Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

“Pemeriksaan Jaringan Uterus”

Oleh :

Nama : Suchi Ulandari


Nim : 18 3145 353 134
Kelas : 18D

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara
detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah
satu dari cabangcabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu
anatomi mikroskopis. Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi
sel-sel dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk
histopatologi ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan
perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ, (Koesemah, 2017).
Pemeriksaan histopatologik merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
untuk setiap jaringan yang dikirim ke laboratorium patologi anatomik.
Pengolahan jaringan yang baik akan memberikan kualitas hasil sediaan yang
memuaskan untuk dinilai oleh patolog, (Musyarifah, 2018).
Uterus merupakan organ reproduksi wanita yang berfungsi sebagai tempat
implantasi dan perkembangan fetus selama kehamilan. Uterus berada di antara
vesica urinaria dan rektum yang berbentuk seperti pear terbalik, uterus biasanya
berada dalam posisi antefleksi. Ukuran uterus sangat dipengarui oleh hormon
seks, ketika hamil uterus akan membesar dan ketika menopause uterus akan atrofi
karena penurunan dari hormon seks. Apabila tidak terjadi implantasi maka uterus
akan mengalami peluruhan dan terjadi mekanisme menstruasi, (Gemiralda, 2019).
Salah satu metode membuat sajian histologi yaitu metode histoteknik. Tekni
merupakan salah satu teknik laboratorium yang dipergunakan dalam kegiatan
eksperimental. Hasil pemeriksaan dari teknik ini adalah berupa specimen
mikroskopik setelah dilakakukan pewarnaan sesuai dengan yang
dibutuhkan,(Rahmadani, 2018).
Tahapan histoteknik salah satunya adalah fiksasi. Fiksasi adalah stabilitas
unsur penting pada jaringan sehingga unsur tersebut tidak terlarut, berpindah, atau
terdistori selama prosedur selanjutnya, (Rahmadani, 2018).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari parktikum kali ini yaitu untuk memahami teknik
penanganan bahan pemeriksaan jaringan uterus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah histologi yang telah dipakai mulai tahun 1819 oleh A.F.J.K Mayer
berasal dari kata Yunani, yaitu Histos yang berarti jaringan, dan logos yang berarti
ilmu pengatahuan. Histologi merupakan ilmu pengetahuan organ. Jaringan epitel,
jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf merupakan jaringan fundamental
tubuh. Untuk mempelajari histologi diperlukan preparat,beserta alat yang disebut
mikroskop, (soesilawati, 2020).
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari
cabangcabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi
mikroskopis, (Koesemah, 2017).
Jaringan terbentuk dari sel dan matriks ekstrasel yang terdiri atas banyak jenis
molekul yang mampu membentuk struktur kompleks, seperti serabut kolagen dan
membrane basal. Sel dan matriks ektrasel berfungsi dan bereaksi bersama – sama
terhadap rangsangan dan inhibisi sehingga saling berkaitan, (soesilawati, 2020).
Uterus merupakan organ reproduksi wanita yang berfungsi sebagai tempat
implantasi dan perkembangan fetus selama kehamilan. Uterus berada di antara vesica
urinaria dan rektum yang berbentuk seperti pear terbalik, uterus biasanya berada
dalam posisi antefleksi. Uterus terdiri dari fundus uteri, corpus uteri, dan serviks
uteri. Pada wanita yang belum pernah hamil ukuran uterus sekitar 7,5 cm (panjang), 5
cm (lebar), dan 2,5 cm (tebal). Ukuran uterus sangat dipengarui oleh hormon seks,
ketika hamil uterus akan membesar dan ketika menopause uterus akan atrofi karena
penurunan dari hormon seks. Apabila tidak terjadi implantasi maka uterus akan
mengalami peluruhan dan terjadi mekanisme menstruasi, (Gemiralda, 2019).
Uterus merupakan organ muskular tempat berkembangnya fetus dan
mendapatkan nutrisi sampai pada akhirnya lahir. Uterus berbentuk seperti buah pir
terbalik yang berkedudukan di pelvis, dengan ovarium dan tuba uterina dikedua
sisinya, meluas ke bawah kedalam vagina. Uterus berfungsi sebagai jalur untuk
sperma mencapai tuba uterina agar bertemu dengan ovum. Apabila tidak terjadi
implantasi, uterus akan mengalami proses mentruasi, (Liyanda, 2010).
Uterus mendapatkan pendarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang dari
arteri iliaka interna. Arteri uterina kemudian mempercabangkan arteri arkuata di
ligamentum latum yang akan melingkari miometrium. Arteri ini kemudian akan
membentuk arteri radialis yang akan menembus kedalam miometrium. Tepat sebelum
masuk ke endometrium, cabang tersebut membagi diri menjadi 2 jenis arteri yaitu
arteri lurus (arteri recta) dan arteri spiralis. Arteri lurus akan mensuplai darah ke
lapisan basal endometrium, sedangkan arteri spiralis akan mensuplai darah ke stratum
fungsional endometrium dan akan luruh ketika siklus menstruasi karena peka
terhadap perubahan hormon. Darah akan meninggalkan uterus melewati vena iliaka
internal. Pasokan darah untuk uterus sangat penting untuk pertumbuhan kembali
stratum fungsional endometrium setelah menstruasi, implatasi dan perkembangan
plasenta, (Liyanda, 2010).
Menurut (Gemiralda, 2019), struktur jaringan uterus dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Perimetrium
Perimetrium adalah lapisan terluar dari uterus, yang tersusun dari epitel
skuamous simplek dan jaringan ikat.
2. Miometrium
Miometrium merupakan lapisan tengah uterus, miometrium merupakan lapisan
yang paling tebal di uterus yang terdiri dari berkas-berkas serabut otot polos yang
pisahkan oleh jaringan ikat. Pada saat kehamilan, miometrium akan mengalami
masa pertumbuhan yang cepat akibat hiperplasia (bertambahnya jumlah sel otot
polos) dan hipertrofi (bertambahnya ukuran sel), kemudian pada proses
persalinan miometrium akan berkontraksi sebagai respon pengeluaran hormon
oksitosin dari hipofisi anterior yang berfungsi membantu pengeluaran janin dari
uterus.
3. Endometrium Endometrium adalah lapisan yang kaya akan pembuluh darah,
endometrium memiliki 3 komponen penyusun yaitu: stroma endometrium,
kelenjar uterus, dan epitel kolumnar bersilia. Terdapat 2 lapisan endometrium
yaitu:
a. lapisan basal yang merupakan lapisan terdalam pada endometrium yang
menjadi awal kelenjar uterus yang tersusun dari lamina propria dan
berdekatan dengan miometrium.
b. lapisan fungsional mengandung epitel permukaan, sisa lamina propria dan
sisa kelenjar.
Ketika menstruasi bagian stratum fungsional akan meluruh kemudian bagian
stratum basalis akan membentuk sebuah lapisan fungsional yang baru setelah
mentruasi
Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk
setiap jaringan yang dikirim ke laboratorium patologi anatomik. Pengolahan jaringan
yang baik akan memberikan kualitas hasil sediaan yang memuaskan untuk dinilai
oleh patolog. pengolahan jaringan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama dari
tahap-tahap pengolahan jaringan itu sendiri, (Musyarifah, 2018).
Proses pengolahan jaringan dimulai dari proses pengiriman status dan jaringan
ke laboratorium patologi anatomik, pemotongan jaringan, fiksasi jaringan, proses
pembuatan blok parafin dan pewarnaan. Masalah dapat terjadi disebabkan oleh
banyak hal antara lain pemotongan yang tidak tepat, fiksasi yang tidak sempurna,
potongan yang terlalu tebal, pisau yang tidak tajam, pewarnaan yang tidak sempurna
dan lainnya. Kebutuhan pemeriksaan imunohistokimia dalam proses mendiagnosis
sediaan yang dikirim ke laboratorium patologi anatomik semakin rutin dilakukan.
Kualitas sediaan blok parafin yang baik sangat menentukan hasil pewarnaan
imunohistokimia yang dilakukan, (Musyarifah, 2018).
Fiksasi adalah langkah dasar di balik studi patologi dan sangat penting untuk
mencegah autolisis dan degradasi jaringan serta komponen jaringan sehingga mereka
dapat diamati baik secara anatomis dan mikroskopis, , (Musyarifah, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Hari : Senin
Tanggal : 4 Januari 2020
Pukul : 10.00 – 13.00 WITA
2. Tempat
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum kali ini yaitu bertempat di
lantai 1 laboratorium kimia Universitas Megarezky Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kaca objek
b. Kaca penutup
c. Hotplate
d. Pinset
e. Waterbath
f. Kaset jaringan
g. Wadah blok paraffin
h. Mikrotom
2. Bahan
a. Formalin 10%
b. Buffer fosfat
c. Alcohol 70%
d. Alcohol 80%
e. Alcohol 90%
f. Alcohol 100%
g. Xylol
h. Parifin
i. Hematoxylin mayer’s
j. Eosin 1%
C. Prosedur Kerja
1. Memeriksa kesesuaian antara spesimen dengan dengan keterangan dalam
formulir pengantar
2. Memeriksa ketepatan fiksasi jaringan. Jika belum benar maka harus segera
dilakukan perbaikan-perbaikan. Prosedur fiksasi yang benar adalah:
a. Fiksatif berupa larutan formalin 10% buffer fosfat
b. Volume fiksatif minimal 5 kali volume spesimen
c. Jaringan besar dibuat sayatan sejajar dengan pisau tajam berjarak 0,5-1 cm
agar fiksatif merata pada seluruh bagian jaringan luar dan dalam
d. Jaringan yang siap diproses adalah jaringan yang sudah terfiksasi sempurna
(matang), yaitu yang sudah keras konsistensinya dan tidak berwarna
kemerahan lagi (putih atau cokelat).
3. Sampel jaringan dikeluarkan dari wadah yang berisi formalin. Amati ukuran
jaringan, konsistensi jaringan (padat, kenyal, rapuh, keras), warna, perlekatan
jaringan, jumlah jaringan yang diterima, penampang irisan jaringan serta
dokumentasi jaringan.
4. Dibuat potongan dari serviks, endometrium, myometrium tumor, tuba fallopii
dan bagian lain yang penting untuk diagnosis dengan tebal maksimum tidak
melebihi tebal kaset jaringan.
5. Jaringan yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam kaset jaringan yang telah
diberi nomor sesuai nomor formulir dan keterangan jenis potongan jaringan
pada kaset. Jika fiksasi jaringan belum sempurna, kaset jaringan dimasukkan
dalam wadah formalin 10% buffer fosfat, namun jika sudah sempurna maka
dilanjuntkan ke tahapan prosesing jaringan.
6. Prosesing jaringan meliputi tahapan berikut:
a. Dehidrasi (dehydration), yaitu:
1) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 70% selama 30 menit
2) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 95% selama 30 menit
3) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 100% selama 30 menit
4) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 100% selama 60 menit
5) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 100% selama 60 menit
6) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 100% selama 60 menit
7) Masukkan jaringan ke dalam alkohol 100% selama 30 menit
b. pembeningan (clearing), yaitu:
1) Masukkan jaringan ke dalam xylol selama 2 jam
2) Masukkan jaringan ke dalam xylol selama 2 jam
3) Masukkan jaringan ke dalam xylol selama 2 jam
c. pembenaman (Embedding/Impregnasi), yaitu:
1) merendam jaringan di dalam lilin paraffin cair selama 2 jam
2) merendam jaringan di dalam lilin paraffin cair selama 2 jam
7. Pengecoran (blocking) dan pendinginan (cooling)
a. jaringan dimasukkan ke dalam cairan lilin paraffin panas yang disediakan
dalam kotak kecil serupa kotak pencetak block ice.
b. dinginkan cairan lilin paraffin yang mengandung jaringan sehingga
terbentuk blok jaringan yang siap untuk dipotong menggunakan mikrotom
8. Dilakukan pemotongan terhadap blok paraffin jaringan menggunakan
mikrotom dengan cara sebagai berikut:
a. Rekatkan blok parafin pada tempat duduknya di mikrotom. Tempat duduk
blok parafin beserta blok parafinnya kemudian diletakkan pada
pemegangnya (holder) pada mikrotom dan dikunci dengan kuat.
b. Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya.
Biasanya sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat.
c. Atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai ketebalan
antara 3-5 µ
d. Gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok
preparat secara teratur dan ritmis. Buang pita-pita parafin yang awal tanpa
jaringan hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat
jaringan
e. Pita parafin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati
menggunakan sengkelit atau kuas ke dalam waterbath yang temperaturnya
diatur 600C dan biarkan beberapa saat hingga pita parafin tersebut
mengembang.
f. Setelah pita parafin terkembang dengan baik, tempelkan pita parafin
tersebut pada kaca objek yang telah dicoated (untuk jaringan kering)
dengan cara memasukkan kaca objek itu ke dalam waterbath dan
menggerakkannya ke arah pita parafin. Setelah melekat kaca objek
digerakkan keluar dari waterbath dengan hati-hati agar pita parafin tidak
terlipat.
g. Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas hotplate dengan
temperatur 40-450C, biarkan selama beberapa saat.
h. Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan kuat, simpan kaca
objek berisi potongan parafin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.
9. Dilakukan pewarnaan terhadap kaca objek yang berisi jaringan:
a. Rendam preparat berisi jaringan ke dalam xylol selama 5 menit yang
dilakukan 2 kali pada wadah untuk menghilangkan paraffin (deparafinisasi)
b. Rendam dalam larutan alkohol 95% selama 2 menit, lakukan 2 kali pada 2
wadah
c. Rendam dalam larutan alkohol 70% selama 2 menit
d. Bilas dengan air mengalir selama 5 menit
e. Rendam di dalam larutan hematoxylin mayer’s selama 2 menit
f. Bilas dengan air mengalir sampai berwarna biru
g. Rendam dengan eosin 1% selama 5 menit
h. Rendam dengan larutan alkohol 70% selama 5 menit
i. Rendam dengan larutan alkohol 95% selama 5 menit, dilakukan 2 kali pada
2 wadah
j. Jernihkan dan dealkoholisasi dalam xylol selama 2 menit, dilakukan pada 2
wadah
k. Preparat dikeringkan
10. Lakukan kontrol kualitas hasil pewarnaan, amati sitoplasma berwarna merah
muda, dan intisel berwarna biru
11. Lakukan mounting, tetesi sediaan dengan entelan lalu tutup dengan deck glass.
Preparat siapa diamati di bawah mikroskop.
12. Diagnosis oleh Spesialis Patologi Anatomi. Pada kondisi tertentu Spesialis
Patologi Anatomi meminta teknisi untuk melakukan pemotongan lebih dalam
(PLD) dan permintaan susul pada jaringan tertentu.
13. Pengeluaran hasil
14. Proses pengarsipan dan registrasi penyakit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan
Pada praktikum Sitopatologi kali ini dilakukan pada hari Senin, 04 Januari
2021 yang bertempat dilaboratorium mikrobiologi Prodi D1V Teknologi
Laboratorium Medis, Universitas Mega Rezky Makassar, dengan judul
praktikum “Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Uterus” yang bertujuan untuk
memahami teknik pemeriksaan histologi uterus.
Histopatologi adalah salah satu pelayanan pemeriksaan laboratorium
patologi anatomi dari sampel berupa jaringan operasi/biopsy, kerokan.
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat perubahan morfologi sel dari jaringan
dengan metode paraffin.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu memeriksa
kesesuaian specimen dengan keterangan formulir pengantar. Selanjutnya
dilakukan fiksasi terhadap jaringan menggunakan formalin 10% buffer fosfat
dengan cara dibuat sayatan sejajar dengan pisau berjarak 0,5 – 1 cm agar
fiksasinya merata, selanjutnya diletakkan jaringan kedalam wadah yang terdapa
formalin dan didiamkan sampai jaringan terfiksasi dengan sempurna. Hal ini
bertujuan untuk mempertahankan dtrktur atau komponen molekul dengan cara
menyerap cat. Langkah selanjutnya dikeluarkan sampel jaringan dari wadah
yang berisi formalin dan amati ukuran jaringan, konsistensi jaringan, warna,
perlekatan jaringan, jumlah jaringan yang diterima, penampang irisan jaringan
serta dokumentasikan jaringan. Langkah berikutnya dibuat potongan dari
serviks, endometrium, myometrium tumor, tuba fallopi dan bagian yang lain
yang penting untuk didiagnosis dengan tebal maksimum yaitu 0,5 cm.
Kemudian jaringan yang telah dipotong dimasukan kedalam kaset jaringan yang
telah diberi nomor sesuai nomor formulir dan keterangan.
Langkah selanjutnya masuk ketahap prosesing jaringan atau pembrosesan
jaringan. Pada tahap ini terdapat tiga tahapan yaitu dehydration, clearing, dan
imprigensing. Tahap pertama yaitu tahap dehydration, yaitu jaringan dicelupkan
kedalam alkhol dari konsetrasi 80% - 100%, dicelupkan dari alkhol rendah
ketinggi bertujuan untuk menghindari kerusakan sitoplasma pada jaringan.
Kemudian masuk ke tahap clearing, pada tahap ini jaringn di rendam ke dalam
xylol yang bertujuan untuk mengeluarkan alcohol yang ada dalam jaringan,
digunakan xylol sebab xylol dapat larut dalam alcohol dan paraffin. Selanjutnya
masuk ke tahap impregnasi, di tahap ini dimasukkan lilin paraffin yang bertujuan
membuat jaringan menjadi kokoh. Lalu keluarkan dari kaset jaringan
Tahap selanjutnya masuk ke tahap blocking atau pengecoran. Diambil
wadah terus masukkan paraffin cair lalu masukka jaringan ke dalam wadah yang
terdapat lilin paraffin. Pada tahapan ini yang penting adalah bagaimana
memposisikan jaringan. Selanjutnya masuka ketahap berikutnya yaitu tahapan
suction, pada tahap ini kita menggunakan alat mikrotom untuk memotong
jaringan. Letakkan pita jaringan pada air dengan suhu 60º agar gelombang pada
jaringan terbuka. Kemudian ambil sedikit pita jaringan menggunakan objek glass
setelah itu keringkan agar sampel menempel. Setelah itu masuk ke tahap
pewarnaan. Pada tahapan ini yang pertama dilakukan yaitu deparasifisasi yaitu
menghilangkan paraffin dengan cara direndam preparat jaringan kedalam xylol
selama 5 menit sebanyak 2 kali. Setelah itu direndam kedalam alcohol 95%
selama 2 menit lalu ke alcohol 70% selama 5 menit setelah itu bilas dengan air
mengalir. Kemudian celupkan preparat kedalam larutan hematoxylin mayer’s
selama 2 menit yang bertujuan untuk mewarnai inti sel. Setlah itu dilakukan lagi
rehidrasi untuk mengrangi zat warna yang berlebihan. Kemudian masuk ketahap
selanjutnya yaitu luwing dicelup jaringan kedalam blue karbonat, kemudian
decelup kedalam eosin 1%. Setelah itu dilakukan rehidrasi menggunkan alcohol.
Lalu dilakukan clering menggunakan xylol. Kemudian diklakukan kontrol
kualitas hasil pewarnaan. Amati sitoplasma berwarna merah mudah dan inti sel
berwarna biru. Kemudian dilakukan mounting ditetesi preparat menggunakan
etelan lalu ditutup menggunakan deck glass lalu diamati dibawah mikroskop.
Selanjutnya dilakukan diagnostic.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil yang didapatkan yaitu
pada pewarnaan jaringan inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna orange
dan hijau dengan ukuran uterus panjang 10 cm, lebar 7 cm dan tinggi 5 cm.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil yang didapatkan yaitu
pada pewarnaan jaringan inti sel berwarna biru dan sitoplasma berwarna orange
dan hijau dengan ukuran uterus panjang 10 cm, lebar 7 cm dan tinggi 5 cm.
B. Saran
Adapun saran dari saya diharapkan pada praktikum menggunakan APD yang
lengkap agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan dan lebih teliti dalam
melakukan pemeriksaan agar hasilnya lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Gemiralda, Rika M. 2019. “Efek Antiestrogenik Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
Longa L). Terhadap Berat dan Diameter Uterus Tikus Betina (Rattus
norvegicus) Galur Sprague Dawley”. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Koesemah, H Anggrawati dan Sagung A Putri dwiastuti. 2017. “Histologi dan
Anatomi Fisiologi Manusia.” Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
Liyanda, Nabella J. 2016. “Diameter Arteri Spiralis Endometrium Mencit Balb/C
Yang Diberi Ekstrak kunyit Asam (Curcuma Domestica dan Tamarindus
Indica) Secara oral Dalam Periode Gestasi Dengan Dosis Bertingkat.”
Jawa Tengah: Universitas Dipanegoro
Musyarifa, Zulda & Salmiah Agus. 2018. “Proses Fiksasi pada Pemeriksaan
Histopatologik.” Sumatera Barat: Universitas Andalas
Rahmadani & Aviana Fitri. 2018. “Pengaruh Lama Fiksasi BNF 10% dan Metanol
Terhadap Gambaran Mikroskopis jaringan Dengan Pewarnaan HE
(Hematoxylin Eosin).” Semarang: Universitas Mumahmmadiyah
Soesilawati, Pratiwi. 2020. “ Histologi Kedokteran Dasar”. Surabaya: Airlangga
University Press

Anda mungkin juga menyukai