. Peran keluarga yang lain adalah
memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
25

2.2.9. Batasan Usia Lansia


Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle (45-59),
ederly (60-74 tahun) , old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun) (Nugroho,
2000). Ada lagi yang membagi ke dalam: young old (65-74 tahun) middle old (75-
84 tahun), old-old (usia 85 tahun keatas) (Mauk, 2010: Miller, 1995). Menurut
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahtraan Lanjut usia, yang
dimaksud lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa batasan umur lansia
dimulai dari 60 tahun ke atas.

2.2.10. Perubahan Yang terjadi pada lansia


Lansia merupakan periode akhir dari kehidupan seseorang dan setiap individu
akan mengalami proses penuaan (Akhmadi, 2009).
Proses penuaan ini bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan internal dan eksternal tubuh
(Miller, 1995). Setiap lansia harus dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
fisik seiring terjadinya proses penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan
fungsi (Potter & Perry, 2005). Perubahan yang terjadi ini merupakan sesuatu yang
normal tetapi dapat membawa berbagai dampak dan tantangan serta stessor tertentu
(Akhmadi, 2009).
Miller (1995) menjelaskan bahwa perubahan struktur dan fungsi yang terkait
dengan penuaan adalah perubahan fisiologi, psikologis dan sosial. Lansia harus
beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan. Meskipun
perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasanya terjadi pada
sebagian besar lansia. Adapun perubahan yang terjadi diantaranya adalah pensiun,
isolasi sosial, baik itu isolasi sikap, isolasi perilaku dan isolasi geografis. Lalu
perubahan seksualitas, tempat tinggal, lingkunga dan kematian (Potter & Perry,
2005). Tempat tinggal dan lingkungan merupakan hal yang penting karena
mempunyai dampak pada kesehatan lansia, lingkungan dapat mendukkung atau
mengganggu fungsi fisik dan sosial, melengkapi atau memperberat perubahan fisik
yang ada.
26

2.2.11. Kepatuhan diit hipertensi


Diet tidak seimbang merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi.
Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan
pada penderita hipertensi (Agrina 2011). Diet hipertensi bertujuan untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankannya menuju normal. Disamping
itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan
yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah.
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah serta meningkatkan tekanan darah (Palupi, 2014). Pasien hipertensi yang
tidak mendapat dukungan keluarga dapat menjadikan sulitnya pasien untuk
selalumenjaga dalam perawatan hipertensi secara baik

.
27

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan keluarga :

1. Emosional
2. Penghargaan
3. Informasi
4. Istrumental
Kepatuhan Diet Hipertensi

Karasteristik Lansia :

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik

Keterangan : : Diteliti : Diteliti

: Tidak di teliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


28

3.2. Kerangka Hipotesis


Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawababan sementara penelitian, patokan duga
atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notostmodjo, 2003).
Hipotesis dari penelitian ini adalah, ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Diit Hipertensi pada Lanjut Usia di di pustu Manulai ii Wilayah Kerja
Puskesmas Naioni.
29

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kuantitatif. Tujuan menggunakan
penelitian jenis kuantitatif ini adalah untuk menarik kesimpulan antara dua variable yaitu
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Lanjut Usia di Pustu
Manulai II Wilayah Kerja Puskemas Naioni

4.2 Rangcang Bangun Penelitian


Menggunakan desain deskriptif korelasi sebab peneliti ingin mengetahui Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Pustu Manulai
II Wilayah Kerja Puskemas Naioni. Dengan pendekatan cross sectional.
Keuntungan dari metode cross sectional ini adalah jenis penelitian yang mengamati data-
data populasi atau sampel satu kali saja pada saat yang sama. Tujuan dari penelitian cros
sectional ini untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, sederhana, ekonomi
dalam hal waktu dan hasil dapat diperoleh dengan cepat (notoatmojo, soekidjo,2005)

4.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kelurahan manulai II dan waktu penelitian dari 13 Januari –
30 Januari 2020

4.4 Populasi Dan Sampel


4.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada dalam suatu wilayah
penelitian ( Arikunto, 2002) yang menjadi populasi dalam jumlah penelitian
adalah 63 orang lansia yang berada dalam kelurahan manulai II sesuai dengan
pengambilan data awal bulan oktober 2019 .
30

4.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau obyek yang memiliki
karakteristik sama (Chandra, 1995). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010).
4.4.3. Penentuan jumlah sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami
hipertensi di kelurahan Manulai II dan populasi survei dalam penelitian ini
adalah lansia yang mengalami hipertensi dan didapatkan sampel berjumlah 63
orang responden, pemilihan sampel menggunakan teknik total sampling.

4.5 Karangka Operasional


Populasi dalam penelitian ini adalah lansia Hipertensi Di Kelurahan Manulai II yang
berjumlah 63 orang.
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik,mental, emosional dan sosial.
Dukungan keluarga diartikan dengan kesediaan anggota keluarga untuk
memberikan bantuan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam perawatan
hipertensi.
Peran Keluarga dalam penatalaksana perawatan Diit Hipertensi pada penderita
Hipertensi seperti mengenal masalah kesehatan Keluarga. Keluarga perlu mengenal keadaan
kesehatan penderita Hipertensi selama proses perawatan Hipertensi. Peran Keluarga yang
lain adalah memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
31

Sampel Teknik Sample

63 orang Total Sampling

Keluarga dan penderita


hipertensi di kelurahan manulai
II

Dukungan keluarga

Diet
hipertensi
pada lanjut
usia

Penyajian Hasil

kesimpulan

Gambar 4.5. Kerangka Operasional


32

4.6 Variabel pelitian dan definisi operasional


4.6.1. Variabel
Variable penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian
4.6.2. Defenisi operasional
Defenisi operasional adalah unsure penelitian yang menjelaskan bagaimana cara
menentukan variable dan mengukur suatu variable, sehingga defenisi operasional
ini merupakan suatu informasi ilmia yang membantu penelitian lain yang ingin
menggunakan variable yang sama. (setiadi.2007)

Table 4.6 Definisi Operasional

No Variable Defenisi operasional Alat ukur Kriteria objekti Skala


1 Dukungan Dukungan keluarga diartikan kuesioner 1. Baik : jika, Ordinal
keluarga responden
dengan kesediaan anggota
mendapat nilai
keluarga untuk memberikan pada jawaban
benar > 80%
bantuan kepada anggota
2. Kurang : jika,
keluarga yang menderita responden
mendapat nilai
hipertensi dalam perawatan
pada jawaban
hipertensi. (Friedman, 1998), benar <50%
(Arianto, 2006)
menyatakan adanya beberapa
aspek dukungan keluarga
yaitu:
1. dukungan emosional
2. dukungan instrumental
3. dukungan informative
4. dukungan penghargaan.
33

2 Kepatuahn Diit tidak seimbang merupakan kuesioner 3. Patuh : jika, Ordinal


diet salah satu cara untuk responden
hipertensi menurunkan hipertensi. Faktor mendapat nilai
pada lanjut makanan (kepatuhan diet) pada jawaban
usia merupakan hal yang penting benar > 80%
untuk diperhatikan pada 4. Tidak Patuh :
penderita hipertensi (Agrina jika, responden
2011). Diet hipertensi bertujuan mendapat nilai
untuk membantu menurunkan pada jawaban
tekanan darah dan benar
mempertahankannya menuju <60%(Yayuk
normal. Disamping itu, diet juga Farida
ditujukan untuk menurunkan Baliwati,
faktor risiko lain seperti berat 2004:117)
badan yang berlebih, tingginya
kadar lemak kolesterol dan asam
urat dalam darah. Mengatur
menu makanan sangat
dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk menghindari
dan membatasi makanan yang
dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah
(Palupi, 2014). Pasien hipertensi
yang tidak mendapat dukungan
keluarga dapat menjadikan
sulitnya pasien untuk selalu
menjaga dalam perawatan
hipertensi secara baik.

4.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Pengumpulan Data


4.7.1. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengisi kuesioner
yang tersedia. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat penelitian berlangsung (Chandra, 2008). Data primer dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner pada lokasi
penelitian.
34

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari pihak lain (Chandra,
2008). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-data pendukung seperti data
demografi, yang relevan dengan tujuan penelitian yang dikumpulkan dari
dokumen dan laporan yang ada serta di Perpustakaan STIKES Nusantara Kupang.

4.7.2. Prosedur pengumpulan data


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau yang diketahui (Arikunto, 2010).

4.8 Pengolahandan Analisis Data


3.8.1. Pengelolahan data
Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan pengukuran
kuesioner akan diolah secara manual dengan komputerisasi untuk mengubah data
tersebut menjadi informasi. Adapun langkah-langkah pengolahan data-data tersebut,
ialah: Penyuntingan data (editing) : melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data
yang diperlukan.
1. Editing merupakan kegiantan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
koensioner, apakah jawaban yang ada pada koesioner sudah lengkap, jelas,
relevan dan konsisten
2. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan.
3. Kegiatan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan
juga mempercepat entri data.
4. Proccessing, Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan sudah
melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya yaitu memproses data agar
di analisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara memasukan data dari
kuesioner ke paket program computer
5. Cleaning (pembersihan) adalah merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat mengentri data ke computer
35

6. Tabulasi membuat tabel-tabel untuk memasukkan data sesuai dengan tujuan


enelitian.

4.8.2. Analisa data


Analisa data dilakukan dengan computer menggunakan program SPSS for
window release 15
1. Analisa univaeriat analisa ini digunakan untuk meringkas atau
mendeskripsikan data yang dikumpulkan melalui sampel. Analisa deskriptif
berfungsi untuk mengembangkan data yang merupakan jawaban responden
yang diajukan. Analisa data deskriptif pada penelitian ini menggunakan
distribusi.
2. Analisa bivariat analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dengan uji chy-square. Uji
ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen
(pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendidikan ayah)
dan variabel dependen (stunting) dengan tingkat kemaknaan dan derajat
kebebasan yaitu p= 0,05.Nilai probabilitas didapat dari hasil uji
dibandingkan dengan nilai alpha, apabial p < alpha, maka Ho di tolak
sehingga dapat disampulkan hubungan antara variabel tersebut.
36

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian


Puskesmas Naioni adalah puskesmas yang berada diwilayah kecematan Alak yang menjadi
mandiri pada tahun 2005 dari perkembangan dari Pustu Naioni. Puskesmas Naioni memiliki tiga
kelurahan yakni Kelurahan Naioni, Manulai II, dan Kelurahan Batuplat. Luas wilayah
Puskesmas Naioni kurang lebih 52,83 Km dengan batas-batas wilayah antara lain sebagai berikut:
 sebelah Utara : Kelurahan Manulai II
 sebelah selatan : Desa Bone
 sebelah barat : Oenesu
 sebelah Timur : Kelurahan Fatukoa
Berdasarkan data badan Pusat Statistic untuk Wilayah Kerja Puskesmas Naioni Tahun 2016
tercatat jumlah penduduk Puskesmas Naioni sebanyak 11.071 jiwa dengan 3533 Rumah Tangga.
Angka penduduk tertinggi terdapat dikelurahan Batuplat dan Kelurahan Manulain II ( BPS Kota
Kupang, 2016 ).
Dari 11.071 jiwa penduduk Puskesmas Naioni, terdiri dari 5673 jiwa laki-laki dan 5398
perempuan dengan rasio jenis kelamin di Puskesmas Naioni adalah jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah kaum perempuan dengan sex rasio 105.
37

5.2.Data Umum
5.2.1. Umur
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur Responden dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Umur Responden
Kelompok Umur frekuensi Presentase %

(Tahun)
45-55 17 27.0
56-65 26 41.3
66-100 20 31.7
Total 63 100.0

Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa umur responden antara 45-55 tahun sebanyak 17
orang (27.0%), 56-65 tahun sebanyak 26 orang (41.3%), 66-100 tahun sebanyak 20 orang
(31.7%).

5.2.2. Jenis Kelamin


Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase%
LAKI-LAKI 25 37.9
PEREMPUAN 38 57.6
Total 63 100.0

Tabel 5.2.2 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar berjenis kelamin Perempuan dengan
presentase 57.6% di bandingkan laki-laki yang presentasenya hanya 37.9%.
38

5.2.3. Pendidikan
Distribusi Frekuensi Berdasrkan Pendidikan Responden dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi Presentase %
terakhir
SD 10 15.9
SMP 8 12.7
SMA 19 30.2
SMK 2 3.2
S1-S2 8 12.6
TS 16 25.4
Total 63 100.0
Tabel 5.2.3 Distribusi Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden berpendidikan SD dengan


Presentase sebesar 15.9% (sebanyak 10 orang), SMP dengan presentase sebesar 12.7%
(sebanyak 8 orang), SMA dengan presentase sebesar 30.2% (sebanyak 19 orang), SMK
dengan presentase sebesar 3.2% (sebanyak 2 orang), S1-S2 dengan presentase sebesar 12.6%
(sebanyak 8 orang), Tidak Sekolah (TS) dengan presentase sebesar 25.4% (sebanyak 16
orang).
39

5.2.4. Pekerjaan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan pekerjaan Responden dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Pekerjaan Responden
Pekerjaan frekuensi Presentase %
Responden
IRT 34 54.0
PNS 9 14.3
WIRAUSAHA 4 6.3
SWASTA 3 4.8
PETANI 6 9.5
TUKANG 7 11.1
Total 63 100.0
Tabel 5.2.4 Pekerjaan Responden

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Responden memiliki
pekerjaan sebagai IRT berjumlah 34 orang dengan presentase 54.0%, Responden yang bekerja
sebagai PNS berjumlah 9 orang (14.3%), Responden yang bekerja sebagai WIRAUSAHA
berjumlah 4 orang (6.3%), Responden yang bekerja sebangai SWASTA berjumlah 3 orang
(4.8%), Responden yang bekerja sebangai PETANI berjumlah 6 orang (9.5%), Responden yang
bekerja sebangai TUKANG berjumlah 7 orang (11.1%).

5.3.Data Khusus
5.3.1. Analisis Univariat
Dukungan Keluarga Frekuensi Presentase (%)
Baik 27 42.9
Kurang 36 57.1
Total 63 100
Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden dengan Dukungan baik berjumlah 27
orang (42..9%), sedangkan Dukungan Keluarga kurang berjumlah 36 orang (57.1%).
40

5.3.2. Analisis Bivariat


a. Kepatuhan Diit Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian tentang Kepatuhan Diet Hipertensi
menggunkan kuesioner dapat dilihat pada tabel :

Kepatuhan Diit HT Frekuensi Presentase (%)


Patuh 35 55.6
Tidak patuh 28 44.4
Total 63 100
Tabel 5.3.2 Kepatuhan Diit Hipertensi

Tabel diatas menunjukkan bahwa Responden yang Patuh melakukan Diit


Hipertensi sebanyak 35 orang (55.6%) dan yang Tidak Patuh melakukan Diit Hipertensi
sebanyak 28 orang (44.4%).

Dukungan Kepatuhan Diit Hipertensi Total


P
Keluarga Patuh Tidak Patuh value
N % N % N %
Baik 0 0% 27 42.9% 27 42.9%
0.000
Kurang 35 55.6% 1 1.6% 36 57.1%
Total 35 55.6% 28 44.4% 63 100,0%
Tabel 5.3.3 Hasil Uji Chi-cquare

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa Dukungan Keluarga di Dikelurahan


Manulai II dikategorikan Baik sejumlah 27 orang, dimana 27orang (42.9%) di antaranya
TidakPatuh dalam menjalakan Diit Hipertensi. Sedangkan Dukungan Keluarga dengan kategori
Kurang sejumlah 36 orang, dimana 35 orang (55.6%) diantaranya Patuh mejalakan Diit
Hipertensi dan 1 orang (1.6%) diantaranya Tidak Patuh menjalankan Diit Hipertensi.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square antara variabel Kepatuhan Diit
Hipertensi di peroleh nilai p value 0,000 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Hipertensi pada Lansia di Pustu Manulai II Wilayah
Kerja Puskesmas Naioni.
41

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1.Deskripsi Hasil Penelitian


6.1.1. Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Lanjut Usia di Pustu
Manulai II Wilayah Kerja Puskesmas Naioni.
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tingkat Dukungan Keluarga di
Dikelurahan ManulaiII dikategorikan dikategorikan Baik sejumlah 27 orang, dimana
27 orang (42.9%) di antaranya Tidak Patuh dalam menjalakan Diit Hipertensi.
Sedangkan Dukungan Keluarga dengan kategori Kurang sejumlah 36 orang, dimana
35 orang (55.6%) diantaranya Patuh mejalakan Diit Hipertensi dan 1 orang (1.6%)
diantaranya Tidak Patuh menjalankan Diit Hipertensi.
Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yureya Nita Dina Oktavia Program
Studi Ilmu Keperawatan STIKES Payung Negeri Pekanbaru Korespondensi2017
Hasil analisis hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien
Hipertensi di Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru diketahui pasien yang mendapat
dukungan keluarga dan patuh terhadap diet hipertensinya yaitu sebanyak sebesar
39responden (48,1%), pasien yang mendapat dukungan keluarga tetapi tidak patuh
terhadap diet hipertensinya sebanyak 10 responden (12,3%). Hasil uji statistik chi
squarediperoleh nilai p-value adalah 0,002 (p<0,05), maka Ho ditolak artinya yang
berarti bahwa ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien
hipertensi di Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru Tahun 2017.
Penelitian yang dilakukan Kadek Cita Citra Dewi, Ni Ketut Guru Prapti, I Kadek
Saputra Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2015.Hasil penelitian ini menunjukan lansia yang memiliki dukungankeluarga cukup
memiliki kepatuhandalam penatalaksanaan diet yang cukup patuh sebanyak 16
responden (69,6%), (50,0%). Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku
darikemudian dapat dilihat juga yang memiliki dukungan keluarga kurang.
42

Penelitian yang dilakukan oleh Arasti DitaNisfiani Fakultas Ilmu Universitas


Muhammadiyah Surakarta 2014. Diketahui 12responden mendapat Dukungan
Keluargadengan baik dapat melaksanakan diit hipertensi dengan baik, sementara 13
responden melaksanakan diit hipertensi dengan kurang.9 responden mendapat
Dungan Keluarga kurang namun melak sanakan diit hipertensi secara baik.
Ini menggambarkan bahwa ada factor lain yang tidak bias dikontrol oleh peneliti
diantaranya motivasi dari responden sendiri, tingkat pengetahuan, gayahidup,
warisan budaya tertentu, danakses pelayanan kesehatan. 37 responden mendapat
dukungan keluarga yang kurang menjadikan responden melaksanakan diit hipertensi
juga menjadi kurang. Hal ini menggambarkan bahwa semakin baik Dukungan
Keluarga maka dalam kepatuhan diit hipertensi menjadi baik. Berdasarkan Hasil uji
statistic Chi Square diperolehnilai 2=6.287 dengan p= 0,012. Nilai p<0,05 maka
keputusan yang diambil adalah Ho ditolak . Adanya keputusan Hoditolak maka
disimpulkanada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit hipertensi pada
lanjut usia di Desa Begajah Kecamatan Sukoharjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Imran Tumenggung Dosen Politeknik Kesehatan
Gorontalo(Email: imran_tumeng@gmail.com). Dukungan Sosial Keluargadi RSUD
Toto Kabila Kabupaten Bonebolango dikategorikan baik sejumlah 26 orang, dimana
24 orang (92,35) diantaranya patuh dalam melaksanakan diet dan hanya 2 orang
(7,7%) diantaranya yang tidak patuh. Sedangkan 4 orang yang Dukungan Sosial
Keluarga dengan kategori kurang, semuanya (100%) tidak patuh dalam menjalankan
diet hipertensi. Kemudian karena tidak memenuhi syaratuji Chi- square maka
digunakan uji fisher’sexact dengan hasil yaitu pvalue0.001< α0.05maka terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien hipertensi di
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Hasil pene litian ini sesuai dengan
penelitian Nainggolan, dkk. (2012) di Poli klinik RSUD Tugurejo Semarang
terhadap 45 responden, terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet penderita hipertensi dengan nilai p0,017.
43

6.2. Dukungan keluarga


Berdasarkan hasil penelitian di peroleh data 44.4% responden mendapat dukungan
keluargayang kurang. Dukungan yang kurang diartikan bahwa respoden kurang dalam
mendapat bantuan dalam bentuk informasi, bantuan finansial, bantuan secara emosi dan
bantuan dalam bentuk penilaian atau penghargaan.
Bentuk dukungan informasi yang diterima oleh responden seperti manfaat dalam tidak
mengkonsumsi makanan yang berminyak seperti gorengan. pengalamandan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang berminyak menjadikan tekanan darah menjadinaik pada
respon dense hingga keluarga lebih berhati-hati dalam memberikan asupan makanan agar
responden tidak mengalami kekambuhan hipertensi .
Bentuk dukungan instrumental atau financial yang diterima oleh responden seperti
bantuan langsung, dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi makanan maupun
menolong dalam perawatan lansia yang mengarah pada diit hipertensi.
Dukungan emosional yang diterima responden dapat diwujudkan dalam memberikan
makanan khusus kepada responden yang terpisah dengan anggota keluarga dengan harapan
tidak mengalami kekambuhan hipertensi sebagai akibat patuh dalam menjalankan program
diit hipertensi. Apabila responden makanyang berpantang seperti makanan berlemak, maka
anggota keluarga menjadi kurang berkenan sehingga meminta responden untuk segera tidak
mengkonsumsi makanan tersebut.
Bentuk dukungan penghargaan yang diterima oleh responden dari anggota keluarga
adalah memuji dan pernyataan anggota keluarga yang mengharapkan responden untuk selalu
patuh dalam diit hipertensi. Anggota keluarga memuji apabila responden makan dari
makanan yang telah disajikan oleh anggota keluarga yang sesuai dengan aturan diit
hipertensi. Efendi (2009) mengatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sumber energy yang
menentukan kebahagiaan, keluarga sebagai tempat sosialisasi dalam pemberian informasi,
nasehat, saran, pemenuhan kebutuhan ekonomi dan keluarga sebagai perawatan serta
pemeliharaan kesehatan termasuk dalam menjalankan diit hipertensi. Kurangnya dukungan
dari keluarga terhadap responden dapat dipengaruhi oleh factor kesibukan anggota keluarga
sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, lamanya pasien menderita
hipertensi.
44

Kondriati (2004)menyatakanbahwa dukungan keluarga dapat semakin menurun seiring


dengan lama menderita dari pasien yang sulit untuk sembuh, yang berdampak pada
kemampuan ekonomi anggota keluarga selama perawatan pasien.

6.3. Kepatuhan Diit Hipertensi


Berdasarkan hasil penelitian57.1% responden tidak patuh dalam diit hipertensi.
Ketidak patuhan responden dalam pelaksanaan diit hipertensi karena responden masih sulit
dalam membatasi rasa asin, hal ini disebabkan makanan yang tersedia di rumah tidak sesuai
dengandiit hipertensi. Ketidak patuhan responden dalam diit hipertensi sejalan dengan
pendapat Notoatmodjo(2007) yang menyatakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku salah satunya adalah faktor keterbatasan pengetahuan, kesibukan dan
faktor lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam
melakukan diit hipertensi bagi responden.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagaian responden hanya lulus SD
danTD (Tidak Sekolah). Responden yang dapat digolongkan hanya lulus SD dan Tidak
Sekolah akan mengalami kesulitan di dalam memahami pengetahuan termasuk pengetahuan
tentang hipertensi. Akibat dari rendahnya tingkat pendidikan berdampak pada sulitnya
dalam melaksanan diit hipertensi dengan baik. Status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
(IRT) juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi kepatuhan diit hipertensi. Sebagai ibu
rumah tangga tetap sedapat mungkin melaksanakan fungsi dalam keluarga seperti memasak
yang dituntut untuk memenuhi selera seluruh anggota keluarga dan ada keengganan keluarga
untuk memisahkan diit khusus bagi penderita hipertensi. Kebiasaan responden selama
proses memasak yang tidak disadari menjadikan ketidak patuhan diit hipertensi adalah
mencicipi hasil masakan. Penelitian Anggina (2010) mengenai kepatuhan diit pada pasien
diabetes mellitus diketahui kebiasaan mencicipi makanan akan mempengaruhi kepatuhan
terhadap program diet pasien dilihat dari jumlah kalorinya sudah tidak patuh, ataupun jadwal
makannya danapabila kebiasaannya tidak dapat dikontrol hal ini dapat mempengaruhi kadar
glukosa darah pasien.
45

6.4. Hasil Pengujian Hipotesis


6.4.1. Hubungan Dukunga Keluarga dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada tabel 5.3.3 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik
antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lanjut Usia di
Pustu Manulai II Wilayah Kerja Puskesmas Naioni. Dengan demikian, hipotesis
dalam penelitian ini terbukti bahwa terdapat, adanya hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lanjut Usia. Hasil ini dapat
diartikan bahwa Dukungan Keluarga memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap terbentuknya Kepatuhan Diet Hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori yang menyatakan bahwa (yunita ayu rachmawati) Dukungan keluarga diartikan
dengan kesediaan anggota keluarga untuk memberikan bantuan kepada anggota
keluarga yang menderita hipertensi dalam perawatan hipertensi. (Friedman, 1998),
menyatakan adanya beberapa aspek dukungan keluarga yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan penghargaan.
Kepatuhan Diet Hipertensi tidak seimbang merupakan salah satu cara untuk
menurunkan hipertensi. Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi (Agrina 2011). Diet hipertensi
bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankannya
menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko
lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam
urat dalam darah. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah (Palupi, 2014). Pasien
hipertensi yang tidak mendapat dukungan keluarga dapat menjadikan sulitnya pasien
untuk selalu menjaga dalam perawatan hipertensi secara baik.
Berdasarkan uraian diatas Lansia yang memiliki Dukungan Keluargaakan lebih
mudah dikontrol Diet Hipertensinya. Dengan demikian Lansia memiliki Dukungan
Keluarga yang baik akan cenderung berupaya memperhatikan Kontrol Diet
Hipertensi Pada Lanjut Usia.
46

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 63 responden diperoleh hasil bawah 36 orang dapat
dikatakan sebagian besar memiliki Dukungan Keluarga pada Lanjut Usia Di Pustu Manulai II
Wilayah Kerja Puskesmas Naioni berkategorikan Kurang (57.1%)
2. Berdasarkan hasil penelitian dari 63 responden diperoleh hasil bawah 28 orang dapat
dikatakan sebagian besar memilikiLansia Hipertensi di Pustu Manulai II Wilayah Kerja
Puskesmas Naioni Tidak Patuh dalam melaksanakan Diit Hipertensi dengan presentase
sebesar 44.4%
3. Ada hubungan yang signifikan tingkat Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet
Hipertensi pada Lanjut Usia di Pustu Manulai II Wilayah Kerja Puskesmas Naioni. Hasil
analisis chi square di peroleh p value sebesar 0,000 (p<0,005)
7.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan pelayanan kesehatan lebih meningkatkan kembali keterlibatankeluarga
didalam programperawatan maupun pengobatankhususnya dalam melaksanakan program diit
hipertensi,denganadanya dukungan darikeluarga mendoronglanjut usiatetap patuhuntukmenjaga
diitnya sehingga tekanan darahdapat tetapdipertahankan dalam kondisi stabil/ terkontrol dengan
baik.
2. Keluarga
Diharapkan adanya perhatian dan dukunganyang baikdari keluargaterhadap lanjut
usiayangmenderita hipertensi dalam menjalankan program diithipertensiyang dianjurkan
olehpetugas kesehatan sehinggamencegah timbulnyakekambuhan.
3. Responden
Responden hipertensi diharapkanmau danberusaha untukmelakukan diithipertensi secara
teratur,berusaha menghindari makanan yang dapat memicu peningkatan tekanandarah,dan rutin
melakukan kontrol tekanan darahdi pelayanankesehatan maupun diposyanduterdekat.
47

4. Penelitilain
Penelitian ini masih dapat ditindaklanjuti dengan menambah variabellainyang
berhubungandengan diit hipertensi atau denganmetode penelitian seperti kualitatif, menambah
jumlahresponden, perbandingan pasienhipertensi yang tinggaldi kota dengan
yangtinggaldidesa,dll
48

DAFTAR PUSTAKAN

Disiarkan Oleh Biro Komunikasi dan pelayanan Masyarakat. Kementrian Kesehatan RI.Data
WHO 2015.
Anisa Nidya Eka Putri, 2016. Data WHO
Dr. Tania Savitri-dokter rumah sakit umum. Defenisi hipertensi.
Kadek Cita Citra Dewi, Ni Ketut Guru Prapti, I Kadek Saputra Program Studi Ilmu
Keperawatan fakultas kedokteran universitas udayana 2015. Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Diet lansia dengan HT Di Lingkungan
Kelurahan Tonja.
Oleh P2PTM Kemenkes RI. Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan
Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Yenni,FIK UI,2011. hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan kejadian
stroke pada lansia HT diwilayah kerja puskesmas perkotaan bukit tnggi.
Yunita Ayu Rachmawati, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakrta
Dukungan Keluarga Dalam Penatalaksanaan HT Di Puskesmas Candirejo Magetan.
Yureya Nita Dina Oktavia Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Payung Negeri
Pekanbaru korespondensi 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet
Pasien Hipertensi Di Puskemas Payung Sekaki Pekabaru.
Arista Novian ; JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU
KEOLARAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013.
Kriteria objekti (Arianto, 2006), (Yayuk Farida Baliwati, 2004:117)
(Ali Imran) Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta 2017 (Kuesioner)
49

Lampiran 1 Informed Consent

INFORMED CONSENT

Nama : YURIS PULA PODO

NIM : 2016 114 029

Saya sebagai mahasiswa SI-Keperawatan STIKES Nusantara Kupang akan melakukan


penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi Pada
Lanjut Usia Di Pustu Manulai II Wilayah Kerja Puskesmas Naioni”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat Dukungan

Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Lanjut Usia.

Dalam hal ini, saya mengharapkan saudara bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dan mengenai identitas atau data di rahasiakan oleh peneliti.

Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas kerja samanya saya ucapkan terima

kasih.

Kupang 13 Januari 2020

peneliti
50

Lampiran 2 Persetujuan Jadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Peneliti : YURIS PULA PODO (2016114029) Mahasiswa Stikes Nusantara


Judul Penelitian :Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi
Pada Lanjut Usia di Pustu Manulai II Wilayah Kerja Puskesmas
Naioni.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia berperan serta dalam
penelitian ini dan berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan mengisi lembar
kuesioner yang disediakan.
Sebelum mengisi lembar kuesoner, saya diberi keterangan/penjelasan mengenai
merahasian identitas, data maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang
menimbulkan responden emosional yang tidak nyaman, maka peneliti menghentikan
pengumpulan data dan memberikan hak saya untuk mengundurkan diri penelitian tanpa resiko
apaun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun tujuanpenelitian ini dan saya telah mengerti bahwa penulis akan.

Kupang 13 Januari 2020

(Responden )
51

Lampiran 3 Kuesioner

LEMBARAN KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA DI PUSTU MANULAI II WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NAIONI TAHUN 2020 BERDASARKAN SKRIPSI ALI IMRAN (2017)

Identitas Responden :

Nama :

Tanggal :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Dukungan keluarga :

1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lebar berikut, kemudian kerjakan dengan sungguh-


sungguh sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.
2. Berilah tanda cetang (√) pada jawaban yang menurut anda tepat dan pilih jawaban yang
tersedia di bawah ini.
a. Selalu
b. Sering
c. Jarang
d. Tidak Pernah
3. Jika telah selesai, periksa kembalijawaban anda. Pastikan semua pernyatan telah
terjawab.
52

Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak pernah


Dukungan emosional
1 Keluarga selalu memberi dorongan kepada
saya untuk tetap menjaga kesehatan diri.
2 Keluarga menganjurkan kepada saya untuk
selalu melaksanakan diet sesuai anjuran.
3 Keluarga menasehati jika saya susah
melaksanakan dietsesuai anjuran.
4 Keluarga membiarkan saya makan dan minum
apa saja yang disukai walaupun itu tidak sesuai
anjuran.
Dukungan penghargaan
5 Keluarga memberi pujian atas usaha yang saya
lakukan untuk melakasanakan diet sesuai
anjuran dokter.
6 Keluarga tidak marah ketika saya tidak mau
mentaati aturan diet yang telah ditetapkan
7 Keluarga tidak mengawasipelaksanaan aturan
diet yang sedang sayajalani.
8 Keluarga sulit menerima saya apa adanya
dengan segala keterbatasan.
Dukungan informasional
9 Keluarga tidak pernah mengingatkan saya
untuk selalu mematuhi aturan diet yang sedang
dijalani.
10 Keluarga memberitahu makanan apa saja yang
harus dihindari.
11 Keluarga memberitahu semua informasi
tentang tujuan dan manfaatdari aturan diet yang
sedang dijalani.
Dukungan instrumental
12 Keluarga mengantar atau mendampingi saya
untuk berobatkepelayanan kesehatan.
13 Keluarga keberatan membiayai pengobatan
saya
14 Keluarga tidak pernah meluangkan waktu
untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-
keluhan yang ingi saya sampaikan.
53

Lembar Kuesioner Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lanjut Usia Berdasarkan


Skripsi Ali Imran (2017)

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak pernah


1 Saya minum obat antihipertensi sesuai anjuran
dokter atau petugas kesehatan yang lain.
2 Saya minum obat antihipertensi tepatwaktu
sesuai jadwal yang sudahdiberikan oleh dokter
atau tenagakesehatan yang lain.
3 Saya tidak mau mentaati aturan minum obat
antihipertensi karena merepotkan.
4 Saya kepuskesmas apabila merasakan ada
keluhan fisik seperti pusing yang sangat berat.
5 Saya makan makanan yang sesuai anjuran
dokter atau petugas kesehatan yang lain.
6 aya tidak mau mentaati aturan makan penderita
hipertensi karena menyusahkan.
7 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan dan
minuman yang terasa asin/banyak mengandung
garam.
8 Saya setiap hari mengkonsumsimakanan yang
banyak mengandung minyak/tinggi lemak
seperti makanan siap saji (fast food),
gorengan,usus, dan hati.
9 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin dan mineral
(buah-buahan, ikan, kedelai, sayur, dan susu).
10 Jadwal aturan makan/diet yang dianjurkan
terasa berat bagi saya.
11 Setiap bulan saya rutin control kepuskesmas.
12 Saya selalu menjaga berat badan saya dengan
cara berolahraga.
13 Saya rutin melakukan olahraga yang ringan-
ringan seperti berjalan kaki, jogging selama 3-4
kali seminggu
14 Saya sangat jarang berolahrag karena hanya
membuang-buang waktu saya
54

Lampiran 4 SPSS

LAMPIRAN SPSS

HASIL UJI UNIVARIAT

Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 45-55 17 25.8 27.0 27.0
56-65 26 39.4 41.3 68.3
66-100 20 30.3 31.7 100.0
Total 63 95.5 100.0

Jenis Kelamin Responden


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 25 37.9 37.9 42.4
PEREMPUAN 38 57.6 57.6 100.0
Total 66 100.0 100.0

Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SD 10 15.2 15.9 15.9
SMP 8 12.1 12.7 28.6
SMA 19 28.8 30.2 58.7
SMK 2 3.0 3.2 61.9
S1 4 6.1 6.3 68.3
S2 4 6.1 6.3 74.6
TS 16 24.2 25.4 100.0
Total 63 95.5 100.0
55

Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid PNS 9 13.6 14.3 14.3
WIRAUSAHA 4 6.1 6.3 20.6
SWASTA 3 4.5 4.8 25.4
PETANI 6 9.1 9.5 34.9
TUKANG 7 10.6 11.1 46.0
IRT 34 51.5 54.0 100.0
Total 63 95.5 100.0
56

HASIL UJI BIVARIAT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT HIPERTENSI PADA


LANJUT USIA DI PUSTU MANULAI II WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAIONI
TAHUN 2020

Dukungan Keluarga * Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia Crosstabulation


Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Total
Lansia
TIDAK PATUH PATUH
Dukungan Keluarga KURANG Count 1 35 36
% within Dukungan Keluarga 2.8% 97.2% 100.0%
% within Kepatuhan Diet 3.6% 100.0% 57.1%
Hipertensi Pada Lansia
% of Total 1.6% 55.6% 57.1%
BAIK Count 27 0 27
% within Dukungan Keluarga 100.0% .0% 100.0%
% within Kepatuhan Diet 96.4% .0% 42.9%
Hipertensi Pada Lansia
% of Total 42.9% .0% 42.9%
Total Count 28 35 63
% within Dukungan Keluarga 44.4% 55.6% 100.0%
% within Kepatuhan Diet 100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi Pada Lansia
% of Total 44.4% 55.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 59.062 1 .000
b
Continuity Correction 55.191 1 .000
Likelihood Ratio 77.418 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 58.125 1 .000
b
N of Valid Cases 63
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
57

Lampiran 5 Surat
58
59
60
61

DOKUMENTASI PENELITIAN
62

Lampiran 6 Biodata

BIODATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Yuris Pula Podo

Nama Panggilan : Yuris

Tempat Tanggal Lahir : 25 Septermber 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl.Kejora, Telaga Opa

No Telpon : 082237245041

Email :-

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2020-Sekarang : Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang

Tahun 2016 : SMAN 1 KOMODO

Tahun 2014 : SMPN 1 KOMODO

Tahun 2011 : SDN 1 KOMODO

Anda mungkin juga menyukai